Sunteți pe pagina 1din 24

ASKEP PADA PASIEN PERDARAHAN ANTEPARTUM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PERDARAHAN ANTEPARTUM


Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan minggu ke-28 dan awal partus.
Pada satu kehamilan perdarahan dari traktus genitalis lebih sering dan serius jika terjadi
pada tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain. Walaupun demikian plasenta menjadi
organ defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan perdarahan dapat terjadi lebih dini.
Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi. Walaupun perdarahan vaginal setelah
minggu ke29 harus dianggap mempunyai potensi serius . perdarahan pada saat yang lebih dini
dapat merupakan indikasi dari dua penyebab utama pedarahan anterpatum yaitu
Plasenta previa
Soluto plasenta
3.1. Plasenta previa
3.1.1 Pengertian
Pada keaadaan normal . Plasenta berimplantasi atau terletak di bagian fundus uterus.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
3.1.2. Etiologi

Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat
dijelaskan. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan
kekerapan terjadi plasenta previa yaitu :

Parista

Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa

Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin

besar kemungkinan kehamilan plasenta previa.

Umur
dam
Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.

paritas

Pada paritas tinggi lebih sering dari pada paritas rendah

Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan
banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum matang.

Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium.

Kadang-kadang pada malnutrisi

Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu,plasenta
previa
dibagi
dalam
4
klasifikasi
yaitu
:
1)
Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta
2) Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta
3) Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir pembukaan
4) Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi tepinya tidak
mencapai
ostium
internum.
5)
3.1.3.
Manifestasi
klinis
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali,
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa
sakit.

Pada
uterus
tidak
teraba
keras
dan
tidak
tegang.
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak
janin
(letak
lintang
atau
letak
sunsang)

Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan. Sebagian
besar kasus, janinnya masih hidup.
Gejala
utama
Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama
Komplikasi

Anemia
karena

Janin mati lahir dalam keadaan premature dan asphyxia berat.

perdarahan
Syok

3.1.4.
Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan
ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan
berkaitan
dengan
makin
tuanya
kehamilan
.
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan berusia 20
minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka. Dengan
demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan mengalami
pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah
segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.
3.1.5.
Manajemen
Therapeutik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk
tirah baring total dengan menghadap kiri, tidak melakukan sanggama, menghindari peningkatan
tekanan rongga perut missal batuk,mengedan karena sulit buang air besar)
Gambar
Plasenta previa

35.3

Skema

Penanganan

Pasang infuse cairan Nacl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairan proposal. Pantau
tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.
Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan trasfusi darah. Bila tidak teratasi,
upayakan
penyelamatan
optimal.
Bila
teratasi,
perhatikan
usia
kehamilan.
Penanganan di rumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjetan, usia
gestasi
<37
minggu,
taksiran
berat
janin
<2.500
g,
maka
:
Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi
bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intravena per hari salma 3 hari
Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti persalinan
preterm
Bila tidak ada renjetan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksirkan berat janin 2.500 g atau lebih,

lakukan PDMO. Bila ternyata previa, lakukan persalinan perabdominan. Bila bukan, usahakan
partus pervaginam.
3.1.6.
Asuhan
keperawatan
Perawatan adalah pelayanan esensial dilakukan oleh perawatan propesional. Bagi individu,
keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan dengan tujuan menolong mereka
meningkatkan
kesehatan
semaksimal
mungkin
sesuai
dengan
profesinya.
Pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien HAP atas indikasi plasenta previa akan
berhasil apabila asuhan keperawatan yang diberikan baik dan benar. Berdasarkan hal ini perawat
dituntut memiliki pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakan apa saja yang harus
dilakukan, selain itu perawat harus berfikir dan bekerja secara dinamis.
Proses kererawatan digunakan oleh perawat untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien,
secara tuntas yang didasari prinsip-prinsip ilmiah sertamempertimbangkan klien sebagai makluk
yang
utuh
(bio,
psiko,
social,
dan
spiritual)
dan
bersifat
unik.
Penerapan proses keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu pengkajian, intervestasi dan
evaluasi.
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan
utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal keperawatan pada klien HAP.
Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP adalah mengumpulkan data. Adapun
data-data
yang
dikumpulkan
yaitu
:
a.
Identitas
umum
b.
Riwayat
kesehatan
1.
Riwayat
kesehatan
dahulu
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasaria
curettage
yang
berulang-ulang.
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit
menular
seperti
hepatitis.
Kemungkinan pernah mengalami abortus
2.
Riwayat
kesehatan
sekarang

Biasanya
terjadi
perdarahan
tanpa
alasan

Perdarahan
tanpa
rasa
nyeri
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
3.
Riwakat
kesehatan
keluarga

Kemungkinan
keluarga
pernah
mengalami
kesulitan
kehamilan
lainnya.

Kemungkinan
ada
keluarga
yang
menderita
seperti
ini

Kemungkinan
keluarga
pernah
mengalami
kehamilan
ganda.
Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular.

4.
Riwayar
Riwayat

Minarche

Siklus

Lamanya
:

Baunya
Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid

:
:

5.
Riwayat
kehamilan

Kemungkinan
Kemungkinan pernah melakukan curettage
6.

Bagaimana

Banyaknya

Colostrum ada

Riwayat
Lochea
baunya,
kali
Tentang

Obstetri
Haid/Menstruasi
12
th
28
hari
7
hari
:
amis

dan

ganti

persalinan
Multigravida
abortus

duk

nipas
Rubra
amis
besar
laktasi

c.
Pemeriksaan
tanda-tanda
vital

Suhu
tubuh,
suhu
akan
meningkat
jika
terjadi
infeksi

Tekanan
darah,
akan
menurun
jika
ditemui
adanya
tanda
syok

Pernapasan,
nafas
jika
kebutuhan
akan
oksigen
terpenuhi
Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
d.
Pemeriksaan
fisik

Kepala,
seperti
warna,
keadaan
dan
kebersihan

Muka,
biasanya
terdapat
cloasmagrafidarum,
muka
kelihatan
pucat.

Mata
biasanya
konjugtiva
anemis
Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal

Abdomen

Inspeksi
:
terdapat
strie
gravidarum

Palpasi
:
Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah
Leopoid
II
:
Sering
dijumpai
kesalahan
letak
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
Leopoid
IV
:
Kepala
janin
belum
masuk
pintu
atas
panggul

Perkusi
:
Reflek
lutut
+/+

Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160

Genetalia
biasanya
pada
vagina
keluar
dasar
berwarna
merah
muda
Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.

e.
Pemeriksaan
penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu 500 ribu).
f.
Data
sosial
ekonomi
Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi pada
golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
dimilikinya.
Dari pengkajian yang telah diuraikan diatas dapat disusun beberapa diagnosa keperawatan yang
memungkinkan ditemukan pada klien HAP atas indikasi plasenta precia antara lain :
1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah
rahim
(
Susan
Martin
Tucker,dkk
1988:523)
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak mampuan
merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3. Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah ke
plasenta
(Lynda
Jual
Carpenito,2000:
1127)
post
seksio.
4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
(Susan
Martin
Tucker,dkk
1988
:
624).
5. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Barbara Enggram :1998:371)
6. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya tempat masuknya mikro organisme sekunder
terhadap
luka
operasi
sesarea.
7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan pengobatan
(Susan Martin Tucker,dkk 1988).
2.
Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan hasil
pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan pada
klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien dan mengatasi masalahnya.
Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah :
DX
I
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen bawah
rahim
Tujuan
:
Klien
tidak
mengalami
perdarahan
berulang
Intervensi
:
1.
Anjurkan
klien
untuk
membatasi
perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat
terjadi perdarahan
2.
Kontrol
tanda-tanda
vital
(TD,
Nadi,
Pernafasan,
suhu)
Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran atau
kemajuan keadaan klien.

3.
Kontrol
perdarahan
pervaginam
Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan pada
plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.
4. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan tindakan
segera dalam mengatasi keadaan klien.
5.
Monitor
bunyi
jantung
janin
Rasional : Denyut jantung lebih >160 serta< 100dapat menunjukkan gawat janin kemungkinan
terjadi gangguan perfusi pada plasenta
6.
Kolaborasi
dengan
tim
medis
untuk
mengakhiri
Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.

kehamilan

DX
II
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri
sekunder
keharusan
bedres
Tujuan
:
Pemenuhan
kebutuhan
klien
sehari-hari
terpenuhi
Intervensi
:
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi
therapeutik
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam
melakukan asuhan keperawatan.
2.
Bantu
klien
dalam
pemenuhan
kebutuhan
dasar
Rasional :Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga kebutuhan
klien terpenuhi,
3.
Libatkan
keluarga
dalam
pemenuhan
kebutuhan
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh keluarga
sendiri dan klien merasa diperhatikan.
4.
Dekatkan
alat-alat
yang
dibutuhkan
klien
Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri.
5.
Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.

bantuan

DX
III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta

Tujuan
:
Gawat
janin
tidak
terjadi
Intervensi
:
1.
Istirahatkan
klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
2.
Anjurkan
klien
agar
miring
kekiri
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan
aliran
balik
vena
ke
jantung
3.
Anjurkan
klien
untuk
nafas
dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin
terpenuhi
4.
Kolaborasi
dengan
dokter
tentang
pemberian
oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada
janin
meningkat.
5.
Kolaborasi
dengan
dokter
tentang
pemberian
kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada
janin.
DX
IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
Tujuan
:
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi
:
1.
Kaji
tingkat
nyeri
yang
dirasakan
klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan
sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.
2.
Jelaskan
pada
klien
penyebab
nyeri
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi dan
mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.
3.
Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan
Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.

peregangan

luka.

4.
Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa
nyeri
5.
Anjurkan
dan
latih
klien
teknik
relaksasi
(nafas
dalam)
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar dengan
harapan rasa nyeri dapat berkurang.

6.
Kontrol
vital
sign
klien
Rasional :Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau
kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.
7.
Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
memberikan
Rasional : Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeridapat berkurang.
3.2.
Solusio
3.2.1.
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya

analgetik

Plasenta
Pengertian

3.2.2.
Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak, anomali atau tumor uterus, difisiensi
gizi, merokok, konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena kana inferior dan
vena ovarika.
3.2.3.
Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang kemudian terbelah dan
meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma
desidual yang menyebabkan pelepasan,kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang
berdekatan
dengan
bagian
tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai
tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu
berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir
keluar dapt melepaskan selaput ketuban.
3.2.4.
Manifestasi
Klinis
Anamnesis : perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginam berwarna
kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri
perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok dak kematian janin intrauterine.

Pemeriksaan fisik tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
Pemeriksaan obstetric : nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai,
denyut jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena
tercampur darah.
3.2.5.
Manajemen
Terapeutik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjuran pasien untuk
tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari
peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peronai.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau
syok akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terdapat rejatan,segera

lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi, Upayakan Penyelamatan optimal
bila teratasi. Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila
janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila rejatan
tidak dapat diatasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan
janin mati, lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila
kurang dari 6cm lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia gestasi kurang dari 37
minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr.Penanganan berdasarkan berat atau
ringannya
penyakit
yaitu
:
a).
Solusio
Plasenta
Ringan
Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin hidup)
dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu persalinan spontan.
Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat
mengancam ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau infuse oksitosin
bila memungkinkan. Jika terus pendarahan,skor pelvic kurang dari 5 atau persalinan masih lama,
lakukan seksio sesarea.
b).
Solusio
plasenta
sedang/berat
Resusitasi
cairan
Atasi
anemia
dengan
pemberian
transfuse
darah
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam, perabdominan bila tak
dapat
Bila terdapat rejatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 gr atau lebih.
Pikirkan partus perabdominan bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.
Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau
preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya solusio plasentae
sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan kematian janin 5080%.
3.2.6.
a).
1).
Usia,
2).

3).
4).
5).

Asuhan

Keperawatan
Pengkajian
Data
Biografi
Demografi
jenis
kelamin,
pekerjaan
serta
identitas
lain
yang
mendukug.
Riwayat
Kesehatan
Riwayat
penyakit
dahulu(DM,gagal
ginjal
dan
hipertensi)
Riwayat
kesehatan
keluarga
Riwayat
kehamilan
yang
lalu
Riwayat
ginekologis
Status
kesehatan
sekarang
Riwayat
status
nutrisi
Kebiasaan
(merokok,
penggunaan
obat-obatan
dan
alkohol)
Status
psikologis
Kepercayaan
Keagamaan

6).

Pemeriksaan
Fisik
Vital
sign
(TD,
nadi,
respirasi
dan
suhu)
Tinggi badan dan berat badan (sebelum hamil dan setelah hamil)
Sistem
kardiovaskuler,
hipotensi,
tachicardi,
dan
cyanosis)
Sistem
perkemihan
(intake
dan
output)
Sistem
integument
(udem,pucat,
kulit
dingin)
Sistem reproduksi (pemeriksa leopoid I IV, kontraksi uterus yang meningkat. Status serviks,
perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang makin tinggi).
Status
janin
(DJJ
menurun,
pergerakan
janin
menurun).
7). Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia darah})
b).
Diagnosa
Keperawatan
1)
Gangguan perfusi jaringan serta umum berhubungan dengan hipovelemik shock.
2) Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah
3)
Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek negatif dari perdarahan atau
pengeluaran
kehamilan
4) Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
adekuatnya pada plasenta
c).
Intervensi
Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan secara umum berhubungan dengan hipovolemik shock
Tujuan
:
pefusi
jaringan
adekuat
Kriteria
:
Tanda
vital
dalam
batas
normal
Kulit
hangat
dan
kering
Nadi perifer adekuat
Tindakan
mandiri
:
a). Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau penurunan
sirkulasi
b.)
Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.
R
:
Sebagai
petunjuk
untuk
tindakan
kedaruratan
selanjutnya
c.)
Monitor intake dan output untuk memperbaiki sirkulasi volume cairan.
R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan volume
sirkulasi
Tindakan
kolaborasi
a.
Pemberian
oksigen
sesuai
R : Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2
b.
Pemberian
tranfusi
darah
sesuai
R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan

pada

:
indikasi
jaringan
indikasi

2). Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah
Tujuan
:
perfusi
jaringan
adekuatnya
dan
perdarahan
teratasi
Kriteria
:

Keadaan
umum
ibu
baik

Pembekuan
darah
normal

Tanda
vital
dalam
batas
normal
Sirkulasi darah baik
Tindakan
mandiri
:
a.
Kaji
dan
monitor
perdarahan
pervaginam
yang
abnormal
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah
b. Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen,
pertambahan
prothrombin,
tromboplastin
dan
pembekuan
darah)
R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah yang
ditemukan.
c.
Pemberian
trasfusi
dan
komponen
darah
sesuai
dengan
indikasi
R : tranfusi darah dapat membantu pengurangan faktor pembekuan karena proses pembekuan
yang abnormal .
d.
Pemberian
obat
sesuai
dengan
indikasi
R : pemberian obat untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi kegagalan faktor
pembekuan darah
3). Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
adekuat
pada
plasenta
Tujuan
:
perfusi
oksigen
pada
janin
adekuat
Kriteria
:

DJJ
normal
(120-160
x/menit)

Kebutuhan
oksigen
janin
terpenuhi

Kontraksi
uterus
normal

HIS
normal
Pergerakan janin baik
Tindakan
mandiri
:
a)
Monitor
DJJ
dan
pergerakan
janin
R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga pergerakan
janin dan DJJ tidak normal
b).
Anjurkan
ibu
mempertahankan
posisi
tidur
R : posisi lateral dapat memberikan sirkulasi yang optimum pada uterus dan plasenta

lateral

Tindakan
kolaborasi
a).
Pemberian
Oksigen
sesuai
R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat

:
indikasi

b).
Menyiapkan
klien
untuk
memeriksakan
amniosintesis
jika
R : pemeriksaan amniosintesis dapat dijadikan indicator kegawatan darurat janin.

diperlukan

c).
Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section caesaria
R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal distress
BAB
IV
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
PASIEN HYPEREMESIS
4.1.
Pengertian
Hyperemasis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari dan
keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering
dijumpai pada kehamilan trismeter 1. Kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida mengalami mual dan
muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan.
4.2.
Etiologi
Belum diketahui pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain :
a)
Faktor predisposisi, yaitu pamigravida, mola hidatidosa,dan kehamilan ganda
b) Faktor organic, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic
akibat
hamil
dan
resistansi
ibu
yang
menurun
c) Faktor psikologi
4.3.
Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia.,penurunan klorida urin. Selanjutnya terjadi
hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat
toksit. Pemakaian cadangan karbonhidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensu muntah marusak hepar. Selaput lender esofagus dan lambung
dapat robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
4.4
Manifestasi
klinis
Menurut berat ringannya gejala, hiperemisis grafidarum dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a)
Tingkat
I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu
makan tak ada, berat badan turun dan nyeri apigastrium. Frekwensi nadi pasien naik sekitar 100
x/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.

b)
Tingkat
II
Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik dan mata
sedikit icterik. Berat badan pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi,
dan napas bau aseton.
c)
Tingkat
III.
Kesadaran pasien menurun dari samnolen sampai koma, muntah berhenti nadi kecil dan cepat,
suhu meningkat dan tekanan darah makin turun.
4.5
Penatalaksanaan
Bila
pencegahan
tidak
berhasil,
maka
diperlukan
pengobatan
yaitu
:
a) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik.
Kalori yang diberikan secara parenteral dengan glukosa 5 % dalam cairan fisiologis sebanyak 2

3
liter
sehari.
b)
Diuresis
selalu
dikontrol
untuk
menjaga
keseimbangan
cairan
c) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik, coba berikan
makanan
dan
minimaman
yang
sedikit
demi
sedikit
ditambah.
d)
Sedatif
yang
diberikan
adalah
fenobarbital
e)
Dianjurkan
pemberian
vitamin
B1
Dan
B6
ditambah
f) Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan serta
menghilankan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.
4.6.
Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian pendekatan yang sistemik untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan
utama dari pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai
keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan pada
klien.
Langkah pertama dalam pengkajian klien hyperemisis gravidarum adalah mengumpulkan data.
Adapaun
data-data
yang
akan
dikumpulkan
adalah
:
a)
Data
Riwayat
Kesehatan.
1.
Data
Riwayat
kesehatan
sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai dengan
gejala-gejala pada hyperemisis gravidarum yaitu : mual, muntah yang terus menerus, merasa
lemah dan kelelahan, merasa haus, terasa asam dimulut, konstipasi dan demam.Kemudian dapat
juga ditemukan berat badan yang menurun, turgor kulit yang jelek, gangguan elektrolit.
Terjadinya oliguria, tachicardi mata cekung dan ikterik.
2.
Riwayat
kesehatan

Kemungkinan
klien
pernah
mengalami
hioremisis
sebelumnya.

Kemungkinan
klien
pernah
mengalami
penyakit
yang
dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan muntah.

dahulu
gravidarum
berhubungan

3.
Riwayat
kesehatan
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga

keluarga

b)
Data
fisik
biologis
Data yang dapat ditemui pada klien hiperemisis gravidarum adalah mammae membesar,
hiperpikmentasi areola mammae, terdapat cloasma gravidarum, mukosa membrane dan bibir
kering, turgor jelek, mata cekung dan sedikit ikterik, klien terlihat lemah dan lelah, tachycardia,
hipotensi, pusing kehilangan kesadaran dan terasa asam di mulut.
c)
Riwayat
menstruasi

Kemungkinan
menarche
usia
12

14
th

Siklus
28

30
hari

Lamanya
5

7
hari

Banyaknya
2

3
kali
ganti
duk
Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, muntah.
d)
Riwayat
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda

perkawinan

e)
Riwayat
kehamilan
dan
persalinan
Hamil muda : Klien pusing, mual, muntah dan tidak ada nafsu makan.
Hamil tua : Pemeriksaan umum terhadap klien tentang berat badan, tekanan
darah dan tingkat kesadaran.
f)
Data
psikologis
Riwayat psikologis sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa klien sehubungan
dengan reaksi dan perilaku klien terhadap kehamilan. Keadaan jiwa klien yang labil, mudah
marah, cemas, dan takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih dan kecewa dapat
memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri yang digunakan klien hiperemisis
gravidarum tergantung kepada pengalaman klien terhadap kehamilan dan dukungan dari
keluarga serta perawat.
g)
Data
sosial
ekonomi.
Hiperemisis gravidarum bisa terjadi pada semua tingkat ekonomi. Namun pada umumnya terjadi
pada ekonomi tingkat menengah ke bawah, hal ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang
dimiliki.
h)
Data
penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan urine. Pemeriksaan
darah yaitu nilai haemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan homokonsentrasi
yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalisa yaitu urine yang sedikit dan mempunyai
konsentrasi yang tinggi sebagai akibat dehidrasi. Terdapatnya aseton dalam urine.

Diagnosa
Keperawatan
Dari pengkajian yang telah diuraikan maka ada beberapa kemungkinan diagnosa
keperawatan yaitu:
1) Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang berlebihan
dan
pemasukan
yang
tidak
adekuat
(ireneM.
Bobak,
1995:
637)
2) perubahan nutrisi ; b/d mual dan muntah yang terus menerus (Irene M.Bobak :638)
3) gangguan rasa nyaman : nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang ( Marie
S
Jaffe
.
1989
hal
37
)
4) Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat ( Marie S .
Jaffe
.
1989
hal
37
)
5) Tidak efektif nya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap kehamilan dan
perubahan
sebagai
ibu
(
Sharon
J
Reeder
.1987
hal
748)
6) Potensial perubahan nutrisi fetal b/d berkurang nya peredaran darah makanan ke
janin ( ( Sharon J Reeder .1987 hal 748)
Perencanaan
1) Kekurangan cairan dan elektrolit b/d muntah yang berlebihan dan pemasukan yang tidak
adekwat
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit tidak terganggu
Intervensi
:

Istirahatkan
klien
di
tempat
yang
nyaman
Rasional : Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi.Kerja metabolisme tidak meningkat
sehingga tidak merangsang untuk tidak terjadinya mual dan muntah

Monitor
vital
sign
serta
tanda

tanda
dehidrasi
Rasional : Dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat diketahui keadaan umum
klien dan sejauh mana kekurangan cairan pada klien.Tekanan darah menurun, suhu meningkat
dan nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehidrasi dan hipovolemia

Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
infuse
Rasoinal : Pemberian cairan infuse dapat mengganti jumlah cairan elektrolit yang hilang dengan
cepat

Monitor
tetesan
cairan
infuse
Rasional : Jumlah dan tetesan infuse yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya kelebihan
atau kekurangan cairan pada sistim sirkulasi.

Catat
intek
dan
out
put
Rasional : Dengan mengetahui intek dan out put cairan diketahui keseimbangan cairan dalam
tubuh.

Setelah
24
jam
pertama
anjurkan
minum
tiap-tiap
Rasional : Minum yang sering dapat menambah pemasukan cairan melalui oral

jam

2). Perubahan nutrisi ; Kurang dari keburuhan tubuh b/d muntah yang terus menerus
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi
:

Kaji
kebutuhan
nutrisi
klien
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi klien dapat diamati sejauh mana
kekurangan nutrisi pada klien dan tindakan selanjutnya.

Observasi
tanda-tanda
kekurangan
nutrisi
Rasional :Untuk mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi akibat muntah yang
berlebiahan.
Setelah 24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi
pemenuhan lambung dan mengurangi kerja peristaltik usus serta memudah kan penyerapan
makanan .

Berikan
makanan
dalam
keadaan
hangat
dan
Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menambah nafsu makan .

bervariasi.

Beri
makanan
yang
tidak
berlemak
dan
tidak
berminyak.
Rasional : makanan yang tidak berlemak dan berminyak mengurangi rangsangan saluran
pencernaan sehingga muntah berkurang.
Anjurkan klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan
(seperti
roti
dan
biscuit
)
Rasional : makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan dapat mengurangi mual dan
muntah .

Beri
klien
motivasi
agar
mau
menghabiskan
Rasional : Klien merasa diperhatikan dan mau menghabiskan makanan

makanan

Timbang
berat
badan
klien.
Rasional : Dengan menimbang berat badan dapat diketahui keseimbangan berat badan sesuai
usia kehamilan dan pengaruh nutrisi.
3) Gangguan rasa nyaman :
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi .
Intervensi

Kaji

Nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang.

tingkat

:
nyeri.

Rasional : dengan mengkaji tingkat nyeri dapat diketahui tingkat nyeri pada klien
dan tindakan selanjutnya .
Atur posisi klien dengan kepala lebihtinggi selama 30 menit setelah makan
Rasional : Dengan posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada
gastroinstestinal sehingga mengurangi muntah yang berulang .

Perhatikan
kebersihan
mulut
klien
sebelumdan
sesudah
muntah
.
Rasional : Kebersihan mulut yang baik dan terpelihara dapat menimbulkan ras nyaman dan
muntah berkurang .

Alihkan
perhatian
pada
hal
yang
menyenangkan
Rasional : Dengan mengalihkan perhatian diharapkan klien dapat melupakan rasa
nyeri akibat muntah yang berulang.

Anjurkan
klien
untuk
Rasional : Dengan istirahat yang
menambah ketenangan klien .

beristirahat
cukup dan

dan
batasi
pengunjung
membatasi pengunjung
dapat

Kolaborasi
pemberian
obat
anti
emetik
dan
sedative
dengan
dokter
Rasional : Obat anti emetic mengurangi muntah danobat sedative membuat klien
tenang sehingga mengurangi rasa nyeri .
4). Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang
Tujuan
:Eliminasi
Intervensi

Kaji
pola
eliminasi
Rasional : Untuk mengetahui kebiasaan eliminasi sehari hari

tidak

adekuat.
teratur.
:
klien

Anjurkan
klien
makan
buah-buahan
dan
sayuran
Rasional : Dengan memakan buah-buahan dan sayuran yang banyak dapat melancarkan BAB.

Anjurkan
klien
untuk
menghabiskan
diet
yang
diberikan.
Rasional : Dengan menghabiskan diet yang diberikan intek makanan adekwat dan konstipasi
tidak terjadi

Anjurkan
klien
banyak
Rasional : Cairan yang banyak memperlunak veses sehingga mencegah komplikasi

Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
Rasional : Pemberian obat pencahar dapat melancarkan BAB

obat

minum

pencahar.

5). Tidak efektifnya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap kehamilan dan perubahan
sebagai
ibu.
Tujuan:
Pola
pertahanan
diri
afektif
Intervensi
:
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung terhadap kehamilan.
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan klien dapat diketahui reaksi klien terhadap
kehamilan

Dengarkan
keluhan
klien
dengan
penuh
Rasional : Klien merasa diperhatikkan dan tidak sendiri dalam menghadapi masalah.

perhatian

Diskusikan bersama klien tentang masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah yang
dilakukan
Rasional : Melalui diskusi dapat diketahui pola pertahanan diri klien dalam menghadapi
masalahnya
Bantu klien dalam memecahkan masalahnya terutama yang berhubungan dengan kehamilan
Rasional : Dengan membantu memecahkan masalah klien da[pat menemukan pola pertahanan
diri yang efektif.

Dukung
klien
jika
pemecahkan
masalah
Rasional : Akan menambah percaya diri dalam melakukan pemecahan masalah.

konstruktif

Libatkan
keluarga
dalam
kehamilan
klien
Rasional : Keluarga dapat diajak bekerja sama dalam memberikan dorongan pada klien terhadap
kehamilannya.

Kolaborasi
dengan
ahli
psikiatri
jika
diperlukan
Rasional : Untuk mengetahui adanya kemungkinan factor psikologis yang lebih berat sebagai
penyebab masalah.
6).Potensi perubahan nutrisi vetal b/d Berkurangnya peredaran darah dan makanan ke janin
Tujuan
:
Perkembangan
janin
tidak
terganggu
Intervensi
:
Jelaskan pada klien pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan janin
Rasional : Agar klien menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin dank lien mengetahui
kebutuhan nutrisinya.

Periksa
Fundus
Rasional : Untuk mengetahui fundus uteri yang sesuai dengan kehamilan

uteri


Monitor
denyut
jantung
janin
Rasional : Denyut jantung yang masih dalam keadaan normal dan aktif menandakan janin masih
dalam keadaan baik.
BAB
GANGGUAN HEMATOLOGI

1.
ANEMIA
DALAM
KEHAMILAN
Baik di Negara maju maupun di Negara berkembang, seseorang di sebut menderita anemia bika
kadar hemoglobin ( HB ) kurang dari 10 gr%, di sebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr%,
di
sebut
anemia
gravis
.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%.
Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan,
hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan
antenatal.
Penyebab
anemia
umumnya

Kurang
gizi
(malnutrisi

Kurang
zat
besi
dalam

kehilangan
darah
yang
banyak:
persalinan
yang
lalu,
Penyakit penyakit kronik: tbc, paru, cacing usus, malaria dll.

adalah:
)
diet
Malabsorbsi
haid
dll.

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hyperemia / hipervolumia) karena itu terjadi
pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.
Perbandingan
pertambahan
tersebut
adalah:

Plasma
darah
bertambah:
30%

Sel-sel
darah
bertambah
:
18%

Hemoglobin
bertambah
:
19%
Secara fisiologis pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.
Pengaruh
Anemia
terhadap
Kehamilan
,
persalinan
,
dan
Nifas:

Keguguran

Partus
Prematurus

Inersia
uteri
dan
partus
lama,
ibu
lemah

Atonia
uteri
dan
menyebabkan
pendarahan

Syok

Afibrinogenemia
dan
hipofibrinogenimia

Infeksi
intrapartum
dan
dalam
nifas
Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung, yang
bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.
Pengaruh
Anemia
terhadap
hasil
konsepsi
Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk

pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini
membutuhkan 1\10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan
bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limfa,dan sumsum tulang
Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini
habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan
banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:

Keguguran

Kematian
jann
dalam
kandungan

Kematian
janin
waktu
lahir

Kematian
perinatal
tinggi

Prematuritas

Dapatterjadi
cacat
bawaan
Cadangan besi kurang
Klasifikasi
Anemia

Anemia

Anemia

Anemia
Anemia hemolitik ( sel sickle) (0,7%)

dalam
defisiensi

besi
megaloblastik
hipoplastik

kehamilan
(62,3%)
(29,05)
(8,0%)

Anemia
defisiensi
besi
(62,3%)
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta paling banyak di jumpai.
Penyebabnya telah dibicarakan di atas sebagai penyebab anemia umumnya.
Pengobatan
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil, dan dalam laktasi yang di anjurkan adalah:

FNB
Amerika
Serikat
(1958):
12
mg-15mg-15mg.

LIPI
Indonesia
(1968):
12mg-17mg-17mg.
Kemasan
zat
besi
dapat
di
berikan
peroral
atau
parenteral.
Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x0,20mg.
Parenteral: di berikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absorbsi di saluran
pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau intravena. Kemasan ini
antara lain : imferon, jectover, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral.
Anemia
megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik tau pernisiosa. Penyebany adalah karena
kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12. biasanya karena
malnutrisi dan infeksi yang kronik
Pengobatan:

asam
folik
15-30mg
per
hari

vitamin
B12
31
tablet
per
hari

sulvas
ferosus
31
tablet
per
hari
pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat di

berikan
tranfusi
darah.
Anemia
hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah
baru,
untuk
diagnosis
diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan:

Darah
tepi
lengkap

Pemeriksaan
pungsi
sternal
Pemeriksaan retikulosit dan lain-lain.
Anemia
hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat
dari
pembuatannya
ini
disebabkan
oleh
:
Faktor intracorpusculer : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer ; talasemia;
anemia sickle ( sabit); hemoglobinopati C, D,G, H , I; dan parasismal nocturnal
hemoglobinuria.
Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan ; leukemia, dll
Gejala utama adalah : Anemia dengan kelainan- kelainan gambaran darah, kelemahan, kelelahan
serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
II
LEOKEMIA
DAN
KEHAMILAN
Leokemia dan kehamilan tidak begitu saling mempengaruhi, namun pada wanita leukemia, bila
hamil, harus memeriksakan diri secara lebih teratur dan lebih sering, karena ancaman terhadap
kehamilan
dan
jiwanya
tetap
ada.
Terhadap hasil konsepsi dapat terjadi abortus dan prematuritas. Bahaya perdarahan paska
persalinan cukup besar, karena pada leukemia terjadi gangguan pembekuan darah. Prognosis
untuk
ibu
dan
janin
tidak
begiti
baik.
Sampai sat ini belum ada obat-obat yang memuaskan terhadap leukemia. Cara pengobatan
adalah
:
Radiasi : ini sangat membehayakan janin dalam kandungan, karena akan menimbulkan
kelainan teratogenik atau kematian janin dalam kandungan. Bila akan diberikan terapi radiasi
dan kemoterapi, sebaiknya terlebih dulu hasil konsepsi dikeluarkan ( abortus terapeutik)

Transfusi
darah

Kemoterapi
dan
sirtotastika

Anti
metabilit
Kortikosteroid
Pencegahan

Wanita
leukemia
Dianjurkan memakai kontrasepsi / tubektomi

sebaiknya

jangan

hamil

HEMOSTATIS
DAN
KELAINAN
PEMBEKUAN
DARAH
Penyakit ini adalah terhentinya atau penghentian aliran darah dari pembuluh darah yang terbuka
atau terluka.

Ada
3
faktor
dalam
proses
hemostasis:
1. Faktor ekstra vaskuler : factor jaringan seperti kulit, otot, subkutis dan
jaringan
lain.
2.
Faktor
vaskuler
yaitu
dinding
pembuluh
darah
3. Faktor intra vaskuler yaitu : zat yang terdapat dalam pembuluh darah:
Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam
situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang diterapkan. Tindakan keperawatan harus
mendetail agar semua tenaga perawatan dapat menjalankan dengan baik dalam jangka waktu
yang
telah
ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung melaksanakannya pada klien
dan perawat dapat mendelegasikannya kepada orang lain yang dipercayai dibawah pengawasan
yang masih seprofesi dengan perawat.
Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan
peilaku klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien teratasi. Disamping itu perawat
juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yangh ditetapkan belum tercapai
dan proses keperawatan segera dimodifikasi.
BAB
PENUTUP

VI

5.1.
Kesimpulan
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan . penyakit ini mungkin timbul pada triwulan ketiga kehamilan , tetapi dapat terjadi
sebelumnya
misalnya
karea
molahidatidosa.(
Winknjosastro,
1997:282)
Perdarahan antepartum (HAP) merupakan perdarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan mingggu ke -28 dan awal partus . Penyebab utama perdarahan antepartum adalah:

Plasenta
previa.

Solutio
plasenta.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan seharihari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk .
Gangguan hematology adalah kelainan darah yang dapat ditemui pada ibu hamil yang dapat
menyebabkan
kematiaqn
pada
janin
maupun
pada
ibu.
Keempat factor diatas harus diwaspadai bila terjadi pada masa kehamilan dan perlu penanganan
lebih dini .
5.2.
Sasaran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre-eklamsia, perdarahan antepartum ,
hyperemesis, gangguan hematologi di perlukan pengkajian secara lengkap agar dapat

menetapkan diagnosa keperawatan secara cepat dan tepat terhadap klien sehingga tercapainya
peningkatan kesejahteraan ibu dan anak.

S-ar putea să vă placă și