Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DISLOKASI SENDI
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
BAB I
PENDAHULUAN
dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan
(acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1.1 Apa pengertian dislokasi sendi?
1.2.2 Apa etiologi dislokasi sendi?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis dislokasi sendi?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dislokasi sendi?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dislokasi sendi?
1.2.6 Apa saja komplikasi dislokasi sendi?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang untuk dislokasi sendi?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan untuk dislokasi sendi?
1.2.9 Bagaimana pathway dari dislokasi sendi?
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
1.3.9
1.4 Manfaat
Mahasiswa mengetahui tentang dislokasi sendi serta cara penanganannya, kemudian dapat
diterapkan dalam layanan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita dislokasi sendi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi, Keadaan dimana tulangtulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)
3
(Brunner & Suddarth, 2002). Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan
pertolongan segera (Arif Mansyur, dkk. 2000). Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya
permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain (Sjamsuhidajat, 2011).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi untuk
mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi (Carpenito, 2000). Dislokasi
adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang lainnya sudah tidak
menyinggung satu dengan lainnya (Price & Wilson, 2006).
Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan deformitas
(Kowalak, 2011). Jadi, dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya. Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah
mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang mengalami
dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit
dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan,
semakin baik penyembuhannya.
2.2 Etiologi
Dislokasi terjadi saat ligamen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). Patah tulang
di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang
disebut fraktur dislokasi. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya dislokasi sendi antara lain
sebagai berikut.
a. Cedera
olah
raga
biasanya
menyebabkan
dislokasi
adalah
sepak
bola
dan
hoki serta olahraga yang beresiko jatuh, misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam,
volley, basket, dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan
jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga benturan keras pada sendi saat
kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi, terjatuh dari tangga atau terjatuh saat
berdansa diatas lantai yang licin.
c. Terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital
penghubung tulang.
d. Terjatuh.
2.3 Jenis-Jenis Dislokasi Sendi
Dislokasi sendi dapa dibedakan sebagai berikut.
a. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
b. Dislokasi patologik
Terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
c. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena mengalami pengerasan) terjadi
karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya
dan merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada
orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi sebagai berikut.
a. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip serta disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
b. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah
tulang/ fraktur yang disebabkan berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena
kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
a. Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena menguap atau terlalu lebar serta terkena
pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup
mulutnya kembali.
b. Dislokasi Sendi Bahu
5
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral berada di anterior dan medial glenoid
(dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi
inferior).
c. Dislokasi Sendi Siku
Mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi
sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan
sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
d. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut
akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau
punggung tangan.
e. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
f. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra).
g. Dislokasi Patella
Dislokasi patella paling sering terjadi ke arah lateral. Reduksi dicapai dengan memberikan
tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahanlahan. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.
2.4 Manifestasi Klinis
a. Nyeri akut.
b. Perubahan kontur sendi.
c. Perubahan panjang ekstremitas.
d. Kehilangan mobilitas normal.
e. Perubahan sumbu tulang yag mengalami dislokasi.
f. Deformitas pada persendiaan
Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
g. Gangguan gerakan Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
h. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.
i. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi
Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
j. Kekakuan.
6
2.5 Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari tiga hal tersebut, menyebabkan
dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan
pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang
terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
2.6 Komplikasi
a. Komplikasi dini
1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan
mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2. Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak.
3. Fraktur disloksi.
b. Komplikasi lanjut.
1. Kekakuan sendi bahu:I immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral
secara otomatis membatasi abduksi.
2. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek.
3. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid.
4. Kelemahan otot.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
b. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga
memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada
psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
c. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio
tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh
(terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
2.8 Penatalaksanaan
Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau siku. Reposisi
dapat diadakan dengan gerakan atau perasat yang barlawanan dengan gaya trauma dan kontraksi
atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekuatan karena bisa mengakibatkan
patah tulang. Untuk mengendurkan kontraksi dan spasme otot perlu diberikan anastesi setempat
atau umum. Kekenduran otot memudahkan reposisi.
a. Reposisi
1. Lakukan reposisi segera.
2. Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan kembali. Tindakan ini
sering dilakukan anestesi umum untuk melemaskan otot-ototnya.
3. Dislokasi sendi :
1. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anestesi. Misalnya
dislokasi jari ( pada fase shock ), dislokasi siku, dislokasi bahu.
2. Dislokasi sendi besar. Misalnya panggul memerlukan anestesi umum
3. Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot dan latihan yang aktif
dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi yang penuh, khususnya pada
sendi bahu.
4. Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat tanda-tanda gangguan neumuskular
yang berat atau jika tetap ada gangguan vaskuler setelah reposisi tertutup berhasil
dilakukan secara lembut. Pembedahan terbuka mungkin diperlukan, khususnya kalau
jaringan lunak terjepit diantara permukaan sendi.
8
2. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologis : pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
1. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang.
Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa:
sehari 31 kapsul, anak: sehari 31/2 kapsul.
2. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut
atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek
samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa;
dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
b. Pembedahan
1. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada pengendalian
medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang
mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan
meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction
and Fixation). Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya
yang lazim dilakukan :
a. Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah
setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
9
b. Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
c. Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog)
untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang
yang berpenyakit.
d. Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
e. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar)
atau melalui pembedahan sendi terbuka.
f. Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
g. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
h. Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan
logam atau sintetis.
2. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika
dislokasi berat.
RICE
1. R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
b. Pencegahan
1. Cedera akibat olahraga
a. Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari.
b. Latihan atau exercise.
c. Conditioning.
2. Trauma kecelakaan
1. Kurangi kecepatan.
2. Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman.
3. Patuhi peraturan lalu lintas
10
BAB III
PATHWAY
Etiologi
Cedera olahraga
Trauma Kecelakaan
Radang
cedera jar.lunak
Ketidakmampuan mengunyah
spasme otot
Ketidakseimbangan nutrisi
nyeri akut
ekstremitas
hambatan mobilitas fisik
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
a.
Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,asuransi golongan darah ,nomor registrasi, tanggal dan
jam masuk rumah sakit (MRS), dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi:
1. Umur. Pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga menyebabkan
fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi cenderung terjadi pada orang
dewasa dari pada anak-anak, biasanya klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth
out.
2. Pekerjaan. Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelakaan yang
mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang mempunyai
pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh , atupun kecelakaan di tempat kerja ,
kecelakaan industri dan atlit olahraga, seperti pemain basket , sepak bola dll
3. Jenis kelamin. Dislokasi lebih sering di temukan pada anak lakilaki dari pada
perempuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda.
b.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah
nyeri, kelemahan dan kelumpuhan ekstermitas, nyeri tekan otot, dan deformitas pada daerah
trauma, untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan
metode PQRS.
c.
kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan, pengkajian yang di dapat meliputi nyeri,
paralisis extermitras bawah, syok .
d.
riwayat cedera, diabetes milittus, penyakit jantung, anemia, obat-obat tertentu yang sering di
guanakan klien, perlu ditanyakan pada keluarga klien.
e.
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemeriksaan fisik sangat
berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-B6 dengan
fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone).
1. Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran ,periksa adanya perubahan tanda-tanda vital ,yang meliputi brikardia
,hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.
2. B3 ( brain)
a) Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah kompos mentis
b) Pemeriksaan fungsi selebral
c) Status mental: observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah
aktivitas motorik klien
d) Pemeriksaan saraf kranial
e) Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles menghilang dan
refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring melemah
3. B6 (Bone)
a) Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi sekrum gejala
gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena
b) Look,
pada
insfeksi
parienum
biasanya
di
dapatkan
adanya
pendarahan,
a.
b.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi.
c.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
d.
e.
Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.
Intervensi
Gangguan
Hasil
Rasa nyeri teratasi.
rasa nyaman
Kriteria hasil:
2. Berikan posisi
nyeri
1. Klien tampak
berhubungan
tidak meringis
dengan
lagi.
diskontinuitas
jaringan.
2. Klien tampak
rileks.
Rasional
1. Mengetahui
intensitas nyeri.
2. Posisi relaksasi
3. Ajarkan teknik
distraksi dan
mengalihkan focus
relaksasi
4. Berikan lingkungan
yang nyaman, dan
aktifitas hiburan
5. Kolaborasi
pemberian
analgesik
nyeri.
3. Tehnik relaksasi dan
distraksi dapat
mengurangi rasa
nyeri.
4. Meningkatkan
relaksasi pasien
5. Analgesic
Gangguan
Memberikan
mobilitas
kenyamanan dan
fisik
melindungi sendi
berhubungan
selama masa
dengan
penyembuhan.
deformitas
Kriteria hasil:
1. Kaji tingkat
mobilisasi pasien
2. Berikan latihan
ROM
3. Anjurkan
penggunaan alat
14
Mengurangi nyeri
1. menunjukkan
tingkat mobilisasi
pasien dan
menentukan
intervensi
selanjutnya.
bantu jika
mobilisasi.
diperlukan
peningkatan
toleransi
aktivitas
5. Membantu pasien
2. Memberikan latihan
ROM kepada klien
untuk mobilisasi
3. Alat bantu
(termasuk
untuk imobilisasi
memperingan
aktivitas sehari-
mobilisasi pasien
hari)
maupun keluarga
4. Agar mendapatkan
2. menunjukkan
penurunan tanda
5. Dapat membnatu
intolerasi
pasien untuk
fisiologis,
imobilisasi
misalnya nadi,
pernapasan, dan
tekanan darah
masih dalam
rentang normal
Perubahan
Kebutuhan nutrisi
1.Mengidentifikasi
termasuk makan
defisiensi,
dari
Kriteria hasil:
yang disukai
memudahkan
kebutuhan
1. Menunujukkan
tubuh
peningkatan
masukkan makanan
berhubungan
/mempertahanka
pasien
dengan
n berat badan
kegagalan
dengan nilai
untuk
laboratorium
mencerna
normal.
atau ketidak
2. Tidak
3. Timbang berat
badan setiap hari.
4. Berikan makan
sedikit dengan
intervensi
2.Mengawasi
masukkan kalori
atau kualitas
kekurangan
konsumsi makanan
3.Mengawasi
penurunan berat
mampuan
mengalami
badan atau
mencerna
tanda mal
waktu makan
efektivitas
makanan
nutrisi.
intenvensi nutrisi
/absorpsi
3. Menununjukkan
kejadian
4.Menurunkan
nutrient yang
perilaku,
mual/muntah, flatus
kelemahan,
diperlukan
perubahan pola
meningkatkan
untuk
hidup untuk
yang berhubungan
pemasukkan dan
pembentukan
meningkatkan
sel darah
dan atau
merah.
mempertahanka
n berat badan
sesudah makan,
menunjukkan efek
yang sesuai.
anemia (hipoksia)
halus untuk
pada organ.
penyikatan yang
mencegah distensi
gaster
5.Gejala GI dapat
6.Meningkatkan nafsu
lembut. Berikan
makan dan
pemasukkan oral.
di encerkan bila
Menurunkan
pertumbuhan
7. Kolaborasi pada
bakteri,
meminimalkan
rencana diet.
kemungkinan
8. Kolaborasi ; pantau
infeksi. Teknik
hasil pemeriksaan
perawatan mulut
laboraturium
khusus mungkin
9. Kolaborasi; berikan
obat sesuai indikasi
diperlukan bila
jaringan
rapuh/luka/perdarah
an dan nyeri berat.
7.Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi
kebutuhan
individual
8.Meningkatakan
16
efektivitas program
pengobatan,
termasuk sumber
diet nutrisi yang
dibutuhkan.
9.Kebutuhan
penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan atau
adanyan masukkan
oral yang buruk dan
defisiensi yang
Ansietas
kecemasan pasien
berhubungan
teratasi.
dengan
Kriteria hasil:
kurangnya
1. klien tampak
pengetahuan
rileks
tentang
2. klien tidak
penyakit
tampak
bertanyatanya
diidentifikasi.
1. mengetahui tingakat
kecemasan pasien
dan menentukan
pasien mengungkap
intervensi
selanjutnya.
takutnya
3. Kaji pengetahuan
2. Mengali
pengetahuan dari
Pasien tentang
pasien dan
mengurangi
dijalaninya.
kecemasan pasien
4. Berikan informasi
seberapa tingkat
pengetahuan pasien
dijalani pasien
dengan penyakitnya
4. Agar pasien
mengerti tentang
penyakitnya dan
tidak cemas lagi
17
Gangguan
Pasien bisa
bodi image
mengatasi body
berhubungan
image pasien
dengan
deformitas
1. Dapat mengetahui
pasien
2. Menjalin saling
dengan pasien
3. Bantu pasien
dan
mengungkapkan
bertanya pasien
perubahan
masalahnya
untuk
bentuk tubuh.
4. Bantu pasien
mengungkapkan
mengatasi
masalahnya.
masalah nya
4. mengetahui masalah
pasien dan dapat
memecahkannya
Implementasi
1. Telah dilakukan pengkajian skala
nyeri
2. Telah diberikan posisi relaks pada
pasien
3. Telah diajarkan teknik distraksi dan
relaksasi
4. Telah diberikan lingkungan yang
nyaman, dan pemberian aktifitas
hiburan
5. Telah dilakukan tindakan kolaborasi
disukai
darah merah
pasien
3. Telah dilakukan timbang berat
badan setiap hari.
4. Telah diberikan makan sedikit
dengan frekuensi sering dan atau
makan diantara waktu makan
5. Telah dilakukan observasi dan
pencatatan kejadian mual/muntah,
flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan
6. Telah diberikan dan dibantu
hygiene mulut yang baik, sebelum
dan sesudah makan dengan
menggunakan sikat gigi halus
untuk penyikatan yang lembut.
Telah diberikan pencuci mulut yang
di encerkan bila mukosa oral luka.
7. Telah dilakukan kolaborasi dengan
ahli gizi untuk rencana diet.
8. Telah dilakukan kolaborasi dengan
memantau hasil pemeriksaan
19
laboraturium
9. Telah dilakukan kolaborasi dengan
Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit
diri pasien
2. Telah diajarkan pola BHSP dengan
pasien
3. Telah dilakukan tindakan
membantu pasien mengungkapkan
masalahnya
4. Telah dilakukan tindakan
membantu pasien mengatasi
masalahnya.
Diagnosa
rasa
nyaman
dengan
Evaluasi
nyeri S: Pasien mengatakan Sus, saat ini
discontinuitas
P: Intervensi dihentikan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan S: Pasien berkata bahwa ia sudah bisa
dengan
deformitas
dan
nyeri
saat
mobilisasi.
P: Intervensi dilanjutkan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan S: Pasien mengatakan makanan saya
tubuh b.d kegagalan untuk mencerna
atau
ketidak
makanan
mampuan
/absorpsi
nutrient
P: Intervensi dilanjutkan
Gangguan bodi image berhubungan S: Pasien mengatakan saya sudah
dengan deformitas dan perubahan bentuk
tubuh.
ini.
O: Pasien mulai nampak percaya diri
dengan kondisi saat ini.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
21
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain (Sjamsuhidajat, 2011). Dislokasi terjadi saat ligamen
rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal
didalam sendi. Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital
yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya
trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas
sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dislokasi
dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau siku. Reposisi dapat diadakan
dengan gerakan atau perasat yang barlawanan dengan gaya trauma dan kontraksi atau tonus otot.
22
Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekuatan karena bisa mengakibatkan patah tulang. Untuk
mengendurkan kontraksi dan spasme otot perlu diberikan anastesi setempat atau umum.
5.2 Saran
Pengetahuan seorang perawat tentang konsep dasar sebuah penyakit dapat membantu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Seorang perawat yang telah mampu menguasai
konsep dasar penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Baughman C. Diane (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta.
Brashers, Valentina L. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen, Ed. 2. Alih
bahasa oleh Kuncara. Jakarta: EGC.
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasa oleh Hartono, dkk. Jakarta: EGC.
Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. EGC :
Jakarta
Corwin Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan.
EGC : Jakarta.
Mansjoer Arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II. Penerbit Buku
Aesculapius Fakultas Kedokteran VI, Jakarta
Sloanne Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC: Jakarta
23