Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit pada sistem pernafasan merupakan masalah yang sudah umum terjadi di
masyarakat. Dan TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan kematian
dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit
(morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama. Penyakit ini biasanya banyak
terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi
menengah ke bawah.
Di Indonesia TB paru merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan
dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India
dan China dalam jumlah penderita TB paru di dunia.
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia,
menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta
orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25%
dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan
95% penderita TB berada di negara-negara berkembang. Dengan munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Hasil survey kesehatan
rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernapasan pada semua golongan usia dan nomor I dari golongan infeksi. Antara tahun
1979-1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400
penderita tiap 100.000 penduduk.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita
terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik
pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan TB Paru.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan TB Paru.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan
ludah yang mngandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas.
(Widoyono, 2008)
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
B. Etiologi
Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,54 mikron x 0,3-0,6
mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari
lipoid (terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian
warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA),
serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam keadaan
kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100C selama 5-10 menit atau pada
pemanasan 60C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik.
Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap
(bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono,
2008).
C. Penularan
Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien tuberculosis batuk dan
percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat
bernafas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang
3
lain, basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa
inkubasinya selama 3-6 bulan.
Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber
infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko
tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia dibawah 3 tahun, risiko
rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda,
dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan
bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau
langsung ke organ terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga
kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%.hasil studi lainnya
melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah)akan 2 kali lebih
berisiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah).
Seseorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi
menularkan penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak
menularkan. Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar
10/100.000 populasi. Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100
penduduk terdapat 1-3 warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTAnya akan positif (0,5%). (Widoyono, 2008)
D. Manifestasi Klinis
Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah
tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang paling banyak terjadi yaitu :
1. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-kadang panas
badan mencapai 40-410C. Demam biasanya menyerupai demam
influenza
sehingga penderita biasanya tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.
2. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya dialami 4
minggu dan bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk non produktif.
Keadaan ini biasanya akan berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk darah
4
pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
meliputi bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkanpleuritis.
5. Malaise
Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (BB menurun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dan berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Ari Sandi, 2012)
E. Patofisiologi
Jalur masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air
borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam
ruang
alveolus,
kuman
akan
mulai
mengakibatkan
peradangan.
Leukosit
F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum pemeriksaan fisik, dokter juga
menemukan suatu kelainan paru. Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna
untuk mengevaluasi hasil pengobatan, di mana hal ini bergantung pada tipe
keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT. Penyembuhan total
sering kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat muncul
pada sebuah proses penyembuhan yang lengkap.
2. Pemeriksaan CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik
ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan
berkas
bronkhovaskuler,
bronkhiektasis,
serta
emfisema
perisikatrisial.
1. Komplikasi dini
a) Pleuritis
b) Efusi pleura
c) Empiema
d) Laringitis
Menjalar ke organ lain : Usus
2. Komplikasi lanjut
a) Obstruksi jalan napas : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)
b) Kerusakan parenkim berat : SOPT/Fibrosis paru, kor pulmonal
c) Amiloidosis
d) Karsinoma paru
e) Sindrom gagal napas dewasa (ARDS)
H. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
2. Medis
OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakteri
sida dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:
Membuat Konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisida.
Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
Fase lanjut
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Idetitas pasien
Nama
: Tn. C
Umur
: 59 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Alamat
Tanggal masuk
Tanggal dikaji
: Tn. Y
Umur
: 38 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Saudara
Pekerjaan
: Tani
2. Keluhan utama :
Sesak dan Batuk berdarah 1 hari yang lalu
3. Riwayat penyakit sekarang
P : Sesak napas
Q : Nyeri saat batuk
R : Dibagian dada
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri dirasakan saat bernapas dan batuk
Pengobatan
-
IVFD RL : D5 = 1:1
O2 2-4 ltr/mnt
Diet jantung, O2 3-4 liter/mnt
Traneksamat 2x1 amp (IV)
Ceftriaxon 2x1 amp
Ranitidin 1 amp 2 x 1
Sanmol 3x1 tab (oral)
OBH 3x1 sendok makan (oral)
Analisa Data
N
O
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
10
1.
DS:
Pasien
mengeluh
nyeri dada saat
batuk
- Pasien
meringis tiap
batuk
- Pasien
gelisah
Skala nyeri : 4
Nyeri
Gangguan pemenuhan
kebutuhan Rasa nyaman
nyeri dada
DS: Pasien
mengatakan
sering batuk
dan sesak
Do: - Pasien batuk
produktif
- Suara napas
ronchi
- Sputum
kental
RR : 31x/mnt
TD : 140/60
mmHg
Pols : 90x/mnt
Infasi mycobacterium
tuberculosa dalam tubuh
Peningkatan metavolisme
berlebihan pemecahan
karbohidrat, lemak dan protein
BB menurun
Do:
2.
3.
DS
Temp: 38,50C
Do:
-Pasien
mengatakan
tidak napsu
makan
- BB tidak
sesuai dengan
TB (55/170)
- Porsi makan
tidak habis
11
C. Asuhan Keperawatan
No
1.
Data
DS: Pasien
mengeluh
nyeri ada pada
saat bernapas
Do: dan batuk
(meringis)
- Pasien gelisah
-Denyut nadi
lebih dari
normal
(90x/menit)
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
kebutuhan rasa
nyaman
berhubungan
dengan nyeri
dada
Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan kep.
Nyeri dapat
berkurang
Dengan kriteria :
- nyeri bekurang
dengan skala 1-4
ekspresi rileks
- Tanda vital
dalam rentang
normal
Intervensi
1. kaji skala nyeri
2. memonitor
Tanda Vital px
3. berikan
kesempatan
klien untk
istirahat
4. berikan terapi
obat
(berkolaborasi)
Rasional
Implementasi
Evaluasi
1. Untuk
mengetahui
tingkat nyeri
2. utuk
mengetahui
keadaan umum
dan tanda vital
3. istirahat dapat
mengurangi
nyeri
4. pemberian
terapi obat
sesuai terapi
(tindakan
kolaborasi}
1. kaji skala
nyeri : skala
4
2. memonitor
tanda vital :
- TD :
130/90mmH
g
- RR :
31x/menit
- Pols :
90x/menit
- Temp 38oC
3. batasi
pengunjung
atau
pembesuk
4. berikan obat
sesuai
dengan
instruksi :
- Oral : Sanmol
-Inj :
cefotaxime (3x1)
-traneksamat
(3x1)
S :Klien
mengatakan tidak
nyeri lagi pada
saat batuk
O:Klien merasa
nyaman
A :Masalah
teratasi
P :Intervensi
dihentikan.
12
2.
DS:Klien
mengatakan sering
batuk sesak
DO:Klien batuk
produktip
Suara napas rondihi
Seputum kental
Frekuensi
napas lebih dari
normal
Ketidak
efiktipan jalan
napas
berhungan
dengan adanya
proses
peradangan
pada jaringan
paru dan
sekitarnya
3.
DS:Klien mengku
tidak nafsu makan
Gangguan
pemenuhan
Setelah dilakukan
tindakan
1. Anjurkan pada
klien makan
1. U/mengeluarkan 1. Menganjurk
sekeret
an klien
u/dalam dan
2. u/meminimalka
batuk efektif
2.
menganjurka
n kebutuhan O2
3. U/mengencerka
n kien u/
n sekeet dan
tidak
memudahkanny
beraktipitas
a keluar
diluar
4. Memberikan
kemampuan
indikasi terapi
klien
sesuai
3. lakukan
pengobatan
vibriasi pad
daerah yang
sesuai
dengan
sekhalasi
4. Berikan obat
seuai
intruksi:
Sanmol,sepo
taxime,ranita
dine,asam
tranesamat,
O2
1. memaksimalkan 1. Menganjurk
masukan nutrisi
an pada
S: pasien
mengatakan tidak
batuk dan sesak
lagi
O:klien sudah
tenang
A:Masalah
teratasi
P:intervensi
dihentikan
S: pasien
mengatakan
13
nutrsi
berhubungan
dengan
meningkatnya
aktivitas
seluler
keperawatan
kebutuhan nutrisi
terpenuhi
sedikit demi
sedikit tapi
sering
kolaborasi dengan
tim gizi dalam
pemberian obat
sehingga dapat
memenuhi
kebutuhan
nutrisi sesuai
kebutuhan
tubuh
2. Memberikn
bantuan dalam
pencernaan diet
nutrisi dengan
nutrisi adekuat
untuk
kebutuhan
metabolik diet
klien makan
sedikit demi
sedikit tapi
sering
2. Berkolabora
si dengan tm
gizi dalam
pemberian
obat
Ranitidine(3
x1)
sudah mulai
makan
O:-BB sudah
mulai bertambah
-Porsi makan
habis
A:Masalah
teratasi
P:Intervensi
dihentikan
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut: Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak
sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang
panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri
tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis.
B. Saran
1. Hendaknya mewaspadai terhadap droplet yang dikeluarkan oleh klien dengan TB paru karena merupakan media penularan bakteri
tuberkulosis
2. Memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan gejala adanya TB paru.
3. Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan pada penderita TB Paru.
15
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC
Widoyono.2008.penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya. Erlangga. Jakarta
M.Ardiansyah.2012.medikal bedah untuk mahasiswa. Diva press. Yogyakarta
http://dianrina89.blogspot.co.id/2013/02/contoh-askep-tbc-tuberculosis-terbaru.htm
http://d3keperawatanperintis.blogspot.co.id/2011/01/asuhan-keperawatan-tb-paru.htm
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
b. Keluhan utama
16
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu.
c. Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.
- Malaise
- Demam ringan
- Keringat malam
- Anoreksia
- Nyeri dada
- Batuk berdahak
d. Riwayat kesehatan dahulu
-
- Tingkat kesadaran
: CM, Apatis
17
- KU
: lemah, sedang
- Head to toe
Rambut dan hygiene kepala
o Mata
: konjungtifa anemis
o Hidung
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
18
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan dmengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang / malaise.
5. Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB dan BAK.
6. Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.
7. Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami gangguan konsep diri.
8. Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta pertolongan orang lain.
9. Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kemalin. Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual
karena kelemahan tubuh
10. Pola peran Hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.
11. Nilai dan kepercayaan
Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran agama biasanya pasien tidak mengalami gangguan
dalam sisitem nilai dan kepercayaan.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret purulen pada jalan nafas.
2. Perubahan nutrisi kurangn dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum, anoreksia
19
20
E. Asuhan Keperawatan
F.
No
K.
1.
G. Diagnosa
H. Tujuan
I. Intervensi
J. Rasional
Keperawatan
L. Bersihan jalan nafas M. Bersihan
tidak
efektif
nafas
berhubungan
dengan
efektif
penumpukan
sekret
purulen
pada
bunyi
nafas,
kecepatan
dan
irama.
dapat
nafas.
nafas
jalan
bunyi
membantu
memaksimalkan
nafas dalam.
pernafasan.
3. pertahankan
masukan
cairan 3. Pemasukan
tinggi
cairan
membantu
kontra indikasi
mudah dikeluarkan.
P. Perubahan
2.
kurangn
kebutuhan
berhubungan
produksi
nutrisi Q. Menunjukkan
dari
tubuh
dengan
sputum,
berat
meningkat.
badan
N.
memudahkan pembersihan.
1. catat status nutrisi pasien, catat 1. Berguna dalam mendefinisikan derajat /
turgor kulit, berat badan dan
masalah
dalam
menentukan
pilihan
anoreksia
2. awasi masukan atau pengeluaran 3. Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
dan berat badan secara periodic
3. berikan
perawatan
mulut 4. Memaksimalkan
masukan
sebagai
kebutuhan
pernapasan.
nutrisi
energi
dan
S. Kurang
kondisi,
ahli
menentukan
belajar.
proses penyakit /
kelemahan,
perpindahan.
prognosis
pengobatan.
nutrisi
adekuat
untuk
komposisi
pemahaman
kebutuhan
gizi
dengan
diet.
1. Kaji kemampuan pasien untuk 1. Belajar tergantung pada emosi dan
pengetahuan T. Menyatakan
mengenai
dengan
diet
dan
Contoh
tingkat
2. tekankan
masalah
partisipasi
pentingnya
kebutuhan
metabolic,
kerja yang diharapkan dan alasan 4. Kombinasi INH dan Alkohol telah
pengobatan lama
menunjukkan
peningkatan
insiden
22
hepatitis.
W.
U.
V.
X.
Y.
23
Z.
24
AA.
25
AB.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
AE.
No
AF.D
AG.
x
AJ.1 AK.
AL.
Tujuan/ KH
Tujuan
Jalan nafas
efektif
AH.
Intervensi
AM.
KH :
AN.
Jalan nafas
nafas bersih.
AO.
Menunjukkan
pernapasan
4. Tingkatkan masukkan
cairan sampai 3000 ml/har
AI. Rasional
26
perilaku untuk
memperbaiki jalan
fungsi pernapasan
4. Membantu
menurunkan
efektif
kekentalan secret
5. Merilekskan otot halus
dan menurunkan
AP.2 AQ.
AR.
Tujuan :
Kerusakan
KH :
AT.Menunjukkan
perbaikan ventilasi
AU.
TTV dalam
kongesti lokal
1. Berguna untuk
evaluasi derajat ditres
pernapasan
2. Sumber utama
3. Awasi TTV
gangguan pertukaran
gas
oksimetri
5. Berikan O2 tambahan
batas normal.
3. Dapat menunjukkan
efek hipoksemia
sistemik
4. PCO2 biasanya
meningkat
5. dapat mencegah/
memperbaiki hipoksia.
AW. AX.
Tujuan :
AV.
1. Berguna dalam
27
AY.
Nutrisi
terpenuhi
AZ.
KH :
BA.
BB meningkat
BB.
Menunjukkan
mendefinisikan derajat
mukasoral.
2. Kemampuan/
2. Berguna dalam
ketidakmampuan menelan,
mengukur ke efektifan
perubahan perilaku
Nutrisi dan
untuk meningkatkan
dukungan cairan
BB
makan
4. Memaksimalkan
masukan Nutrisi tanpa
6. Awasi pemeriksaan
perlu/ kebutuhan
laboratorium
7. Berikan anti piretik tepat
28
adekuat untuk
kebutuhan metabolik
dan diet
6. Nilai rendah
menunjukkan
malnutrisi
7. Demam meningkatkan
kebutuhan metabolik
dan juga konsumsi
BC.
BD.
Tujuan:
BE.
Mempertahanka
1. Periksa kembali
kalori
1. Mengidentifikasi
kemampuan kerusakan
n posisi fungsi
optimal, dibuktikan
mempengaruhi pilihan
kontraktur
dilakukan
BF.KH :
BG.
Mempertahanka
menggunakan skala
ketergantungan ( 0-4 )
3. Letakkan pasien pada
n kekuatan dan
menghindari kerusakan
sakit
karena tekanan
2. Menentukan sejauh
mana ketergantungan
klien
3. Perubahan posisi yang
teratur menyebabkan
29
BH.
kan kembali
perilaku yang
penyebaran terhadap
bb dan meningkatkan
memungkinkan
dilakukannya
kembali aktifitas
membantu mencegah
terjadinya rotasi
BI. Mempertahankan
integritas kulit
kandung kemih dan
fungsi usus
BL.
Tujuan :
Tidak terjadi
infeksi
4. Penggunaan bantal,
mengalami penekanan,
5. Meningkatkan sirkulasi
menurunkan terjadinya
ekskoriasi
kaki
BJ.5 BK.
bagian tubuh
6. Mencegah komplikasi
yang serius
1. Membantu pasien
menyadari perlunya
mematuhi program
BM.
KH :
selama
pengobatan untuk
BN.
Menunjukkan
batuk,bersin,meludah
mencegah pengaktifan
bicara
berulang
perubahan pola
30
hidup untuk
2. Orang-orang yang
meningkatkan
beresiko,contoh anggota
lingkungan yang
rumah
sehat
untuk mencegah
penyebaran
3. Perilaku yang di
perlukan untuk
mencegah infeksi
4. Dapat membantu
menurunkan rasa
pernapasan
5. Kolaborasi dalam
membuang stikma
sosial sehubungan
sesuai indikasi
dengan penyakit
menular
5. Untuk mencegah
BO.
BP.Tujuan :
BQ.
Klien dan
keluarga
mengetahui
terjadinya infeksi
1. Belajar tergantung
pada emosi persiapan
fisik dan tingkatkan
pada tahapan individu
31
penyakitnya
BR.
KH :
3. Tekankan pentingnya
2. Dapat menunjukkan
mempertahankan protein
kemajuan atau
penaktifan ulang
hidup untuk
penyakit
memperbaiki
adekuat
BS.Melakukan perilaku
kesehatan umum
3. Membantu
meminimalkan
dan menurunkan
kelemahan dan
resiko pengaktifan
meningkatkan
ulang TB
penyembuhan.cairan
BT.
Mengidentifikas
i gejala yang
memerlukan
evaluasi.
dapat mengencerkan
pengeluaran secret
4. Meningkatkan kerja
sama dalam program
pengobatan dan
mencegah penghentian
obat sesuai perbaikan
kondisi
5. Mencegah atau
menurunkan ketidak
nyamanan sehubungan
dengan terapi
32
6. Mengurangi
meningkatnya
disfungsi pernapasan
7. Pengetahuan dapat
menurunkan resiko
penularan ulang.
BU.
BV.
BW.
Implementasi
BX.
Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah menetapkan dalam tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan
ini dapat di lakukan secara mandiri atau kerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
BY.
BZ.
Evaluasi
CA.
Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tujuan. Jika kriteria yang ditetapkan tidak tercapai
33