Sunteți pe pagina 1din 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit pada sistem pernafasan merupakan masalah yang sudah umum terjadi di
masyarakat. Dan TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan kematian
dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit
(morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama. Penyakit ini biasanya banyak
terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi
menengah ke bawah.
Di Indonesia TB paru merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan
dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India
dan China dalam jumlah penderita TB paru di dunia.
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia,
menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta
orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25%
dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan
95% penderita TB berada di negara-negara berkembang. Dengan munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Hasil survey kesehatan
rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernapasan pada semua golongan usia dan nomor I dari golongan infeksi. Antara tahun
1979-1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400
penderita tiap 100.000 penduduk.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita
terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik
pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan

kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun.


Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, penderita TB
kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 1995-1998, cakupan penderita
TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse
Chemotherapy) atau pengawasan langsung menelan obat jangka pendek/setiap hari
baru mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS (19691994) cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya
40-60%. Karena pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup di
masa lalu kemungkinan telah timbul kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti
tuberkulosis) secara meluas atau multi drug resistance (MDR).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan TB Paru.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan TB Paru.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan
ludah yang mngandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas.
(Widoyono, 2008)
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
B. Etiologi
Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,54 mikron x 0,3-0,6
mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari
lipoid (terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian
warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA),
serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam keadaan
kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100C selama 5-10 menit atau pada
pemanasan 60C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik.
Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap
(bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono,
2008).
C. Penularan
Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien tuberculosis batuk dan
percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat
bernafas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang
3

lain, basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa
inkubasinya selama 3-6 bulan.
Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber
infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko
tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia dibawah 3 tahun, risiko
rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda,
dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan
bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau
langsung ke organ terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga
kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%.hasil studi lainnya
melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah)akan 2 kali lebih
berisiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah).
Seseorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi
menularkan penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak
menularkan. Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar
10/100.000 populasi. Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100
penduduk terdapat 1-3 warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTAnya akan positif (0,5%). (Widoyono, 2008)
D. Manifestasi Klinis
Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah
tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang paling banyak terjadi yaitu :
1. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-kadang panas
badan mencapai 40-410C. Demam biasanya menyerupai demam

influenza

sehingga penderita biasanya tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.
2. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya dialami 4
minggu dan bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk non produktif.
Keadaan ini biasanya akan berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk darah
4

pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
meliputi bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkanpleuritis.
5. Malaise
Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (BB menurun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dan berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Ari Sandi, 2012)
E. Patofisiologi
Jalur masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air
borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam
ruang

alveolus,

kuman

akan

mulai

mengakibatkan

peradangan.

Leukosit

polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh


organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini
dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses
dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10-20 jam. (Ardiansyah, 2012).
5

F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum pemeriksaan fisik, dokter juga
menemukan suatu kelainan paru. Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna
untuk mengevaluasi hasil pengobatan, di mana hal ini bergantung pada tipe
keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT. Penyembuhan total
sering kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat muncul
pada sebuah proses penyembuhan yang lengkap.
2. Pemeriksaan CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik
ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan
berkas

bronkhovaskuler,

bronkhiektasis,

serta

emfisema

perisikatrisial.

Pemeriksaan CT-scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan


kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan rontgen biasa.
3. Radiologis TB Paru Milier
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh
serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal
sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada
ukuran dan jumlah tuberkel milier. Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi
yang terlihat pada hasil rontgen toraks, tetapi ada beberapa kasus dimana bentuk
milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan penyakitnya.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit Tuberculosis diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan species Mycobacterium
yang satu dengan lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat
biokimia pada berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan,
serta perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.
G. Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
6

1. Komplikasi dini
a) Pleuritis
b) Efusi pleura
c) Empiema
d) Laringitis
Menjalar ke organ lain : Usus
2. Komplikasi lanjut
a) Obstruksi jalan napas : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)
b) Kerusakan parenkim berat : SOPT/Fibrosis paru, kor pulmonal
c) Amiloidosis
d) Karsinoma paru
e) Sindrom gagal napas dewasa (ARDS)
H. Penatalaksanaan
1. Keperawatan

Mengobservasi tanda-tanda vital

Pemberian zat gizi tktp

Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur

Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut

Membuang sputum pada tempat yang khusus

2. Medis
OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakteri
sida dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:

Membuat Konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisida.

Mencegah kekambuhan pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi

Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.

Pengobatan TB dilakukan dalam dua fase yaitu :

Fase awal intensif

Fase lanjut

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Idetitas pasien
Nama

: Tn. C

Umur

: 59 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Alamat
Tanggal masuk
Tanggal dikaji

: Ds. Karang lantang


: 30 Desember 2011 (Pkl. 15.30)
: 07 Desember 2011

Identitas penanggung jawab


Nama

: Tn. Y

Umur

: 38 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Ds. Karang lantang

Hub. dengan klien

: Saudara

Pekerjaan

: Tani

2. Keluhan utama :
Sesak dan Batuk berdarah 1 hari yang lalu
3. Riwayat penyakit sekarang
P : Sesak napas
Q : Nyeri saat batuk
R : Dibagian dada
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri dirasakan saat bernapas dan batuk

4. Riwayat penyakit dahulu


Batuk berdahak sejak sejak 6 bulan yang lalu
5. Penyakit keluarga
Pada keluarga pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit TB Paru namun
terdapat keluarga yang menderita penyakit Obstruksi jalan napas dan hipertensi
6. Pola kebiasaan
a. Pola nutrisi
Nafsu makan klien berkurang, porsi yang disajikan tidak dihabiskan
Sebelum masuk RS pasien perokok : 1-2 bungkus / hari
Alkohol (-)
b. Pola istirahat
Pasien mengaku istirahatnya terganggu akibat pasien sesak dan batuk.
c. Pola eliminasi
BAK : 2x/hari
BAB : tidak teratur
d. Pola psikososial
Hubungan klien dengan keluarga dan lingkungan bak
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
- TD
: 130/90 mmHg
- Nadi
: 90x/menit
- RR
: 31x/menit
- Temp
: 38,5 oC
2. Pemeriksaan fisik
Kepala :Rambut hitam, distribusi rambut merata, kulit kepala cukup bersih dan
tidak terdapat benjolan
- Mata
:Letak mata simetris, tidak anemis, skelera pupil baik.
- Telinga
:Telinga simetris, pendengaran pasien baik.
- Hidung
:Mukosa hidung lembab, tidak terdpat lesi.
- Leher
:Tidak teraba kelenjar tiroid
- Thorax paru
:Ves (+), Ronkhi (+)
- Abdomen :Datar, lemas
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab
- Hematologi
- Hb : 13,6 , Nilai normal : 14-16 (laki-laki)
- Gol darah : B
- Urine
Glukose
(-)
Protein
(-)
Billirubin (-)
- Sendimen

Eritrosit : (+) 1-2


Leukosit : (+) 4-5
Epitel
: (+)
Kristal
: amonp (+)
Cek Sputum BTA

Pengobatan
-

IVFD RL : D5 = 1:1
O2 2-4 ltr/mnt
Diet jantung, O2 3-4 liter/mnt
Traneksamat 2x1 amp (IV)
Ceftriaxon 2x1 amp
Ranitidin 1 amp 2 x 1
Sanmol 3x1 tab (oral)
OBH 3x1 sendok makan (oral)

Analisa Data
N
O

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

10

1.

DS:

Pasien
mengeluh
nyeri dada saat
batuk
- Pasien
meringis tiap
batuk
- Pasien
gelisah
Skala nyeri : 4

Fibrosis jaringan paru

Iischemie jaringan paru

Merancang reseptor saraf sekiatr


untuk mengeluarkan,
neurotransmitter : bradikini,
serotinin, histamin

Nyeri

Gangguan pemenuhan
kebutuhan Rasa nyaman
nyeri dada

DS: Pasien
mengatakan
sering batuk
dan sesak
Do: - Pasien batuk
produktif
- Suara napas
ronchi
- Sputum
kental
RR : 31x/mnt
TD : 140/60
mmHg
Pols : 90x/mnt

Dengan adanya proses


peradangan pada jaringan paru
dan sekitarnya

Mekanisme pertahanan tubuh


dengan produksi mucus oleh
sel-sel epitel bufilia disepanjang
saluran napas

Penumpukan sekresi mucus pada


jalan napas

Sesak & batuk

Ketidak efektifan jalan napas

Infasi mycobacterium
tuberculosa dalam tubuh

Peningkatan aktivitas seluler

Peningkatan metavolisme
berlebihan pemecahan
karbohidrat, lemak dan protein

BB menurun

Gangguan pemenuhan nutrisi

Do:

2.

3.

DS

Temp: 38,50C

Do:

-Pasien
mengatakan
tidak napsu
makan
- BB tidak
sesuai dengan
TB (55/170)
- Porsi makan
tidak habis

11

C. Asuhan Keperawatan
No
1.

Data
DS: Pasien
mengeluh
nyeri ada pada
saat bernapas
Do: dan batuk
(meringis)
- Pasien gelisah
-Denyut nadi
lebih dari
normal
(90x/menit)

Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
kebutuhan rasa
nyaman
berhubungan
dengan nyeri
dada

Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan kep.
Nyeri dapat
berkurang
Dengan kriteria :
- nyeri bekurang
dengan skala 1-4
ekspresi rileks
- Tanda vital
dalam rentang
normal

Intervensi
1. kaji skala nyeri
2. memonitor
Tanda Vital px
3. berikan
kesempatan
klien untk
istirahat
4. berikan terapi
obat
(berkolaborasi)

Rasional

Implementasi

Evaluasi

1. Untuk
mengetahui
tingkat nyeri
2. utuk
mengetahui
keadaan umum
dan tanda vital
3. istirahat dapat
mengurangi
nyeri
4. pemberian
terapi obat
sesuai terapi
(tindakan
kolaborasi}

1. kaji skala
nyeri : skala
4
2. memonitor
tanda vital :
- TD :
130/90mmH
g
- RR :
31x/menit
- Pols :
90x/menit
- Temp 38oC
3. batasi
pengunjung
atau
pembesuk
4. berikan obat
sesuai
dengan
instruksi :
- Oral : Sanmol
-Inj :
cefotaxime (3x1)
-traneksamat
(3x1)

S :Klien
mengatakan tidak
nyeri lagi pada
saat batuk
O:Klien merasa
nyaman
A :Masalah
teratasi
P :Intervensi
dihentikan.

12

2.

DS:Klien
mengatakan sering
batuk sesak
DO:Klien batuk
produktip
Suara napas rondihi
Seputum kental
Frekuensi
napas lebih dari
normal

Ketidak
efiktipan jalan
napas
berhungan
dengan adanya
proses
peradangan
pada jaringan
paru dan
sekitarnya

Setelah dilakukan 1. anjurkan klien


tindakan
napas dalam
keperawatan,kebe
dan epektif
2.
ajurkan klien u/
rsihan jalan napas
mengurangi
epektip
aktipitas
berlebihan
3. anjurkan
vibriasi pada
daerah yang
sesuai dengan
siksulasi
4. berikan terapi
sesuai indikasi
(tindakan
kalaborisasi)

3.

DS:Klien mengku
tidak nafsu makan

Gangguan
pemenuhan

Setelah dilakukan
tindakan

1. Anjurkan pada
klien makan

1. U/mengeluarkan 1. Menganjurk
sekeret
an klien
u/dalam dan
2. u/meminimalka
batuk efektif
2.
menganjurka
n kebutuhan O2
3. U/mengencerka
n kien u/
n sekeet dan
tidak
memudahkanny
beraktipitas
a keluar
diluar
4. Memberikan
kemampuan
indikasi terapi
klien
sesuai
3. lakukan
pengobatan
vibriasi pad
daerah yang
sesuai
dengan
sekhalasi
4. Berikan obat
seuai
intruksi:
Sanmol,sepo
taxime,ranita
dine,asam
tranesamat,
O2
1. memaksimalkan 1. Menganjurk
masukan nutrisi
an pada

S: pasien
mengatakan tidak
batuk dan sesak
lagi
O:klien sudah
tenang
A:Masalah
teratasi
P:intervensi
dihentikan

S: pasien
mengatakan
13

DO:BB tidak sesuai


dengan TB
Porsi makan tidak
habis

nutrsi
berhubungan
dengan
meningkatnya
aktivitas
seluler

keperawatan
kebutuhan nutrisi
terpenuhi

sedikit demi
sedikit tapi
sering
kolaborasi dengan
tim gizi dalam
pemberian obat

sehingga dapat
memenuhi
kebutuhan
nutrisi sesuai
kebutuhan
tubuh
2. Memberikn
bantuan dalam
pencernaan diet
nutrisi dengan
nutrisi adekuat
untuk
kebutuhan
metabolik diet

klien makan
sedikit demi
sedikit tapi
sering
2. Berkolabora
si dengan tm
gizi dalam
pemberian
obat
Ranitidine(3
x1)

sudah mulai
makan
O:-BB sudah
mulai bertambah
-Porsi makan
habis
A:Masalah
teratasi
P:Intervensi
dihentikan

14

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut: Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak
sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang
panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri
tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis.
B. Saran
1. Hendaknya mewaspadai terhadap droplet yang dikeluarkan oleh klien dengan TB paru karena merupakan media penularan bakteri
tuberkulosis
2. Memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan gejala adanya TB paru.
3. Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan pada penderita TB Paru.

15

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC
Widoyono.2008.penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya. Erlangga. Jakarta
M.Ardiansyah.2012.medikal bedah untuk mahasiswa. Diva press. Yogyakarta

http://dianrina89.blogspot.co.id/2013/02/contoh-askep-tbc-tuberculosis-terbaru.htm
http://d3keperawatanperintis.blogspot.co.id/2011/01/asuhan-keperawatan-tb-paru.htm

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
b. Keluhan utama
16

Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu.
c. Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.
- Malaise
- Demam ringan
- Keringat malam
- Anoreksia
- Nyeri dada
- Batuk berdahak
d. Riwayat kesehatan dahulu
-

Riwayat batuk lama lebih dari tiga minggu

Riwayat batuk darah

Berat badan menurun

Riwayat merokok dan minum alkohol

Riwayat pemakai obat terlarang dan seks bebas

e. Riwayat kesehatan keluarga


Adanya keluarga memiliki penyakit yang sama dengan klien.
B. Pemeriksaan fisik
- TTV

: suhu sub febris, TD, HR, RR

- Tingkat kesadaran

: CM, Apatis

17

- KU

: lemah, sedang

- Head to toe
Rambut dan hygiene kepala
o Mata

: konjungtifa anemis

o Hidung

: nafas cuping hidung

o Mulut dan gigi

: mukosa bibir kering

Dada dan Torak


o Inspeksi

: simetris kiri dan kanan, penggunaan otot tambahan dalam bernapas.

o Palpasi

: pergerakan dada tidak simetris

o Perkusi

: suara redup, pekak, tympani

o Auskultasi

: ronkhi, vesikuler melemah

C. Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)


1. Resepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani penyakitnya.
2. Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang dialami.
3. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk yang dialami pada malam hari
4. Nutrisi metabolic

18

Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan dmengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang / malaise.
5. Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB dan BAK.
6. Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.
7. Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami gangguan konsep diri.
8. Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta pertolongan orang lain.
9. Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kemalin. Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual
karena kelemahan tubuh
10. Pola peran Hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.
11. Nilai dan kepercayaan
Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran agama biasanya pasien tidak mengalami gangguan
dalam sisitem nilai dan kepercayaan.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret purulen pada jalan nafas.
2. Perubahan nutrisi kurangn dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum, anoreksia

19

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan perpindahan.

20

E. Asuhan Keperawatan
F.
No
K.
1.

G. Diagnosa

H. Tujuan

I. Intervensi

J. Rasional

Keperawatan
L. Bersihan jalan nafas M. Bersihan
tidak

efektif

nafas

berhubungan

dengan

efektif

penumpukan

sekret

purulen

pada

jalan 1. kaji fungsi pernafasan, contoh 1. Penurunan


kembali

bunyi

nafas,

kecepatan

dan

irama.

dapat

menunjukkan atelektasis, ronchi, mengi


mampuan membersihkan jalan nafas.

atau fowler tinggi bantu pasien 2. Posisi

nafas.

nafas

menunjukkan akumulasi sekret ketidak

2. berikan pasien posisi semi fowler

jalan

bunyi

membantu

memaksimalkan

untuk batuk efektif dan latihan

ekspansi paru dan menurunkan upaya

nafas dalam.

pernafasan.

3. pertahankan

masukan

cairan 3. Pemasukan

tinggi

cairan

membantu

sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali

untuk mengencerkan sekret, membuatnya

kontra indikasi

mudah dikeluarkan.

4. kolaborasi untuk pemberian obat 4. Agen mukolitik menurunkan kekentalan


sesuai indikasi, obat mukolitik
O.

P. Perubahan

2.

kurangn
kebutuhan
berhubungan
produksi

nutrisi Q. Menunjukkan
dari
tubuh
dengan
sputum,

berat
meningkat.

badan

dan perlengketan sekret paru untuk

N.
memudahkan pembersihan.
1. catat status nutrisi pasien, catat 1. Berguna dalam mendefinisikan derajat /
turgor kulit, berat badan dan

masalah

dalam

menentukan

derajat kekurangan berat badan,

interfensi yang tepat.

pilihan

kemampuan / ketidak mampuan 2. Berguna dalam mengukur keefektifan


menelan, riwayat mual-muntal.

nutrisi dan dukungan cairan.


21

anoreksia

2. awasi masukan atau pengeluaran 3. Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
dan berat badan secara periodic
3. berikan

perawatan

sputum atau sisa obat.

mulut 4. Memaksimalkan

masukan

sebelum dan sesudah tindakan

sebagai

kebutuhan

pernapasan.

menurunkan iritasi gaster.

nutrisi

energi

dan

4. dorong makan sedikit dan sering 5. Memberikan bantuan dalam perencanaan


dengan makanan TKTP
5. Kolaborasi
untuk
R.
3.

S. Kurang

kondisi,

ahli

menentukan

belajar.

aturan tindakan dan

proses penyakit /

kelemahan,

perpindahan.

prognosis

dan lingkungan yang terbaik.

pengobatan.

nutrisi

adekuat

untuk

kebutuhan metabolic dan diet.

komposisi

pemahaman

kebutuhan

gizi

dengan

diet.
1. Kaji kemampuan pasien untuk 1. Belajar tergantung pada emosi dan

pengetahuan T. Menyatakan

mengenai

dengan

diet

dan

Contoh
tingkat

2. tekankan

masalah
partisipasi
pentingnya

mempertahankan protein tinggi

kesiapan fisik ditingkatkan pada tahapan


individu.
2. Memenuhi

kebutuhan

metabolic,

membantu meminimalkan kelemahan


dan meningkatkan penyembuhan.

dan diit karbohidrat dan masukan 3. Meningkatkan kerjasama dalam program


cairan adekuat.
3. Jelaskan dosis obat, frekwensi,

pengobatan dan mencegah penghentian


obat.

kerja yang diharapkan dan alasan 4. Kombinasi INH dan Alkohol telah
pengobatan lama

menunjukkan

peningkatan

insiden

22

4. Tekankan untuk tidak minum


alkohol dan tidak merokok

hepatitis.
W.

U.
V.
X.
Y.

23

Z.

24

AA.

25

AB.

Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret


2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli, spasme bronkus
3. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, iritasi lingkungan
4. Resiko tinggi gangguan mobilitas berhubungan dengan kelemahan
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit berhubungan dengan kurang informasi
AC.
AD.

Intervensi

AE.
No
AF.D

AG.

x
AJ.1 AK.
AL.

Tujuan/ KH

Tujuan
Jalan nafas

efektif

AH.

Intervensi

1. Auskultasi bunyi nafas


catat adanya bunyi nafas.
2. Pantau frekuensi

AM.

KH :

AN.

Jalan nafas

3. Kaji pasien dan berikan

paten dengan bunyi

posisi yang nyaman

nafas bersih.
AO.

Menunjukkan

pernapasan

4. Tingkatkan masukkan
cairan sampai 3000 ml/har

AI. Rasional

1. Obstruksi jalan nafas


dapat dimanifestasikan
dengan adanya bunyi
nafas
2. Menentukan derajat
beratnya penyakit
3. Peninggian tempat
tidur mempermudah

26

perilaku untuk
memperbaiki jalan

5. Berikan obat sesuai dengan


indikasi

fungsi pernapasan
4. Membantu

nafas seperti batuk

menurunkan

efektif

kekentalan secret
5. Merilekskan otot halus
dan menurunkan

AP.2 AQ.
AR.

Tujuan :
Kerusakan

pertukaran gas tidak


terjadi
AS.

KH :

AT.Menunjukkan
perbaikan ventilasi
AU.

TTV dalam

1. Kaji frekuensi, kedalaman


pernapasan
2. Dorong mengeluarkan
sputum

kongesti lokal
1. Berguna untuk
evaluasi derajat ditres
pernapasan
2. Sumber utama

3. Awasi TTV

gangguan pertukaran

4. Awasi hasil AGD dan nadi

gas

oksimetri
5. Berikan O2 tambahan

batas normal.

3. Dapat menunjukkan
efek hipoksemia
sistemik
4. PCO2 biasanya
meningkat
5. dapat mencegah/
memperbaiki hipoksia.

AW. AX.

Tujuan :

1. Catat status Nutrisi,

AV.
1. Berguna dalam
27

AY.

Nutrisi

terpenuhi
AZ.

KH :

BA.

BB meningkat

BB.

Menunjukkan

turgorkulit, BB, dan derajat

mendefinisikan derajat

kekurang BB, integritas

masalah dan pilihan

mukasoral.

interfensi yang tepat

2. Kemampuan/

2. Berguna dalam

ketidakmampuan menelan,

mengukur ke efektifan

perubahan perilaku

adanya tonus otot, riwayat

Nutrisi dan

untuk meningkatkan

mual muntah atau diare

dukungan cairan

BB

3. Berikan perawatan mulut

3. Menurunkan rasa tak

sebelum dan sesudah

enak karena sisa

makan

sputum atau obat

4. Dorong makan sedikit dan


sering

4. Memaksimalkan
masukan Nutrisi tanpa

5. Kolaborasi denga ahli gizi

kelemahan yang tak

6. Awasi pemeriksaan

perlu/ kebutuhan

laboratorium
7. Berikan anti piretik tepat

energi dari makan


makanan yang banyak
dan menurunkan iritasi
gaster
5. Memberikan bantuan
dalam perencanaan
diet dengan Nutrisi

28

adekuat untuk
kebutuhan metabolik
dan diet
6. Nilai rendah
menunjukkan
malnutrisi
7. Demam meningkatkan
kebutuhan metabolik
dan juga konsumsi
BC.

BD.

Tujuan:

BE.

Mempertahanka

1. Periksa kembali

kalori
1. Mengidentifikasi

kemampuan dan keadaan

kemampuan kerusakan

n posisi fungsi

secara fungsional pada

secara fungsional dan

optimal, dibuktikan

kerusakan yang terjadi

mempengaruhi pilihan

dengan tidak adanya 2. Kaji derajat imobilisasi

intervensi yang akan

kontraktur

dilakukan

BF.KH :
BG.

Mempertahanka

menggunakan skala
ketergantungan ( 0-4 )
3. Letakkan pasien pada

n kekuatan dan

posisi tertentu untuk

fungsi tubuh yang

menghindari kerusakan

sakit

karena tekanan

2. Menentukan sejauh
mana ketergantungan
klien
3. Perubahan posisi yang
teratur menyebabkan

29

BH.

Mendemonstrasi 4. Pertahankan kesejajaran

kan kembali
perilaku yang

penyebaran terhadap

tubuh secara fungsional

bb dan meningkatkan

5. Berikan perawatan kulit

sirkulasi pada seluruh

memungkinkan

dengan cermat, masase

dilakukannya

dengan pelembab, dan

kembali aktifitas

antiline yang basah dan

gulungan kain dapat

pertahankan linen tersebut

membantu mencegah

tetap kering dan bersih

terjadinya rotasi

BI. Mempertahankan
integritas kulit
kandung kemih dan
fungsi usus

6. Periksa daerah yang

BL.

Tujuan :
Tidak terjadi

infeksi

4. Penggunaan bantal,

abnormal pada bokong

mengalami penekanan,

5. Meningkatkan sirkulasi

kemerahan, kulit yang

dan elastisitas kulit dan

hangat otot yang tegang

menurunkan terjadinya

dan sumbatan vena pada

ekskoriasi

kaki
BJ.5 BK.

bagian tubuh

1. Kaji patologi penyakit dan

6. Mencegah komplikasi
yang serius
1. Membantu pasien

potensil penyebaran infeksi

menyadari perlunya

melalui droplet udara

mematuhi program

BM.

KH :

selama

pengobatan untuk

BN.

Menunjukkan

batuk,bersin,meludah

mencegah pengaktifan

bicara

berulang

perubahan pola

30

hidup untuk

2. Identifikasi orang lain yang

2. Orang-orang yang

meningkatkan

beresiko,contoh anggota

terpajan ini perlu

lingkungan yang

rumah

program terapi obat

sehat

3. Anjurkan pasien untuk


batuk/bersin dan
mengeluarkan pada tissu
dan menghindari meludah
4. Kaji tindakan kontrol
infeksi sementara,contoh

untuk mencegah
penyebaran
3. Perilaku yang di
perlukan untuk
mencegah infeksi
4. Dapat membantu

masker atau isolasi

menurunkan rasa

pernapasan

terisolasi pasien dan

5. Kolaborasi dalam

membuang stikma

pemberian agen anti infeksi

sosial sehubungan

sesuai indikasi

dengan penyakit
menular
5. Untuk mencegah

BO.

BP.Tujuan :

BQ.

Klien dan

keluarga
mengetahui

1. Kaji kemampuan pasien


untuk belajar
2. Mengidentifikasi gejala
yang harus dilaporkan

terjadinya infeksi
1. Belajar tergantung
pada emosi persiapan
fisik dan tingkatkan
pada tahapan individu

31

penyakitnya
BR.

KH :

3. Tekankan pentingnya

2. Dapat menunjukkan

mempertahankan protein

kemajuan atau

tinggi dan diet karbohidrat

penaktifan ulang

hidup untuk

dan pemasukan cairan

penyakit

memperbaiki

adekuat

BS.Melakukan perilaku

kesehatan umum

4. Jelaskan dosis obat,

3. Membantu
meminimalkan

dan menurunkan

frekuensi pemberian kerja

kelemahan dan

resiko pengaktifan

yang diharapkan dan alasan

meningkatkan

ulang TB

pengobatan yang lama

penyembuhan.cairan

BT.

Mengidentifikas

i gejala yang
memerlukan
evaluasi.

5. Kaji potensial efek


samping pengobatan
6. Dorong untuk tidak
merokok
7. Kaji bagaimana TB di
tularkan dan bahaya reaktif

dapat mengencerkan
pengeluaran secret
4. Meningkatkan kerja
sama dalam program
pengobatan dan
mencegah penghentian
obat sesuai perbaikan
kondisi
5. Mencegah atau
menurunkan ketidak
nyamanan sehubungan
dengan terapi

32

6. Mengurangi
meningkatnya
disfungsi pernapasan
7. Pengetahuan dapat
menurunkan resiko
penularan ulang.
BU.
BV.
BW.

Implementasi

BX.

Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah menetapkan dalam tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan

ini dapat di lakukan secara mandiri atau kerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
BY.
BZ.

Evaluasi

CA.

Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tujuan. Jika kriteria yang ditetapkan tidak tercapai

maka tugas perawat selanjutnya melakukan pengkajian kembali.

33

S-ar putea să vă placă și