Sunteți pe pagina 1din 13

A.

Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung
jawab.Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru,
ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
b. Riwayat Kesehatan
1) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai.
2) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum
pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
synovial
a) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b) Catat bila ada krepitasi
c) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
d) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara
bilateral
3) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
4) Ukur kekuatan otot
5) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
6) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
d. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan
pada sendi.
e. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten,


sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya
ketergantungan pada orang lain).

f. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
g. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan
h. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris
i. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
j. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
k. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
l. Riwayat Psikososial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada
sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada

dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.


Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan patologis oleh arthritis
rheumatoid.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot.
c. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas sendi.
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
e. Risiko cedera berhubungan dengan kontraktur sendi.
f. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

pemajanan/mengingat.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan patologis oleh arthritis
rheumatoid.
1) Tujuan
Dalam waktu 2 x 60 menit setelah diberikan tindakan keperawatan
skala nyeri berkurang
2) Kriteria Hasil
a) Skala nyeri berkurang
b) Pasien dapat beristirahat
c) Ekspresi meringis (-)
d) TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60100, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5-37,5C)
3) Intervensi
MANDIRI
1) Kaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, intensitas dan waktu.
Catat faktor yang mempercepat dan tanda rasa sakit
nonverbal.

R/ Membantu menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan


keefektifan program.
2) Pantau TTV pasien.
R/ Mengetahui kondisi umum pasien
3) Berikan posisi nyaman waktu tidur/duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
R/ Penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring diperlukan untuk
membatasi nyeri atau cedera sendi.
4) Pantau penggunaan bantal, karung pasir, bebat, dan brace.
R/Mengistirahatkan sendi yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Catatan : penggunaan brace menurunkan nyeri
dan mengurangi kerusakan sendi.
5) Berikan masase yang lembut.
R/ Meningkatkan relaksasi atau mengurangi ketegangan
otot.
6) Anjurkan mandi air hangat/pancuran pada waktu bangun.
Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
R/ Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat hilang dan luka dermal dapat
sembuh.
KOLABORASI
1) Berikan obat sesuai petunjuk :
a) Asetilsalisilat (aspirin)
R/ ASA bekerja antiinflamasi dan efek analgesik ringan
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
b) D-penisilamin
R/ Mengontrol efek sistemik reumatoid artritis jika terapi
lainnya tidak berhasil.
2) Bantu dengan terapi fisik, misal sarung tangan parafin.

R/ Memberi dukungan panas untuk sendi yang sakit.


3) Siapkan intervensi operasi (sinovektomi).
R/ Pengangkatan sinovium yang meradang mengurangi
nyeri dan membatasi progresif perubahan degeneratif.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot.
1) Tujuan
Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan
kekuatan otot pasien meningkat
2) Kriteria Hasil
a) Mempertahankan fungsi posisi dengan pembatasan kontraktur.
b) Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
dan/atau kompensasi bagian tubuh.
c) Mendemostrasikan

teknik/perilaku

yang

memungkinkan

melakukan aktivitas.
3) Intervensi
MANDIRI
a) Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada
sendi.
R/

Tingkat

aktivitas

atau

latihan

tergantung

dari

perkembangan proses inflamasi.


b) Pertahankan tirah baring/duduk. Jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat terus-menerus dan tidur
malam hari.
R/ Istirahant sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut
dan seluruh fase penyakit untuk mencegah kelelahan,
mempertahankan kekuatan.
c) Bantu rentang gerak aktif/pasif, latihan resistif dan
isometrik.
R/ Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina.
d) Dorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri serta berjalan.

R/

Memaksimalkan

fungsi

sendi,

mempertahankan

mobilitas.
KOLABORASI
a) Konsul dengan ahli terapi fisik atau okupasi dan spesialis
vokasional.
R/ Memformulasi program latihan berdasarkan kebutuhan
individual dan mengidentifikasi bantuan mobilitas.
b) Berikan obat sesuai indikasi (Steroid)
R/ Menekan inflamasi sistemik
c. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas sendi.
1) Tujuan
Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan
pasien menerima perubahan tubuh.
2) Kriteria Hasil
a) Mengungkapkan

peningkatan

rasa

percaya

diri

dalam

kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup


dan kemungkinan keterbatasan.
b) Menerima perubahan tubuh dan mengintegrasikan ke dalam
konsep diri.
c) Mengembangkan keterampilan perawatan diri agar dapat
berfungsi dalam masyarakat.
3) Intervensi
MANDIRI
a) Dorong pengungkapan mengenai proses penyakit dan
harapan masa depan.
R/

Berikan

kesempatan

mengidentifiaksi

rasa

takut/kesalahan konsep dan menhadapi secara langsung.


b) Bantu pasien mengekspresikan perasaan kehilangan.
R/ Untuk mendapatkan dukungan proses berkabung yang
adaptif.
c) Perhatikan

perilaku

menarik

diri,

penggunaan

menyangkal/terlalu memperhatikan tubuh.

R/ Menunjukkan emosional/metode koping maladaptif


sehingga membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan
psikologis.
d) Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan.
R/ Mempertahankan penampilan yang meningkatkan citra
diri.
KOLABORASI
a) Rujuk pada konseling psikiatri (misal perawat spesialis
psikiatri, psikologi, pekerja sosial)
R/

Pasien/keluarga

membutuhkan

dukungan

selama

berhadapan dnegan proses jangka panjang.


b) Berikan obat sesuai indikasi (misal antiansietas)
R/ Dibutuhkan saat munculnya depresi hebat sampai pasien
dapat menggunakan kemampuan koping efektif.
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
1) Tujuan
Dalam waktu 1 x 60 menit setelah diberikan tindakan keperawatan
pasien dapat melaksanakan aktivitas perawatan diri
2) Kriteria Hasil
a) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
b) Mendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c) Mengidentifikasikan sumber pribadi atau komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
3) Intervensi
MANDIRI
a) Kaji respons emosional pasien terhadap kemampuan
merawat diri yang menurun dan diberi dukungan emosional.
R/

Perubahan

kemampuan

merawat

diri

dapat

membangkitkan perasaan cemas dan frustasi, dimana dapat


mengganggu kemampuan lebih lanjut.

b) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program


latihan.
R/ Mendukung kemandirian fisik dan emosional.
c) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi modifikasi lingkungan.
R/ Meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan
harga diri.
d) Beri dorongan agar berpartisipasi dalam merawat diri.
Aktivitas yang terjadwal memungkinkan waktu untuk
merawat diri.
R/ Partisipasi pasien dalam merawat diri meningkatkan
harga diri dan menurunkan perasaan ketergantungan.
KOLABORASI
a) Konsultasi dengan ahli terapi okupasi
R/ Menentukan alat bantu memenuhi kebutuhan individu.
e. Risiko cedera berhubungan dengan kontraktur sendi.
1) Tujuan
Setelah diberikantindakan keperawatan selama 1 x 60 menit
pasientidak menderita cidera
2) Kriteria Hasil
a) Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b) Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c) Mempersiapkan lingkungan yang aman
d) Mengidentifikasikan yang dapat meningkatkan reiko cedera
e) Menghindari cedera fisik
3) Intervensi
a) Lindungi klien dari kecelakaan jatuh.
R/karena klien rentan untuk mengalami fraktur patologis
bahkan oleh benturan ringan sekalipun. Bila klien mengalami
penurunan kesadaran pasanglah tirali tempat tidurnya.

b) Hindarkan klien dari satu posisi yang menetap, ubah posisi


klien dengan hati-hati.
R/ perubahan posisi berguna untuk mencegah terjadinya
penekanan punggung dan memperlancar aliran darah serta
mencegah terjadinya dekubitus.
c) Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi
kelemahan fisik.
R/ kelemahan yang dialami oleh pasien hiperparatiroid dapat
mengganggu proses pemenuhan ADL pasien.
d) Atur aktivitas yang tidak melelahkan klien.
R/ aktivitas yang berlebihan dapat memperparah penyakit
pasien.
e) Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara
mengubah posisi tubuh, dan cara berjalan serta menghindari
perubahan posisi yang tiba-tiba.
R/ mencegah terjadinya cedera pada pasien
f. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

pemajanan/mengingat.
1) Tujuan
Dalam waktu 1 x 60 menit setelah diberikan tindakan keperawatan
pasien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang kondisi dan
perawatan.
2) Kriteria Hasil
a) Menunjukkan pemahaman tentang kondisi dan perawatan.
b) Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk
modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas atau
pembatasan aktivitas.
3) Intervensi
a) Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkna informasi.

b) Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses


sakit melalui diet, obat, latihan dan istirahat.
R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi
atau jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan
mencegah deformitas.
c) Tekankan

pentingnya

melanjutkan

manajemen

farmakoterapeutik.
R/ Keuntungan dari terpai obat tergantung pada ketepatan
dosis, misal : aspirin diberikan secara reguler untuk
mendukung kadar terapeutik darah 18 - 25 mg.
d) Berikan informasi mengenai alat bantu, misal : tongkat atau
palang keamanan.
R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan
memungkinkan pasien ikut serta secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.
e) Diskusikan menghemat energi, misal : duduk daripada berdiri
untuk mempersiapkan makanan dan mandi
R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan
diri dan kemandirian.

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang
sendi, ankilosis, dan deformitas. (Kusharyadi, 2010)
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu :Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus nonhemolitikus, endokrin,autoimmun,metabolik, danfaktor genetik serta pemicu
lingkungan
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka
penyakit ini akan berkembang menjadi empat tahap yaitu terdapat radang
sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan
sinovial, secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat
dilihat, jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi, ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan
gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara
radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah nyeri, gangguan
mobilitas fisik, gangguan bodi image, kurang perawatan diri, risiko cedera,
dan kurang pengetahuan.
B. Saran
Tenaga

kesehatan

meningkatkan
Rheumatoid
sebaiknya

diharapkan

pengetahuan

agar

tentang

lebih

penyakit

bisa

Artrhitis

dan pemecahan masalah yang efektif dan


memberikan

informasi

mengenai

Artrhitis

Rheumatoid kepada masyarakat. Serta bisa memberikan


Asuhan

keperawatan

kepada

pasien

dengan

Artrhitis

Rheumatoid.

11

12

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000.


Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 ,
EGC, Jakarta ,1999.
Buku Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis & NANDA
(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Edisi revisi jilid 3
tahun 2015.
https://www.academia.edu/7579877/REUMATOID_ARTRITIS--LANSIA,diakses
tanggal 14 Mei 2016 jam 16.05

13

S-ar putea să vă placă și