Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh :
1. Reza Arnedi SH
H2A009039
2. Yunita Elfia
H2A009049
Pembimbing :
dr. Fatimah Azzahra
STATUS PASIEN
A.
B.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. S
Umur
: 46 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
Bangsal
: Alfath
No. RM
: 157. 977
Tanggal Masuk
: 23 Januari 2015
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan tanggal 23 Januari 2015 secara autoanamnesis di IGD.
1. Keluhan Utama
: Nyeri perut
Riwayat Hipertensi
: diakui
: disangkal
: diakui
Riwayat stroke
: disangkal
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal.
: disangkal
: disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
C.
Minum jamu
: diakui
Pijit
: diakui
Minum alkohol
: disangkal
Merokok
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 23 Januari 2015 :
A. Keadaan Umum
: tampak kesakitan
B. Kesadaran
: Compos mentis
C. Vital sign
: TD : 110/70 mmHg
N : 100 x/menit isi dan tegangan cukup
RR : 20 x/menit
t
D. Kepala
: 366C
mudah rontok
E. Mata: Conjunctiva Palpebra Anemis (+/+), Sclera Ikterik (+/+), pupil
isokor diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)
F.
Telinga
G. Hidung
: secret (-)
H. Mulut
I.
J.
Kulit
K. Leher
midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
Kesan : normal
Paru-paru (Lihat Tabel 1)
Tabel 1. Pemeriksaan Fisik Paru
Dextra
I : Simetris, retraksi dinding
dada (-)
Pal : Stem fremitus kanan =
kiri
Per
:
Sonor
di
kedua
lapangan paru
Aus : suara dasar vesikuler,
suara tambahan : wheezing
(-), ronchi (-)
:
Suara dasar
:
Vesikuler
Suara tambahan
: (-)
M. Abdomen
Sinistra
I : Simetris, retraksi dinding
dada (-)
Pal : Stem fremitus kanan =
kiri
Per : Sonor di kedua lapangan
paru
Aus : suara dasar vesikuler,
suara tambahan : wheezing
(-), ronchi (-)
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
NT
(+)
regio
hipokondrium
dx,
epigastrium,
D.
Inferior
(-/-)
(-/-)
-
Hasil
Nilai Normal
7,3
11.800
248.000
2,76
23
12 16
4.000 10.000
150.000 400.000 mm3
4 5,5 jt
37 43 %
O Rhesus +
A/B/AB/O
Positif (+)
Negatif
71
71
1,5
<200 mg/dl
10 50 mg/dl
0,5 0,9 mg/dl
153
54
sd 31 gr/dl
sd 31 gr/dl
0,7
0,9
sd 0,25
sd 11,75
1,6
sd 12,0
EKG
E.
RESUME
Seorang pasien laki-laki bernama Tn.S umur 46 tahun datang dengan
keluhan nyeri perut (+), seperti ditusuk-tusuk, lebih nyeri saat bergerak,
mual (+) tapi tidak muntah, melena (+). Pasien mengeluh pusing (+), bada
terasa tidak enak, buang air kecil (+), nafsu makan menurun (+).
Hasil pemeriksaan fisik tanda vital TD : 110/70 mmHg; Nadi :
100x/menit; RR : 20x/menit; t : 36,60C. Mata : CPA (+/+), Sclera Ikterik
(+/+), Abdomen : Palpasi : NT (+) regio hipokondrium dx, epigastrium,
DIAGNOSIS
1. Hepatitis Kronis dengan Anemia
2. Penyakit Jantung Iskemik (PJI)
G.
TERAPI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
H.
Infus Rl
Program Tranfusi PRC
Inj. Cefotaxime
Inj. Ranitidin
Inj. Asam Tranexamat
Antasid
Curcuma
ISDN
20 tpm
3x1 gram
2x50 mg
3x500 mg
3x C II
3x1 tab
3x5 mg
FOLLOW UP
Tanggal
24-01-2015
Perjalanan Penyakit
S : Kel : nyeri perut (+), pusing
(-), demam (-), mual (+),
muntah darah (+), BAB hitam
(+), BAK (+) normal,
makan/minum (+).
O : KU : sedang, CM
TD : 140/90
t : 362
N : 85 x/mnt
R : 20 x/mnt
Mata : CA (+/+), SI (+/+)
Abdomen : hepatomegali, NT
(+)regio hipokondrium dx,
epigastrium, hipokondrium
sin, lumbal dx
Planning
P : - Inj.Cefotaxime 3x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x50 mg
- Inj. Asam tranexamat
3x500mg
- Curcuma 3x1 tab
STOP
- Antasid 3x CII
- ISDN 3x5mg
- Omz 1x1
25-01-2015
P : - Antasid 3x CII
- ISDN 3x5mg
Omz 1x1
26-01-2015
P : - Antasid 3x CII
- ISDN 3x5mg
- Omz 1x1
27-01-2015
P:
-
- Antasid 3x CII
ISDN 3x5mg
Omz 1x1
BLPL
Trombo : 134
Leukosit : 22.000
Eritrosit : 2,63
I.
PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
Quo Ad Sanam : dubia ad bonam
Quo Ad Fungsionam : dubia ad bonam
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hepatitis B adalah penyakit infeksi diserbabkan oleh virus hepatitis B
yang dapat menimbulkan peradangan bahkan kerusakan sel sel hati.1
B. Epidemiologi
Infeksi hepatitis virus hepatitis B merupakan suatu masalah kesehatan
masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Dan berbaagai penelitian yang
ada, Frekuensi pengidap HBsAg berkisar antara 3-20%. Infeksi hepatitis B
kronik sedikitnya diderita oleh 300 juta orang di seluruh dunia. Di Eropa dan
Amerika 15-25% penderita Hepatitis B kronik meninggal karena proses hati
atau kanker hati primer. Penelitian yang dilakukan di Taiwan pada 3.654 pria
Cina yang HBsAg positif bahkan mendapatkan angka yang lebih besar yaitu
antara 40-50%.5
C. Etiologi
Penyebab hepatitis B adalah virus DNA yang tergolong dalam kelas
hepa DNA dan mempunyai masa inkubasi 1-6 bulan. Komponen lapisan luar
pada hepatitis B disebut hepatitis B surface antigen (HbsAg) dalam inti
terdapat genome dari HVB yaitu sebagian dari molekul tunggal dari DNA
spesifik yang sirkuler dimana mengandung enzim yaitu DNA polymerase.
Disamping itu juga ditemukan hepatitis Be Antigen (HBeAg). Antigen ini
hanya ditemukan pada penderita dengan HBsAg positif. HBeAg positif pada
penderita merupakan pertanda serologis yang sensitif dan artinya derajat
infektivitasnya tinggi, maka bila ditemukan HBsAg positif penting diperiksa
HBeAg untuk menentukan prognosis penderita.6
Cara penularan infeksi virus hepatitis B ada dua, yaitu :
-
11
tato. Yang kedua adalah penularan melalui kulit tanpa tusukan yang jelas,
misal masuk nya bahan infektif melalui goresan atau abrasi kulit dan
radang kulit. Penularan melalui selaput lendir : tempat masuk infeksi
virus hepatitis B adalah selaput lendir mulut, mata, hidung, saluran
-
12
D. Patofisiologi
Virus hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral, dari
peredaran darah partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses
replikasi virus. Selanjutnya sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi
partikel Dane utuh, partikel HbsAg bentuk bulat dan tubuler dan HBeAg yang
tidak ikut membentuk partikel virus. Virus hepatitis B smerangsang respon
imun tubuh, yang pertama kali adalah respon imun non spesifik karena dapat
terangsang dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam dengan
memanfaatkan sel-sel NK dan NKT. Kemudian diperlukan respon imun
spesifik yaitu dengan mengakstivasi sel limfosit T dan sel limfosit B. aktivasi
sel T, CD8 + terjadi setelah kontak reseptor sel T dengan komplek peptide
VHB-MHC kelas I yang ada pada permukaan dinding sel hati. Sel T CD8 +
akan mengeliminasi virus yang ada di dalam sel hati terinfeksi. Proses
eliminasi bisa terjadi dalam bentuk nekrosis sel hati yang akan menyebabkan
meningkatnya ALT.8
Aktivasi sel limfosit B dengan bantuan sel CD+ akan mengakibatkan
produksi antibody antara lain anti-HBs, anti-HBc, anti-HBe. Fungsi anti-HBs
adalah netralisasi partikel virus hepatitis B bebas dan mencegah masuknya
virus ke dalam sel, dengan demikian anti-HBs akan mencegah penyebaran
virus dari sel ke sel.8
Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi virus
hepatitis B dapat diakhiri tetapi kalau proses tersebut kurang efisien maka
terjadi infeksi virus hepatitis B yang menetap. Proses eliminsai virus hepatitis
B oleh respon imun yang tidak efisien dapat disebabkan oleh faktor virus atau
pun faktor pejamu.8
-
13
14
15
sedikit selama 6 bulan, yang melibatkan proses destruksi yang progresif dan
regenerasi dari parenkim hati yang pada akhirnya akan menuju fibrosis dan
sirosis. Penyakit ini dapat asimtomatik atau disertai gejala-gejala seperti
mudah lelah, malaise dan nafsu makan berkurang. Serum aminotransferase
dapat
ALT normal
Keluhan tidak ada
Kelainan kerusakan jaringan hati minimal.
16
Grade
0
1
2
3
4
Patologi
Peradangan portal tidak ada atau minimal
Peradangan portal tanpa nekrosis atau peradangan lobular tanpa
nekrosis
Limiting plate necrosis ringan (interface hepatitis ringan) dan atau
nekrosis lobular fokal
Limiting plate necrosis sedang (interface hepatitis sedang) dan atau
nekrosis fokal berat ( confluent necrosis)
Limiting plate necrosis berat (interface hepatitis berat) dan atau
bridging necrosis
Fibrosis8
Stage
0
1
2
3
4
Parameter
Evaluasi awal
18
Interferon (IFN)
Interferon adalah kelompok protein intreseluler yang normal
ada dalam tubuh, diproduksi oleh sel limfosit dan monosit.
Produksinya dirangsang oleh berbagai macam stimulasi terutama
infeksi virus.
IFN berkhasiat sebagai antivirus, imuno modulator, anti
prolifrative dan antipribotif. Efek anti virus terjadi dimana IFN
berinteraksi dengan reseptornya yang terdaftar pada membrane
sitoplasma sel hati yang diikuuti dengan diproduksinya protein efektor
sebagai antivirus. Pada hepatitis B kronik sering didapatkan
penurunan IFN. Akibatnya,terjadi penampilan molekul HLA kelas 1
pada membrane hepatosit yang sangat diperlukan agar sel T sitotoksit
dapat mengenali sel sel hepatosit yang terkena virus VHB. Sel sel
terseut menampilkan antigen sasaran (target antigen) VHB pada
membrane hepatosit.
IFN adalah salah satu obat pilihan untuk pengobatan pasien
hepatitis B kronik dnegan HbeAg positif, dengan aktifitis penyakit
ringan-sedang, yang belum mengalami sirosis. IFN telah dilaporkan
dapat mengurangi replikasi virus.
19
Timosin alfa
Timosin alfa merangsang fungsi sel limfosit. Pada hepatitis
virus B, timosin alfa berfungsi menurunkan replikasi VHB dan
menurunkan konsentrasi atau menghilangkan DNA VHB. Keunggulan
obat ini adalah tidak efek samping seperti IFN, dengan kombinasi
dengan IFN obat ini dapat meningkatkan efektifitas IFN.
2. Golongan antiviral
Lamivudin
Lamivudin adalah suatu enantiomer (-) dari 3 tiasitidin yang
merupakan suatu analog nukleosid, berfungsi sebagai bahan
pembentuk pregenom, sehingga analog nukleosid bersaing dengan
nukleosid asli. Lamivudin berkhasiat menghambat enzim reverse
transcriptase yang berfungsi dalam transkripsi balik dari RNA menjadi
DNA yang terjadi dalam replikasi VHB. Lamivudin menghambat
produksi VHB baru dan mencegah infeksi hepatosit sehat yang belum
terinfeksi tetapi tidak mempengaruhi sel sel yang telah terinfeksi,
20
karena itu apabila obat dihentikan konsentrasi DNA akan naik kembali
akibat diproduksinya virus virus baru oleh sel sel yang telah
terinfeksi. Pemberian lamivudin 100 mg/hari selama 1 tahun dapat
menekan HBV DNA, normalisasi ALT, serokonversi HBeAg dan
mengurangi progresi fibrosis secara bermakna dibandingkan placebo
(17) . Namun lamivudin memicu resistensi. Dilaporkan bahwa
resistensi terhadap lamivudin sebesar lebih dari 32% setelah terapi
selama satu tahun dan menjadi 57% setelah terapi selama 3 tahun(18) .
Risiko resistensi terhadap lamivudin meningkat dengan makin
lamanya pemberian. Dalam suatu studi di Asia, resistensi genotip
meningkat dari 14% pada tahun pertama pemberian lamivudin,
menjadi 38%, 49%, 66% dan 69% masing masing pada tahun ke 2,3,4
dan 5 terapi
Adefovir Dipivoksil
Prinsip kerjanya hamper sama dengan lamivudin, yaitu sebagai
analog nukleosid yang menghambat enzim reverse transcriptase.
Umumnya digunakan pada kasus kasus yang kebal terhadap
lamivudin, dosisnya 10 30 mg tiap hari selama 48 minggu.
HBeAg
+
+
21
adefovir
Mulai terapi dengan : interferon alfa, lamivudin
> 2 x BANN atau adefovir. Interferon atau adefovir dipilih
mengingat kebutuhan perlunya terapi jangka
panjang
End point terapi : normalisasi kadar ALT dan
HBV DNA (pemeriksaan PCR) tidak terdeteksi
Durasi terapi :
- Interferon selama satu tahun
- Lamivudin selama > 1 tahun
- Adefovir selama > 1 tahun
Bila
tidak
memberikan
respon/
ada
kontraindikasi interferon diganti lamivudin /
adefovir
Bila resisten terhadap lamivudin, berikan
adefovir
2 x BANN
Tidak perlu terapi
Terkompensasi : lamivudin atau adefovir
Sirosis hati
Dekompensasi : lamivudin (atau adefovir),
interferon kontraindikasi, transplantasi hati
Sirosis hati
Terkompensasi : observasi
Dekompensasi : rujuk ke pusat transplantasi hati
22
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Green CW. Hepatitis Virus dan HIV. Jakarta : Yayasan Spiritia, 2005 ; 1023
11.
12.
Anonim.
Hepatitis
B.
diaksess
dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/ pada tanggal 11
November 2010.
24
13.
14.
15.
25