Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiibu Sa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara
termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain,
tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai
perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperaibu
Satan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiibu Sa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru IBU
SHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85%
kasus gangguan jiibu Sa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian,
2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian
tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang di Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan
(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari
jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk
penyakit kejiiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah
penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan
sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nur
Siyanti, 2008).
Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Berry RS Duren sawit
yaitu berjumlah 23 orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai macam masalah diagnosa
keperawatan yang berbeda dari 23 orang pasien, dari hasil data yang kami dapatkan,yaitu:
Tahun 2012 kasus halusinasi berjumlah 26 kasus, isos 15 kasus, RPK 15 kasus, HDR 20
kasus, DPD 16 kasus, waham 15 kasus.
Tahun 2013 kasus halusinasi berjumlah 61 kasus, isos 22 kasus, RPK 19 kasus, HDR 6
kasus, DPD 22 kasus, waham 2 kasus
Tahun 2014 kasus halusinasi berjumlah 37 kasus, isos 34 kasus, RPK 15 kasus,HDR 11
kasus, DPD 34 kasus, waham 1
Tahun 2015 kasus halusinasi berjumlah 45 kasus, isos 38 kasus, RPK 21 kasus, HDR 3
kasus, DPD 40 kasus, waham tidak ada, RBD 1 kasus
Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS Duren
Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 2015 bulan September berjumlah 169 kasus.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas tentang
halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk
menyelesaikan praktek klinik di RS Duren Sawit.
1.2 Tujuan.
1. Tujuan Umum.
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan Jiwa pada klien
dengan perubahan
RS.Duren Sawit
2. Tujuan khusus
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan sensori persepsi:
halusinasi (pendengaran)
2) Membuat diagnosa keperawatan
halusinasi (pendengaran)
3) Melakukan intervensi keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah sensori persepsi yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat
klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain
klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan
tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi
merupakan
gangguan
atau
perubahan
persepsi
dimana
klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Kesimpulannya, halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
Halusinasi adalah sensori persepsi yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat
klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain
klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan
tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi
merupakan
gangguan
atau
perubahan
persepsi
dimana
klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Kesimpulannya, halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
2.2 Macam-Macam Halusinasi
1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan
sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
2.3 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor
2.4 Manifestasi Klinik
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih
mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi
meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertaibu Sa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang
tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya.
Klien
membuat
jarak
antara
dirinya
dan
halusinasi
dengan
keluarga klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien sendirian dan saran yang
diberikan tidak bertentangan.
Farmakoterapi:
NAMA OBAT
Chlopromazine
FUNGSI
DOSIS
(Promactile, Menstabilkan senyawa alami 30-800 mg
Largactile)
Haloperidol
otak.
(Haldol, Mengobati
kondisi
gugup, 1-100 mg
Serenace, Lodomer)
gangguan
Loxapine
mental(missal, skizofrenia)
Mengatasi agitasi psikotik 20-150 mg
akut,
emosional,
untuk
sikap
menggurangi
permusuhandan
hilangnya
pasien
dan
kendali
yang
otonomi
sering
kali
intramuscular
Untuk penenang
300-900 mg
Melemaskan otot-otot yang 2 x 2 mg
kaku
Respon Maladapif
Berpikir logis
Pikiran menyimpang
Kelainan
Persepsi akurat
Ilusi
Emosi konsisten
Reaksi emosional
Halusinasi
dengan
Berlebihan/berkurang
Ketidakmampuan
pikiran/delusi
pengalaman
-
Hubungan social
yang harmonis
Perilaku
ganjil/tidak
untuk
lazim
-
Menarik diri
mengatasi
emosi
-
Perilaku
tidak
terorganisir
-
Isolasi sosial
Core Problem
Cause
Isolasi Sosial
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama,jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No. MR, penanggung jawab.
2. Alasan Masuk
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan
di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan terlambat
1) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
2) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan,
lingkungan dan perilaku.
a. Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan
infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
b. Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan
kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dala,
berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm
tekanan kerja, dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
c. Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan
pengobatan dan penanganan gejala.
d. Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa
tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi
sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila peraibu Sat mengidentifikasi
adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus
dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi
informasi tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :
1) Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
2) Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.
3) Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
munculnya halusinasi untuk memvalidasi pertanyaan klien.
4) Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa
yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi.
Apakah klien bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.
5. Pemeriksaan fisik
a. Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
6. Analisa Data
No
Data
Masalah
Data subyektif
Mendengar suara/kegaduhan
Menyurh
melakukan
sesuatu
yang
berbahaya
Mendengar
Gangguan
Sensori Persepsi:
suara
yang
mengajak
Halusinasi
Pendengaran
untuk tertawa,memukul)
Data obyektif
Menutup telinga
Data subyektif :
ISOLASI
SOSIAL
Resiko
Perilaku
Kekerasan
Data subyektif :
-
Mendengar suara-suara
Data obyektif :
-
8. Pohon masalah
Effect
Core Problem
Cause
Isolasi Sosial
9. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
10. Rencana Tindakan Keperawatan
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
RUANGAN RAWAT : Wijaya Kusuma
Inisial
: Nn N
Tanggal Pengkajian
: 02-05-2016
Umur
: 16 Tahun
RM No
: 084896
Klien Mengatakan tidak tahu kenapa dibawa ke RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
oleh paman dan bude.
C. Faktor Presipitasi
Kurang lebih 2 tahun yang lalu setelah pulang dari pondok, pasien mulai kambuh dan 2 hari
sebelum MRS pasien gelisah, marah-marah. Kalau tidak sesuai dengan kemauannya pasien
melempar kaca lemari dengan gelas.
D. Faktor Predisposisi
1. Riwayat Penyakit Yang Lalu
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Paien pernah MRS pada tahun 2011 dan pasien tidak mau minum obat kurang lebih 5
tahun karena merasa sudah baik. Kurang lebih 2 tahun yang lalu setelah pulang dari
pondok pasien mulai kambuh, banyak diam dikamar, tidak mau makan dan sulit tidur.
b. Pengobatan Sebelumnya
Pasien tidak mau minum obat kurang lebih 5tahun.
c. Pernah Mengalami Penyakit Fisik (Termasuk Gangguan Tumbuh Kembang)
Pasien tidak mengalami penyakit fisik.
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (Bio, Psiko, Sosio, cultural dan
spritual)
Paasien pernah putus sekolah karena tidak mempunyai biaya untuk bayar sekolah.
2. Riwayat Trauma
a. Aniaya Fisik
Masalah Keperawatan:
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada yang keluarga yang menderita gangguan jiwa.
E. PEMERIKSAAAN FISIK
1. TandaVital:TD: 120/80mmHg Nadi : 84x/menit Suhu :37 C P : 20x/menit
2.
Ukur
3.
Keluhan fisik : Ya
Jelaskan
: TB : 150cm BB : 45kg
: Klien mengatakan jari tangan
beraktivitas masih bisa.
Masalah Keperawatan
IV.
PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: laki laki
: tinggal serumah
: perempuan
: meninggal
: pasien
: orang terdekat
Jelaskan
klien hanya
tinggal bersama 6 anaknya, didalam keluarga yang mengambil keputusan yaitu klien, jika
ada masalah klien terbiasa menyelesaikannya dengan sendiri Karena anak-anak nya sudah
berkeluarga sehingga klien merasa klien tidak perdulikan lagi. Dan akhirnya klien di bawa
ke panti oleh keluarganya.
Masalah Keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
c.
Peran
: Klien mengatakan klien disini sebagai orang sakit dan ibu untuk
anak-anak nya
d. Ideal diri
e.
Harga diri
merupakan seseorang yang paling berharga dan hanya mereka yang klien punya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Klien mengatakan kalau dirumah
klien hanya ibu rumah tangga yang bekerja sebagai petani. Dan di RS klien pernah
mengikuti kegiatan TAK dan sebagai pasien.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak suka
berkomunikasi dengan orang lain dan lebih memilih sendiri.
Masalah Keperawatan
: Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dari keyakinan
b. Kegiatan ibadah
Masalah Keperawatan
V. STATUS MENTAL
1.
Penampilan
Tidak rapi
Jelaskan
tampak kasar, gigi klien kotor, bajunya kurang rapi, wajah klien tampak kusam..
Masalah Keperawatan
1.
Pembicaraan
Cepat dan Inkoheren
Jelaskan
Masalah Keperawatan
3.
Aktivitas Motorik:
lesu
Jelaskan
Masalah Keperawatan
: Isolasi Sosial
2. Alam Perasaan
Sedih dan khawatir
Jelaskan
belum pernah ada yang menjenguk, dan klien mengatakan khawatir dengan
suara-suara yang jahat itu terdengar lagi.
Masalah Keperawatan
- HDR
- Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Pendengaran
3. Afek
Datar
Jelaskan
Masalah Keperawatan
6.
Masalah Keperawatan
7.
: Isolasi Sosial
Persepsi
Pendengaran
Jelaskan
bisikan
yang
: Klien selalu mengatakan yang sama saat bertemu yaitu ada suara-
9.
Isi Pikir
Fobia
Jelaskan
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
2.
3.
MEKANISME KOPING
Adaptif
Maladaptif
Menghindar
menyendiri
Masalah Keperawatan :
Isolasi Sosial
Masalah dengan perumahan, spesifik : Klien mengatakan tinggal dipanti dan ingin
pulang ke Kediri
Masalah ekonomi, spesifik : Klien Mengatakan klien kurang mampu karena
hartanya dirampok.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Klien mengatakan di panti obatnya
tidak mempan , tapi obat di RS Duren Sawit ampuh..
Masalah lainya, spesifik : Tidak ada
Masalah keperawatan :Harga Diri Rendah.
IX.
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik
: ( skizofrenia)
Terapi Medik
:
Trihexiphenidyl 1x1mg (THP)
Olandos 1x5 mg
XI.
core problem
HDR
No
Data
Masalah
Data subyektif
Gangguan
Sensori Persepsi:
Halusinasi
Pendengaran
mencangkul,
meibuar,
Data obyektif
Data subyektif :
-
Isolasi Sosial
Klien
mengatakan
mau
mengobrol
Data obyektif :
-
ditanya
klien
mengalihkan
pandangannya.
Klien tampak tidak focus.
Data subyektif :
- Klien mengatakan merasa diancam atau
dicederai oleh orang lain.
- Klien mengatakan tidak suka diinjak oleh
temanya
- Klien mengatakan mendengar suara-suara
aneh
Data obyektif :
-
Resiko Perilaku
Kekerasan
4.
Data Subjektif:
-
Regiment
Teraupeutik
Inefektif
Data Objektif :
-
Data Subjektif :
-
Perawatan
Diri:
Diri
Data Objektif :
-
Data Subjektif :
-
Koping
Keluarga
Data Objektif :
-
Data Subjektif :
Data Subjektif :
Klien mengatakan dirinya masih muda tapi
orang lain mengganggap klien sudah tua.
Data Objektif :
-
70
60
50
HALUSINASI
ISOS
40
RPK
HDR
30
DPD
WAHAM
20
RBD
10
0
2012
2013
2014
2015
Tahun 2013 kasus halusinasi berjumlah 61 kasus, isos 22 kasus, RPK 19 kasus, HDR 6 kasus,
DPD 22 kasus, waham 2 kasus
Tahun 2014 kasus halusinasi berjumlah 37 kasus, isos 34 kasus, RPK 15 kasus,HDR 11 kasus,
DPD 34 kasus, waham 1
Tahun 2015 kasus halusinasi berjumlah 45 kasus, isos 38 kasus, RPK 21 kasus, HDR 3 kasus,
DPD 40 kasus, waham tidak ada, RBD 1 kasus
Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS Duren Sawit Ruang
Berry terhitung dari tahun 2012 2015 bulan September berjumlah 169 kasus.
SENSORI
A.
Hari
Pertemuan
:1
Sp/Dx
Ruangan
: Berry
Nama Klien
: Ny. S
Proses Keperawatan
1.
Kondisi Klien.
Data subjektif :
Data objektif :
2.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
3.
b.
c.
d.
e.
4.
Tindakan Keperawatan.
a.
b.
c.
Strategi Komunikasi.
1.
Fase Orientasi.
a.
b.
c.
Kontrak :
Topik : Baiklah IBU S, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
suara yang mengganggu IBU S dan cara mengontrol suara-suara
tersebut, Apakah bersedia?
IBU Saktu : Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15.00 saja?
Tempat : IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Apa ibu bersedia?
d. Tujuan : Supaya ibu bisa tahu cara menggontrol halusinasi dengan menghardik.
2.
Fase Kerja .
Apakah IBU S mendengar suara tanpa ada ibu Sujudnya? Saya percaya IBU S
mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah IBU
S mendengarnya terus- menerus atau seibu Saktu-ibu Saktu? Kapan yang paling
sering mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari IBU S mendengarnya? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada ibu saat sendiri? Apa yang IBU S
rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan Ibu S ketika mendengar
suara tersebut? Kemudian apa yang Ibu S lakukan? Apakah dengan cara tersebut
suara-suara itu hilang? Apa yang Ibu S alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara
untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah IBU S bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah saya
akan mempraktekan dahulu baru IBU S mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini IBU S jika suara itu muncul katakan dengan keras pergi..pergi saya
tidak mau dengar.. kamu suara palsu sambil menutup kedua telinga IBU S. seperti
ini ya IBU S. coba sekarang IBU S ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus
sekali IBU S, coba sekali lagi IBU S. yaa bagus sekali ibu S.
3.
Terminasi.
a.
suara itu menyuruh IBU S untuk mengejek, terus menerus terjadi dan terutama kalau
sendiri dan IBU S merasa kesal. Seperti yang telah kita pelajari bila suara-suara itu
muncul IBU S bisa mengatakan pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara
palsu
b.
RTL :
IBU S lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3
kali sehari yaitu jam 90:00, 14:00 dan jam 20:00 cara mengisi buku kegiatan harian
adalah sesuai dengan jadwal keegiatan harian yang telah kita buat tadi ya IBU S? .
Jika IBU S melakukanya secara mandiri makan IBU S menuliskan M, jika IBU S
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka IBU S buat
IBU S, Jika IBU S tidak melakukanya maka IBU S tulis T. apakah IBU S mengerti?
Coba IBU S ulangi? Naah bagus IBU S.
c.
IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ?mau berapa menit,
bagaimana kalau 5 menit saja?
Tempat :
IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang nya? Bagaimana kalau di
ruang makan? Baiklah IBU S besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa
besok IBU S. saya permisi dulu ya bu..
A.
Hari
Pertemuan
:2
Sp/Dx
Ruangan
: Berry
Nama Klien
: Ny. S
Proses Keperawatan
1.
Kondisi Klien.
Data subjektif :
Data objektif :
2.
Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Sensori Persepsi :Halusinasi pendengaran
3.
4.
Tindakan Keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar ibu waktu, benar dosis dan kontinuitas.
B.
Strategi Komunikasi.
1.
Fase Orientasi.
a.
Salam Terapeutik.
Assalamualaikum IBU S, masih ingat dengan saya? bagaimana perasaan IBU S
hari ini?
b.
Evaluasi/validasi.
Apakah IBU S Halusinasinya masih ada? Apakah IBU S telah melakukan apa
yang telah kita pelajari kemarin? Bagaimana apakah dengan menghardik suarasuara yang IBU S dengar berkurang? Bagus sekarag coba praktekkan pada saya
bagaiman IBU S melakukannya. Bagus sekali IBU S. coba lihat jadwal kegiatan
hariannya bagus sekali IBU S.
c.
Kontrak.
Topik :
Baiklah IBU S sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang
kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu cara minum
obat yang benar, Apakah bersedia?
Waktu :
Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
mau jam berapa?bagaimana kalau jam 15.00?
Tempat :
IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di ruang makan?
.
2.
Fase Kerja.
IBU S sudah dapat obat dari ibu perawat? IBU S perlu minum obat ini secara
teratur agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga
macam, yang ibu Warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks
dan tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya Olandoz gunannya untuk
menghilangkan suara-suara yang IBU S dengar. semuanya ini harus IBU S minum 3
kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti mulut IBU S
terasa kering, untuk membantu mengatasinya IBU S bisa menghisap es batu yang bisa
diminta pada perawatan. Bila IBU S merasa mata berkunang-kunang, IBU S
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum
obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya IBU S.
Sebelum IBU S minum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat,
apakah benar nama IBU S yang tertulis disitu. Selain itu IBU S perlu memperhatikan
jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa
saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obanya. IBU S harus meminum obat
secara teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang
kita memasukan ibu Saat meminum obat kedalam jadwal harian IBU S. cara mengisi
jadwalnya adalah jika IBU S minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh perawat
atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika IBU S meminum obatnya
diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika IBU S
tidak minum obatnya maka di isi T artinya tidak melakukannya. Mengerti IBU S?
coba IBU S ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan? Nah bagus, IBU S sudah
mengerti.
3.
Fase Terminasi.
a.
b.
RTL :
Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00 pada jadwal
kegiatan IBU S. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang
telah kita buat tadi ya IBU S. jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya
IBU S.
c.
A.
Hari
Pertemuan
:3
Sp/Dx
Ruangan
: Berry
Nama Klien
: IBU S
Proses Keperawatan.
1.
Kondisi Klien.
Data subjektif :
Data objektif :
2.
Diagnosa Keperawatan.
4.
Tindakan Keperawatan.
a.
b.
c.
B.
Strategi Komunikasi.
1.
Fase Orientasi.
a.
Salam Terapeutik.
Asalamualaikum IBU S.. selamat sore..
b.
Evaluasi/validasi.
Bagaimana perasaan IBU S hari ini? Apakah Halusinasinya masih muncul?
Apakah IBU S telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan
harian IBU S? bagus sekali IBU S, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus IBU S
minum obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik
suara-suara juga dilakukan dengan teratur.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang
IBU S dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan cara menghardik suarasuara yang telah kita pelajari. Coba ceritakan perbedaan minum obat secara
teratur dengan yang dulu tidak teratur? Dan jelaskan kembali pada saya cara
minum obat dengan benar. Bagus sekali IBU S.
c.
Kontrak.
Topik :
Baiklah IBU S sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga
dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu bercakapcakap dengan orang lain, Apakah bersedia?
Waktu :
Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
bagaimana kalau jam 15.00??
Tempat :
IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
Baiklah IBU S.
Tujuan:supaya ibu tahu cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
2.
Fase Kerja.
Caranya adalah jika IBU S mulai mendengar suara-suara, langsung saja IBU S
cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman IBU S untuk berbicara dengan IBU S.
contohnya begini IBU S : tolong berbicara dengan saya.. saya mulai mendengar
suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau IBU S minta pada ibu perawat untuk
berbicara dengannya seperti buk tolong berbicara dengan saya karena saya mulai
mendengar suara-suara:. Coba ibu S praktekkan, bagus sekali IBU S.
3.
Fase Terminasi.
a.
b.
RTL :
berapa kali IBU S akan bercakap-cakap. Ya dua kali IBU S. jam berapa saja IBU
S? baiklah IBU S jam 09:00 dan 16:00. Jangan lupa IBU S lakukan cara yang
ketiga agar suara-suara yang IBU S dengarkan tidak mengganggu IBU S lagi.
c.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl
Diagnosa
Tindakan
dan
Gangguan
Sep-
sensori
15
persepsi
09.00
Paraf
Keperaibu Satan
Jam
28-
Jam
Evaluasi
1. Mengidentifikash
alusinasi:
:
S:
Halusinasi
terjadi,
Pendengaran
pencetus,
klien
mengatakan
saat
mengontrol
halusinasi;
menghardik,
mau tidur
obat,
bercakap-
cakap,
O:
melakukan
kegiatan
3. Melatih
cara -
mengontrol
Klien
tampak
menutup
telinganya
halusinasi
dengan
menghardik
4. Memasukkan
pada
kegiatan
A : SP 1 Halusinasi
P : melanjutkan SP 2 : Halusinasi
jadwal Perawat:
Evaluasi
cara
untuk menghardik
latihan
Pasien:
menghardik
Diagnosa
Tindakan
dan
Gangguan
Sep-
sensori
15
persepsi
Halusinasi
10.00
Paraf
Keperaibu Satan
Jam
29-
Jam
Evaluasi
Pendengaran
1. Mengevalua
S:
mau tidur.
halusinasi
dengan
obat
(jelaskan 6 O:
benar, jenis, - Klien tampak komat kamit
guna, dosis, - Klien tampak menyebutkan 2
frekuensi,
cara,
kontinuitas,
obat
minum
obat)
A : SP 2 Halusinasi : pendengaran
3. Memasukka
n
jadwal
Perawat:
kegiatan
mengontrol
untuk
latihan
dosis,
kegiatan
minum obat)
untuk
Klien:
lkatihan
mengontrol
menghardik obat
Evaluasi
cara
halusinasi
dengan
frekuensi,
kontinuitas
Menyebutkan
cara
halusinasi
dengan
dan minum
obat
Diagnosa
Tindakan
dan
Gangguan
Sep-
sensori
15
persepsi
09.00
Paraf
Keperaibu Satan
Jam
30-
Jam
Evaluasi
latihan
Halusinasi
Pendengaran
dan
obat. -
Beri pujian
2. Latih
Klien
mengatakan
jika
mengontrol
halusinasi
dengan
ny.nuranah
bercakap-
dan menghardik
halusinasi
3. Masukkan
A : SP 3 Halusinasi : pendengaran
pada jadwal
kegiatan
P :lanjutkan SP 3 : Halusinasi
untuk
latihan
obat,
dan
bercakapcakap
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data yang didapat ditemukan kesenjangan antara teori dengan kenyataan di
lahan praktek yaitu diteori ditemukan 3 masalah keperawatan yaitu Resiko Perilaku
Kekerasan, Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi, dan Isolasi sosial. Sedangkan di lahan
praktek ditemukan 7 masalah diagnosa, yaitu Resiko Perilaku Kekerasan, Gangguan Sensori
Persepsi: Halusinasi Pendengaran, dan Isolasi sosial, Defisit Perawatan Diri, Harga diri
Rendah, Regiment Teraupeutik Inefektif, Koping keluarga Inefektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS
Duren Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 2015 bulan September berjumlah 169
kasus.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa.
Bagi semua mahasiswa-mahasiswi kiranya lebih meningkatkan kompetensi dan
wawasan tentang perkembangan teori-teori terbaru dalam dunia kesehatan terutama
dalam penerapan asuhan keperawatan jiwa, dan dapat membandingkan kesenjangan
antara teori dengan kenyataan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi
8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Stuart GIBU S, Sundeen. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.).St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Kesehatan. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2000