Sunteți pe pagina 1din 12

TASK FORCE RECOMMENDATIONS (rekomendasi tugas tambahan)

Close monitoring of women with gestational hypertension or preeclampsia without severe


features, with serial assessment of maternal symptoms and fetal movement (daily by the
woman), serial measurements of BP (twice weekly), and assessment of platelet counts and liver
enzymes (weekly) is suggested.
(pemantauan terbaru wanita dengan hipertensi gestasional atau preeklamsia tanpa fitur yang
parah, disarankan penilaian gejala ibu dan gerakan janin (setiap hari oleh wanita), pengukuran
TD (dua kali seminggu), dan penilaian jumlah trombosit dan enzim hati (mingguan))

For women with gestational hypertension, monitoring BP at least once weekly with proteinuria
assessment in the office and with an additional weekly measurement of BP at home or in the
office is suggested.
(Untuk wanita dengan hipertensi gestasional, disarankan pemantauan TD setidaknya sekali
seminggu dengan penilaian proteinuria di kantor dan dengan pengukuran tambahan TD
mingguan di rumah atau di kantor.)
For women with mild gestational hypertension or preeclampsia with a persistent BP of less than
160 systolic or 110 diastolic, it is suggested that antihypertensive medications not be
administered.
(Untuk wanita dengan hipertensi gestasional ringan atau preeklampsia dengan TD terus-menerus
kurang dari 160 sistolik atau 110 diastolik, pemberaian obat antihipertensi disarankan untuk
dihentikan.)

For women with gestational hypertension or preeclampsia without severe features, it is suggested
that strict bed rest not be prescribed.
(Untuk wanita dengan hipertensi gestasional atau preeklamsia tanpa fitur parah, tidak disarankan
untuk istirahat ketat)

For women with preeclampsia without severe features, use of US to assess fetal growth and
antenatal testing to assess fetal status is suggested.
(Untuk wanita dengan preeklamsia tanpa fitur yang parah, disarankan penggunaan US untuk
menilai pertumbuhan janin dan pengujian antenatal untuk menilai status janin.)

If evidence of fetal growth restriction is found in women with preeclampsia, fetoplacental


assessment that includes umbilical artery Doppler velocimetry as an adjunct antenatal test is
recommended.
(Jika bukti pertumbuhan janin terhambat ditemukan pada wanita dengan preeklamsia, dianjurkan
penilaian fetoplasenta yang mencakup Doppler arteri umbilikalis velocimetry sebagai uji
antenatal tambahan.)

For women with mild gestational hypertension or preeclampsia without severe features and no
indication for delivery at less than 37 0/7 weeks of gestation, expectant management with
maternal and fetal monitoring is suggested.
(Untuk wanita dengan gestasional hipertensi ringan atau preeklamsia tanpa fitur yang parah dan
tidak ada indikasi untuk pengiriman kurang dari 37 0/7 minggu kehamilan, disarankan untuk
dilakukannya manajemen kehamilan dengan monitoring ibu dan janin)

For women with mild gestational hypertension or preeclampsia without severe features at or
beyond 37 0/7 weeks of gestation, delivery rather than continued observation is suggested.
(Untuk wanita dengan hipertensi gestasional ringan atau preeklampsia tanpa fitur parah pada atau
di luar 37 0/7 minggu kehamilan, disarankan pengamatan persalinan secara terus menerus.)

For women with preeclampsia with systolic BP of less than 160 and a diastolic BP less than 110
and no maternal symptoms, it is suggested that magnesium sulfate not be administered
universally for the prevention of eclampsia.
(Untuk wanita preeklamsia dengan TD sistolik kurang dari 160 dan TD diastolik kurang dari 110
dan tidak ada gejala pada ibu, disarankan pemberian magnesium sulfat tidak diberikan secara
universal untuk pencegahan eklampsia.)

For women with severe preeclampsia at or beyond 34 0/7 weeks of gestation, and in those with
unstable maternal or fetal conditions irrespective of gestational age, delivery soon after maternal
stabilization is recommended.
(Untuk wanita dengan preeklamsia berat pada usia kehamilan 34 0/7 minggu atau di luar 34 0/7
minggu, dan pada pasien dengan kondisi ibu atau janin tidak stabil terlepas dari usia kehamilan,
disarankan untuk dilakukannya persalinan setelah stabilisasi.)

For women with severe preeclampsia at less than 34 0/7 weeks of gestation with stable maternal
and fetal conditions, it is recommended that continued pregnancy be undertaken only at facilities
with adequate maternal and neonatal intensive care resources.
(Untuk wanita dengan preeklamsia berat kurang dari 34 0/7 minggu usia kehamilan dengan
kondisi ibu dan janin stabil, dianjurkan bahwa kehamilan dilanjutkan dan dilakukan hanya pada
fasilitas dengan sumber perawatan intensif ibu dan bayi yang memadai.)

For women with severe preeclampsia receiving expectant management at 34 0/7 weeks or less of
gestation, the administration of corticosteroids for fetal lung maturity benefit is recommended.
(Untuk wanita dengan preeklamsia berat yang menerima manajemen hamil pada usia kehamilan
34 0/7 minggu atau kurang, dianjurkan pemberian kortikosteroid untuk janin yang bermanfaat
untuk kematangan paru)

For women with preeclampsia with severe hypertension during pregnancy (sustained systolic BP
of at least 160 or diastolic of at least 110), the use of antihypertensive therapy is recommended.
(Untuk wanita dengan preeklampsia dengan hipertensi berat selama kehamilan (TD sistolik
minimal 160 atau diastolik minimal 110 yang berkelanjutan), dianjurkan untuk penggunaan
terapi antihipertensi.)

For women with preeclampsia, it is suggested that a delivery decision should not be based on the
amount of proteinuria or change in the amount of proteinuria.
(Bagi wanita dengan preeklamsia, disarankan bahwa keputusan pengiriman tidak harus
didasarkan pada jumlah proteinuria atau perubahan jumlah proteinuria.)

For women with severe preeclampsia and before fetal viability, delivery after maternal
stabilization is recommended. Expectant management is not recommended.
(Untuk wanita dengan preeklamsia berat dan sebelum janin viabel, dianjurkan untuk pengiriman
setelah stabilisasi ibu. manajemen hamil tidak dianjurkan.)

It is suggested that corticosteroids be administered and delivery deferred for 48 hours if maternal
and fetal conditions remain stable for women with severe preeclampsia and a viable fetus at 33
6/7 weeks or less of gestation with any of the following:

(Disarankan pemberian kortikosteroid dan dilakukan pengiriman selama 48 jam jika kondisi ibu
dan janin tetap stabil untuk wanita dengan preeklamsia berat dan janin yang layak diusia
kehamilan 33 6/7 minggu atau kurang dengan salah satu dari berikut:)

- preterm premature rupture of membranes (ketuban pecah dini prematur)


- labor (Persalinan)
- low platelet count (<100,000) (Jumlah trombosit yang rendah (<100.000))
- persistently abnormal hepatic enzyme concentrations (twice or more the upper normal
values) (konsentrasi enzim hati yang abnormal secara terus menerus (dua kali atau lebih
diatas nilai normal))
- fetal growth restriction (less than the fifth percentile) (pertumbuhan janin terhambat
(kurang dari lima persen))
- severe oligohydramnios (AFI <5 cm) (Oligohidramnion berat (AFI <5 cm))
- reversed end-diastolic flow on umbilical artery Doppler studies (Aliran terbalik akhir
diastolik pada arteri pusat menurut studi Doppler)
- new-onset renal dysfunction or increasing renal dysfunction (onset-baru Disfungsi
ginjal atau peningkatkan disfungsi ginjal)

It is recommended that corticosteroids be given if the fetus is viable and at 33 6/7 weeks or less
of gestation, but that delivery not be delayed after initial maternal stabilization regardless of
gestational age for women with severe preeclampsia that is complicated further with any of the
following:
(Dianjurkan bahwa kortikosteroid diberikan jika janin layak dan pada usia kehamilan 33 6/7
minggu atau kurang, tetapi pengiriman tidak boleh ditunda setelah stabilisasi ibu tanpa
memandang usia kehamilan untuk wanita dengan preeklamsia berat yang rumit lebih lanjut
dengan salah pengikut:)
- uncontrollable severe hypertension (hipertensi berat yang tidak terkendali)
- eclampsia (eklamsia)
- pulmonary edema (edema paru)
- abruption placentae (Solusio plasenta)
- disseminated intravascular coagulation (DIC)
- evidence of nonreassuring fetal status (Bukti status janin yang meragukan)
- intrapartum fetal demise (kematian janin intrapartum)

For women with preeclampsia, it is suggested that the mode of delivery need not be cesarean
delivery. The mode of delivery should be determined by fetal gestational age, fetal presentation,
cervical status, and maternal and fetal conditions.
(Bagi wanita dengan preeklamsia, disarankan bahwa cara persalinan tidak perlu sesar.
Pengiriman harus ditentukan oleh usia kehamilan, presentasi janin, status serviks, dan ibu dan
kondisi janin.)

For women with eclampsia, the administration of parental magnesium sulfate is recommended.
(Bagi wanita dengan eklampsia, dianjurkan untuk pemberian magnesium sulfat secara
parenteral.)

For women with severe preeclampsia, the administration of intrapartum- postpartum magnesium
sulfate to prevent eclampsia is recommended.
(Untuk wanita dengan preeklamsia berat, dianjurkan pemberian magnesium sulfat intrapartumpostpartum untuk mencegah eclampsia.)

For women with preeclampsia undergoing cesarean delivery, the continued intraoperative
administration of parenteral magnesium sulfate to prevent eclampsia is recommended.
(Untuk wanita dengan preeklamsia yang menjalani persalinan sesar, Dianjurkan pemberian
intraoperatif magnesium sulfat parenteral secara terus-menerus untuk mencegah eclampsia.)

For women with HELLP syndrome and before the gestational age of fetal viability, it is
recommended that delivery be undertaken shortly after initial maternal stabilization.
(Bagi wanita dengan sindrom HELLP dan sebelum usia kehamilan viabel, disarankan pemberian
segera dilakukan setelah awal stabilisasi ibu.)

For women with HELLP syndrome at 34 0/7 weeks or more of gestation, it is recommended that
delivery be undertaken soon after initial maternal stabilization.
(Untuk wanita dengan sindrom HELLP pada usia kehamilan 34 0/7 minggu atau lebih,
disarankan pemberian dilakukan segera setelah awal stabilisasi ibu.)

For women with HELLP syndrome from the gestational age of fetal viability to 33 6/7 weeks of
gestation, it is suggested that delivery be delayed for 24-48 hours if maternal and fetal conditions
remain stable to complete a course of corticosteroids for fetal benefit.
(Bagi wanita dengan sindrom HELLP dari usia kehamilan 33 6/7 minggu hingga usia kehamilan
viabel, disarankan agar pengiriman ditunda selama 24-48 jam jika kondisi ibu dan janin tetap
stabil untuk menyelesaikan pemberian kortikosteroid untuk kepentingan janin.)

For women with preeclampsia who require analgesia for labor or anesthesia for cesarean delivery
and with a clinical situation that permits sufficient time for establishment of anesthesia, the
administration of neuraxial anesthesia (either spinal or epidural anesthesia) is recommended.
(Bagi wanita dengan preeklamsia yang membutuhkan analgesia untuk persalinan pervaginam
atau anestesi untuk persalinan sesar dengan situasi klinis yang memungkinkan dan waktu yang
cukup untuk pembentukan anestesi, pemberian anestesi neuroaksial (baik anestesi spinal atau
epidural) dianjurkan.)

For women with severe preeclampsia, it is suggested that invasive hemodynamic monitoring not
be used routinely.
(Untuk wanita dengan preeklamsia berat, disarankan agar pemantauan hemodinamik invasif
tidak digunakan secara rutin.)

For women in whom gestational hypertension, preeclampsia, or superimposed preeclampsia is


diagnosed it is suggested that BP be monitored in the hospital or that equivalent outpatient
surveillance be performed for at least 72 hours postpartum and again 7-10 days after delivery or
earlier in women with symptoms.
(Bagi wanita diantara diagnosis hipertensi gestasional, preeklamsia, atau preeklamsia disarankan
agar TD dipantau di rumah sakit atau pengawasan rawat jalan dilakukan selama 72 jam
postpartum dan 7-10 hari setelah melahirkan atau pada wanita yang sebelumnya memiliki
gejala.)

For all women in the postpartum period (not just women with preeclampsia), it is suggested that
discharge instructions include information about the signs and symptoms of preeclampsia as well
as the importance of prompt reporting of this information to their health care providers.
(Untuk semua wanita di masa postpartum (tidak hanya wanita dengan preeklamsia), disarankan
bahwa instruksi debit mencakup informasi tentang tanda-tanda dan gejala preeklamsia serta
pentingnya pelaporan yang cepat dari informasi ke penyedia layanan kesehatan)

For women in the postpartum period who present with new-onset hypertension associated with
headaches or blurred vision or preeclampsia with severe hypertension, the parenteral
administration of magnesium sulfate is suggested.
(Bagi perempuan pada periode postpartum yang hadir dengan onset baru hipertensi terkait
dengan sakit kepala atau penglihatan kabur atau preeklampsia dengan hipertensi berat,
disarankan pemberian magnesium sulfat secara perenteral.)

For women with persistent postpartum hypertension, BP of 150 systolic or 100 diastolic or
higher, on at least two occasions that are at least 4-6 hours apart, antihypertensive therapy is
suggested. Persistent BP of 160 systolic or 110 diastolic or higher should be treated within 1
hour.
(Untuk wanita dengan hipertensi postpartum persisten, TD sistolik 150 atau diastolik 100 atau
lebih tinggi, pada dua kesempatan yang setidaknya 4-6 jam terpisah, disarankan pemberian terapi
antihipertensi. TD persisten dari sistolik 160 atau diastolik 110 atau lebih tinggi harus ditangani
dalam waktu 1 jam.)

Management of Women with Prior Preeclampsia (manajemen wanita sebelum preeklamsia)


Preconception counseling and assessment is suggested. Potentially modifiable lifestyle
activities, such as weight loss and increased physical activity, should be encouraged. Medical
problems such as hypertension and diabetes should be brought into the best possible control.
Folic acid supplementation should be recommended. Consider low-dose aspirin in the upcoming
pregnancy.
(Konseling Prakonsepsi dan penilaian disarankan. Berpotensi dengan gaya hidup dimodifikasi,
seperti penurunan berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik, harus ditingkatkan. masalah
medis seperti hipertensi dan diabetes harus dikontrol dengan baik. Dianjurkan untuk Pemberian
suplementasi asam folat harus. Pertimbangkan pemberian aspirin dosis rendah pada kehamilan
yang akan datang.)

Chronic Hypertension and Superimposed Preeclampsia (hipertensi kronis dan superimpose


preeklamsia)

For women with features suggestive of secondary hypertension, referral to a physician with
expertise in treating hypertension to direct the workup is suggested.
(Bagi wanita dengan fitur sugestif hipertensi sekunder, rujukan ke dokter dengan keahlian
mengobati hipertensi untuk mengarahkan pemeriksaan yang disarankan.)

For pregnant women with chronic hypertension and poorly controlled BP, the use of home BP
monitoring is suggested.
(Untuk wanita hamil dengan hipertensi kronis dan TD kurang terkontrol, disarankan penggunaan
monitoring TD dirumah.)

For women with suspected white coat hypertension, the use of ambulatory BP monitoring to
confirm the diagnosis before the initiation of antihypertensive therapy is suggested.
(Bagi wanita yang diduga hipertensi jas putih, penggunaan pemantauan TD rawat untuk
mengkonfirmasi diagnosis sebelum memulai terapi antihipertensi disarankan.)

It is suggested that weight loss and extremely low sodium diets (<100 mEq/d) not be used for
managing chronic hypertension in pregnancy.
(Disarankan bahwa penurunan berat badan dan diet natrium yang sangat rendah (<100 mEq / d)
tidak boleh digunakan untuk mengelola hipertensi kronis dalam kehamilan.)

For women with chronic hypertension who are accustomed to exercising, and in whom BP is
well controlled, it is recommended that moderate exercise be continued during pregnancy.
(Untuk wanita dengan hipertensi kronis yang terbiasa berolahraga, dan di antaranya BP
dikendalikan dengan baik, disarankan bahwa olahraga ringan dilanjutkan selama kehamilan.)

For pregnant women with persistent chronic hypertension with systolic BP of 160 or higher
diastolic BP of 105 or higher, antihypertensive therapy is recommended.
(Untuk wanita hamil dengan hipertensi kronis persisten dengan tekanan darah sistolik 160 atau
diastolik lebih tinggi BP dari 105 atau lebih tinggi, terapi antihipertensi dianjurkan.)

For pregnant women with chronic hypertension and BP less than 160 systolic or 105 diastolic
and no evidence of end-organ damage, it is suggested that they not be treated with
pharmacologic antihypertensive therapy.
(Untuk wanita hamil dengan hipertensi kronis dan BP kurang dari 160 sistolik atau 105 diastolik
dan tidak ada bukti kerusakan end-organ, disarankan bahwa mereka tidak dapat diobati dengan
terapi antihipertensi farmakologis.)

For pregnant women with chronic hypertension treated with antihypertensive medication, it is
suggested that BP levels be maintained between 120 systolic and 80 diastolic and 160 systolic
and 105 diastolic.
(Untuk wanita hamil dengan hipertensi kronis diobati dengan obat antihipertensi, disarankan
bahwa tingkat BP dipertahankan antara 120 sistolik dan diastolik 80 dan 160 sistolik dan
diastolik 105.)

For the initial treatment of pregnant women with chronic hypertension who require
pharmacologic therapy, labetalol, nifedipine, or methyldopa are recommended above all other
antihypertensive drugs.
(Untuk pengobatan awal ibu hamil dengan hipertensi kronis yang membutuhkan farmakologis
terapi, labetalol, nifedipine, vs metildopa direkomendasikan di atas semua obat antihipertensi
lainnya.)

For women with uncomplicated chronic hypertension in pregnancy, the use of angiotensinconverting enzyme inhibitors, angiotensin receptor blockers, renin inhibitors and
mineralocorticoid receptor antagonists is not recommended.
(Untuk wanita dengan hipertensi kronis tanpa komplikasi pada kehamilan, penggunaan inhibitor
angiotensin-converting enzyme, angiotensin receptor blocker, inhibitor renin dan antagonis
reseptor mineralokortikoid tidak dianjurkan.)

For women of reproductive age with chronic hypertension, the use of angiotensin- converting
enzyme inhibitors, angiotensin receptor blockers, renin inhibitors, and mineralocorticoid receptor
antagonists is not recommended unless there s a compelling reason, such as the presence of
proteinuric renal disease.
(Untuk wanita usia reproduksi dengan hipertensi kronis, penggunaan angiotensin converting
enzyme inhibitor, angiotensin receptor blocker, renin inhibitor, dan antagonis reseptor
mineralokortikoid tidak dianjurkan kecuali ada s alasan kuat, seperti adanya penyakit ginjal
proteinuric.)

For women with chronic hypertension who are at a greatly increased risk of adverse pregnancy
outcomes (history of early-onset preeclampsia and preterm delivery at less than 34 0/7 weeks of
gestation or preeclampsia in more than one prior pregnancy) initiating the administration of daily
low-dose aspirin (60-80 mg) beginning in the late first trimester is suggested.

(Untuk wanita dengan hipertensi kronis yang berada pada risiko sangat meningkat dari hasil
kehamilan yang merugikan (sejarah awal-awal preeklamsia dan kelahiran prematur kurang dari
34 0/7 minggu kehamilan atau preeklamsia di lebih dari satu kehamilan sebelumnya) memulai
administrasi sehari-hari aspirin dosis rendah (60-80 mg) dimulai pada akhir trimester pertama
disarankan.)

For women with chronic hypertension, the use of ultrasonography to screen for fetal growth
restriction is suggested.
(Bagi wanita dengan hipertensi kronis, penggunaan ultrasonografi ke layar untuk pembatasan
pertumbuhan janin disarankan.)

If evidence of fetal growth restriction is found in women with chronic hypertension,


fetoplacental assessment to include umbilical artery Doppler velocimetry as an adjunct antenatal
test is recommended.
(Jika bukti pembatasan pertumbuhan janin ditemukan pada wanita dengan hipertensi kronis,
penilaian fetoplasenta untuk menyertakan umbilikalis velocimetry Doppler arteri sebagai uji
antenatal tambahan dianjurkan.)

For women with chronic hypertension complicated by issues such as the need for medication,
other underlying medical conditions that affect fetal outcome, or any evidence of fetal growth
restriction, and superimposed preeclampsia, antenatal fetal testing is suggested.
(Untuk wanita dengan hipertensi kronis rumit oleh isu-isu seperti kebutuhan untuk obat-obatan,
kondisi medis yang mendasari lain yang mempengaruhi hasil janin, atau bukti pembatasan
pertumbuhan janin, dan preeklamsia, pengujian janin antenatal disarankan.)

For women with chronic hypertension and no additional maternal or fetal complications, delivery
before 38 0/7 weeks of gestation is not recommended.
(Bagi wanita dengan hipertensi kronis dan tidak ada komplikasi pada ibu atau janin tambahan,
pengiriman sebelum 38 0/7 minggu kehamilan tidak dianjurkan.)

For women with superimposed preeclampsia who receive expectant management at less than 34
0/7 weeks of gestation, the administration of corticosteroids for fetal lung maturity benefit is
recommended.

(Bagi wanita dengan preeklamsia ditumpangkan yang menerima manajemen hamil kurang dari
34 0/7 minggu kehamilan, administrasi kortikosteroid untuk janin manfaat kematangan paru
dianjurkan.)

For women with chronic hypertension and superimposed preeclampsia with severe features, the
administration of intrapartum-postpartum parental magnesium sulfate to prevent eclampsia is
recommended.
(Untuk wanita dengan hipertensi kronis dan preeklamsia dengan fitur yang parah, administrasi
intrapartum-postpartum magnesium orangtua sulfat untuk mencegah eclampsia dianjurkan.)
For women with superimposed preeclampsia without severe features and stable maternal and
fetal conditions, expectant management until 37 0/7 weeks of gestation is suggested.
(Untuk wanita dengan preeklamsia tanpa fitur parah dan kondisi ibu dan janin stabil, manajemen
menunggu sampai 37 0/7 minggu kehamilan disarankan.)

Delivery soon after maternal stabilization is recommended irrespective of gestational age or full
corticosteroid benefit for women with superimposed preeclampsia that is complicated further by
any of the following:
(Pengiriman segera setelah stabilisasi ibu dianjurkan terlepas dari usia kehamilan atau manfaat
kortikosteroid penuh untuk wanita dengan preeklamsia yang rumit lebih lanjut oleh salah satu
dari berikut:)
- uncontrollable severe hypertension (hipertensi berat yang tidak terkontrol)
- eclampsia (eklamsia)
- pulmonary edema (edema paru)
- abruption placentae (solusio plasenta)
- disseminated intravascular coagulation (koagulasi intravaskular yang meluas)
- nonreassuring fetal status (status janin yang meragukan)
For women with superimposed preeclampsia with severe features at less than 34 0/7 weeks of
gestation with stable maternal and fetal conditions, it is recommended that continued pregnancy
should be undertaken only at facilities with adequate maternal and neonatal intensive care
resources.
(Untuk wanita dengan preeklamsia dengan fitur yang parah kurang dari 34 0/7 minggu
kehamilan dengan kondisi ibu dan janin stabil, direkomendasikan bahwa dilanjutkan kehamilan
harus dilakukan hanya pada fasilitas dengan sumber perawatan intensif ibu dan bayi yang
memadai.)

For women with superimposed preeclampsia with severe features, expectant management
beyond 34 0/7 weeks of gestation is not recommended.
(Untuk wanita dengan preeklamsia dengan fitur yang parah, manajemen menunggu di luar 34 0/7
minggu kehamilan tidak dianjurkan.)

Later-life Cardiovascular Disease in Women with Prior Preeclampsia (Kemudian kehidupan


Penyakit Kardiovaskular di Wanita dengan Sebelum Preeklamsia)
Women who have had a preeclamptic pregnancy are at an increased risk of later-life CV disease.
This increase ranges from a doubling of risk in all cases to an eightfold to ninefold increase in
women with preeclampsia who gave birth before 34 0/7 weeks of gestation. Recommendation is
for lifestyle modification (maintenance of a healthy weight, increased physical activity, and not
smoking) and early evaluation for the most high-risk women.
(Wanita yang memiliki kehamilan preeklampsia berada pada peningkatan risiko penyakit CV
kemudian kehidupan. Kenaikan ini berkisar dari dua kali lipat risiko dalam semua kasus ke
delapan kali lipat untuk peningkatan sembilan kali lipat pada wanita dengan preeklamsia yang
melahirkan sebelum 34 0/7 minggu kehamilan. Rekomendasi adalah untuk modifikasi gaya
hidup (pemeliharaan berat badan yang sehat, meningkatkan aktivitas fisik, dan tidak merokok)
dan evaluasi awal untuk kebanyakan wanita berisiko tinggi)

For women with a medical history of preeclampsia who gave birth preterm (less than 37 0/7
weeks of gestation) or who have a medical history of recurrent preeclampsia, yearly assessment
of BP, lipids, fasting blood glucose, and BMI is suggested.
(Untuk wanita dengan riwayat medis preeklamsia yang memberi kelahiran prematur (kurang dari
37 0/7 minggu kehamilan) atau yang memiliki riwayat kesehatan preeklamsia berulang, penilaian
tahunan BP, lipid, glukosa darah puasa, dan BMI disarankan.)

Patient Education (edukasi pasien)


It is suggested that health care providers convey information about preeclampsia in the context of
prenatal care and postpartum care using proven health communication practices.
(Disarankan bahwa penyedia layanan kesehatan menyampaikan informasi mengenai
preeklampsia dalam konteks perawatan prenatal dan perawatan pasca persalinan menggunakan
praktek komunikasi kesehatan terbukti.)

S-ar putea să vă placă și

  • 2 Daan K Blok 2 1 Skrining Deteksi Dini
    2 Daan K Blok 2 1 Skrining Deteksi Dini
    Document26 pagini
    2 Daan K Blok 2 1 Skrining Deteksi Dini
    ahkyen
    Încă nu există evaluări
  • PPKServiks SPESIALISTIK
    PPKServiks SPESIALISTIK
    Document44 pagini
    PPKServiks SPESIALISTIK
    Murni Diasfara
    Încă nu există evaluări
  • Amen
    Amen
    Document98 pagini
    Amen
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Kompresi Bimanual Dan Aorta
    Kompresi Bimanual Dan Aorta
    Document4 pagini
    Kompresi Bimanual Dan Aorta
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Jurnal Pengaruh Sex THD Kehamilan
    Jurnal Pengaruh Sex THD Kehamilan
    Document13 pagini
    Jurnal Pengaruh Sex THD Kehamilan
    Kinanti Devia Larasati
    Încă nu există evaluări
  • Trombosis Vena Dalam (TVD)
    Trombosis Vena Dalam (TVD)
    Document25 pagini
    Trombosis Vena Dalam (TVD)
    Rendra Artha Ida Bagus
    100% (1)
  • Chapter II PDF
    Chapter II PDF
    Document13 pagini
    Chapter II PDF
    rankiadate
    Încă nu există evaluări
  • Medical
    Medical
    Document127 pagini
    Medical
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Anatomi Dasar Panggul
    Anatomi Dasar Panggul
    Document44 pagini
    Anatomi Dasar Panggul
    dony_setyawan79
    Încă nu există evaluări
  • 2 B
    2 B
    Document10 pagini
    2 B
    SyaRiadagoetti
    Încă nu există evaluări
  • Pelvic Score
    Pelvic Score
    Document1 pagină
    Pelvic Score
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • PRPBUSIL
    PRPBUSIL
    Document1 pagină
    PRPBUSIL
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Penatalaknaanbstet
    Penatalaknaanbstet
    Document60 pagini
    Penatalaknaanbstet
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Pscoree
    Pscoree
    Document1 pagină
    Pscoree
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • PDF ANC
    PDF ANC
    Document34 pagini
    PDF ANC
    Adelya Suherlin
    Încă nu există evaluări
  • Informdokteran
    Informdokteran
    Document2 pagini
    Informdokteran
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Dis Tosia
    Dis Tosia
    Document9 pagini
    Dis Tosia
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • TERJEMAAN
    TERJEMAAN
    Document9 pagini
    TERJEMAAN
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Pencegahan Persalinan Preterm
    Pencegahan Persalinan Preterm
    Document2 pagini
    Pencegahan Persalinan Preterm
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Translate
    Translate
    Document3 pagini
    Translate
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Presentasi KET
    Presentasi KET
    Document3 pagini
    Presentasi KET
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Akne Vulgaris
    Akne Vulgaris
    Document31 pagini
    Akne Vulgaris
    Raditya Erlangga
    Încă nu există evaluări
  • Asi Dan Susuformula
    Asi Dan Susuformula
    Document1 pagină
    Asi Dan Susuformula
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document29 pagini
    Bab Ii
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Jurnal Psikiatrik
    Jurnal Psikiatrik
    Document2 pagini
    Jurnal Psikiatrik
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Kasus Ketuban Pecah Dini (KPD) : Oleh
    Laporan Kasus Ketuban Pecah Dini (KPD) : Oleh
    Document7 pagini
    Laporan Kasus Ketuban Pecah Dini (KPD) : Oleh
    Rendra Artha Ida Bagus
    Încă nu există evaluări