Sunteți pe pagina 1din 26

Syariah Asuransi syariah merupakan usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara

sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/ atau tabarru yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
prinsip syariah. Dalam asuransi syariah terdapat dua akad yang menjadi dasar dari asuransi
syariah, yaitu akad tijarah dan akad tabarru. Akad tabarru adalah semua bentuk akad yang
dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong-menolong dengan mengharap pahala dari Allah SWT.
Dana tabarru yang sudah dikembalikan tidak boleh diambil kembali, sedangkan secara praktek
peserta merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru. Penelitian ini dilakukan pada
Takaful Indonesia cabang Malang untuk mengetahui pelaksanaan akad tabarru dengan
menggunakan fatwa Dewan Syariah Nasional No.53/DSN-MUI/III/2006 tentang Tabarru Pada
Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah sebagai alat untuk menganalisis. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan
sekunder dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara serta dokumentasi. Metode
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode analisis data deskriptif
sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan akad tabarru yang terdapat di
Takaful Indonesia Cabang Malang. Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa pelaksanaan akad
tabarru pada Takaful Indonesia sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Akad Tabarru
pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah. Namun, terdapat kesenjangan mengenai akad
tabarru antara teori dengan realita yang terdapat pada Takaful Indonesia, yaitu mengenai adanya
sistem pengembalian dana kontribusi (dana tabarru dan ujrah) yang telah diberikan ketika perjanjian
diputus secara sepihak oleh peserta sebelum periode perjanjian habis. Seharusnya tidak boleh ada
pengembalian karena dana kontribusi yang diberikan oleh peserta mengandung dana tabarru yang
dipersamakan dengan hibah. Hibah yang telah diberikan haram untuk diambil kembali karena
sifatnya adalah tolong-menolong dengan mengharap ridha Allah SWT.

Apakah manusia hari esok masih dalam keadaan sehat dan masih dapat melihat terbitnya
matahari di sebelah timur atau apakah harta kekayaanya masih dalam keadaan aman dan tidak
akan mengalami kehancuran atau tidak terkena kabakaran?. Sebuah pertanyaan yang tidak bias
di pastikan jawabanya oleh manusia, karena kemampuan dasar yang di miliki manusia terbatas
dan tidak dapat menjangkau hal-hal yang belum terjadi. Allah SWT hanya memberikan
manusia kemampuan untuk memprekdisi dan merencanakan sesuatu yang belum terjadi serta
memproteksi.
Dalam hal ini manusia hanya mengatur bagaimana cara mengelola kehidupanya agar
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Adapun salah satu caranya adalah dengan
menyiapkan bekal atau proteksi untuk kepentingan di masa yang akan datang agar segala sesuatu
yang berniali negatif baik dalam bentuk musibah, kecelakaan, kebakaran, ataupun kematian,
dapat di minimalisir kerugiannya.

Jadi, prinsip dasar inilah yang menjadi tolak ukur dari nilai filosofi asuransi syariah yang
berkembang pada saat ini, yaitu dalam bentuk semangat tolong menolong, bekerja sama, dan
proteksi peristiwa yang membawa kerugian. Lebih rinci lagi prinsip dasar asuransi syariah dapat
dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:[11]
1. Tauhid
Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam asuransi
syariah. Setiap bangunan dan aktifitas kehidupan manusia harus di dasarkan pada nilai-nilai
tauhid, artinya dalam setiap gerak serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai
ketuhanan.
2. Keadialan
Keadilan dalam hal ini di pahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara
nasabah dan anggota asuransi.
3. Tolong Menolong
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus didasari dengan
semangat tolong-menolong antara nasabah. Seorang yang masuk asuransi sejak awal harus
mmempunyai niat dan motifasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang suatu
ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
4. Tanggung Jawab
Sesama muslim haarus mempunyai rasa saling tangung jawab. Oleh karna itu, kesulitan seorang
muslim dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama muslim.Sebagaimana di sebutkan
dalam firman Allah surat Ali Imron ayat 103:

qJtG$#ur @7pt2 !$# $YJy_ wur (#q%xs? #)


4(#r.$#ur |MyJR !$# N3n=t ) LZ. [!
#yr&y#9r's tt/ N3/q=% Lst7r's
mFuKZ/$ZRuqz) LZ.ur 4n?t $xx ;otm
Rr's $pk]iB 3 y79xx. it6 !$# (z`iB $Z9$#N.xs
N3s9 mGt#u/3=ys9 tbrtGksE
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah

menyelamatkan kamu dari padanya.Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,


agar kamu mendapat petunjuk.
5. Kerjasama
Seorang muslim akan berlaku bijak dalam kehidupan, ia merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari sistem kehidupan masyarakat. oleh karena itu, seorang mislim di tuntut mampu merasakan
dan memikirkan apa yang di pikirkan dan dirasakan saudaranya.Keadaan ini akan menimbulkan
sikap saling membutuhkan antara sesama muslim dalam menyelelesaikan berbagai masalah.
6. Saling Ridha
Dalam transaksi apapun, aspek saling meridhai harus selalu menyertai. Nasabah ridha dananya
dikelola oleh perusahaan asuransi syariah yang amanah dan profesional.
7. Menghindari Riba
Riba merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari sejauh-jauhnya khususnya dalam
berasuransi. Karena riba merupakan sebatil-batilnya transaksi muamalah.

8. Menghindari Gharar
Gharar adalah ketidakjelasan. Dan berbicara mengenai resiko adalah berbicara tentang
ketidakjelasan. Karena resiko bisa terjadi bisa tidak, dalam syariat Islam, kita tidak
diperbolehkan bertransaksi yang menyangkut aspek ketidakjelasan.
9. Menghindari Risywah
Dalam menjalankan bisnisnya, baik pihak asuransi syariah maupun pihak nasabah harus
menjauhkan

diri

sejauh-jauhnya

dari

aspek

risywah

(sogok

menyogok

atau

suap

menyuap). Karena apapun dalihnya, risywah pasti akan menguntungkan satu pihak, dan pasti
akan ada pihak lain yang dirugikan.[12]

Teori Akad dalam Asuransi Syariah

Pada dasarnya ada beberapa akad yang digunakan pada Asuransi Syariah terutama dalam
produk berbasis tabungan dalam asuransi syariah, diantaranya yaitu:
1. Akad Takafuli dan Tabarru
Secara istilah takaful adalah perjanjian sekelompok orang yang disebut partisipan yang secara
timbal-balik saling menjamin satu sama lain. Syekh Abu Zahrah seorang ahli fiqh Mesir
menggunakan istilah At-Takaful yaitu bahwa individu dalam suatu masyarakat berada dalam
jaminan atau tanggungan masyarakatnya. Sedangkan dalam pengertian muamalah, takaful
mengandung arti saling memikul resiko diantara sesama peserta sehingga antara satu dengan
lainnya menjadi penangung atas dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan.

[13]
Akad Tabbaru (gratuitous contract) merupakan bentuk transaksi atau perjanjian kontrak yang
berbentuk nirlaba ( Not for profit transaction) sehingga tidak boleh digunakan untuk
tujuankomersial atau bisnis, tetapi semata-mata untuk tujuan tolong-menolong dalam rangka
kebaikan.[14]Akad tabarru ini secara terperinci diatur dalam Fatwa DSN No.53/DSNMUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
2. Akad Mudharabah dan Musytarakah
Mudharabah Musytarakah untuk asuransi sangat diperlukan oleh industri
asuransi syariah.Fatwa tentang mudharabah musytarakah untuk asuransi perlu dibuat secara
khusus sebagai implementasi dari fatwa DSN No.51/DSN-MUI/III/2006 tentang mudharabah
musytarakah. Secara garis besar fatwa tersebut menjelaskan bahwa mudharabah musytarakah
merupakan perpaduan dari akad mudharabah dan musytarakah. Perusahaan asuransi sebagai
mudharib menyertakan modal atau dananya dalam investasi beserta dana peserta, modal atau
dana perusahaan asuransi dan dana peserta diinvestasikan secara bersama dalam portofolio.
Hasil investasi dibagi secara proporsional antara perusahaan asuransi (sebagai musytarik)
dengan peserta berdasarkan porsi modal atau dana masing-masing. Sedangkan apabila terjadi
kerugian maka perusahaan asuransi sebagai musytarik menanggung kerugian sesuai dengan
porsi modal atau dana yang disertakan.
3. Wakalah bil Ujrah

Wakalah bil Ujrah adalah akad pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi
(Takaful) untuk mengelola dana peserta dan melakukan kegiatan lain dengan imbalan pemberian
ujrah (fee). Pengelola takaful menerima wewenang penuh dari peserta untuk melakukan kegiatan
pengelolaan atas resiko dan dana Tabbaru. Akad Wakalah bil Ujrah ini secara terperinci diatur
dalam Fatwa DSN No.52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah bil Ujrah pada asuransi dan
reasuransi syariah.

F.

Mekanisme Pengelolaan Dana Pada Asuransi Syariah


Sistem operasional asuransi syariah (Takaful) adalah saling bertanggung jawab, bantu-

membantu, dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan asuransi syariah diberi
kepercayaan atau amanah oleh peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan
yang halal, dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta
perjanjian.
Keuntungan perusahaan diperolah dari pembagian keuntungan dana peserta yang
dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem bagi hasil). Para peserta Takaful
berkedudukan sebagai pemilik modal (shohibul mal) dan perusahaan Takaful berfungsi sebagai
pemegang amanah (mudharib).
Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan
perusahaan sesuai dengan ketentuan (nishbah) yang telah disepakati. Adapun untuk mekanisme
Pengelolaan Dana Peserta (Premi) terbagi menjadi dua sistem:
1) Sistem Pada Produk Saving (Ada Unsur Tabungan)
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada perusahaan.
Besar premi yang dibayarkan tergantung kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan
menetapkan kepada jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang
dibayarkan oleh peserta, akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda.
a.

Rekening Tabungan Peserta

b. Rekening Tabarru, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan olehpeserta sebagai
iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu.
Dana tabarru ini kemudian dikelola perusahaan asuransi dengan akad ijarah. Perusahaan
asuransi mendapat upah dari akad ijarah tersebut. Peserta akan mendapat tanggungan dari dana
tabarru tersebut sesuai dengan ketentuan yang ada. Sementara dana investasi dikelola
perusahaan dengan akad mudharabah atau musyarakah, yang selanjutnya perusahaan asuransi
memperoleh bagi hasil dari akad investasi tersebut.
Jadi, dalam asuransi ini terdapat 3 akad :
a.

Akad hibah (tabarru) antar sesama peserta di bawah pengelolaan perusahaan.

b.

Akad ijarah (wakalah bil ujrah) antara semua peserta dengan perusahaan.

c.

Akad mudharabah / musyarakah antara antara semua peserta dengan perusahaan.


Manfaat yang diperoleh peserta jika menggunakan produk saving ini adalah:

a.

Jika peserta ditakdirkan mendapat musibah, maka akan mendapat (1) dana rekening yang telah
disetor, (2) bagi hasil dari investasi rekening tabungan, (3) selisih dari rencana menabung
dengan premi yang sudah dibayar.

b. Jika peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhirm naka akan memperoleh (1) dana
rekening yang telah disetor, (2) bagi hasil dari investasi rekening tabungan. [16]
2) Sistem Pada Produk non saving (Tidak ada Unsur Tabungan)
Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening tabarru
perusahaan. yaitu, kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan
untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, dan dibayarkan bila:
a.

Peserta meninggal dunia

b. Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana).


Kumpulan dana peserta tersebut akan diinvestasikan berdasarkan sistem syariat Islam. Adapun
untuk keuntungannya, setelah dikurangi beban asuransi, akan dibagi antara peserta dengan
perusahaan dengan sistem mudharabah.
Jadi, pada produk ini setidaknya terdapat 2 akad:
a.

Akad hibah (tabarru) antar sesama peserta di bawah pengelolaan perusahaan.

b. Akad ijarah atau mudharabah antara semua peserta dengan perusahaan.

Adapun untuk manfaat yang diperoleh dari produk ini adalah:


a.

Bila peserta ditakdirkan mendapat musibah dalam masa perjanjian, maka akan mendapatkan
dana santunan dari perusahaan sesuai dengan dana yang direncanakan.

b. Bila peserta hidup (tidak tertimpa musibah), sampai perjanjian selesai, maka peserta akan
mendapatkan bagian keuntungan atas rekening tabarru yang ditentukan oleh perusahaan dengan
skema mudharabah.[17]

Konsep Hibah Sebagai Landasan Akad Tabarru


Kata hibah berasal dari bahasa Arab al-hibah yang sudah diadopsi menjadi bahasa
Indonesia, kata ini merupakan mashdar dari kata
yang berarti pemberian atau
hadiah.Sedangkan pengertian hibah secara terminologi adalah:


Artinya: Akad yang menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti ketika masih hidup dan dilakukan
secara sukarela.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hibah merupakan pemberian harta kepada
orang lain tanpa imbalan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Jika orang yang memberikan
hartanya kepada orang lain untuk dimanfaatkan tetapi tidak untuk dimiliki, maka namanya
menjadi pinjaman. Jika pemberian itu disertai dengan imbalan, maka namanya menjadi jual-beli.
[18]
Adapun untuk rukunnya, menurut ulama Hanafiyah, rukun hibah adalah ijab dan qabul
sebab keduanya termasuk akad seperti halnya jual beli. Dan hibah menurut bahasa adalah
sekedar pemberian. Selain itu qabul hanyalah dampak dari pada adanya hibah, yakni adalah
pemindahan hak milik. Sedaangkan menurut jumhur ulama rukun hibah ada empat, yaitu
pemberi (wahib), penerima (manhub lah), barang yang dihibahkan. (mauhub), ijab dan qabul.
[19]
Di samping rukun, hibah juga ada syarat-syaratnya, yaitu:
1. Orang yang menghibahkan:
a.

Pemilik sah dari harta benda yang dihibahkan.

b. Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya

c.

Dewasa, berakal dan cerdas

d. Bukan karena paksaan


2. Orang yang menerima hibah. Orang yang diberi hibah disyaratkan benar-benar ada ketika hibah
diberikan.
3. Benda yang dihibahkan:
a.

Barangnya benar-benar ada

b. Merupakan harta yang memiliki nilai


c.

Bisa dimiliki

d. Tidak menempel dengan harta orang yang berhibah secara tetap, seperti tanaman, pohon, dan
bangunan tanpa tanah.
e.

Merupakan milik pribadi.[20]


Hukum hibah yang cukup syarat ialah harta yang dihibahkan menjadi milik tetap mauhub
lahu (orang yang menerima hibah). Maka haram bagi pemberi hibah mengambil balik pemberian
yang telah sah menjadi hak milik bagi penerima hibah, kecuali hibah si ayah kepada si anak.
Pengecualian ini kerana kamu dan harta kamu adalah milik ayah kamu, sebagaimana sabdaan
Nabi SAW.[21]


)


(

Artinya: Orang yang menarik kembali hibahnya, sama dengan anjing yang menjilat kembali
muntahannya. (HR Adu Daud dan Nasa`i)












( )

Artinya: Tidak seorang pun boleh menarik kembali pemberiannya kecuali pemberian ayah kepada
anaknya. (HR. Ahmad)

1.1 Akad Tabarru

Sebagaimana dijelaskan dalam BAB II, akad tabarru dalam asuransi syariah merupakan
akad tabarru dalam bentuk lending yourselfdan giving something mengingat dalam asuransi
syariah ini terdapat beberapa pihak yang terlibat akad tabarru. Akad tabarru ini mendudukkan
perusahaan sebagai pengelola dana tabarru (lending yourself) dan peserta memberikan
konstribusi dana sebagai iuran kebajikan yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang
terkena musibah (giving something). Perjanjian asuransi syariah merupakan akad takafuli dan
didalamnya mengandung prinsip akad tabarru. Perusahaan menerima amanah dari peserta
asuransi syariah untuk mengelola hartanya (premi), yang mana premi tersebut akan dikelola dalam
dua rekening yang berbeda yaitu rekening tabungan dan rekening tabarru dan di sisi lain peserta
memberikan sebagian dana yang telah disetornya sebagai santunan kebajikan untuk saling berbagi
risiko apabila ada diantara peserta yang mengalami musibah. Rekening tabarru untuk pengelolaan
kumpulan dana tabarru dari seluruh peserta dan nantinya akan digunakan sebagai santunan
kebajikan apabila terjadi klaim diantara salah seorang peserta serta keuntungan yang didapat dari
pengelolaan dana ini akan dikembalikan dalam rekening tabarru. Ini berarti dalamtabarru
lending yourself perusahaan asuransi syariah memberikan jasa kepada peserta asuransi dengan
keahlian dan skill yang dipunyainya untuk mengelola premi dari peserta termasuk di dalamnya
premi tabarru secara profesional, dan di dalam tabarru giving something seorang peserta
memberikan kontribusi berupa premi dan dari sebagian premi tersebut didermakan untuk
menyantuni apabila diantara peserta ada yang mengalami musibah melalui premi tabarru.
Adanya tabarru lending yourself dan giving something ini mencerminkan bahwa dalam
asuransi syariah terdapat risk sharing diantara para pihaknya.
Tabarru adalah dana yang dihibahkan oleh peserta kepada kumpulan peserta asuransi syariah
sebagai derma/dana kebajikan untuk tujuan tolong menolong dan saling menanggung diantara
peserta apabila terjadi klaim karena mengalami musibah yang ditentukan/dijamin dalam polis
asuransi syariah, yang pengelolaannya diamanahkan kepada pengelola takaful (perusahaan
asuransi syariah). Dana tabarru ini nantinya akan menjadi santunan kebajikan untuk membiayai
klaim apabila salah seorang dari peserta mengalami musibah atau membayar kerugian yang akan
timbul, sehingga dengan dana tabarru ini berarti terjadi perlindungan bersama antar peserta
asuransi syariah (risk sharing). Mengenai besarnya dana tabarru antara peserta yang satu
dengan peserta lainya mempunyai prosetase yang tidak sama, ini dipengaruhi oleh masa perjanjian
dan usia peserta.
Akad tabarru, menurut Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang tabarru pada asuransi
syariah, merupakan akad yang melekat pada semua produk asuransi yaitu akad yang dilakukan

dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong antar peserta, bukan untuk
tujuan komersial. Akad tabarru ini sekurang-kurangnya harus menyebutkan mengenai :
1.
2.

Hak dan kewajiban masing-masing peserta secara individu;


Hak dan kewajiban antara peserta secara individu dalam akun tabarru selaku
peserta dalam arti badan/kelompok;
3.
Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;
4.
Syarat-syarat lain yang disepakati sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan
Akad tabarru yaitu kontrak dimana peserta adalah pihak yang menanggung risiko bersama bukan
perusahaan, dalam hal ini perusahaan bukanlah pemilik dana tetapi hanya mengelolanya sesuai
dengan amanah dari peserta dan pengelola tidak boleh menggunakan danadana tersebut jika tidak
ada kuasa dari peserta. Peserta memberikan kontribusi berupa dana yang diikhlaskan(tabarru
fund) untuk tolong menolong antar peserta dan diantara peserta saling menanggung setiap risiko
yang ada diantara peserta(risk sharing), ada saat membayar dan menerima bantuan untuk
membagi risiko yang ada bagi setiap peserta, sehingga premi yang dibayar bukan merupakan
pendapatan bagi perusahaan dan klaim yang diterima bukan merupakan biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan, serta bukan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan tetapi untuk
kemaslahatan umat (social oriented).
Implementasi akad tabarru menurut masyarakat yang menjadi peserta asuransi syariah adalah :
1.

2.

3.
4.
5.
6.

Wujud dari adanya akad tabarru berupa premi tabarru yang merupakan
sebagian premi yang diikhlaskan untuk santunan kebajikan apabila diantara peserta
ada yang mengalami musibah dan mengajukan klaim terhadap musibah tersebut
sehingga pembayaran klaim diambilkan dari premi tabarru yang terkumpul dari
seluruh peserta;
Berupa premi tabarru yang diambilkan dari premi yang disetor dan besarnya
berdasarkan prosentase yang telah ditentukan oleh perusahaan, yang nantinya kan
digunakan sebagai santunan kebajikan apabila terjadi klaim dari salah seorang
peserta;
Diwujudkan dalam bentuk premi tabarru yang akan digunakan sebagai santunan
kebajikan dan sumber pembayaran klaim;
Berupa premi tabarru sebagai dana yang diikhlaskan untuk santunan kebajikan
diantara sesama peserta;
Premi tabarru untuk dana sosial diantara peserta apabila salah satu peserta
meninggal dunia;
Berupa premi tabarru yang ditentukan berdasarkan prosentase dari perusahaan
sebagai santunan kebajikan apabila salah seorang diantara peserta mengalami
musibah.

Pelaksanaan akad tabarru pada perusahaan asuransi syariah diwujudkan dengan adanya
premi tabarru yang diambilkan dari premi yang disetorkan oleh peserta berdasarkan prosentase

yang telah ditetapkan perusahaan, premi tabarru ini merupakan dana yang berasal dari peserta
yang dimasukkan dalam rekening tabarru kemudian diinvestasikan melalui instrumen syariah, dan
akan digunakan untuk membayar klaim sebagai santunan kebajikan diantara para peserta.
Dana tabarru yang dimasukkan dalam rekening khusus tabarru dan diinvestasikan ini akan
mendapatkan

hasil

investasi.

Menurut

Fatwa

DSN-MUI

No.

53/DSN-MUI/III/2006

tentang tabarru pada asuransi syariah, terdapat 3 (tiga) opsi mengenai perlakuan terhadap dana
peserta dalam rekening tabarru yaitu :
1.

Keuntungan hasil dana tabarru akan kembali dalam akun tabarru (tabarru
back to tabarru) yaitu diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam
akun tabarru
2.
Bagi hasil pengelolaan dana tabarru kepada peserta, yaitu disimpan sebagian
sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepada para peserta yang
memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko
3.
Bagi hasil pengelolaan dana tabarru kepada perusahaan dan peserta, yaitu
disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya
kepada perusahaan dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta
Hasil investasi dari dana tabarru yang dikelola oleh perusahaan akan dikembalikan seluruhnya
dalam rekening tabarru dan digunakan untuk santunan kebajikan (pembayaran klaim meninggal
dunia) diantara peserta, sehingga ahli waris/orang yang ditunjuk dari peserta yang meninggal dunia
akan mendapatkan santunan kebajikan, tabungan yang terkumpul dan mudharabah hasil investasi
dari rekening tabungan. Perlakuan terhadap hasil investasi dana tabarru ini terdapat perbedaan
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Dana tabarru yang terkumpul ini
nantinya akan diinvestasikan ke dalam rekening tabarru dan akan digunakan untuk santunan
kebajikan apabila terjadi klaim atas meninggalnya salah seorang dari peserta asuransi syariah.
Perlakuan atas hasil investasi danatabarru ini berbeda dengan perlakuan hasil investasi yang
dikelola oleh perusahaan asuransi yang lain yaitu apabila dalam pengelolaan investasi dana tabarru
terjadi surplus maka

hasil

investasi

ini

akan

dibagikan

kepada

peserta

berupa

pengembalian surplus tabarrudengan ketentuan peserta tidak menerima pembayaran atau


sedang mengajukan klaim atas polis, peserta tidak membatalkan perjanjian dan terdapat surplus
dana tabarru diakhir manfaat takaful.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis berpendapat bahwa akad tabarru, pada asuransi syariah
terjadi antara perusahaan dengan individu/lembaga/perusahaan lain baik berkedudukan sebagai
peserta maupun mitra kerja terikat dalam akad tabarru lending yourself, sedangkan hubungan
antara peserta asuransi syariah dalam akad tabarru giving something yaitu dengan adanya
unsur tabarru yang tertuang dalam polis asuransi syariah berupa kontribusi premi tabarru yang

diambilkan dari setiap premi yang disetorkan. Premi tabarrudari setiap peserta ini akan
dikumpulkan dalam rekening khusus tabarru untuk tujuan tolong menolong diantara sesama
peserta, yang nantinya akan digunakan sebagai santunan kebajikan apabila terjadi klaim dari salah
seorang peserta. Premi tabarru ini merupakan kewajiban bagi peserta untuk tujuan tolong
menolong dan saling menanggung risiko (sharing risk) apabila salah seorang dari peserta
mengalami musibah yang tertuang dalam perjanjian, sedangkan hak bagi setiap peserta adalah
menerima

santunan

kebajikan

yang

berasal

dari

kumpulan

dana tabarru dalam

rekening tabarru apabila mengalami musibah yang diperjanjikan. Hasil investasi danatabarru
pada perusahaan asuransi jiwa/asuransi keluarga menggunakan opsi keuntungan hasil
dana tabarru akan kembali dalam akuntabarru (tabarru back to tabarru) yaitu diperlakukan
seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun tabarru, sebagaimana ditentukan dalam Fatwa
DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang tabarru pada asuransi syariah, untuk digunakan
sebagai santunan kebajikan dan pembayaran klaim, sedangkan asuransi umum/kerugian terkait
dengan hasil investasi dana tabarru menggunakan opsi yang kedua dari fatwa tersebut yaitu
pengembalikan surplus dana tabarru kepada peserta yang memenuhi syarat aktuaria dan
sebagian digunakan sebagai cadangan dana tabarru.
1.2 Akad Mudharabah
Sebagaimana

telah

dijelaskan

bersifat takafuli (tolong

sebelumnya

bahwa

menolong),

yang

akad

dalam

asuransi

didalamnya

syariah

mengandung

unsur tabarru dan mudharabah. Mudharabah merupakan hubungan kontrak investasi para
pemilik modal yaitu penyedia dana (shahibul maal/investor) dengan pengelola (mudharib),
investor mempercayakan

modalnya

kepada

pengelola

untuk

digunakan

dalam

aktivitas

perdagangan dalam jangka waktu yang disepakati.


Mudharib dalam hal ini memberikan konstribusi pekerjaan, waktu, dan mengelola usahanya sesuai
dengan

ketentuan

yang

disepakati

dalam

kontrak.

Salah

satunya

adalah

untuk

mencapai keuntungan (profit) yang nantinya akan dibagi antara investor dengan pengelola
berdasarkan proporsi yang disetujui bersama (nisbah). Jika terdapat kerugian karena risiko
bisnis (bussiness risk) dan bukan kelalaian mudharib (character risk), maka kerugian ditanggung
oleh shahibul maal (penyedia modal). Akad mudharabah ini dapat menggunakan prinsip profit
and loss sharing ataupun revenue sharing, dimana bagi hasil ini ditentukan berdasarkan ratio
perhitungan bagi hasil yang telah ditentukan dalam perjanjian. Ratio ini dikenal sebagai nisbah bagi
hasil. Besarnya nisbah bagi hasil ini untuk setiap perusahaan asuransi syariah mempunyai kebijakan
tersendiri dan terkait dengan produk asuransi syariah dalam perusahaan tersebut. Hasil investasi ini

akan ditambahkan pada dana peserta untukdigunakan sebagai biaya klaim, simpanan (dana
cadangan), biaya reasuransi, biaya operasional dan jika terjadi surplus maka akan dibagikan sesuai
dengan nisbah bagi hasil tadi, namun jika mengalami kerugian maka akan diambilkan dari rekening
perusahaan dan bagian peserta tetap dibagikan.
Mekanisme akad mudharabah bermula dari seorang participant (peserta) memberikan kontribusinya
berupa premi kepada perusahaan asuransi dan dimasukkan ke dalam rekening khusus yaitu takaful
account untuk kemudian dana tersebut diinvestasikan melalui lembaga investasi syariah, hasil
investasi ini akan dimasukkan ke dalam takaful account yang akan digunakan dan apabila takaful
account terdapat surplus setelah dikurangi dengan reasuransi, pembayaran klaim dan operational
maka surplus tersebut akan dibagikan kepada peserta dan perusahaan dengan menggunakan
nisbah bagi hasil yang telah ditentukan dan apabila takaful accountmengalami defisit maka akan
dilakukan qard hasan oleh perusahaan dengan mengambil dana cadangan dari rekening
perusahaan, sedangkan pembayaran klaim seorang participant diambilkan dari takaful account.
Akad mudharabah dalam

asuransi

syariah

mendudukkan

peserta

sebagai shahibul

maal (pemilik modal) dan perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola), yaitu peserta
mempercayakan dananya untuk dikelola. Modal yang dimaksud adalah premi dari peserta yang
dibayarkan kepada perusahaan dimana perusahaan, sebagai pemegang amanah terhadap modal
yang diterimanya dari shahibul maal, akan mengelola atau menginvestasikan dana tersebut
melalui investasi yang sesuai dengan ketentuan syariah sebagaimana telah ditentukan dalam Kep.
DJLK No. Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah, terhadap hasil investasi ini apabila
mengalami keuntungan akan dibagikan kepada peserta dan perusahaan sesuai dengan nisbah yang
disepakati dalam perjanjian, misalnya 70 : 30, atau 60 : 40, atau 50 : 50. Prinsip mudharabah yang
diterapkan dalam akad oleh PT. Takaful Indoneisa (ATK) lebih tepatnya adalah mudharabah
musytarakah,karena di dalamnya mengandung unsur kerjasama antara PT. Asuransi Takaful
Indonesia dengan peserta asuransinya dalam hal menempatkan dan pengelolaan dana berdasarkan
amanah dari peserta takaful, sedangkan disisi lain peserta dan perusahaan bersedia untuk
membagi hasil investasi tersebut berdasarkan nisbah yang ditentukan. Sedangkan prinsip
mudharabah bagi AJB Bumiputera 1912 khususnya Kantor Cabang Syariah dimaknai sebagai
mudharabah yaitu perjanjian antara perusahaan sebagaimudharib dan peserta sebagai shahibul
maal dalam pengelolaan premi asuransi dengan menggunakan prinsip bagi hasil berdasarkan
nisbah yang ditentukan yaitu 70 : 30.

Adapun mudharabah menurut pengertian peserta asuransi syariah pada pada perusahaan asuransi
dengan prinsip syariah adalah :
1.
2.

3.
4.
5.
6.

Bagi hasil dari hasil pengelolaan premi yang besarnya bagian masing-masing
telah ditentukan oleh perusahaan asuransi syariah;
Mudharabah merupakan bagi hasil dari pengelolaan dana peserta (premi)
khususnya premi tabungan dengan menggunakan prosentase yang besarnya
ditentukan oleh perusahaan;
Hak peserta mendapatkan bagian hasil investasi berdasarkan prosentase yang
ditentukan perusahaan;
Keuntungan yang diperoleh dari hasil pengelolaan premi sesuai besarnya
prosentase bagi hasil yang ditentukan perusahaan;
Bagi hasil dari pengelolaan dana peserta yang nantinya merupakan suatu
keuntungan yang akan diterima peserta;
Mudharabah merupakan bagi hasil investasi dari hasil pengelolaan dana peserta
(premi) yang terkumpul dengan menggunakan nisbah bagi hasil 30% untuk
perusahaan dan 70% untuk peserta.

Nisbah bagi hasil yang diberlakukan oleh AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah termasuk didalamnya
Kantor Cabang Syariah Yogyakarta adalah 70 : 30 untuk semua produk yang dipasarkan, dimana
perusahaan mendapat bagian 30% dari hasil investasi yang diperoleh dan peserta mendapatkan
bagian 70% dari hasil investasi tersebut apabila mengalami keuntungan dalam pengelolaannya.
Nisbah bagi hasil yang diberlakukan oleh PT. Takaful Indonesia dalam hal ini PT. Asuransi Takaful
Keluarga termasuk di dalamnya Kantor Cabang Yogyakarta dengan ratio 60 : 40 dimana peserta
mendapatkan 60% dari hasil investasi dan 40% untuk perusahaan apabila dalam pengelolaan
mengalami keuntungan, namun nisbah tersebut tidak berlaku untuk produk fulnadi (pendidikan anak)
dan produk takafulinkalia (unitlink) tetapi terhadap produk tersebut berlaku nisbah 70 : 30 untuk
fulnadi yaitu 70% untuk peserta dan 30% untuk perusahaan apabila dalam pengelolaan dana
tersebut mendapatkan keuntungan, sedangkan untuk takafulink tidak terdapat nisbah bagi hasil
karena untung rugi dari hasil investasi 100% diberikan pada peserta dan perusahaan sebagai
pengelola mendapatkan ujrah,sehingga produk takafulink menggunakan akad wakalah bil ujrah.
Adapun rincian nisbah bagi hasil yang berlaku pada AJB Bumiputera 1912 adalah :
1.

Produk asuransi perorangan (ASPER), merupakan produk saving yaitu mitra iqra,
mitra mabrur dan mitra sakinah menggunakan nisbah bagi hasil 70 : 30, dalam
pengertian hasil investasi akan dibagikan 70% untuk peserta dan 30% untuk
perusahaan.

2.

Produk asuransi kumpulan (ASKUM), merupakan non saving product mempunyai


ketentuan bagi hasil keuntungan atas rekeningtabarru akan dibagikan antara
perusahaan dengan peserta (profit sharing) dengan rumusan sebagai berikut :

profit sharing ini baru terjadi apabila jumlah keseluruhan premi lebih besar dari biaya operasional
dan klaim.
Nisbah bagi hasil yang berlaku pada PT. Takaful Indonesia adalah :
1.

Produk untuk program pendidikan sebesar 70 : 30 yaitu 70% untuk peserta dan
30% untuk perusahaan
2.
Produk untuk program investasi sebesar 40 : 60 yaitu 40% untuk peserta dan
60% untuk perusahaan
3.
Produk untuk program kesehatan sebesar 60 : 40 yaitu 60% untuk peserta dan
40% untuk perusahaan
4.
Produk untuk program unit link (takafulink alia) tidak ada nisbah bagi hasil,
karena seluruh keuntungan maupun kerugian sebesar 100% untuk peserta, dan
tidak ada bagi hasil investasi karena dalam pengelolaan dananya menggunakan
akad wakalah bil ujrah.
Untuk produk-produk asuransi umum yang dikeluarkan oleh PT. Takaful Indonesia dalam hal ini PT.
Asuransi Takaful Umum tidak mengenal adanya nisbah bagi hasil, karena akad yang digunakan
adalah akad wakalah bil ujrah dan akad tabarru, dimana dalam pengelolaan perusahaan
mendapatkan ujrah dan apabila pengelolaan tersebut mengalami surplus dan sudah diperjanjikan
dalam klausula maka surplus tersebut akan diberikan kepada peserta sebagai pengembalian
dana tabarru sebagai berikut :
Prinsip mudharabah dalam praktik asuransi syariah ini belum dilaksanakan secara murni (profit
and

loss

sharing) tetapi

masih

sebatas

pada

berbagi

keuntungan/pendapatan (profit

sharing/revenue sharing) dan apabila mengalami kerugian peserta tetap mendapatkan bagian
sesuai dengan nisbah bagi hasil dengan diambilkan dari dana cadangan perusahaan.
Penulis setuju dengan pendapat para narasumber dalam penelitian ini mengenai penggunaaan
prinsip mudharabah dalam praktik asuransi yang belum dilaksanakan secara murni, karena
menurut pengamatan penulis, perusahaan asuransi syariah dalam hal ini AJB Bumiputera 1912
Kantor Cabang Syariah Yogyakarta dan PT. Takaful Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta, ketika
mengelola dana peserta yang diinvestasikan melalui investasi syariah dan mengalami keuntungan
maka hasil investasi ini akan dibagi (sharing) dengan peserta sesuai dengan nisbah yang telah
ditentukan dalam perjanjian yaitu untuk AJB Bumiputera 1912 menggunakan nisbah 70% bagian
peserta dan 30% bagian perusahaan namun apabila terjadi kerugian hanya ditanggung oleh
perusahaan dan peserta tetap mendapat bagian hasil investasi 70%. Begitupula dengan

prinsip mudharabah dalam hal ini mudharabah musytarakah yang digunakan oleh PT. Takaful
Indonesia (ATK) Kantor Cabang Yogyakarta belum dilaksanakan secara murni masih sebatas pada
berbagi penghasilan apabila hasil investasi mengalami keuntungan dengan besarnya nisbah bagi
hasil untuk produk dana siswa (Fulnadi) sebesar 70% bagian peserta dan 30% bagian perusahaan,
sedangkan jika terjadi kerugian maka kerugian tersebut tidak dibebankan kepada peserta tetapi
perusahaan meminjam dana cadangan perusahaan untuk tetap memberikan hak bagi hasil bagian
peserta. Profit sharing/revenue sharing ini mempunyai pengertian apabila investasi yang
dijalankan perusahaan dalam rangka mengelola dana perserta mempunyai hasil investasi berupa
keuntungan maka keuntungan tersebut dibagi antara peserta dengan perusahaan sesuai dengan
nisbah bagi hasil yang telah disepakati dalam akad. Namun jika terjadi kerugian dalam hasil
investasi tersebut, maka kerugian hanya akan ditanggung oleh perusahaan dan pelaksanaaan bagi
hasil investasi tetap berjalan tanpa membebankan kerugian pada peserta, sehingga peserta tetap
mendapat bagian hasil investasi sesuai dengan nisbah yang disepakati dalam akad. Pembayaran
nisbah bagi hasil sebagai hak dari peserta ini apabila terjadi kerugian akan diambilkan dari dana
cadangan klaim, dana cadangan ini sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam KMK Republik
Indonesia No. 422/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi mengenai batasan tingkat solvabilitas sebesar 120% sebagai rate based capital,
namun apabila dana cadangan tersebut tidak dapat memenuhi besarnya kerugian maka akan
dilakukan penyuntikan dana dari pemegang saham. Sebenarnya, usaha asuransi di Indonesia yang
menerapkan prinsip mudharabah secara murni adalah AJB Bumiputera 1912 karena perusahaan
tersebut merupakan usaha bersama (mutual), dimana kekuasaan tertinggi bukan para pemegang
saham melainkan para pemegang polis itu sendiri yang terpilih dan terwakili dalam Badan
Perwakilan Anggota (BPA), sehingga apabila terjadi kerugian dan kerugian tersebut tidak bisa
tercover oleh RBC maka penyuntikan dana dilakukan oleh para peserta sekaligus para pemegang
polis dalam Badan Perwakilan Anggota (BPA).
Menurut penulis, penerapan akad mudharabah pada asuransi jiwa (life insurance) baik AJB
Bumiputera 1912 maupun PT. Asuransi Takaful Keluarga, Kantor Cabang Syariah/Kantor Cabang
Yogyakarta, tercermin dalam hal pengelolaan dana yaitu berkaitan dengan bagi hasil antara
perusahaan dengan peserta atas hasil investasi berdasarkan nisbah bagi hasil yang diperjanjikan
untuk produk saving, dan bagi hasil atas surplus underwriting antara peserta dengan perusahaan
untuk produk non saving yaitu surplus dari hasil pengelolaan dana (premi) akan dibagikan antara
perusahaan sebagai operator dengan peserta sebagai partisipan berdasarkan rata-rata tertimbang
surplus underwriting yang diperoleh. Bagi hasil ini tidak berlaku pada produk takafulink yang

dikeluarkan oleh PT. Takaful Indonesia (ATK) karena dalam produk tersebut menggunakan
akad wakalah bil ujrah dan hasil investasi baik untung maupun rugi seluruhnya diberikan kepada
peserta. Bagi hasil ini dilakukan apabila dalam pengelolaan dana tersebut mengalami keuntungan
dan jika mengalami kerugian maka seluruh kerugian tersebut ditanggung oleh perusahaan tetapi
peserta tetap mendapatkan bagian sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan. Selain
itu, peserta sebagai shahibul mal tidak ikut campur dalam pengelolaan dana karena peserta telah
mengamanahkan

pengelolaan

dana

tersebut

sebagai mudharib. Akadmudharabah tidak

kepada

digunakan

perusahaan

dalam

asuransi

asuransi

syariah

umum (general

insurance) yang dijalankan oleh PT. Asuransi Takaful Umum sebagai anak perusahaan PT. Takaful
Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta, karena dalam operasionalnya PT. Takaful Indonesia (ATU)
menggunakan akad wakalah bi ujrah dimana setiap peserta mempunyai hak untuk menerima
pengembalian dana tabarru sebagai surplus yang sudah diperjanjikan dalam klausula.
1.3 Akad Wakalah/Akad Wakalah bil Ujrah
Wakalah atau Wakilah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat dengan
menunjuk seseorang mewakilinya dalam hal melakukan sesuatu secara sukarela atau dengan
memberikan imbalan berupa upah (ujrah). Wakalah merupakan perjanjian mengenai pelimpahan,
pendelegasian wewenang atau kuasa dari pihak pertama kepada pihak kedua untuk melaksanakan
sesuatu sebatas atas nama pihak pertama, untuk kepentingan dan tanggung jawab sepenuhnya
oleh pihak pertama. Akad wakalah/wakalah bil ujrah ini dapat terjadi antara perusahaan asuransi
syariah dengan peserta, perusahaan asuransi dengan marketing/agen, ataupun perusahaan
asuransi dengan perusahaan reasuransi.
Akad wakalah merupakan perjanjian pendelegasian dan penunjukkan seseorang dalam hal ini agen
untuk mewakili badan/perusahaan dalam hal mensosialisasikan, memasarkan dan menjual produk
asuransi syariah. Akad wakalah bil ujrah merupakan perjanjian antara perusahaan asuransi
syariah dengan pihak lain dimana salah satu pihak memberikan amanah dan pihak lain menerima
amanah untuk melakukan suatu perbuatan yang telah ditentukan dengan memberikan ujrah atas
jasa yang telah dilakukan. Akad wakalah/wakalah bil ujrah ini merupakan jenis akad yang
bersifat tabarru yaitu untuk saling tolong menolong dalam hal ini lending yourself dimana
perusahaan maupun mitra kerjanya meminjamkan/memberikan jasa kepada pihak lain dalam hal
pengelolaan dana melalui investasi syariah sekaligus asuransi syariah. Dengan demikian penulis
setuju bahwa asuransi syariah merupakan taawun dan istimar mindedsehingga asuransi ini
berbeda dengan asuransi konvensional.

Tidak setiap responden paham akan akad wakalah/wakalah bil ujrah ini, karena menurut mereka
perjanjian

asuransi

syariah

yaitu

polis

asuransi

syariah

mengandung

prinsip tabarru dan mudharabah yang merupakan salah satu dari hak dan kewajiban setiap
peserta. Namun demikian, menurut peserta asuransi syariahakad wakalah/wakalah bil ujrah ini
mengandung pengertian sebagai berikut :
1.

setiap peserta memberikan amanah kepada perusahaan untuk mengelola


dananya berupa premi yang disetor secara syariah dan memberikan perlindungan
terhadap dirinya apabila mengalami musibah yang diperjanjikan dengan
memberikan fee kepada perusahaan;
2.
dalam akad wakalah perusahaan merupakan wakil dari peserta berdasarkan
amanah yang telah diberikan olehnya untuk mengelola premi sesuai ketentuan
syariah, selain itu perusahaan memberikan kuasa kepada agen untuk melakukan
fungsi marketing dan field underwriting.
Berdasarkan keterangan responden tersebut, penulis berpendapat bahwa tidak setiap masyarakat
mengenal

akad

wakalah/wakalah

bil

ujrah

karena

asuransi

syariah

identik

dengan

akad tabarru dan akad mudharabah, sedangkan bagi sebagian orang akadwakalah/wakalah
bil ujrah diasumsikan bahwa perusahaan sebagai wakil peserta asuransi syariah dalam hal
pengelolaan dana (Premi) berdasarkan amanah yang diberikan pesertanya dan peserta
memberikan fee (ujrah) kepada perusahaan atas jasa yang telah diberikan. Akad wakalah ini juga
berlaku dalam operasional perusahaan yaitu marketing dan field underwriting.
AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Syariah Yogyakarta menggunakan akad wakalah ini dalam
hal keagenan melalui perjanjian kerja keagenan. Perjanjian kerja keagenan ini mengandung prinsip
akad wakalah dimana perusahaan memberikan mandat/kuasa kepada seorang agen untuk
mensosialisasikan, memasarkan dan menjual produk asuransi syariah yang dikeluarkan oleh AJB
Bumiputera 1912 di wilayah operasional Kantor Cabang Syariah Yogyakarta. Sebelum terjadi
perjanjian kerja keagenan ini seorang calon agen diwajibkan mengikuti pendidikan dan pelatihan
yang diadakan oleh AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Yogyakarta untuk jangka waktu tertentu
dan setelah dinyatakan lulus dalam masa pendidikan dan pelatihan tersebut maka diadakan
negoisasi antara perusahaan dengan agen tersebut.
Akad wakalah bil ujrah digunakan oleh PT. Takaful Indonesia (ATK dan ATU) Kantor Cabang
Yogyakarta dalam hal mitra kerja dengan financial consultant/perbankan/kantor pos maupun dalam
produk takafulink baik takafulink mizan, alia maupun istiqomah yang dikeluarkan oleh PT. Asuransi
Takaful Keluarga, serta takaful kendaraan bermotor yang dikeluarkan oleh PT. Asuransi Takaful
Umum. Akad wakalah bil ujrah tercermin dalam perjanjian kerja kemitraan dengan financial
consultant, akad wakalah ini juga tercermin pada produk fulprotek yang dipasarkan melalaui

lembaga perbankan sebagai salah satu wujud perjanjian cobranding. Selain itu, akad wakalah ini
juga tercermin dalam perjanjian kerjasama dengan bank-bank syariah dan PT. Pos Indonesia untuk
memberikan pelayanan dan dalam pembayaran premi, meskipun demikian pelayanan online ini baru
dapat dilakukan melalui Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat dan PT. Pos Indonesia. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa akad wakalah/wakalah bil ujrah digunakan oleh AJB
Bumiputera 1912 dan PT. Takaful Indonesia, khususnya wilayah operasional Yogyakarta dapat
terjadi antara perusahaan dengan mitra usahanya baik secara kelembagaan maupun individu
sebagai peserta takaful.
Mekanisme akad wakalah secara sederhana dalam praktik asuransi syariah antara perusahaan
asuransi

syariah

dengan

kontribusi/fee kepada

peserta

perusahaan

asuransi
untuk

syariah

adalah

kemudian

peserta
apabila

memberikan
perusahaan

menerima feemaka fee yang diterima akan masuk dalam rekening perusahaan yang dipisahkan
dari rekening konstribusi sedangkan kontribusi tersebut akan dikelola sehingga menghasilkan
keuntungan yang mana kontribusi dan keuntungan ini akan dimasukkan dalam rekening tertentu dan
setelah dikurang dengan biaya-biaya apabila terdapat surplus maka surplus ini akan dibagikan
kepada peserta.
Akad wakalah

bil

ujrah ini

menggunakan

Fatwa

DSN-MUI No.52/DSN-

MUI/III/2006 tentang Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syariah sebagai pedoman operasional.
Ketentuan akad wakalah bil ujrah dalam Fatwa DSN-MUI No.52/DSN-MUI/III/2006 adalah
sebagai berikut :
1.

Obyek akad wakalah bil ujrah antara lain meliputi kegiatan administrasi,
pengelolaan dana, pembataran klaim, underwriting, pengelolaan portofolio risiko,
pemasaran, dan investasi
2.
Akad wakalah bil ujrah sekurang-kurangnya harus menyebutkan mengenai hak
dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi; besaran, cara, dan waktu
pemotongan ujrah fee atas premi; syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan
jenis asuransi yang diakadkan
3.
Perusahaan asuransi bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) tidak boleh
mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali mendapatkan
ijin dari peserta dan selaku pemegang amanah wajib menginvestasikan dana yang
terkumpul melalui investasi sesuai syariah.
Akad wakalah bil ujrah ini juga digunakan dalam hubungan kerjasama antara perusahaan dengan
peserta asuransi syariah. Adapun konsep dasar akad wakalah bil ujrah antara perusahaan
asuransi dengan peserta dalam asuransi syariah :

1.

2.

3.

4.
5.
6.

7.
8.

Wakalah bil ujrah adalah akad pemberian kuasa kepada perusahaan asuransi
(takaful) untuk mengelola dana peserta dan/atau melakukan kegiatan lain dengan
imbalan pemberian ujrah (fee);
Peserta bertindak sebagai pemberi kuasa pada perusahaan untuk mengelola
dananya berupa premi yang telah disetorkan menjadi dana investasi dan/atau
dana tabarru (kebajikan);
Premi/kontribusi yang dibayar peserta asuransi tidak serta merta menjadi
pendapatan perusahaan asuransi tetapi milik peserta asuransi secara kolektif
setelah dikurangi fee pengelolaan untuk perusahaan asuransi;
Premi tersebut diakumulasikan untuk membagi risiko yang timbul diantara
peserta asuransi (tabarru fund);
Premi/kontribusi yang dibayarkan peserta memiliki komposisi
dana tabarru dan ujrah yang besarnya sebagaimana tercantum dalam polis
Peranan perusahaan asuransi terbatas pada peran underwriter, collector dan
claim payer and fund manager dengan kompensasi perlindungan (manfaat takaful)
bagi peserta
Sumber pendapatan perusahaan asuransi berasal dari fee pengelolaan dan bagi
hasil investasi
Setiap surplus operasi atau deficit operasi merupakan tanggung jawab peserta
asuransi secara kolektif

Selain itu, akad wakalah/wakalah bil ujrah digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usahanya, dengan mendelegasikan kepada lembaga perbankan/ institusi lain dalam hal
kemudahan pelayanan maupun kepada agen/pemasar untuk melaksanakan fungsi marketing.
Kerjasama antara perusahaan dengan agen/financial consultant ini bersifat kemitraan. Meskipun
marketing berkedudukan sebagai mitra perusahaan untuk melaksanakan dinas luar, agen/pemasar
dalam kegiatan marketing berfungsi sebagai duta perusahaan, menjual produk asuransi syariah
dan financial advisor calon peserta. Kerjasama ini tertuang dalam perjanjian kerja keagenan/, dan
dalam perjanjian ini mengunakan prinsip wakalah. Ini berarti pemasaran (marketing) merupakan
manifestasi bentuk akad wakalah dalam asuransi syariah. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam
akad wakalah dalam hal pemasaran (marketing)adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Pokok dari perjanjian dengan agen adalah proposal dan penerimaan dari posisi
tersebut.
Adalah sebuah syarat dimana seseorang yang telah ditunjuk sebagai seorang
agen harus kompeten dalam melakukan pekerjaannya.
Seseorang dapat menunjuk seorang agen untuk mengerjakan semua transaksi
bisnis yang dapat dilakukannya sendiri.
Seorang agen adalah pemelihara dari kekayaan prinsipalnya dan dalam posisi
sebagai wakil.
Seorang agen akan menerima upah selama ia dikontrak.

Marketing/agen merupakan penghubung antara perusahaan dengan peserta dan bekerja untuk
perusahaan berdasarkan perjanjian keagenan dengan prinsip wakalah sebagai mitra usaha, serta
bekerja sebagai financial consultant bagi peserta berdasarkan pendelegasian tugas yang
diterimanya dari perusahaan. Kontrak keagenan ini menggunakan prinsip wakalah, dimana seorang
agen/pemasar sebagai wakil perusahaan dan diberi wewenang untuk melakukan kegiatan/transaksi
atas nama perusahaan asuransi syariah baik sosialisasi, produksi maupun pasca produksi dan
menerima fee/ujrah sebagai haknya yang diberikan perusahaan. AJB Bumiputera 1912 Kantor
Cabang Syariah Yogyakarta menggunakan akad wakalah ini dalam hal perjanjian keagenan,
sedangkan PT. Takaful Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta dalam hal mitra kerja ini menggunakan
akad wakalah bil ujrah. Ini berarti pada kedua kantor cabang tersebut dalam hal mitra kerja untuk
keagenan/financial consultant menggunakan prinsip wakalah/wakalah bil ujrah.
Akad wakalah bil ujrah ini dapat ditemui pada asuransi jiwa (life insurance) dan asuransi
umum (general insurance) misalnya pada produk asuransi syariah yang dikeluarkan oleh PT.
Takaful Indonesia yaitu produk takafulink alia yang merupakan produk unit link dari PT. Asuransi
Takaful Keluarga (ATK) dan takaful kendaraan bermotor yang merupakan produk dari PT. Asuransi
Takaful Umum (ATU). Akad wakalah bil ujrah pada PT. Asuransi Takaful Keluarga mempunyai
pengertian sebagai berikut :
1.

Peserta memberikan amanah kepada Asuransi Takaful Keluarga untuk mengelola


premi yang disetorkan menjadi dana tabungan dan dana tabarru
2.
Peserta memberikan jasa (ujrah) atas pengelolaan dana tabarru kepada Asuransi
Takaful Keluarga sesuai ketentuan produk dan jasa tersebut akan mengurangi dana
tabungan peserta.
Akad wakalah bil ujrah ini dinyatakan secara tegas dalam polis asuransi yang dikeluarkan oleh PT.
Asuransi Takaful Umum, yaitu bahwa akad yang diberlakukan dalam polis adalah akad wakalah bil
ujrah. Adapun ketentuan akad wakalah bil ujrah tersebut adalah :
1.

2.
3.

4.
5.

Wakalah bil ujrah adalah akad pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan
asuransi (takaful) untuk mengelola dana peserta dan/atau melakukan kegiatan lain
dengan imbalan pemberian ujrah (fee);
Pengelola takaful menerima akad wakalah bil ujrah dari peserta sebagaimana
tercantum dalam polis;
Dalam akad wakalah bil ujrah ini, kontribusi yang dibayarkan oleh peserta
memiliki komposisi dana tabarru dan ujrah yang besarnya sebagaimana tercantum
dalam Ikhtisar Polis;
Pengelola takaful menerima wewenang penuh dari peserta untuk melakukan
kegiatan pengelolaan atas risiko dan dana tabarru;
Dalam hal terjadi defisit dana tabarru, maka Takaful memberikan Al-Qardh AlHasan;

6.

Apabila pada akhir periode polis terdapat hasil positif yang diperoleh dari surplus
dana tabarru ditambah hasil investasi danatabarru dikurangi dana cadangan teknis
akan dialokasikan kepada peserta sebagai pengembalian surplus tabarru dan
pengelola Takaful dengan proporsi sebagaimana tercantum pada ikhtisar polis
dengan ketentuan :
1.
peserta tidak pernah menerima pembayaran klaim atau tidak sedang
mengajukan klaim
2.
peserta tidak membatalkan perjanjian/polis
3.
terdapat surplus dana tabarru diakhir manfaat takaful

perhitungan pengembalian surplus peserta berdasarkan rumus :


keterangan :
1.
2.

prosentase pengembalian surplus tabarru (per tahun)


jumlah hari lunas : jumlah hari dihitung mulai dari tanggal pelunasan sampai
dengan tanggal akhir periode asuransi
3.
365 digunakan jika periode polis satu tahun atau kurang dari satu tahun
4.
jangka waktu manfaat takaful digunakan jika periode polis lebih dari satu tahun
1.
Semua obyek pertanggungan (manfaat takaful) yang berlaku dalam takaful ini
harus sesuai dengan Prinsip syariah Islam. Pengelola Takaful akan mengembalikan
kontribusi sejak awal manfaat takaful secara proporsional dengan obyek manfaat
takafulyang diperkenankan diterima di takaful. Apabila terdapat obyek manfaat
takaful yang tidak sesuai dengan prinsip syariah yang secara sengaja
disembunyikan oleh peserta pada saat penutupan atau diketahui oleh peserta pada
periode manfaat takaful dan tidak disampaikan kepada pengelola takaful, maka
pengelola takaful tidak wajib untuk membayar klaim terhadap obyek manfaat
takaful tersebut.
Berdasarkan

uraian

tersebut,

penulis

berpendapat

bahwa

akad wakalah/wakalah

bil

ujrah digunakan oleh perusahaan asuransi syariah dalam hal ini AJB Bumiputera 1912 Kantor
Cabang Syariah Yogyakarta dan PT. Takaful Indonesia (ATK dan ATU) Kantor Cabang Yogyakarta
dengan mitra kerjanya melalui perjanjian kerjasama dalam hal asuransi syariah maupun peserta
asuransi syariah melalui polis asuransi syariah. Akad wakalah/wakalah bil ujrah antara
perusahaan asuransi syariah dengan mitra usahanya dilakukan untuk menunjang kegiatan
operasional perusahaan asuransi syariah khususnya dalam hal pemasaran dengan pemberian
kuasa dan menunjuk peserorangan/lembaga perbankan/institusi lain untuk sebagai wakil dari
perusahaan dan diberi amanah untuk memberikan pelayanan dalam hal asuransi syariah.
Akad wakalah bil ujrah terjadi antara peserta dengan perusahaan asuransi syariah melalui polis
asuransi dimana peserta memberikan kuasa/amanah kepada perusahaan untuk mengelola dananya

berupa premi yang disetor dan perusahaan berhak untuk menerima fee (ujrah) atas jasa
pengelolaan tersebut dan apabila terdapat surplus dalam pengelolan maka surplus akan dibagikan
berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam perjanjian.
1.4 Akad Musyarakah
Musyarakah (joint-venture/syirkah) merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau keahlian
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Akad musyarakah ini kedua pihak menjadi pemilik modal dan pengelola dan terjadi percampuran
modal

di

dalamnya,

modal

ini

dapat

berupa

modal

finansial,

modal

non

finansial

(keahlian/ketrampilan, kewirausahaan, barang perdagangan, kepercayaan/reputasi, dan lain-lain)


maupun percampuran antara modal finansial dengan non finansial dari para pihak yang berserikat.
Apabila dalam kerjasama ini terdapat keuntungan maka pembagian keuntungan didasarkan pada
nisbah bagi hasil yang telah disepakati oleh para pihak yang berserikat, dan apabila terjadi kerugian
maka pembagiannya didasarkan menurut porsi modal masing-masing pihak yang berserikat.
Bentuk kerjasama dalam asuransi syariah merupakan bentuk kerjasama yang dilandasi oleh
prinsip musyarakah, dimana terdapat pihak yang mempunyai modal berupa dana dan ada pihak
lain yang tenaga, skill, serta profesionalisme. Perjanjian takaful ini merupakan perjanjian kerjasama
mutual yang mana pertimbangan dibutuhkan tidak hanya dari satu pihak tetapi kedua pihak,
sehingga pengelola juga secara sama terikat dengan perjanjian tadi dan dalam ganti rugi maupun
keuntungan.
Akad musyarakah dalam asuransi syariah ini dapat terjadi antara peserta (individu/sekelompok)
sebagai pemilik modal finansial dengan perusahaan asuransi syariah sebagai pemilik modal non
finansial dan bertanggung jawab dalam hal pengelolaan dana. Perjanjian kerjasama dengan
prinsip musyarakah ini dapat terjadi antara lembaga/perusahaan lain baik lembaga keuangan
maupun lembaga non keuangan dengan perusahaan asuransi ataupun antar perusahaan
asuransi (coinsurance),

dimana

perusahaan

tersebut

saling

menanggung

risiko (risk

sharing) dan perusahaan asuransi memberikan manfaat asuransi berupa perlindungan. Kerjasama
antara perusahaan asuransi dalam coinsurance ini dilatarbelakangi apabila salah satu perusahaan
asuransi tersebut dalam memberikan perlindungan dengan manfaat asuransi yang melebihi dari
retensi perusahaan tetapi tidak berkenan menggunakan reasuransi, sehingga untuk dapat
menanggung risiko (berkaitan dengan klaim) tersebut bekerjasama dengan perusahaan asuransi
lain. Kerjasama saling menanggung risiko (risk sharing) antar perusahaan asuransi apabila terjadi

klaim ini mempunyai prosentase pembagian yang sudah diperjanjikan dan diatur secara nasional
melalui lembaga asosiasi perasuransian.
Perjanjian dengan akad musyarakah ini dilakukan oleh PT. Takaful Indonesia dengan perusahaan
lain secara corporate yaitu dengan lembaga keuangan bank syariah seperti Bank Muamalat, Bank
Syariah Mandiri dan juga PT. Pos Indonesia dalam rangka memberikan pelayanan secara online,
memberi kemudahan membayar premi, dan memberikan proteksi kepada customer/nasabah/peserta
dari lembaga/perusahaan yang bersangkutan melalui asuransi syariah. Kerjasama ini biasa disebut
sebagai cobranding dan
dilakukan

oleh

PT.

tertuangdalam MoU. Perjanjian

Takaful

kerjasama cobranding antara

Indonesia
PT.

yang

Takaful

kerjasama

berkedudukan

Indonesia

dengan

di

berupa

cobranding

Kantor

Pusat.

Bank

Muamalat

ini

Contoh
dalam

penyelenggaran, pemasaran produk asuransi fulprotek (kartu investasi berasuransi) dan sekaligus
memberikan proteksi kepada nasabah Bank Muamalat yaitu seorang peserta akan berkedudukan
sebagai nasabah Bank Muamalat sekaligus mendapat perlindungan dari PT. Takaful Indonesia
apabila mengikuti asuransi fulprotek melalui Bank Muamalat dengan memilih paket fulprotek yang
ditawarkan yaitu paket 175, paket 275, paket 750 dengan prinsip wakalah bil ujrah. Contoh
apabila seorang peserta mengambil paket 175 maka calon peserta tersebut membuka tabungan
pada Bank Muamalat sebesar Rp 175.000,00 dimana Rp 100.000,00 untuk saldo awal tabungan
dan Rp 75.000,00 untuk asuransi fulprotek dan dari Rp 75.000,00 tersebut nantinya akan dibagi
untuk asuransi sebesar Rp 50.500,00 dan untuk ujrah (Bank Muamalat) sebesar Rp 24.500,00.
Kerjasama cobranding ini juga dilakukan dengan PT. Pos Indonesia dalam hal PT. Pos Indonesia
sebagai tempat pembayaran premi dari para peserta PT. Takaful Indonesia, perjanjian ini tertuang
dalam MoU dan di dalamnya mengandung prinsip wakalah karena PT. Pos Indonesia merupakan
wakil dari PT. Takaful Indonesia dalam hal pembayaran.
Penerapan akad musyarakah pada AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah berupa perjanjian
kerjasama yang berkaitan dengan produk asuransi kumpulan dalam rangka mengcover peserta
dengan asuransi syariah. Contoh perjanjian kerjasama antara SDIT Salsabila Al Muthiin dengan
AJB Bumiputera 1912 dalam memberikan perlindungan kepada siswa SDIT Salsabila Al Muthiin
melalui produk asuransi jiwa kumpulan Ekawarsa dan kecelakaan diri. Perjanjian kerjasama ini akan
ditindaklanjuti dengan pengajuan surat permintaan asuransi jiwa kumpulan syariah oleh SDIT
Salsabila Al Muthiin, terbitnya polis asuransi jiwa kumpulan syariah dan untuk setiap siswa akan
mendapat sertifikat peserta asuransi jiwa kumpulan syariah.
Penulis berpendapat bahwa akad musyarakah digunakan oleh perusahaan asuransi syariah, AJB
Bumiputera 1912 dan PT. Takaful Indonesia, di Yogyakarta dalam hal melakukan kerjasama dengan

institusi/lembaga/perusahaan lainnya dalam hal asuransi syariah melalui perjanjian kerjasama atau
yang dikenal sebagai memorandum of understanding (MoU) oleh perusahaan asuransi syariah
ini. Perjanjian kerjasama ini dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam hal asuransi syariah melalui lembaga/institusi tersebut.
1.5 Akad Mudharabah Musytarakah
Akad mudharabah musytarakah ini

merupakan

perpaduan

antara

akad mudharabah dengan musyarakah, dimana pengelola (mudharib) menyertakan modal atau
dananya dalam kerjasama investasi. Pedoman mengenai akad ini dalam asuransi syariah
berdasarkan

Fatwa

DSN-MUI

No.

51/DSN-MUI/III/2006

tentang

akad mudharabah musytarakah pada asuransi syariah.


Akad ini boleh dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah karena merupakan bagian dari
hukum mudharabah dan dapat diterapkan pada produk asuransi yang mengandung unsur
tabungan (saving) maupun yang tidak ada unsur tabungan (non saving). Perusahaan asuransi
dalam akad ini berkedudukan sebagai pengelola (mudharib) dan pemberi dana (musytarik)
bersama-sama dengan peserta. Dana perusahaan dan dana peserta ini akan diinvestasikan secara
bersama-sama dalam portofolio dan hasil investasi ini akan dibagi antara perusahaan dengan
peserta melalui salah satu alternatif cara pembagian, sebagaimana yang ditentukan dalam Fatwa
DSN-MUI No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang akad mudharabah musytarakah pada asuransi
syariah, yaitu :
Alternatif pertama pembagian hasil investasi, yaitu :
1.

Hasil investasi dibagi antara perusahaan asuransi (sebagai mudharib) dengan


peserta (sebagai shahibul mal) sesuai dengan nisbah bagi hasil
2.
Bagian hasil investasi sesudah disisihkan untuk perusahaan asuransi
(sebagai mudharib) dibagi antara perusahaan asuransi (sebagai musytarik) dengan
para peserta sesuai dengan porsi modal atau dana masing-masing
Alternatif kedua pembagian hasil investasi, yaitu :
1.

Hasil investasi dibagi secara proporsional antara perusahaan asuransi


(sebagai musytarik) dengan peserta berdasarkan porsi modal atau dana masingmasing
2.
Bagian investasi sesudah disisihkan untuk perusahaan asuransi
sebagai musytarik dibagi antara perusahaan asuransi sebagai mudharib dengan
peserta sesuai dengan nisbah yang disepakati

Berdasarkan fatwa tersebut, apabila dalam investasi tersebut mengalami kerugian maka perusahaan
asuransi sebagai musytarik menanggung kerugian sesuai dengan porsi modal atau dana yang
disertakan.
Akad mudharabah musytarakah ini sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya merupakan
implementasi akad mudharabah yang diterapkan dalam kegiatan operasional PT. Takaful
Indonesia (ATK) pada umumnya dan PT. Asuransi Takaful Keluarga Kantor Cabang Yogyakarta pada
khususnya. Akad mudharabah musytarakah yang digunakan PT. Takaful Indonesia (ATK) ini
mengandung pengertian sebagai berikut :
1.

Peserta memberikan amanah kepada PT. Asuransi Takaful Keluarga untuk


menempatkan dana tabungan dan dana tabarru dalam program investasi;
2.
Peserta menyetujui untuk membagi hasil investasi dengan nisbah sesuai dengan
ketentuan produk
Adapun mengenai pembagian hasil investasinya PT. Asuransi Takaful Keluarga menggunakan
alternatif kedua berdasarkan Fatwa DSN-MUI tersebut, yaitu apabila mengalami keuntungan akan
dibagikan secara proporsional sesuai nisbah bagi hasil yang terdapat dalam ketentuan produk
asuransi syariah yang diikuti peserta setelah dikurangi dengan modal PT. Asuransi Takaful Keluarga
sebagai musytarik, jika hasil investasi tersebut rugi maka kerugian akan ditanggung oleh PT.
Asuransi Takaful Keluarga selaku musytarik namun peserta tetap mendapatkan bagiannya sesuai
dengan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan.
Berdasarkan pengertian mudharabah musytarakah yang digunakan PT. Takaful Indonesia (ATK)
tersebut dan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis berpendapat bahwa akad ini
merupakan perjanjian kerjasama dalam hal investasi antara PT. Asuransi Takaful Keluarga dengan
peserta asuransi syariah dimana peserta berkedudukan sebagai pemberi dana (musytarik) dan
PT. Asuransi Takaful Keluarga berkedudukan sebagai pengelola (mudharib) untuk menempatkan
dan mengelola dana peserta dalam program investasi berdasarkan amanah yang diterimanya dari
peserta, untuk kemudian hasil investasi tersebut akan dibagi secara proporsional berdasarkan
nisbah bagi hasil yang telah ditentukan apabila mengalami keuntungan dan apabila hasil investasi
rugi maka kerugian akan ditanggung oleh perusahaan asuransi sebagai musytarik.

S-ar putea să vă placă și