Sunteți pe pagina 1din 34

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE INFARK

A. Definisi Penyakit
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk
kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008:234).
Stroke Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena
trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang
jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria
karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung
aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne, 2002:2131)

B. Etiologi

Ada beberapa penyebab stroke infark (Muttaqin, 2008: 235)

1.

Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini
disebabkan karena adanya:

Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas dinding


pembuluh darah

Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan


viskositas/ hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah
cerebral

Arteritis: radang pada arteri

2.

Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan emboli:

Penyakit jantung reumatik

Infark miokardium

Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-gumpalan kecil


yang dapat menyebabkan emboli cerebri

Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium

C. Tanda dan gejala

Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatn Kritis (1996: 258-260), yaitu:

1.

Lobus Frontal

a.

Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan


distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu menghitung,
memberi alasan atau berpikir abstrak.

b.

Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot bicara),


disfagia (kerusakan otot-otot menelan).

c.

Defici aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional,


kehilangan kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap
stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan
keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.

2.

Lobus Parietal

a.

Dominan :

Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian
besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi superfisial
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon terhadap
proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).

Defisit bahasa/komunikasi

Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi polapola bicara yang dapat dipahami)

Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)

Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)

Aleksia

(ketidakmampuan

untuk

mengerti

kata

yang

dituliskan)Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan


ide-ide dalam tulisan).

b.

Non Dominan
Defisit

perseptual

(gangguan

dalam

merasakan

dengan

tepat

danmenginterpretasi diri/lingkungan) antara lain:

Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap


ekstremitas yang mengalami paralise)

Disorientasi (waktu, tempat dan orang)

Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak


dengan tepat)

Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui


indra)

3.

Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan

Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat

Disorientasi kanan kiri

Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan,


diplobia(penglihatan ganda), buta.

4.

Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh

D. Patofisiologi

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai
faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.

Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Areaedema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien
mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema
dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini
akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi
destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah
ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi
otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah
yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari
60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan
lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc

diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di


pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)

E. Data Fokus Pengkajian


1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan
tingkat kesadaran.
3. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam
melakukan ibadah sehari-hari.
4. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak,
makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang

mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus,


bagaimana nafsu makan klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang
mengandung alkohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK
apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke
mungkn

mengalami

inkotinensia

urine

sementara

karena

konfusi,

ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk


mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.

5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus
II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memotar
bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral
(nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan dalam menelan.
e. Dada
1) Inspeksi
: Bentuk simetris
2) Palpasi
: Tidak adanya massa dan benjolan.
3) Perkusi
: Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
4) Auskultasi
: Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I
dan II murmur atau gallop.
f. Abdomen
1) Inspeksi
: Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
2) Auskultasi
: Bisisng usus agak lemah.
3) Perkusi
: Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran

kekuatan otot, normal : 5. Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif


mutaqqin,2008)
Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan

pemeriksaan.
Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi

kekuatanya

berkurang.
Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
b. MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi sertaa
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark dari hemoragik.
c. Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurimsa atau malformasi vaskuler.
d. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
f. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral;
kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
g. Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang

masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
h. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah rutin
2) Gula darah
3) Urine rutin
4) Cairan serebrospinal
5) Analisa gas darah (AGD)
6) Biokimia darah
7) Elektrollit
7. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai
berikut :
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
c. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
8. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi
maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
9. Pencegahan Stroke
a. Hindari merokok, kopi, dan alkohol.
b. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah kegemukan).
c. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
d. Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan
lainnya).
e. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
f. Olahraga secara teratur.

F. Etiologi dan Masalah Keperawatan


Data
DS :
Klien
lengan

Etiologi
Faktor pencetus HT,

DM, penyakit jantung


mengatakan Merokok, stress, gaya
dan tungkai

Masalah keperawatan
Gangguan perfusi
jaringan otak

kirinya tidak dapat di


gerakkan.
Klien

mengatakan

kadang kadang pusing


dan vertigo.
Klien
mengatakan
mengalami

kelemahan

otot

hidup yang tidak baik


Faktor obesitas dan
kolesterol yang
mengikat dalam darah
Penimbunan
lemak/kolsterol yang
mengikat didalam darah
Lemak yang sudah

DO :
Klien

tampak

hemiparese sinistra.
Kekuatan lengan dan
tungkai

klien

nekrotik dan
berdegenerasi
Infiltrasi limfosit
(trombus)

mengalami menurunan
Kekuatan lengan dan

Pembuluh darah kaku

tungkai kiri ( 1 ).
Klien
mengalami

Pembuluh darah menjadi

penurunan dalam rasa


dan refleks.
LED 40 mm/jam I, 60
mm/jam II.
Hasil
CT

pecah
Stroke hemoragic
Proses metabolisme
dalam otak terganggu

SCAN

terdapat trombosis pada


hemisfer kanan.

Penurunan suplai darah


dan O2 ke otak
Gangguan perfusi
jaringan otak
Faktor pencetus HT,

DS :
Keluarga
mengatakan
pasien

tidak

DM, penyakit jantung


klien Merokok, stress, gaya
bahwa
hidup yang tidak baik
dapat Faktor obesitas dan

bangun, duduk apalagi


berdiri.
Klien

kolesterol yang
mengikat dalam darah

mengatakan

lengan dan tungkainya


lemah saat di gerakkan.
Kekuatan lengan dan
tungkai klien ( 1 ).
Rentang gerak pada
lengan dan tungkai kiri

Penimbunan
lemak/kolsterol yang
mengikat didalam darah
Lemak yang sudah
nekrotik dan

Kerusakan mobilitas
fisik

terbatas.
Aktifitas klien di bantu
oleh isterinya.
Sensasi dan

refleks

menurun.

Infiltrasi limfosit
(trombus)
Pembuluh darah kaku

DO :
Rentang

berdegenerasi

Pembuluh darah menjadi


gerak

klien

pada lengan dan tungkai


kiri tampak terbatas
Aktifitas klien tampak

pecah
Kompresi jaringan ke
otak
Peningkatan TIK

dibantu

Arteri vertebra Basilaris


Disfungsi N XI
Kelemahan anggota gerak
Kerusakan mobilitas fisik
DS :
Keluarga

klien

DM, penyakit jantung


bahwa Merokok, stress, gaya

mengatakan
pasien

Faktor pencetus HT,

tidak

dapat

bangun, duduk apalagi

hidup yang tidak baik


Faktor obesitas dan

berdiri sehingga klien

kolesterol yang

tidak bisa melakukan

mengikat dalam darah

perawatan diri secara


mandiri.
Klien

mengatakan

lengan dan tungkainya


lemah saat di gerakkan.
Rentang gerak pada
lengan dan tungkai kiri
terbatas.
Klien
aktifitas

mengatakan
klien

dalam

membersihkan diri di
bantu oleh keluarga.
Sensasi dan refleks
menurun.

lemak/kolsterol yang
mengikat didalam darah
Lemak yang sudah
nekrotik dan
berdegenerasi
Infiltrasi limfosit
(trombus)
Pembuluh darah kaku
Pembuluh darah menjadi
pecah
Kompresi jaringan ke

DO :
Rentang

Penimbunan

otak
gerak

klien

Defisit perawatan diri

pada lengan dan tungkai


kiri tampak terbatas
Aktifitas klien dalam
membersihkan
tampak

dibantu

diri
oleh

Peningkatan TIK
Arteri vertebra Basilaris
Disfungsi N XI

Kelemahan anggota gerak


keluarga
Kekuatan lengan dan
Kelemahan melakukan
tungkai klien ( 1 ).
aktivitas
Defisit perawatan diri
G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perpusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intraserebral,
oklusi otak, vasospasme, dan edema otak
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia,
kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas
3. Defisist perawatan diri berhubungan dengan

kelemahan

neuromuskuler,

menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot atau koordinasi di


tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi dll.

4. Nursing Care Plan

Tujuan
Dx. Keperawatan

Intervensi
Tupan

Gangguan
otak

perpusi

berhubungan

perdarahan

jaringan Setelah
dengan perawatan

intraserebral, masalah

Tupen

mendapatkan Setelah
selama
gangguan

Rasional

mendapatkan 1. Berikan penjelasan kepada Keluarga

hari perawatan selama 24 jam,

perpusi masalah

gangguan

keluarga

klien

tentang

perpusi

sebab peningkatan TIK dan

oklusi otak, vasospasme, dan jaringan otak dapat teratasi

jaringan otak dapat teratasi

edema otak

dengan kriteria hasil :


1. Klien tidak gelisah
2. Tidak ada keluhan nyeri

akibatnaya.
2. Baringkan klien ( bed rest )

kepala, mual dan kejang


3. Pupil isokor
4. Refleks cahaya (+)
5. TTV normal.

lebih

berpartisipasi dalam proses


penyembuhan.

total dengan posisi tidur Untuk mengetahui keadaan


telentang tanpa bantal.
3. Monitor tanda-tanda vital.
4. Bantu

pasien

membtasi

untuk
muntah,

umum klien.

Monitor tanda-tanda status

neurologis dengan GCS.


klien Aktivitas
ini
dapat
menarik nafas apabila
meningkatkan
tekanan
bergerak atau berbalik dari
intracranial
dan
tempat tidur.
intraabdoment dan dapat
batuk,anjurkan

melindungi diri diri dari

5. Ajarkan

klien

mengindari

untuk

batuk

mengejan berlebihan.

valsava.

Batuk dan mengejan dapat


dan
meningkatkan
tekanan
intrkranial dan poteensial

terjadi perdarahan ulang.


6. Ciptakan lingkungan yang Rangsangan aktivitas dapat
tenang

dan

batasi

pengunjung.
7. Kolaborasi
terapi

pemberian

sesuai

dokter,seperti

intruksi
:steroid,

aminofel, antibiotika.

Kerusakan

mobilitas

berhubungan

fisik Setelah
dengan perawatan

mendapatkan Setelah
selama

mendapatkan 1. Kaji

hari perawatan selama 24 jam,

hemipearese atau hemiplagia, masalah kerusakan mobilitas masalah kerusakan mobilitas


kelemahan

neuromoskuler fisik dapat teratasi

pada ekstremitas

kemampuan

fungsional

dengan

meningktkan

tekanan

intracranial.
Tujuan yang di berikan
dengan tujuan: menurunkan
premeabilitas
kapiler,menurunkan edema
serebri,menurunkan

metabolic sel dan kejang.


secar Untuk mengidentifikasikan
cara

yang teratur klasifikasikan

kelemahan
memberikan

dan

dapat

informasi

fisik dapat teratasi dengan

melalui skala 0-4.


mengenai pemulihan.
2. Ubah posisi setiap 2 jam Menurunkan
terjadinya
kriteria hasil :
1. Klien dapat mempertahan
dan
sebagainya
jika
terauma
atau
iskemia
atau
meningkatkan
memungkinkan bisa lebih
jaringan.
kekuatan dan fungsi bagian
tubuh yang terkena atau

sering.
3. Lakukan

Meminimalkan atropi otot,


gerakan

ROM

meningkatkan sirkulasi dan

kompensasi.

aktif dan pasif pada semua


ekstremitas.

mencegah

terjadinya

kontraktur.
Membantu melatih kembali
jaras

saraf,meningkatkan

respon proprioseptik dan


4. Bantu

mengembangkan

keseimbangan

duduk

seperti meninggikan bagian


kepala tempat tidur, bantu
untuk duduk di sisi tempat
tidur.
5. Konsultasi

motorik.

dengan

ahli

Program yang khusus dapat


di

kembangkan

menemukan

untuk

kebutuhan

klien.

fisiotrapi.
Defisist

perawatan

berhubungan
kelemahan
menurunya

diri Setelah
dengan perawatan

mendapatkan Setelah
selama

mendapatkan 1. Kaji

hari perawatan selama 24 jam,

neuromuskuler, masalah defisist perawatan diri masalah defisist perawatan diri


kekuatan

dan dapat teratasi

kesadaran, kehilangan kontrol


otot atau koordinasi di tandai
oleh kelemahan untuk ADL,
seperti makan, mandi dll

dapat teratasi dengan kriteria


hasil :
1. Klien

kemampuan

dan 1. Membantu

tingkat penurunan dalam

mengantisipasi

dan

skala

merencanakan

pertemuan

untuk

melakukan ADL.

menunjukan

hidup 2. Hindari apa yang tidak


dapat di lakukan oleh klien
untuk kebutuhan merawat
dan bantu bila perlu.
diri
perubahan

gaya

dalam

kebutuhan individu.
2. Klien
dalam
keadaan
cemas dan tergantung hal
ini

di

mencegah

lakukan
frustasi

harga diri klien.

untuk
dan

2. Klien mampu melakukan


aktivitas
sesuai

perawatan
dengan

diri

tetapi

tingkat

kemampuan
3. Mengidentifikasikan
personal masyarakat yang
dapat membantu.

3. Klien memerlukan empati,


perlu

mengetahui

perawatan yang konsisten


3. Menyadarkan tingkah laku

dalam menangani klien,

atau sugesti tindakan pada

skaligus

perlindungan

harga

kelemahan.

meningkatkan
diri

klien,

Pertahankan dukungan pola

memandirikan klien, dan

pikir dan izinkan klien

menganjurkan klie untuk

melakukan

tugas,

beri

umpan balik yang positif

terus mencoba.
4. Klien mampu melihat dan
memakan makanan, akan

untuk usahanya.

mampu
kelaurmasuk
ruangan.
4. Rencanakan tindakan untuk
deficit

pengelihatan

dan

seperti tempatkan makanan


dan peralatan dalam suatu
tempat, dekatkan tempat
tidur ke dinding.

melihat
orang

ke

LAPORAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y ( 67 thn ) Diruang Mawar
RSUD KABUPATEN CIAMIS
I. Pengkajian
A. Identitas
Nama

: Ny. Y

Umur

: 67 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan : Kawin


Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Agama

: Islam

No medrek

: 445995

Tgl Masuk

: 25-07-2016

Tgl Pengkajian

: 29-07-2016

Diagnosa Medis : Stroke infrak


Alamat

:Sukaharja 05/09 Lumbung Ciamis

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Ny.N

Umur

: 34 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pendidikan
Pekerjaan

: SMP
: IRT

Hubungan dengan klien : Anak kandung


Alamat

: Sukaraharja 05/09 Lumbung Ciamis

C. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
Klien mengatakan badan lemes
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien masuk Rumah Sakit dengan keluhan tiba-tiba lemah pada anggota gerak
sebelah kanan. Tangan kanan dan kaki kanan pasien tiba-tiba lemah dan sulit
digerakkan, hal ini terjadi saat pasien sedang duduk-duduk.nyeri kepala tidak
ada. Selain itu pasien mengeluhkan bicaranya pelo dan susah menelan. Pasien
dalam keadaan sadar, tidak ada kejang, dan tidak ada muntah. Pada saat dikaji
tanggal 29-07-2016 klien mengatakan kepala pusing, pusing seperti berputarputar. Pusing bertambah bila bergerak dan berkurang bila diistirahatkan.
Kepala pusing disertai mual muntah, dan badan sebelah kanan lemah tidak bisa
digerakan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan 6 bulan yang lalu klien pernah dirawat di rumah
sakit dengan keluhan yang sama. Klien 1 tahun memilik riwayat hipertensi,
klien rutin berobat dan tekan darah terkontrol. Penyakit jatung, ginjal, diabetes
disangkal oleh keluarga klien.
4. Riwayat penyakit keluarga
Menurut klien dan keluarga anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit TBC, hepatitis, hipertensi dan Diabetes Melitus.
D. Riwayat ADL
NO

AKTIVITAS
Nutrisi

1
a.

SEBELUM SAKIT

SETELAH SAKIT

Makan
Frekuensi

2 x/hari porsi kecil

2x/hari porsi kecil

Nafsu makan

Baik, 1 porsi habis

Baik, 1/2 porsi habis

Jenis

Nasi,lauk

pauk,

sayuran
b.

sayur

bayam,

tahu, ayam, pisang.

Minum
Jenis
Jumlah

Nasi,

Air putih,air the dan kopi

Air putih dan air teh

6 -7 gelas/hari

6 -7 gelas /hari

Frekuensi

1 x/hari

1 x/hari

Konsistensi

Lembek

Lembek

Warna

Kuning

Kuning

3-4 x/hari

Terpasang DC (Dower

Eliminasi
BAB

BAK
Frekuensi

Catheter)
Warna
Istirahat tidur

Kuning jernih

Kuning jernih

Siang

Tidak/jarang

tidur

Jarang

Malam

siang

00.00-04.00

Kualitas

21.00-05.00

Sering terbangun

Nyenyak
4

Personal hygine
a.

Mandi

2 x/ hari

diseka tanpa sabun

b.

Keramas

3x / minggu

Belum

c.

Gosok gigi

2 x / hari

1x/hari

d.

Gunting kuku
Aktivitas

Kalau panjang
Sehari-hari
bekerja

klien
dan

Belum
Klien hanya tidur di
tempat tidur

mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti :
memasak dan mencuci

E. Data psikologis
Penampilan klien tampak murung, tempramen tenang dan dapat mengendalikan
emosinya, klien dapat mengungkapkan perasaannya. Klien menanyakan tentang
keadaan penyakitnya dan bagaimana proses penyembuhannya
F. Data sosial

Klien mengatakan hubungan dengan anggota keluarga dan masyarakat


dilingkungan klien terjalin dengan baik begitu juga dengan hubungan klien dengan
pasien lain dan tim kesehatan tampak baik
G. Data spiritual
Klien beragama islam, dalam kondisinya sekarang ibadah sholat klien terganggu.
Klien meyakini sakitnya adalah cobaan dari Allah. Sebagai manusia biasa klien
hanya bisa berusaha dan berdoa
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien
Klien tampak lemah
2. Tanda umum pasien
TD
Nadi
RR
Suhu

:190/100 mmHg
:100x/menit
: 20 kali/menit
: 36 0 C

3. Kesadaran
Composmentis, GCS 13
4. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sanosis,
hidung kokoh, jalan nafas paten, sinus tidak nyeri, tidak ada secret pada
hidung, , mukosa berwarna merah muda, fibrisae ada, Konka tidak membesar,
tidak ada polip, tidak ada deviasi septum, pada saat mengatakn ah uvula
bergerak bebas dan letak simetris, tidak ada pembesaran tonsil, leher tampak
simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada deviasi trakea,
tidak terpasang O2, dada simetris, Pergerakan dada tidak simetris, Diameter
anterior : posterior 1: 2, tidak tampak adanya retraksi interkostal, ekspansi
paru kiri normal, vocal premitus paru kiri normal, frekuensi nafas 20 x/menit.

5. Sistem kardiovaskuler

Konjungtiva pucat, terdapat peningkatan JVP 5 + 3 cmH 2O, akral teraba


dingin , tidak ada cyanosis pada ujung-ujung ekstrimitas, tidak terdapat
clubbing finger, CRT kembali dalam 3 detik, tidak ada pembesaran KGB,
palpasi arteri radialis teraba berdenyut cukup kuat dan regular dengan
frekuensi Nadi 100 x/ menit, Bunyi jantung S1 dan S 2 murni dan regular,
point of maksimal impuls antara ICS 4 dan 5 Mid klavikula kiri. tekanan darah
190/100 mmHg
6. Sistem persyarafan
I. Tes Fungsi Cerebral
a) Tingkat Kesadaran
Kualitas : composmentis klien dapat berespon dengan tepat terhadap
stimulus yang diberikan melalui suara, taktil dan visual
Kuantitas ; GCS 13 E = 4, M = 6, V= 3
b) Status mental
Orientasi klien terhadap orang waktu dan tempat baik terbukti dengan
klien mampu menjawab dimana dia berada, kapan masuk RS dan siapa
yang menemaninya.
Daya ingat : klien mampu menjawab kapan masuk RS
II. Tes Fungsi kranial
a) N I ( olfaktorius )
Fungsi penciuman baik klien dapat membedakan bau kayu putih dan
kopi
b) N II ( optikus)
Klien tidak dapat membaca papan nama perawat dalam jarak kurang
lebih 30 cm
c) N III,IV,VI (okulomotoris, trokhealis, abdusen )
Dilatasi reaksi pupil normal, terjadi

pengecilan pupil ketika ada

pantulan cahaya. Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola mata.


Tidak dapat menggerakkan bola mata ke samping
d) N V (trigeminus )
Mata klien berkedip pada saat pilinan kapas diusapkan pada kelopak
mata, klien merasakan sentuhan saat kapas diusapkan kemaksila dengan
mata tertutup

e) N VII ( Fasialis )

Wajah klien tampak asimetris saat klien tersenyum. Terdapat gangguan


pada otot wajah.
f)

N VIII (auditorius )
Klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik tanpa harus
diulang

g) N IX, X ( glosofaringeus, vagus )


Ada gangguan dalam kemampuan menelan. Palatum simetris, periksa
keras bicara klien.
h) N XI (asesorius )
Kepala klien susah digerakkan dan susah mengangkat bahu
i)

N XII ( hipoglosus )
Respon lidah tidak baik, klien tidak bisa menggerakkan lidah dari sisi
yang satu ke yang lain, terdapat kesulitan dalam menelan.
III. Fungsi Motorik

Reflek

a. Reflek fisiologis
1)

Reflek kornea : berkedip (baik)

2)

Reflek faring : +

3)

Reflek cahaya : +

4)

Reflek abdominal : +

5)

Reflek kremaster : +

6)

Reflek anal : -

7)

Reflek bulbocavernosa : -

8)

Reflek bicep : fleksi lengan bawah kanan : dan fleksi lengan bawah kiri : +

9)

Reflek tricep : pada lengan kanan : pada lengan kiri : +

10) Reflek brachioradilia : pada pergelangan tangan kanan : pada pergelangan tangan kiri : +
11) Reflek quandriceps : +
b. Reflek Patologis
1.

Reflek Hofman Tromner : jari tangan kanan : jari tangan kiri : +

2.

Reflek Jaw : +

3.

Reflek Babinski : +

4.

Reflek Chaddock : +

5.

Reflek Oppenheim : +

c. Reflek Regresi
1.

Reflek Glabella : -

2.

Reflek Snout : -

3.

Reflek Svcking : -

4.

Reflek graps : telapak tangan kanan : Telapak tangan kiri : +

5.

Reflek Palmomental : +
IV. Fungsi Sensorik
Klien dapat membedakan sensasi tumpul dan tajam.

7. Sistem pencernaan
Sklera putih, mata tidak cekung, bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering,
tidak terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi lengkap, tidak terpasang gigi
palsu, tidak terdapat caries, bentuk lidah simetris. Susuna gigi lengkap,
Abdomen tampak cekung pada saat klien terlentang, bising usus 6 x/menit,
pada saat diperkusi terdengar timpani, pada saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas
8. Sistem muskuleskeletal
Klien mengatakan pada bagian kanan/ekstremitas atas sebelah kanan tidak bisa
digerakkan, tingkat kekuatan otot 1 yaitu tidak ada gesekan, teraba/terlihat
adanya kontraksi otot 10% dalam melakukan ROM klien dapat melakukan
miring kanan dan kiri, pada ekstremitas atas atau lengan kiri terpasang infus
RL 20 tpm, tidak terdapat oedem pada ekstremitas atas dan bawah.
9. Sistem integumen
Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak lengket, distribusi rambut merata,
tidak mudah dicabut. Kuku tangan panjang kuku kaki pendek,kulit lengket dan
berkeringat, suhu 360C. Turgor kulit baik, bila dicubit kembali dalam waktu
waktu 3 detik, klien mengatakan nyeri pada dada kirinya. Tampak lingkaran
hitam di kelopak mata

10. Sistem endokrin


Tidak ada edema, kelenjar tiroid tidak teraba dan tidak mengalami pembesaran.
klien tidak ada keluhan polipagi, polidipsi dan poliuri.
I. Data penunjang
1. Laboratorium
25-07-2016
-

Hematologi :
Hemoglobin : 14,1 g/dl
Hematokrit : 39,4 %
Leukosit

: 8,6 10*3/uL

Trombosit : 210 10*3/uL


-

Kimia darah :
Gula darah sewaktu : 163 mg/dl
Kolesterol Total : 218 mg/dl
Kolesterol HDL : 34 mg/dl
Kolesterol LDL : 167 mg/dl
Trigliserida : 87 mg/dl
Kolesterol total : 147 mg/dl
Kolesterol HDL : 23 mg/dl
Kolesterol LDL : 113 mg/dl
Trigliserida : 55 mg/dl

2. Pemeriksaan imaging
CT SCAN : ??????
Rontogen : ?????
3. Therafy
Th/ :
-

Inf Asering 20 gtt/m

Brain Act 500mg 2x1

CPG 1x1

Disolf 3x1

Amlodipin 10mg 1x1

Ranitidine 2x1

Simvastatin 10mg 0-0-1

Captopril 25mg 3x1

HCT 1x1

II. Analisa Data


Data
Data Subjektif :
- Klien mangatakan
kepala pusing
Data Objektif :
- Klien
tampak
-

gelisah kesakitan
TD: 190/100
N : 100
R : 20
S : 36 C

DS :
-

klien

mengatakan

badan lemah sebelah

Etiologi
Stroke hemoragic

Masalah keperawatan
Gangguan perfusi

Proses metabolisme

jaringan otak

dalam otak terganggu


Penurunan suplai darah
dan O2 ke otak

Gangguan perfusi
jaringan otak
Peningkatan TIK

Gangguan mobilitas

Arteri vertebra Basilaris

fisik

kanan

Disfungsi N XI
Kelemahan anggota gerak

DO :
-

Klien tampak lemah


Badan klien sebelah Kerusakan mobilitas fisik
kanan

tidak

dapat

digerakan

III. Diagnosa Keperawatan


1.
2.

Gangguan perfusi jaringan otak b.d okulasi otak


Gangguan mobilitas fisik b.d hemiplegia

IV. Intervensi Keperawatan

VI. Tujuan
V. Dx. Keperawatan

VII.
X. Tupan

XIV.

Gangguan

jaringan

otak

perpusi XV.

Setelah

berhubungan perawatan

dengan okulasi otak

masalah

gangguan

VIII.

Rasional

XI. Tupen

mendapatkan XVI. Setelah

selama

Intervensi

hari perawatan selama 24 jam,

perpusi masalah

jaringan otak dapat teratasi

mendapatkan 1. Berikan penjelasan kepada Keluarga

gangguan

perpusi

jaringan otak dapat teratasi


dengan kriteria hasil :
6. Klien tidak gelisah
7. Tidak ada keluhan nyeri
kepala, mual dan kejang
8. Pupil isokor
9. Refleks cahaya (+)
10. TTV normal.
XVII.
XVIII.

keluarga
sebab

klien

tentang

peningkatan

TIK

dan akibatnaya.
2. Baringkan klien ( bed rest )

lebih

berpartisipasi dalam proses


penyembuhan.
XXIV.

total dengan posisi tidur Untuk mengetahui keadaan


telentang tanpa bantal.
3. Monitor tanda-tanda vital.
XIX.
4. Bantu
pasien
untuk
membtasi

muntah,

umum klien.
XXV.
Monitor tanda-tanda status

neurologis dengan GCS.


klien Aktivitas
ini
dapat
menarik nafas apabila
meningkatkan
tekanan
bergerak atau berbalik dari
intracranial
dan
tempat tidur.
intraabdoment dan dapat
XX.
melindungi diri diri dari
batuk,anjurkan

5. Ajarkan

klien

mengindari

untuk

batuk

mengejan berlebihan.

valsava.

Batuk dan mengejan dapat


dan
meningkatkan
tekanan
intrkranial dan poteensial

XXI.

terjadi perdarahan ulang.


6. Ciptakan lingkungan yang Rangsangan aktivitas dapat
tenang

dan

pengunjung.
XXII.
7. Kolaborasi :
terapi

batasi

pemberian

sesuai

dokter,seperti

intruksi
:steroid,

aminofel, antibiotika.
XXIII.
XXVI. Gangguan
fisik

berhubungan

hemiplagia

mobilitas XXVII.

Setelah

dengan mendapatkan
selama

gangguan
dapat teratasi

XXVIII.

perawatan mendapatkan
hari

Setelah

1. Kaji

perawatan

masalah selama 24 jam, masalah

mobilitas

fisik gangguan

mobilitas

kemampuan

fungsional

meningktkan

tekanan

intracranial.
Tujuan yang di berikan
dengan tujuan: menurunkan
premeabilitas
kapiler,menurunkan edema
serebri,menurunkan

metabolic sel dan kejang.


secar Untuk mengidentifikasikan

dengan cara

yang teratur klasifikasikan

kelemahan
memberikan

dan

dapat

informasi

melalui skala 0-4.


mengenai pemulihan.
2. Ubah posisi setiap 2 jam Menurunkan
terjadinya
dapat teratasi dengan kriteria
dan
sebagainya
jika
terauma
atau
iskemia
hasil :
1. Klien
dapat
memungkinkan bisa lebih
jaringan.
mempertahan
meningkatkan

fisik

atau

sering.
3. Lakukan

Meminimalkan atropi otot,


gerakan

ROM

meningkatkan sirkulasi dan

kekuatan dan fungsi

aktif dan pasif pada semua

bagian

yang

ekstremitas.

atau

XXX.

tubuh

terkena
kompensasi.
XXIX.

XXXI.
mengembangkan
duduk

seperti meninggikan bagian


kepala tempat tidur, bantu
untuk duduk di sisi tempat

fisiotrapi.
XXXII.

XXXV.
XXXVI.
XXXVII.
XXXVIII. Implementasi Keperawatan

saraf,meningkatkan

respon proprioseptik dan

keseimbangan

tidur.
5. Konsultasi

terjadinya

kontraktur.
Membantu melatih kembali
jaras

4. Bantu

XXXIV.

mencegah

dengan

ahli

motorik.
XXXIII.
Program yang khusus dapat
di

kembangkan

menemukan
klien.

untuk

kebutuhan

XXXIX.
N

XL.

Diagnosa keprawatan

XLI.

Implementasi

XLII.

Evaluasi

XLIV.
XLIII.
1.
XLV.

Gangguan perfusi jaringan XLVI. Tanggal 29-07-2016


LIII. Tanggal 29-07-2016
XLVII. Jam 13.00
LIV. Jam 15.00
otak b.d okulasi otak
XLVIII.
1. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang
LV.Respon : keluarga klien dapat
sebab peningkatan TIK dan akibatnaya.
2. Baringkan klien ( bed rest ) total dengan posisi
mengerti
tidur telentang tanpa bantal.
3. Monitor tanda-tanda vital.
XLIX.
LVI.
Hasil : Td : 180/100 mmHg,
4. Bantu pasien untuk membatasi muntah,
R : 20x/m N : 100 x/m S : 36 C
batuk,anjurkan klien menarik nafas apabila
bergerak atau berbalik dari tempat tidur.
LVII.

L.
5. Ajarkan

klien

untuk

mengindari

batuk

dan

Hasil : klien merasa nyaman

LVIII.

mengejan berlebihan.
LI.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi
pengunjung.
LII.
7. Kolaborasi : pemberian terapi sesuai intruksi

LIX.

Respon

mengerti

klien

dapat

dokter,seperti :steroid, aminofel, antibiotika.


LX.

LXV.
Tanggal 29-07-2016
LXVI.
Jam 13.30
LXIII. LXIV.
Gangguan
mobilitas fisik
LXVII.
2.
berhubungan dengan hemiplagia
1. Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara
yang teratur klasifikasikan melalui skala 0-4.
2. Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya jika

LXI.

Hasil ; klien merasa nyaman

LXII.

Respon : pusing berkurang

LXVIII.
LXIX.
LXX.

Tanggal 29-07-2016
Jam 15.30

LXXI.

Respon : klien mengatakn

bdan sebelah kiri lemah

memungkinkan bisa lebih sering.


3. Lakukan gerakan ROM aktif dan pasif pada semua

LXXII.

Hasil : klien dapat mengerti

ekstremitas.
4. Bantu mengembangkan

LXXIII.

Respon

keseimbangan

duduk

seperti meninggikan bagian kepala tempat tidur,


bantu untuk duduk di sisi tempat tidur.
5. Konsultasi dengan ahli fisiotrapi.

keseimbangan

klien dapat terpenuhi


LXXIV.

Respon : klien dan keluarga

mengerti
LXXV.
LXXVI.

LXXVII.

LXXVIII. Evaluasi

LXXIX.

LXXX.

LXXXII.

Diagnosa

LXXXI.

Keperawatan

Evaluasi

Para
f

LXXXIV. Gangguan
perfusi
LXXXIII.
jaringan otak b.d okulasi
1

LXXXVI. Tanggal

30-07-

XCIV.

2016 Jam : 10.00

otak
LXXXVII.S
LXXXV.

klien

mengatakan

pusing

berkurang
LXXXVIII.

klien

tenang
LXXXIX.

TD: 170/90

mmHg R: 28 x/m
XC.
XCI.

N : 96 x/m
A : Masalah teratasi

sebagian
XCII.

Lanjutkan

intervensi 1,2,3,4
XCIII.

I : - Mengobservasi

tanda vital
-

Bantu

pasien

membatasi

untuk
muntah,

batuk,anjurkan klien menarik


nafas apabila bergerak atau
berbalik dari tempat tidur
XCV. XCVI.
2

Gangguan mobilitas

fisik berhubungan dengan

XCVII.

Tanggal

30-07-

2016 Jam : 11.00

hemiplagia
XCVIII.

klien

CIII.

mengatakan badan sebelah


kiri lemes
XCIX.

O : klien tampak

lemah
C. A

masalah

teratasi

sebagian
CI. P : Lanjutkan intervensi 1,2
dan 4
CII.

I : - Ubah posisi

setiap

jam

sebagainya

dan
jika

memungkinkan bisa lebih


sering.
Lakukan gerakan ROM aktif
dan

pasif

pada

semua

ekstremitas.
CIV.

DAFTAR PUSTAKA

CV.
CVI. Batticaca, Fransisca B. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
CVII.Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC,
2012
CVIII. Misbach,

Jusuf.

2013.

STROKE

ASPEK

DIAGNOSTIK,

PATOFISIOLOGI,

MANAJEMEN. Jakarta : Badan Penerbit FKUI


CIX. Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
CX. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2010. BUKU AJAR Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC
CXI.

S-ar putea să vă placă și