Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
STROKE INFARK
A. Definisi Penyakit
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk
kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008:234).
Stroke Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena
trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang
jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria
karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung
aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne, 2002:2131)
B. Etiologi
1.
Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini
disebabkan karena adanya:
2.
Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan emboli:
Infark miokardium
Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatn Kritis (1996: 258-260), yaitu:
1.
Lobus Frontal
a.
b.
c.
2.
Lobus Parietal
a.
Dominan :
Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian
besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi superfisial
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon terhadap
proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).
Defisit bahasa/komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi polapola bicara yang dapat dipahami)
Aleksia
(ketidakmampuan
untuk
mengerti
kata
yang
b.
Non Dominan
Defisit
perseptual
(gangguan
dalam
merasakan
dengan
tepat
3.
4.
D. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai
faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Areaedema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien
mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema
dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini
akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi
destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah
ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi
otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah
yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari
60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan
lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc
mengalami
inkotinensia
urine
sementara
karena
konfusi,
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus
II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memotar
bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral
(nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan dalam menelan.
e. Dada
1) Inspeksi
: Bentuk simetris
2) Palpasi
: Tidak adanya massa dan benjolan.
3) Perkusi
: Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
4) Auskultasi
: Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I
dan II murmur atau gallop.
f. Abdomen
1) Inspeksi
: Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
2) Auskultasi
: Bisisng usus agak lemah.
3) Perkusi
: Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran
pemeriksaan.
Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya
berkurang.
Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
b. MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi sertaa
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark dari hemoragik.
c. Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurimsa atau malformasi vaskuler.
d. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
f. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral;
kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
g. Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
h. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah rutin
2) Gula darah
3) Urine rutin
4) Cairan serebrospinal
5) Analisa gas darah (AGD)
6) Biokimia darah
7) Elektrollit
7. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai
berikut :
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
c. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
8. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi
maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
9. Pencegahan Stroke
a. Hindari merokok, kopi, dan alkohol.
b. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah kegemukan).
c. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
d. Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan
lainnya).
e. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
f. Olahraga secara teratur.
Etiologi
Faktor pencetus HT,
Masalah keperawatan
Gangguan perfusi
jaringan otak
mengatakan
kelemahan
otot
DO :
Klien
tampak
hemiparese sinistra.
Kekuatan lengan dan
tungkai
klien
nekrotik dan
berdegenerasi
Infiltrasi limfosit
(trombus)
mengalami menurunan
Kekuatan lengan dan
tungkai kiri ( 1 ).
Klien
mengalami
pecah
Stroke hemoragic
Proses metabolisme
dalam otak terganggu
SCAN
DS :
Keluarga
mengatakan
pasien
tidak
kolesterol yang
mengikat dalam darah
mengatakan
Penimbunan
lemak/kolsterol yang
mengikat didalam darah
Lemak yang sudah
nekrotik dan
Kerusakan mobilitas
fisik
terbatas.
Aktifitas klien di bantu
oleh isterinya.
Sensasi dan
refleks
menurun.
Infiltrasi limfosit
(trombus)
Pembuluh darah kaku
DO :
Rentang
berdegenerasi
klien
pecah
Kompresi jaringan ke
otak
Peningkatan TIK
dibantu
klien
mengatakan
pasien
tidak
dapat
kolesterol yang
mengatakan
mengatakan
klien
dalam
membersihkan diri di
bantu oleh keluarga.
Sensasi dan refleks
menurun.
lemak/kolsterol yang
mengikat didalam darah
Lemak yang sudah
nekrotik dan
berdegenerasi
Infiltrasi limfosit
(trombus)
Pembuluh darah kaku
Pembuluh darah menjadi
pecah
Kompresi jaringan ke
DO :
Rentang
Penimbunan
otak
gerak
klien
dibantu
diri
oleh
Peningkatan TIK
Arteri vertebra Basilaris
Disfungsi N XI
kelemahan
neuromuskuler,
Tujuan
Dx. Keperawatan
Intervensi
Tupan
Gangguan
otak
perpusi
berhubungan
perdarahan
jaringan Setelah
dengan perawatan
intraserebral, masalah
Tupen
mendapatkan Setelah
selama
gangguan
Rasional
perpusi masalah
gangguan
keluarga
klien
tentang
perpusi
edema otak
akibatnaya.
2. Baringkan klien ( bed rest )
lebih
pasien
membtasi
untuk
muntah,
umum klien.
5. Ajarkan
klien
mengindari
untuk
batuk
mengejan berlebihan.
valsava.
dan
batasi
pengunjung.
7. Kolaborasi
terapi
pemberian
sesuai
dokter,seperti
intruksi
:steroid,
aminofel, antibiotika.
Kerusakan
mobilitas
berhubungan
fisik Setelah
dengan perawatan
mendapatkan Setelah
selama
mendapatkan 1. Kaji
pada ekstremitas
kemampuan
fungsional
dengan
meningktkan
tekanan
intracranial.
Tujuan yang di berikan
dengan tujuan: menurunkan
premeabilitas
kapiler,menurunkan edema
serebri,menurunkan
kelemahan
memberikan
dan
dapat
informasi
sering.
3. Lakukan
ROM
kompensasi.
mencegah
terjadinya
kontraktur.
Membantu melatih kembali
jaras
saraf,meningkatkan
mengembangkan
keseimbangan
duduk
motorik.
dengan
ahli
kembangkan
menemukan
untuk
kebutuhan
klien.
fisiotrapi.
Defisist
perawatan
berhubungan
kelemahan
menurunya
diri Setelah
dengan perawatan
mendapatkan Setelah
selama
mendapatkan 1. Kaji
kemampuan
dan 1. Membantu
mengantisipasi
dan
skala
merencanakan
pertemuan
untuk
melakukan ADL.
menunjukan
gaya
dalam
kebutuhan individu.
2. Klien
dalam
keadaan
cemas dan tergantung hal
ini
di
mencegah
lakukan
frustasi
untuk
dan
perawatan
dengan
diri
tetapi
tingkat
kemampuan
3. Mengidentifikasikan
personal masyarakat yang
dapat membantu.
mengetahui
skaligus
perlindungan
harga
kelemahan.
meningkatkan
diri
klien,
melakukan
tugas,
beri
terus mencoba.
4. Klien mampu melihat dan
memakan makanan, akan
untuk usahanya.
mampu
kelaurmasuk
ruangan.
4. Rencanakan tindakan untuk
deficit
pengelihatan
dan
melihat
orang
ke
LAPORAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y ( 67 thn ) Diruang Mawar
RSUD KABUPATEN CIAMIS
I. Pengkajian
A. Identitas
Nama
: Ny. Y
Umur
: 67 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
No medrek
: 445995
Tgl Masuk
: 25-07-2016
Tgl Pengkajian
: 29-07-2016
: Ny.N
Umur
: 34 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
Pekerjaan
: SMP
: IRT
C. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
Klien mengatakan badan lemes
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien masuk Rumah Sakit dengan keluhan tiba-tiba lemah pada anggota gerak
sebelah kanan. Tangan kanan dan kaki kanan pasien tiba-tiba lemah dan sulit
digerakkan, hal ini terjadi saat pasien sedang duduk-duduk.nyeri kepala tidak
ada. Selain itu pasien mengeluhkan bicaranya pelo dan susah menelan. Pasien
dalam keadaan sadar, tidak ada kejang, dan tidak ada muntah. Pada saat dikaji
tanggal 29-07-2016 klien mengatakan kepala pusing, pusing seperti berputarputar. Pusing bertambah bila bergerak dan berkurang bila diistirahatkan.
Kepala pusing disertai mual muntah, dan badan sebelah kanan lemah tidak bisa
digerakan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan 6 bulan yang lalu klien pernah dirawat di rumah
sakit dengan keluhan yang sama. Klien 1 tahun memilik riwayat hipertensi,
klien rutin berobat dan tekan darah terkontrol. Penyakit jatung, ginjal, diabetes
disangkal oleh keluarga klien.
4. Riwayat penyakit keluarga
Menurut klien dan keluarga anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit TBC, hepatitis, hipertensi dan Diabetes Melitus.
D. Riwayat ADL
NO
AKTIVITAS
Nutrisi
1
a.
SEBELUM SAKIT
SETELAH SAKIT
Makan
Frekuensi
Nafsu makan
Jenis
Nasi,lauk
pauk,
sayuran
b.
sayur
bayam,
Minum
Jenis
Jumlah
Nasi,
6 -7 gelas/hari
6 -7 gelas /hari
Frekuensi
1 x/hari
1 x/hari
Konsistensi
Lembek
Lembek
Warna
Kuning
Kuning
3-4 x/hari
Terpasang DC (Dower
Eliminasi
BAB
BAK
Frekuensi
Catheter)
Warna
Istirahat tidur
Kuning jernih
Kuning jernih
Siang
Tidak/jarang
tidur
Jarang
Malam
siang
00.00-04.00
Kualitas
21.00-05.00
Sering terbangun
Nyenyak
4
Personal hygine
a.
Mandi
2 x/ hari
b.
Keramas
3x / minggu
Belum
c.
Gosok gigi
2 x / hari
1x/hari
d.
Gunting kuku
Aktivitas
Kalau panjang
Sehari-hari
bekerja
klien
dan
Belum
Klien hanya tidur di
tempat tidur
mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti :
memasak dan mencuci
E. Data psikologis
Penampilan klien tampak murung, tempramen tenang dan dapat mengendalikan
emosinya, klien dapat mengungkapkan perasaannya. Klien menanyakan tentang
keadaan penyakitnya dan bagaimana proses penyembuhannya
F. Data sosial
:190/100 mmHg
:100x/menit
: 20 kali/menit
: 36 0 C
3. Kesadaran
Composmentis, GCS 13
4. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sanosis,
hidung kokoh, jalan nafas paten, sinus tidak nyeri, tidak ada secret pada
hidung, , mukosa berwarna merah muda, fibrisae ada, Konka tidak membesar,
tidak ada polip, tidak ada deviasi septum, pada saat mengatakn ah uvula
bergerak bebas dan letak simetris, tidak ada pembesaran tonsil, leher tampak
simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada deviasi trakea,
tidak terpasang O2, dada simetris, Pergerakan dada tidak simetris, Diameter
anterior : posterior 1: 2, tidak tampak adanya retraksi interkostal, ekspansi
paru kiri normal, vocal premitus paru kiri normal, frekuensi nafas 20 x/menit.
5. Sistem kardiovaskuler
e) N VII ( Fasialis )
N VIII (auditorius )
Klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik tanpa harus
diulang
N XII ( hipoglosus )
Respon lidah tidak baik, klien tidak bisa menggerakkan lidah dari sisi
yang satu ke yang lain, terdapat kesulitan dalam menelan.
III. Fungsi Motorik
Reflek
a. Reflek fisiologis
1)
2)
Reflek faring : +
3)
Reflek cahaya : +
4)
Reflek abdominal : +
5)
Reflek kremaster : +
6)
Reflek anal : -
7)
Reflek bulbocavernosa : -
8)
Reflek bicep : fleksi lengan bawah kanan : dan fleksi lengan bawah kiri : +
9)
10) Reflek brachioradilia : pada pergelangan tangan kanan : pada pergelangan tangan kiri : +
11) Reflek quandriceps : +
b. Reflek Patologis
1.
2.
Reflek Jaw : +
3.
Reflek Babinski : +
4.
Reflek Chaddock : +
5.
Reflek Oppenheim : +
c. Reflek Regresi
1.
Reflek Glabella : -
2.
Reflek Snout : -
3.
Reflek Svcking : -
4.
5.
Reflek Palmomental : +
IV. Fungsi Sensorik
Klien dapat membedakan sensasi tumpul dan tajam.
7. Sistem pencernaan
Sklera putih, mata tidak cekung, bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering,
tidak terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi lengkap, tidak terpasang gigi
palsu, tidak terdapat caries, bentuk lidah simetris. Susuna gigi lengkap,
Abdomen tampak cekung pada saat klien terlentang, bising usus 6 x/menit,
pada saat diperkusi terdengar timpani, pada saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas
8. Sistem muskuleskeletal
Klien mengatakan pada bagian kanan/ekstremitas atas sebelah kanan tidak bisa
digerakkan, tingkat kekuatan otot 1 yaitu tidak ada gesekan, teraba/terlihat
adanya kontraksi otot 10% dalam melakukan ROM klien dapat melakukan
miring kanan dan kiri, pada ekstremitas atas atau lengan kiri terpasang infus
RL 20 tpm, tidak terdapat oedem pada ekstremitas atas dan bawah.
9. Sistem integumen
Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak lengket, distribusi rambut merata,
tidak mudah dicabut. Kuku tangan panjang kuku kaki pendek,kulit lengket dan
berkeringat, suhu 360C. Turgor kulit baik, bila dicubit kembali dalam waktu
waktu 3 detik, klien mengatakan nyeri pada dada kirinya. Tampak lingkaran
hitam di kelopak mata
Hematologi :
Hemoglobin : 14,1 g/dl
Hematokrit : 39,4 %
Leukosit
: 8,6 10*3/uL
Kimia darah :
Gula darah sewaktu : 163 mg/dl
Kolesterol Total : 218 mg/dl
Kolesterol HDL : 34 mg/dl
Kolesterol LDL : 167 mg/dl
Trigliserida : 87 mg/dl
Kolesterol total : 147 mg/dl
Kolesterol HDL : 23 mg/dl
Kolesterol LDL : 113 mg/dl
Trigliserida : 55 mg/dl
2. Pemeriksaan imaging
CT SCAN : ??????
Rontogen : ?????
3. Therafy
Th/ :
-
CPG 1x1
Disolf 3x1
Ranitidine 2x1
HCT 1x1
gelisah kesakitan
TD: 190/100
N : 100
R : 20
S : 36 C
DS :
-
klien
mengatakan
Etiologi
Stroke hemoragic
Masalah keperawatan
Gangguan perfusi
Proses metabolisme
jaringan otak
Gangguan perfusi
jaringan otak
Peningkatan TIK
Gangguan mobilitas
fisik
kanan
Disfungsi N XI
Kelemahan anggota gerak
DO :
-
tidak
dapat
digerakan
VI. Tujuan
V. Dx. Keperawatan
VII.
X. Tupan
XIV.
Gangguan
jaringan
otak
perpusi XV.
Setelah
berhubungan perawatan
masalah
gangguan
VIII.
Rasional
XI. Tupen
selama
Intervensi
perpusi masalah
gangguan
perpusi
keluarga
sebab
klien
tentang
peningkatan
TIK
dan akibatnaya.
2. Baringkan klien ( bed rest )
lebih
muntah,
umum klien.
XXV.
Monitor tanda-tanda status
5. Ajarkan
klien
mengindari
untuk
batuk
mengejan berlebihan.
valsava.
XXI.
dan
pengunjung.
XXII.
7. Kolaborasi :
terapi
batasi
pemberian
sesuai
dokter,seperti
intruksi
:steroid,
aminofel, antibiotika.
XXIII.
XXVI. Gangguan
fisik
berhubungan
hemiplagia
mobilitas XXVII.
Setelah
dengan mendapatkan
selama
gangguan
dapat teratasi
XXVIII.
perawatan mendapatkan
hari
Setelah
1. Kaji
perawatan
mobilitas
fisik gangguan
mobilitas
kemampuan
fungsional
meningktkan
tekanan
intracranial.
Tujuan yang di berikan
dengan tujuan: menurunkan
premeabilitas
kapiler,menurunkan edema
serebri,menurunkan
dengan cara
kelemahan
memberikan
dan
dapat
informasi
fisik
atau
sering.
3. Lakukan
ROM
bagian
yang
ekstremitas.
atau
XXX.
tubuh
terkena
kompensasi.
XXIX.
XXXI.
mengembangkan
duduk
fisiotrapi.
XXXII.
XXXV.
XXXVI.
XXXVII.
XXXVIII. Implementasi Keperawatan
saraf,meningkatkan
keseimbangan
tidur.
5. Konsultasi
terjadinya
kontraktur.
Membantu melatih kembali
jaras
4. Bantu
XXXIV.
mencegah
dengan
ahli
motorik.
XXXIII.
Program yang khusus dapat
di
kembangkan
menemukan
klien.
untuk
kebutuhan
XXXIX.
N
XL.
Diagnosa keprawatan
XLI.
Implementasi
XLII.
Evaluasi
XLIV.
XLIII.
1.
XLV.
L.
5. Ajarkan
klien
untuk
mengindari
batuk
dan
LVIII.
mengejan berlebihan.
LI.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi
pengunjung.
LII.
7. Kolaborasi : pemberian terapi sesuai intruksi
LIX.
Respon
mengerti
klien
dapat
LXV.
Tanggal 29-07-2016
LXVI.
Jam 13.30
LXIII. LXIV.
Gangguan
mobilitas fisik
LXVII.
2.
berhubungan dengan hemiplagia
1. Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara
yang teratur klasifikasikan melalui skala 0-4.
2. Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya jika
LXI.
LXII.
LXVIII.
LXIX.
LXX.
Tanggal 29-07-2016
Jam 15.30
LXXI.
LXXII.
ekstremitas.
4. Bantu mengembangkan
LXXIII.
Respon
keseimbangan
duduk
keseimbangan
mengerti
LXXV.
LXXVI.
LXXVII.
LXXVIII. Evaluasi
LXXIX.
LXXX.
LXXXII.
Diagnosa
LXXXI.
Keperawatan
Evaluasi
Para
f
LXXXIV. Gangguan
perfusi
LXXXIII.
jaringan otak b.d okulasi
1
LXXXVI. Tanggal
30-07-
XCIV.
otak
LXXXVII.S
LXXXV.
klien
mengatakan
pusing
berkurang
LXXXVIII.
klien
tenang
LXXXIX.
TD: 170/90
mmHg R: 28 x/m
XC.
XCI.
N : 96 x/m
A : Masalah teratasi
sebagian
XCII.
Lanjutkan
intervensi 1,2,3,4
XCIII.
I : - Mengobservasi
tanda vital
-
Bantu
pasien
membatasi
untuk
muntah,
Gangguan mobilitas
XCVII.
Tanggal
30-07-
hemiplagia
XCVIII.
klien
CIII.
O : klien tampak
lemah
C. A
masalah
teratasi
sebagian
CI. P : Lanjutkan intervensi 1,2
dan 4
CII.
I : - Ubah posisi
setiap
jam
sebagainya
dan
jika
pasif
pada
semua
ekstremitas.
CIV.
DAFTAR PUSTAKA
CV.
CVI. Batticaca, Fransisca B. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
CVII.Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC,
2012
CVIII. Misbach,
Jusuf.
2013.
STROKE
ASPEK
DIAGNOSTIK,
PATOFISIOLOGI,