Sunteți pe pagina 1din 57

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Kelas A
Lubi Utami Pratiwi

200110120074

Triyogi Ganda S.

200110120133

Indah Rahmawati P.L

200110120172

Intan Maulidina

200110120178

Erizka Fauzi

200110120254

Michael Hasler

200110120278

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
I

PENDAHULUAN

1.1.

Latarbelakang
Ilmu makanan adalah suatu ilmu yang mempelajari semua yang berhubungan

dengan makanan dan zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya terhadap


kesehatan baik untuk manusia ataupun hewan. Mempelajari makanan ternak
bertujuan untuk mengetahui bagaimana caranya memberi makanan pada hewan
peliharaan dan ternak dengan cara yang benar dengan mengetahui kandungan zat
yang terdapat pada ternak sehingga akan didapatkan hasil yang maksimal sesuai
dengan tujuan pemeliharaan. Karena berdasarkan hasil penelitian sekitar 70 %
dari produktifitas ternak terutama pertumbuhan dan kemampuan berproduksi
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan 30 % nya dipengaruhi oleh genetik.
Dimana, 70 % diantaranya itu yaitu makanan dan teknik pemeliharaan.
Diantara faktor-faktor lingkungan tersebut dalam usaha peternakan biaya yang
terbesar adalah makanan yaitu 60-80 % dari keseluruhan biaya produksi.
Kandungan zat-zat makanan dalam pakan sangat beragam. Pada suatu bahan
pakan kadang - kadang kadar zat makanan tertentu sangat tinggi ,tetapi zat makan
lainya sangat rendah . Bahkan kadang kadang tidak ada sama sekali. Oleh karena
itu untuk pemberian pakan sebaiknya menggunakan campuran beberapa macam
pakan. Dalam hal ini materi yang akan dibahas adalah bahan pakan sumber energi
dan protein berdasarkan harga EM dan Protein (Diagram Venn).
Bahan pakan adalah sesuatu yang bisa dimakan, dicerna seluruh atau
sebagian tubuh dan tidak menggangu kesehatan ternak yang memakannya.
Ransum terbagi 4 bagian yaitu ransum sempurna adalah ransum yang kandungan
zat-zat makananya cukup untuk memenuhi kebutuhan dan zat-zat makanan
tersebut dalam keadaan seimbang, ransum hidup pokok adalah ransum yang
kandungan zat-zat makananya hanya sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan
proses hidup saja, ransum produksi adalah ransum yang digunakan di atas

kebutuhan hidup pokok guna dapat berproduksi secara maksima, ransum


ekonomis adalah ransum yang dapat menghasilkan atau memberikan hasil di atas
biaya untuk makanan.
Pakan merupakan faktor terpenting, karena mencakup 80 dari biaya
produksi. Jumlah pakan yang diberikan harus tepat waktu dan jumlah agar pakan
tidak terbuang percuma dan menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi.
Bahan baku pakan biasanya berasal dari hasil pertanian, perikanan, peternakan,
serta hasil industri yang mengandung zat gizi dan layak digunakan sebagai pakan.
Dalam menyusunan formula pakan yang ekonomis dan terjangkau peternak
seoptimal mungkin memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia di lingkungan
setempat. Selanjutnya dalam pemilihan bahan pakan yang perlu diperhatikan
antara lain yaitu kandungan nutrisi bahan, tingkat kecernaan, ketersediaan,
kontinuitas dan harga serta kemungkinan adanya faktor pembatas seperti zat anti
nutrisi atau racun dalam bahan tersebut.
Ransum merupakan susunan dari beberapa bahan pakan dengan
perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Ransum
dicampur dari bahan-bahan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak,
serat kasar, vitamin dan mineral. Semakin banyak ragam suatu ransum, kualitas
ransum akan semakin baik terutama dari sumber protein hewani. Pada dasarnya
mencampur ransum merupakan suatu kegiatan mengkombinasi berbagai macam
bahan makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan
tersebut.
Pakan merupakan faktor terpenting, karena mencakup 80 dari biaya
produksi. Jumlah pakan yang diberikan harus tepat waktu dan jumlah agar pakan
tidak terbuang percuma dan menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi.
Bahan baku pakan biasanya berasal dari hasil pertanian, perikanan, peternakan,
serta hasil industri yang mengandung zat gizi dan layak digunakan sebagai pakan.
Dalam menyusunan formula pakan yang ekonomis dan terjangkau peternak
seoptimal mungkin memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia di lingkungan
setempat. Selanjutnya dalam pemilihan bahan pakan yang perlu diperhatikan

antara lain yaitu kandungan nutrisi bahan, tingkat kecernaan, ketersediaan,


kontinuitas dan harga serta kemungkinan adanya faktor pembatas seperti zat anti
nutrisi atau racun dalam bahan tersebut.
Ransum merupakan susunan dari beberapa bahan pakan dengan
perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Ransum
dicampur dari bahan-bahan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak,
serat kasar, vitamin dan mineral. Semakin banyak ragam suatu ransum, kualitas
ransum akan semakin baik terutama dari sumber protein hewani. Pada dasarnya
mencampur ransum merupakan suatu kegiatan mengkombinasi berbagai macam
bahan makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan
tersebut.
Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha komersial yang terus
dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat di Indonesia. Adapun faktor
yang menentukan tingkat keberhasilan di dalam usaha peternakan ayam broiler adalah
pemilihan bibit, pemberian ransum, dan manajemen pemeliharaan. Ransum merupakan
faktor yang paling dominan, karena biaya yang dikeluarkan untuk ransum bisa mencapai
70% dari total biaya produksi.
Ransum unggas adalah bahan pakan yang bagian-bagiannya dapat dicerna dan
diserap oleh unggas. Ransum yang baik adalah ransum yang memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak sesuai dengan fase fisiologis serta tidak menggangu kesehatan ternak. Ransum
merupakan campuran dari berbagai macam bahan pakan yang diberikan pada ternak
untuk memenuhi kebutuhan nutrien selama 24 jam. Untuk mendapatkan pertumbuhan
ayam broiler yang baik, maka perlu diperhatikan zat nutrisi pada ransumnya sebab
komposisi ransum yang baik mempengaruhi pertumbuhan ayam tersebut.
Ayam dan jenis unggas lainnya membutuhkan sejumlah nutrisi yang lengkap
untuk menunjang hidupnya, untuk pertumbuhan dan untuk berproduksi. Pemberian pakan
pada ayam ras broiler dibagi atas 2 fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase

finisher (umur 4-6 minggu). Hal inilah yang kemudian menarik untuk dikaji mengenai
bagaimana kebutuhan nutrisi pada ayam broiler baik pada fase starter maupun finisher,
oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan
tersebut dalam laporan praktikum ini.

1.5 Maksud dan Tujuan


Mengetahui berbagai harga EM dan Protein bahan pakan sehingga
dapat memilih bahan pakan tersebut untuk membuat ransum dengan
biaya yang seimbang.

Mengetahui cara membuat formulasi ransum dengan komposisi


kandungan energi dan nutrien sesuai dengan angka kebutuhan yang
diinginkan.

Untuk mengetahui tinjauan umum ayam broiler.

Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi ayam broiler

Untuk mengetahui ransum ayam broiler fase starter dan finisher

II
TINJAUAN PUSTAKA
Gillespie, J..M. (2006) Tujuan dalam formulasi ransum ini adalah
untuk menyediakan zat makanan yang dibutuhkan unggas sehingga
menghasilkan telur atau daging yang menguntungkan. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengetahuan tentang zat makanan, bahan makanan dan fase
produksi. Adnan (2005) menyatakan formulasi ransum adalah upaya untuk
mengkombinasikan berbagai macam bahan makanan ternak untuk
memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan dengan meniminalkan
biaya

yang

ditimbulkan

Jeremmy (2001) menyatakan

akibat
bungkil

penyusunan

ransum

kedelai

merupakan

tersebut.
limbah

pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein 42,7%


dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan
serat kasar rendah, sekitar 6%. Namun kandungan metionin dalam bungkil

kedelai rendah sehingga perlu di fortifikasi atau ditambahkan dari luar.


Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum non ruminansia dianjurkan
tidak melebihi 40%, sedang kekurangan metionin dapat dipenuhi dari
tepung ikan atau metionin buatan pabrik. Adha Rilasck (2000) menyatakan
penunjang kegiatan praktikum berlangsung serta salah satu partikel
penting dalam kegiatan praktikum adalah peralatan yang memadai, dimana
dengan adanya perlatan yang ada, maka kegiatan praktikum dapat berjalan
sesuai dengan ketentuan yang ada.
David (2008) menyatakan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh
antara lain: karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial
juga tersedia dalam buah atau bijian seperti jagung dan kacang. Dedak
merupakan produk samping penggilingan gabah menjadi beras. Dedak
sebenarnya mengandung 17% - 23% lemak yang dapat dimanfaatkan
sebagai minyak pangan. Pemrosesan beras mempunyai hasil samping
dalam bentuk dedak padi. Minyak dedak padi merupakan turunan penting
dari

dedak

padi.

Bergantung

pada

varietas

beras

dan

derajat

penggilingannya, dedak padi mengandung 16%-32% berat minyak. Sekitar


60%-70% minyak dedak padi tidak dapat digunakan sebagai bahan
makanan (non-edible oil) dikarenakan kestabilan dan perbedaan cara
penyimpanan dedak padi (Goffman. 2003). Dedak padi atau sekam padi
merupakan hasil ikutan bahan penggiling beras yang masih bisa dimanfaat
sebagai bahan pakan sumber energi yang berbentuk bubuk (tepung)
(Trobos, 2007).
Formulasi ransum

adalah upaya untuk mengkombinasikan

berbagai macam bahan makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak


akan zat makanan dengan meminimalkan biaya yang ditimbulkan akibat
penyusunan ransum tersebut (Adnan, 2004). Formulasi Ransum untuk
ayam pedaging dibedakan menjadi dua macam yaitu ransum untuk periode
starter dan periode finisher. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan

nutrien ransum sesuai dengan periode pertumbuhan ayam (Klementina,


2004).
Sari (2001) menyatakan bahwa formulasi ransum harus memenuhi
kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh ternak untuk kebutuhan hidup.
Martin (2005) menyatakan bahwa setelah ditentukan bahan yang akan diberi
kepada ternak, maka kita harus menentukan zat gizi pada tabel komposisi zat
makanan. Bambang (2008) menyatakan bahwa tiap bahan yang kita formulasikan
harus kita hitung biaya pembeliannya. Djamal. M (2000), kandungan zat-zat
makanan yang diformulasikan dengan metode coba-coba sangat jarang
menunjukkan hasil yang seimbang terhadap kebutuhan zat makanannya.
Lopez. G ,(2004), yang harus dipertimbangkan dalam memformulasikan ransum
adalah akseptabilitas ternak atau penerimaan ternak, kecernaan, biaya, dan
keberadaan anti nutrisi dan racun. Bahan makanan penyusun ransum dibedakan
menjadi bahan makanan sumber energi (>3000 kkal/kg), bahan makanan sumber
protein (>20%), lemak dan minyak, feed additivies, pemacu pertumbuhan dan
enzymes.
May, J. and B. D. Lott (2004), merekomendasikan bahwa faktorfaktor yang harus dipertimbangkan dalam memformulasikan ransum yaitu
:
1. Akseptabilitas ternak. Ransum yang diformulasikan haruslah cukup palatable
untuk merangsang nafsu makan ternak. Ransum yang ditolak oleh ternak
kuranglah baik karena ransum tersebut disediakan untuk dikonsumsi dan
digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhannya. Disamping itu, ransum
yang dibiarkan terlalu lama didalam tempat makanan akan menjadi berlamur
dan tidak menguntungkan buat ternaknya.
2. Kecernaan. Zat makanan didalam ransum harus dicerna dan dilepaskan
kedalam saluran pencernaan untuk digunakan oleh ternak. Ransum dengan
kandungan serat kasar yang tinggi tidak dapat ditolerir oleh unggas karena
unggas tidak mampu mencerna serat kasar.

3. Biaya. Didalam memformulasikan ransum haruslah memperhatikan pemasukan


dan pengeluaran yang akan ditimbulkan. Pemasukan yang diperoleh sangat
tergantung dari kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Begitu pula
pengeluaran yang terjadi. Sebagaimana diketahui bahwa komponen ransum ini
merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi 60 sampai 70 %.
4. Keberadan anti nutrisi dan racun. Beberapa bahan makanan ternak
berkemungkinan juga mengandung bahan berbahay (racun) yang dapat
membahayakan ternak jika diberikan dalam jumlah yang berlebihan. Oleh
karena itu, pemberian bahan makanan ini haruslah dibatasi atau dieliminasi
pada saat penyusunan ransum.
Ransum merupakan susunan dari beberapa bahan pakan dengan
perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Ransum
dicampur dari bahan-bahan yang mengandung gizi lengkap seperti protein,
lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Semakin banyak ragam suatu ransum,
kualitas ransum akan semakin baik terutama dari sumber protein hewani.
Bahan yang dapat digunakan untuk mencampur ransum yaitu dedak,
jagung, bungkil kedele, bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur,
tepung tulang, kepala atau kulit udang dan lain-lain. Pada dasarnya mencampur
ransum merupakan suatu kegiatan mengkombinasi berbagai macam bahan
makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan tersebut.
Dalam pemilihan bahan pakan, terdapat beberapa pengetahuan penting yang
harus diketahui sebelumnya, yakni sebagai berikut :
1. Bahan pakan harus mudah di peroleh dan sedapat mungkin tedapat di daera
sekitar sehingga tidak enimbulkan masalah ongkos transportasi dan kesulitan
mencari.

2. Bahan pakan harus terjamin ketersediaannya sepanjang waktu dan dala jumlah
yang mencukupi keperluan.
3. Bahan pakan harus mempunyai harga yang layak dan sedapat mungkin
mempunyai fluktuasi harga yang tidak besar.
4. Bahan pakan harus di usahakan jagan bersaing dengan kebutuhan manusia
yangsangat utama. Seandaianya harus menggunakan bahan pakan yang demikian,
usahakan agar bahan pakan tersebut hanya terdiri dari satu macam saja.
5. Bahan pakan harus dapat diganti oleh bahan pakan lain yang kandungan zat-zat
makanannya hampir sama.
6. Bahan pakan tidak mengandung racun dan tidak dipalsukan atau tidak
menampakan perbedan warna, bau, atau rasa dari keadaan normalnya (Santosa :
2009)

Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam
hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya.
Karekteristik ekonomi dari ayam broiler adalah pertumbuhan cepat serta
penghasil daging dengan konversi pakan efisien. Bobot badan ayam broiler ini
tergolong tinggi. Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya
digunakan untuk konsumsi sehari-hari sebagai pemenuhi kebutuhan protein
hewani. Berdasarkan aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis ayam penghasil
daging, yaitu ayam Kampung, ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler
umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,21,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber pedaging dan ayam tersebut masih
muda dan dagingnya lunak. Ayam broiler mempunyai beberapa keunggulan

seperti daging relatif lebih besar, harga terjangkau, dapat dikonsumsi segala
lapisan masyarakat, dan cukup tersedia di pasaran.
yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses
domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung puyuh jantan
dan betina terdapat pada warna, suara dan bobot tubuh. Burung
puyuh betina, bulu leher dan dada bagian atas berwarna lebih
terang serta terdapat totol-totol cokelat tua pada bagian leher
sampai dada, sedangkan burung puyuh jantan bulu dadanya
polos berwarna cokelat muda. Anak burung puyuh yang berumur
satu hari disebut Day Old Quail (DOQ), besarnya seukuran jari,
bobot badannya 7-10 g dan berbulu jarum halus.

Anak burung

puyuh yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakannya


lincah, besarnya seragam dan aktif mencari makan atau minum.
Burung puyuh umur 42 hari, bobot badannya mencapai 120 g.
Kematangan seksual burung puyuh ditandai dengan kemampuan
ovulasi pertama. Bobot badan burung puyuh pada saat tersebut
sekitar 140 g. Kematangan seksual dapat dipercepat dan
diperlambat dengan cara pembatasan ransum dan pemberian
cahaya. Burung puyuh yang belum mengalami seleksi genetik,
menunjukkan bobot badan jantan dewasa sekitar 100-140 g,
sedangkan betina sedikit lebih berat yaitu antara 120-160 g.
Bobot badan rata-rata burung puyuh berkisar 150-160 g.
Prasetyo et al. (2006), menyatakan bahwa itik lokal adalah
keturunan

dari

tetua

pendatang

yang

telah

mengalami

domestikasi tetapi belum jelas tahun masuk tetua tersebut ke

wilayah Indonesia. Berdasarkan pengamatan di Jawa Barat, itik


lokal tersebut dikelompokkan menurut habitatnya, yaitu itik
dataran rendah (Cirebon, Karawang, Serang), itik gunung atau
dataran tinggi (Cihateup) dan itik rawa (Alabio) Itik yang
dipelihara saat ini disebut Anas domesticus. Itik ini berasal dari
domestikasi itik liar (Anas moscha) atau Wild. Itik bersifat
omnivorus

(pemakan

segala)

yaitu

memakan

bahan

dari

tumbuhan dan hewan seperti biji-bijian, rumput-rumputan, ikan,


bekicot dan keong. Itik merupakan unggas yang mempunyai ciriciri kaki relatif lebih pendek dibandingkan tubuhnya; jarinya
mempunyai selaput renang; paruhnya ditutupi oleh selaput
halus

yang

sensitif;

bulu

berbentuk

cekung,

tebal

dan

berminyak; itik memiliki lapisan lemak di bawah kulit; dagingnya


tergolong gelap (dark meat); tulang dada itik datar seperti
sampan. Rasyaf (1993) menyatakan bahwa itik merupakan
unggas air yang dipelihara untuk diambil telurnya 9 yang
mempunyai ciri-ciri umum; tubuh ramping, berjalan horizontal
berdiri hampir tegak seperti botol dan lincah sebagai ciri unggas
petelur.

Itik

merupakan

hewan

monogamus

atau

hidup

berpasangan yang biasa diternakkan untuk diambil daging dan


telurnya untuk dikonsumsi manusia. Itik lokal yang terdapat di
Indonesia umumnya merupakan itik tipe petelur, mengalami
masak kelamin pada umur 20-22 minggu dengan lama produksi
sekitar 15 bulan.

Formulasi Ransum Ternak Kelinci

Kelinci termasuk hewan herbivor non ruminansia yang mempunyai


sistem pencernaan monogastrik dengan perkembangan secum dan kolon
seperti pencernaan ruminansia. Tujuan pemberian pakan pada ternak
kelinci adalah untuk memenuhi keperluan hidup pokok, pertumbuhan,
produksi, dan reproduksi (Templeton, 1968). Kekurangan zat makanan
dalam pakan dapat memperlambat puncak pertumbuhan dan laju
penimbunan lemak, adapun makanan yang sempurna danlengkap dapat
mempercepat pertumbuhan. Zat-zat makanan untuk pertumbuhan seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin harus cukup tersedia
dalam pakan kelinci.
Standar kebutuhan zat makanan untuk kelinci yang sedang tumbuh
adalah protein kasar 16,2 persen, lemak kasar 10 persen (Cheeke, 1982).
Menurut Blakely (1987), kebutuhan protein untuk kelinci periode
pertumbuhan adalah sebesar 16 sampai 20 persen. Protein ransum
diperlukan untuk memperbaiki jaringan yang rusak, pertumbuhan jaringan
yang baru, dan metabolisme energi (Anggorodi, 1979).
Kelinci kurang baik dalam mencerna serat kasar, tingkat serat kasar
yang optimal untuk ternak kelinci berkisar antara 20 sampai 27 persen
(Templeton, 1968). Cheeke dkk. (1986) menyatakan bahwa bagi ternak
kelinci, serat kasar berguna sebagai sumber energi untuk pertumbuhan
normal, mencegah enteritis, dan mencegah sifat memakan bulu.
Kebutuhan energi pada ternak kelinci bukan merupakan ketentuan pokok
karena kelinci dapat menyesuaikan konsumsi energi yang dibutuhkannya.
2.2. Formulasi Ransum Ternak Kuda
Pakan yang biasanya dikonsumsi oleh kuda adalah hijauan dan
konsentrat. Hijauan merupakan pakan dengan kandungan serat tinggi.
Hijauan dapat berupa rumput dan legum. Konsentrat adalah campuran
pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18% dan tinggi protein.
Komposisi hijauan dan konsentrat yang diberikan pada kuda dapat
bervariasi. Kuda dapat mengkonsumsi hijauan untuk hidup pokoknya

sebanyak 1,502% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,5% bobot badan
(Mansyur, 2006).
Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda.
Performa yang dihasilkan kuda akan seiring dengan kualitas hijauan.
Hijauan berkualitas baik akan menghasilkan performa kuda yang baik
pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi,
tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya.
Pakan utama kuda adalah rumput. Pakan rumput hanya cukup
untuk kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu
tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan
sumber energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain
konsentrat serealia yang terdiri atas gandum, jagung, sorgum, berbagai
produk sereal dan non sereal yang terdiri atas gula bit, legum seperti
kedelai dan kacang.

Tinjauan Umum Ayam Broiler


Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu
dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Broiler telah
dikenal masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap
dipanen (Rasyaf, 1996). Menurut Rasyaf (1996), broiler merupakan hasil rekayasa genetika
dihasilkan dengan cara menyilangkan bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Kebanyakan induknya diambil
dari Amerika, prosesnya sendiri diawali dengan mengawinkan sekelompok ayam dalam satu
keluarga, kemudian dipilihlah turunannya yang tumbuh paling cepat. Diantara mereka
disilangkan kembali. Keturunannya diseleksi lagi, yang cepat tumbuh kemudian dikawinkan
dengan sesamanya. Demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh
disebut ayam broiler. Ayam ini mampu membentuk 1 kg daging atau lebih dalam tempo 30 hari,
dan bisa mencapai 1,5 kg dalam waktu 40 hari. Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi,
efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi
daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu
infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang paling cepat
terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan
dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Broiler
merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang
dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan
singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi
(Murtidjo, 1987).
Keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan
bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap
dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya
penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Perkembangan
tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan ( Breeding
Farm), perusahaan pakan ternak ( Feed Mill ), perusahaan obat hewan dan peralatan
peternakan (Saragih B, 2000). Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam potong
menempati posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak,
disusul ayam kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang
cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang lebaran, serta tahun
baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam penghasil daging tersebut tidak
dipenuhi (Nuroso, 2009).

Keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan
bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap
dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya
penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Perkembangan
tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan (
Breeding Farm), perusahaan pakan ternak ( Feed Mill ), perusahaan obat hewan dan
peralatan peternakan (Saragih B, 2000). Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam
potong menempati posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak,
disusul ayam kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang
cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang lebaran, serta tahun
baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam penghasil daging tersebut tidak
dipenuhi (Nuroso, 2009).

2.2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler


Ransum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, mengganti
jaringan yang rusak dan untuk pertumbuhan (Rasyaf, 1993). Konsumsi ransum
ayam pedaging tergantung pada kandungan energi ransum, strain, umur, aktivitas,
serta temperatur lingkungan (Wahju, 1992). Menurut Anggorodi (1985) nutrien
yang harus ada dalam ransum adalah energi, protein, lemak, kalsium, fosfor, dan
air.
2.2.1 Energi
Energi adalah sumber tenaga untuk aktivitas dan proses produksi dalam
tubuh ternak (Anggorodi, 1985). Ayam tidak mampu mencerna selulosa,
hemiselulosa atau lignin. Oleh karena itu kebutuhan energi harus dipenuhi dari

polisakarida yang dapat dicerna (pati), disakarida (sukrosa dan maltosa),


monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa), lemak dan protein (Wahju, 1997).
Suprijatna et al. (2005) menyatakan penentuan kebutuhan energi pada ternak
unggas menggunakan nilai energi metabolis. Nilai energi metabolis ini sudah
memenuhi kebutuhan energi untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi.
Rasyaf (1995) standar energi ransum ayam pedaging untuk periode
starter adalah 2800-3200 kkal/kg dan untuk periode akhir atau finisher energy
metabolisme sebesar 2800-3300 kkal/kg. Kandungan energi dalam ransum harus
sesuai dengan kebutuhan. Kelebihan energi dalam ransum akan menurunkan
konsumsi, sehingga timbul defisiensi protein, asam-asam amino, mineral dan
vitamin. Apabila ternak kekurangan energi, maka cadangan energi dalam tubuh
akan digunakan. Pertama glikogen yang disimpan dalam tubuh akan dibongkar,
selanjutnya cadangan lemak akan dihabiskan. Apabila masih kurang maka protein
digunakan untuk mempertahankan kadar gula darah dan untuk membantu fungsifungsi vital lainnya (Wahju, 1997).
2..2.2. Protein
Protein merupakan persenyawaan organik yang mengandung unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Siregar dan Sabrani (1970) menyatakan bahwa
fungsi dari protein adalah untuk memproduksi enzim-enzim tertentu, hormon, dan
antibodi. Rasyaf (1995) menyatakan bahwa standar protein untuk periode starter adalah
18-23 % dan periode finisher adalah 18-22%. Ayam yang lebih tua membutuhkan protein
yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang muda. Masa awal ransum harus
mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum masa pertumbuhan
dan masa akhir (Amrullah, 2003).
2..2.3. Serat Kasar

Berdasarkan analisis proksimat, karbohidrat dibagi menjadi dua komponen yaitu


serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Anggorodi, 1985). Penggunaan serat kasar
dalam ransum ayam perlu dibatasi karena makin tinggi kandungan serat kasar maka
makin rendah daya cernanya (Soelistyono, 1976). Siregar (1970) yang menyatakan bahwa
penggunaan serat kasar dalam ransum ayam adalah sebesar 5%. Anggorodi (1994)
menambahkan bahwa kesanggupan ternak dalam mencerna serat kasar tergantung dari
jenis alat pencernaan yang dimiliki oleh ternak tersebut dan tergantung pula dari
mikroorganisme yang terdapat dalam alat pencernaan.
2.2.4. Mineral
Ransum ternak unggas perlu mengandung kalsium dan fosfor. Menurut Wahju
(1997) ransum ternak unggas perlu mengandung mineral dalam jumlah yang cukup
terutama kalsium dan fosfor, karena 70%-80% mineral tubuh terdiri
dari kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor berfungsi di dalam pembentukan tulang,
komponen asam nukleat, keseimbangan asam-basa, koordinasi otot, metabolisme jaringan
syaraf, dan terlibat dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Rizal, 2006).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa kebutuhan anak ayam (starter) akan kalsium (Ca) adalah
1% dan ayam sedang tumbuh adalah 0,6%, sedangkan kebutuhan ayam akan fosfor (P)
bervariasi dari 0,2-0,45%.
2.3. Ransum Ayam Broiler Fase Starter dan F i n i s h e r
Rasyaf (1994) menyatakan bahwa bahan makanan memang sumber pertama kebutuhan nutrisi
broiler untuk keperluan hidup pokok dan produksinya. Sayang tidak ada bahan makanan yang sempurna,
satu bahan mengandung semua nutrisi. Disinilah dasar penggunaan bahan makanan dengan sistem
kombinasi bahan makanan dengan memanfaatkan kelebihan setiap bahan dan menekan kekurangan
bahan-bahan yang dikehendaki. Tujuan pemberian ransum pada ayam adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok dan berproduksi. Untuk produksi maksimum dilakukan dalam jumlah cukup, baik

kualitas maupun kuantitas. Ransum broiler harus seimbang antara kandungan protein dengan energi dalam
ransum. Disamping itu kebutuhan vitamin dan mineral juga harus diperhatikan. Sesuai dengan tujuan
pemeliharannya yaitu memproduksi daging sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah
pemberian pakan tidak dibatasi (ad-libitum) (Kartadisastra, 1994). Ransum untuk ayam broiler
dibedakan menjadi dua yaitu ransum untuk periode starter dan ransum untuk periode finisher
(Rasyaf, 1993). Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari
atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam berumur diatas
1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus yang digantung. Fadilah
(2004) menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum
berbentuk: tepung pada periode starter, butiran pecah pada periode finisher dan terkadang
diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan
bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus diketahui untuk
mendapatkan formula ransum yang tepat (Sudaro dan Siriwa, 2007). Alamsyah (2005) menyatakan bahwa
pemberian ransum pada ternak disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum.
Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC. Pemberian air minum
dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi
sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu
tersedia dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali
lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama
tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006).
Rasyaf (1997) menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan-bahan pakan untuk
memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti
zat makanan itu tidak berlebihan dan tidak kurang. Ransum yang diberikan haruslah mengandung protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Tujuan utama pemberian ransum kepada ayam untuk menjamin

pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan (Anggorodi, 1985). Bahan-bahan
makanan yang biasa dipergunakan dalam ransum unggas di Indonesia adalah: (1) jagung kuning; (2) dedak
halus; (3) bungkil kelapa; (4) bungkil kacang tanah; (5) bungkil kacang kedelai; (6) tepung
ikan; (7) bahan-bahan makanan berupa butir-butiran atau kacang-kacangan dan hasil ikutan pabrik
hasil pertanian lainnya, dan daun-daunan sebangsa leguminosa (Wahyu, 1992). Protein
merupakan salah satu unsur yang penting bagi pertumbuhan anak broiler. Kebutuhan protein masa
awal untuk anak ayam broiler di daerah tropis sebesar 23%, sedangkan untuk masa akhir sebesar
20-21% (Rayaf, 2000). Sintesis protein jaringan tubuh dan telur memerlukan asam amino
esensial. Defisiensi asam amino esensial di dalam pakan menyebabkan pembentukan protein jaringan
dan tubuh terhambat atau tidak terbentuk. Asam amino esensial yang sulit terpenuhi kandungannya di
dalam pakan seperti Sistin, Lisin dan Triptofan disebut sebagai asam amino kritis (Suprijatna et al ., 2005).

Air merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi


penampakan, tekstur serta cita rasa pakan, sebagian besar perubahan perubahan
bahan pakan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau yang berasal dari
bahan pakan itu sendiri, selain membuat warna pellet terlihat lebih terang
tingginya kadar air juga membuat pellet rapuh yang disebabkan oleh kadar air
yang berdifusi ke dalam adonan bahan menyebabkan keeratan hubungan antar
partikel rendah sehingga pellet yang dihasilkan mudah hancur atau rapuh
(Winarno dkk., 1997).
Kandungan air dalam pakan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan
daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan pakan, air
merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang
akan digunakan dalam pengolahannya. Kandungan air dalam suatu pakan akan
mempengaruhi daya tahan pakan tersebut terhadap serangan mikroba yang

dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. (Jahan et al., 2006).
Menurut Khalil (1999), kadar air dalam sampel pakan dapat ditentukan
dengan berbagai cara antara lain: (1) Metoda pengeringan (Thermogravimetri)
(2) Metoda destilasi (Thermovolumetri (3) Metoda khemis (4) Metoda fisis (5)
Metoda khusus misalnya dengan kromatografi, Nuclear Magnetic Resonance
Menurut Retanani dkk. (2010), prinsip penentuan kadar air dengan
pengeringan adalah menguapkan air yang ada dalam sampel dengan pemanasan.
Kemudian menimbang sampai berat konstan yang berarti semua air sudah
diuapkan. Cara ini relatif lebih murah dan mudah. Suatu sampel yang telah
mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat higroskopis daripada bahan
asalnya.

III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat dan Bahan


- Table komposisi bahan pakan dari berbagai publikasi, diantaranya : Tabel of
Feed Composition, Feedstuffs Analysis Tables of Feed Ingredientd, Feeds and
Feeding, Morrison, Pusat Penelitian Makanan Ternak
- Estimasi kebutuhan gizi bagi ternak untuk setiap harinya dapat diketahui
melalui/diperoleh dari berbagai publikasi, antara lain: National Reserch Council
(Poultry, swine, horses, etc), feeds and feeding.
- Daftar harga bahan pakan
- Kalkulator

3.1.2. Cara Kerja


- Siapkan table komposisi bahan pakan yang akan digunakan sebagai rujukan
untuk menghitung EM dan Protein bahan pakan yang akan dihitung harganya.
- Bila menggunakan table perhatikan apakah nilai nutrient bahan pakan tersebut
didasarkan kepada kering oven, kering udara, atau asfeed.
- Siapkan daftar harga untuk setiap bahan pakan sebagai patokan untuk
menghitung bahan pakan yang dipilih.
- Lakukan perhitungan dengan diagram venn.
3.2.

Alat dan Bahan

1. Tabel komposisi bahan pakan dari berbagai publikasi (Table of Feed Composition,
Feedstuffs Analysis Tables of Feed Ingredients, Feeds and Feeding, dan Pusat
Penelitian Makanan Ternak).
2. Estimasi kebutuhan gizi bagi ternak untuk setiap harinya dapat diketahui dari
berbagai publikasi, antara lain : National Research Council (Poultry, swine,
horses, etc.), Feeds and Feeding.
3. Daftar harga bahan pakan.
4. Kalkulator.

3.2.1

Prosedur Kerja
1. Tentukan empat macam bahan pakan yang akan digunakan untuk
menyusun ransum.
2. Siapkan tabel komposisi bahan pakan yang akan digunakan sebagai
rujukan untuk menghitung EM dan protein bahan yang akan dihitung
harganya.
3. Bila menggunakan tabel perhatikan apakah nilai nutrien bahan pakan
tersebut didasarkan kepada kering oven, kering udara, atau asfed.
4. Siapkan daftar harga untuk setiap bahan pakan sebagai patokan untuk
menghitung bahan pakan yang dipilih.
5. Lakukan perhitungan berdasarkan Pearsons Square Method.
3.3.1. Alat
1
2
3

Alat tulis
Alat hitung (kalkulator)
Feedmania (Software)

3.3.2. Prosedur Kerja


1
2

Membuka Feed Mania (software) pada PC.


Menentukan bahan pakan yang akan digunakan dalam penyusunan ransum

3
4

yang sesuai dengan kebutuhan ternak unggas.


Memasukan kandungan dari bahan pakan yang digunakan.
Memformulasikan ransum yang disusun dari bahan pakan yang telah
ditentukan.

3.3.3. Bahan
1
2

Data ternak unggas


Data kebutuhan nutrisi

3.3.4. Prosedur Kerja


1
2

Menghitung kebutuhan bahan pakan.


Memilih bahan pakan untuk unggas yang memiliki kandungan nutrien
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan.

Menghitung sumbangan nutrisi yang diberikan oleh bahan pakan tersebut,


kemudian menghitung jumlah sumbangan konsentrat beserta kandungan

4
5

nutrisinya.
Membuka Feed Mania (software) pada PC.
Menentukan bahan pakan konsentrat yang akan digunakan dalam

penyusunan ransum yang sesuai dengan kebutuhan unggas.


Memasukan kandungan dari bahan pakan yang digunakan.
Memformulasikan ransum yang disusun dari bahan pakan yang telah
ditentukan.

3.4. Formulasi Ransum Ternak Kelinci


3.4.1. Alat
1. Alat tulis
2. Alat hitung (kalkulator)
3. Feedmania (Software)
3.4.2. Prosedur Kerja
1. Membuka Feed Mania (software) pada PC.
2. Menentukan bahan pakan yang akan digunakan dalam penyusunan ransum
yang sesuai dengan kebutuhan kelinci.
3. Memasukan kandungan dari bahan pakan yang digunakan.
4. Memformulasikan ransum yang disusun dari bahan pakan yang telah
ditentukan.

3.5 Formulasi Ransum Ternak Kuda


3.5.1. Alat
1. Alat tulis
2. Alat hitung (kalkulator)
3. Feedmania (Software)
3.5.2. Bahan
1. Data ternak kuda
2. Data kebutuhan nutrisi
3.5.3. Prosedur Kerja
1. Menghitung kebutuhan hijauan (hay jerami padi).
2. Memilih hay untuk kuda yang memiliki kandungan nutrien yang baik dan
sesuai dengan kebutuhan.
3. Menghitung sumbangan nutrisi yang diberikan oleh hay tersebut,
kemudian menghitung jumlah sumbangan konsentrat beserta kandungan
nutrisinya.
4. Membuka Feed Mania (software) pada PC.
5. Menentukan bahan pakan konsentrat yang akan digunakan dalam
penyusunan ransum yang sesuai dengan kebutuhan kuda.
6. Memasukan kandungan dari bahan pakan yang digunakan.
7. Memformulasikan ransum yang disusun dari bahan pakan yang telah
ditentukan.
Alat
1. Cawa Petri
2. Oven
3. Alat Pendingin (Desikator/Eksikator)
4. Timbangan Digital

Bahan
1. Sampel Pellet

Cara Kerja
1. Timbang berat cawan petri kosong
2. Timbang berat cawan petri kosong beserta sampel pellet yang akan
digunakan
3. Masukkan cawan petri tersebut ke dalam oven dengan suhu 100 0C selama
15 menit
4. Timbang cawan petri dan sampel pellet yang telah dimasukkan ke dalam
oven
5. Lalu hitung kadar airnya berdasarkan rumus yang telah disediakan

3.1.

Alat
1. Tabel komposisi bahan pakan dari berbagai publikasi (Table of Feed
Composition, Feedstuffs Analysis Tables of Feed Ingridients, Feeds
and Feeling, dan Pusat Penelitian Makanan Ternak.
2. Angka kebutuhan gizi bagi ayam broiler periode starter (protein 23%,
3.
4.
5.
6.

3.2.

EM 320 kkal/kg).
Daftar harga bahan pakan
Kalkulator
Timbangan digital
Timbangan

Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tepung Ikan
Bungkil Kedelai
Dedak Padi
Jagung
Minyak
CaCO3
Tepung Tulang
Topmix

9. Plastik

3.3.

Prosedur Kerja
1. Menyusun formula ransum ayam broiler fase starter dengan bahan
pakan, kandungan nutrien bahan pakan, dan angka kebutuhan gizi
yang sudah ditentukan.
2. Formula disusun sebanyak 5 kg.
3. Setelah didapatkan formula, bahan penyusun ransum ditimbang sesuai
dengan banyaknya bahan yang akan digunakan.
4. Bahan pakan dicampur mulai dari bahan pakan dengan jumlah yang
paling sedikit ke bahan pakan yang paling banyak digunakan.
5. Mencampur bahan pakan hingga homogen.
6. Ransum yang sudah disusun dimasukan ke dalam plastik kemudian
ditimbang.
III
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
3.1. Hasil Pengamatan
No

Nama bahan pakan

1.
2.
3.
4.
5.

Jagung
Dedak padi
Teung ikan
Bungkil kedelai
CGM (Corn Gluten

6.
7.
8.
9.

Milk)
Bungkil kelapa
Tepung bulu
DL-meth
L-lysin

Perhitungan :

I
E,P Murah

II
Emahal,Pmurah

III
E,Pmahal

IV
Emurah,Pmahal

Angka Kebutuhan Ayam Broiler fase starter


Protein : 23%
EM : 3200 kkal
Harga : Rp. 8000
8000
=Rp. 347,82/kg
P=
23
8000
=Rp. 2,5/kg
EM= 3200
Perhitungan Bahan Pakan
1. Jagung Rp.4000
4000
=Rp .
P= 1,5
2.667/kg (Mahal)
4000
=Rp .
EM= 3300
1,21/kg (Murah)
2. Dedak padi Rp. 3000/kg
3000
=Rp .
P= 0,28
10.714/kg (Mahal)
3000
=Rp .
EM= 3100
0,96/kg (Murah)
3. Tepung ikan
8000
=Rp.
P= 61
131,4/kg (Murah)
8000
=Rp.
EM= 2730
2,93/kg (Mahal)
4. Bungkil kedelai
7000
=Rp .
P= 0,63
11.111,1/kg (Mahal)
7000
=Rp .
EM= 2550
2,74/kg (Mahal)
5. CGM
30000
=Rp .
P=
468.75/Kg (Mahal)
64

30000
=Rp .
EM= 3500
8,57/kg (Mahal)
6. Bungkil kelapa
2500
=Rp .
P= 24,51
101.99/kg (Murah)
2500
=Rp .
EM= 1500
1,66/kg (Murah)
7. Tepung bulu
4500
=Rp .
P= 80
52,5/kg (Murah)
4500
=Rp .
EM= 2310
1,81/kg (Murah)
8. DL-Methionin
135.000
=Rp .
P=
2327,58/kg (Mahal)
58
135000
=Rp .
EM= 5020
26,89/kg (Mahal)
9. L-Lysin
50000
=Rp .
P= 95,8
512,92/kg (Mahal)
EM=

50000
=Rp .
12,53/kg (Mahal)
3990

3.2. Pembahasan
Ransum merupakan campuran bahan pakan yang mengandung nutrisi bagi
ternak, diberikan kepada ternak untuk kebutuhan selama 24 jam. Pakan adalah
campuran berbagai macam bahan organik dan bahan anorganik yang diberikan
kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi
pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi (Suprijatna et al., 2005). Sedangkan
bahan pakan ternak adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik
dalam bentuk dapat dimakan seluruhnya atau sebagian dan tidak mengganggu
kesehatan ternak yang bersangkutan. Bahan ternak ini dapat berupa butiran

(jagung, sorghum, beras, kedelai), hijauan (kangkung, daun lamtoro, turi, rumputrumputan) dan sisa industri pengolahan (ampas kecap, ampas tahu, bungkil,
dedak) (Wahju, 1997).
Untuk memperoleh pakan dengan harga yang rendah tetapi dengan kualitas yang
tinggi serta sesuai dengan kebutuhan unggas maka diperlukan penyusunan
ransum. Makanan untuk ternak unggas terdiri dari bahan organik dan anorganik
yang diberikan sebagian atau seluruhnya dan dapat dicerna tanpa mengganggu
kesehatan ternak (Tillman et al., 1994).
3.2.1. Pakan Sumber Protein
Protein merupakan bagian yang sangat penting untuk jaringan-jaringan
lunak di dalam tubuh hewan seperti urat daging, tununan pengikat, kulit rambut,
bulu, paruh dan lain-lain. Bahan pakan sumber protein mengandung protein kasar
> 20% dan berasal baik dari hewani maupun nabati (Anggorodi, 1995). Mutu
produksi sangat ditentukan oleh jumlah keseimbangan asam amino esensial
penyusunnya. Protein yang kurang salah satu protein penyusunnya menyebabkan
mutu protein tersebut rendah. Tepung ikan merupakan salah satu contoh bahan
pakan protein bermutu tinggi karena tersusun dari asam-asam amino esensial yang
lengkap dan dalam keseimbangan satu sama lain. Sumber protein yang lain
misalnya tepung daging, tepung udang, tepung bekicot, bungkil kacang tanah dan
bungkil kedelai (Wahju, 1997). Dalam penyusunan ransum itik harus
dipertimbangkan kandungan protein dan asam aminonya. Kekurangan protein
dapat mengakibatkan pertumbuhan terganggu, produksi menurun, pembentukan
zat antibodi terganggu dan ternak mudah terserang penyakit (Wahju, 1997).
3.3.2. Pakan Sumber Energi
Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi
dibandingkan zat zat makanan lainnya. Kandungan protein sekitar 10%
(Suprijatna, 2005). Bahan pakan sumber energi bukan merupakan sumber zat

makanan tetapi energi yang dihasilkan dari proses metabolis zat makanan organik
yang terdiri karbohidrat, lemak dan protein. Pakan sumber energi memiliki
kandungan protein kasar < 20%, serat kasar < 18%. Dalam karbohidrat dan
protein menghasilkan nilai energi yang relatif sama yaitu kurang lebih dari 4
kkal/gram, sedangkan lemak menghasilkan 2,25 kali lebih besar yaitu kurang
lebih 9 kkal/gram. Sumber bahan energi yaitu jagung kuning, sorghum, tapioka,
beras, bekatul, dan lainnya (Wahju, 1997).
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa :
1. Jagung
Bahan pakan kaya akan karoten, sebagai sumber energi, bersifat
palatibilitas pada ternak serta rendah serat kasarnya (Wahju, 1997).
Penggunaannya dalam ransum dapat diberikan antara 40 50% tergantung
dari tujuan pemeliharaan ternak tersebut. Perkiraan penggunaan maksimal
jagung kuning dalam ransum. Menurut Hardjosworo (2000), adalah 50
60%. Jagung kuning digunakan dalam jumlah besar dalam penyusunan
ransum karena jagung kuning merupakan sumber energi yang baik.
Kandungan energi metabolisnya sebesar 3320 kkal/kg. Tetapi jagung
kuning bukan sumber protein yang baik karena proteinnya 9%
(Anggorodi, 1995). Jagung kuning juga merupakan sumber xanthophyl,
sumber pro vitamin A dan sumber asam lemak (Rasyaf, 1998). Dari hasil
perhitungan jagung diperoleh Protein Mahal dan Em murah, jadi
dikategorikan bahan pakan jagung ini tidak dianjurkan dalam ransum
karena jika protein lebih banyak disbanding Em, maka Em akan habis
mencerna P.
2. Dedak Padi/bekatul
Bekatul biasanya bercampur pecahan-pecahan halus dari menir dan
lebih sedikit mengandung kulit dan selaput putih serta berwarna agak
kecoklatan (Lubis, 1963). Bekatul mendekati analisa dedak lunteh, tetapi
sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit. Susunan zat
makanannya sebagai berikut : 15 % air; 14,5 % protein; 48,7 % BETN; 7,4

% serat kasar; 7,4 % lemak dan 7% abu, kadar protein dapat dicerna 10,8
%dan MP 70 % (Anggorodi, 1985). Dari analisa perhitungan bahwa dedak
padi Em murah dan P mahal, menurut (Anggordi,1985) Protein dedak padi
10,8% dan perhitungan protein didapat 10,714 maka bisa di kategorikan
bahan pakan dedak/bekatul ini yaitu murah dan mencukupi atau memenuhi
kriteria bahan pakan.
3. Tepung ikan
Tepung ikan adalah sumber protein yang sangat baik untuk unggas,
karena mengandung asam-asam amino esensial dan sumber utama dari
lisin dan methionin. Tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan
mengandung energi metabolis yang tinggi (Wahju, 1997). Menurut Rasyaf
(1998), protein kasar tepung ikan berkualitas baik antara 60 70% dan
tepung ikan juga merupakan sumber Ca dan P. Kandungan energi
metabolisnya 2930 kkal/kg, protein 59%, dan lemak 9% (Anggorodi,
1995). Dari hasil perhitungan bahwa tepung ikan mendapat P lebih murah
disbanding Em.

4. Bungkil Kedelai
5.
Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang cukup
tinggi terutama untuk protein kasarnya, sehingga kurang baik jika
diberikan terlalu banyak (Rasyaf, 1991). Kedelai mentah mengandung
beberapa penghambat tripsin. Penghambat tripsin ini (antitripsin) tidak
tahan panas, sehingga bungkil kedelai yang mengalami proses pemanasan
terlebih dahulu tidak menjadi masalah dalam penyusunan ransum untuk
unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan.
Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar lisin (Wahju.1997).
pada perhitungan bungkil kedelai dalam penyusunan ransum ini bahwa
EM dan P yang diperoleh itu sama-sama mahal jadi untuk bahan pakan ini
tingkat P dan EM sebetulnya baik atau seimbang naun dari segi harga
untuk peternakan tidak efisien.
6. Corn Gluten Milk (CGM)
7.
CGM adalah pakan sumber protein karena protein yang
tinggi 64%. Dari hasil perhitungan bahwa CGM itu tidak efisien terhadap
harga karena terlalu mahal.
8. Bungkil Kelapa
9.
Bungkil kelapa merupakan sumber lemak yang baik untuk
unggas serta mengandung protein. Bungkil kelapa selain mudah didapat
harganya juga murah. Pemberian bungkil kelapa untuk komposisi ransum
maksimal sebesar 10 15%. Bungkil kelapa selain sebagai sumber asam
lemak juga sebagai sumber Ca dan P meskipun kandungannya sedikit
(Hardjosworo, 2000). Penggunaan bungkil kelapa seharusnya tidak lebih
dari 20 % karena penggunaan yang berlebihan harus diimbangi dengan
penambahan metionin dan lisin (tepung ikan) serta lemak dalam ransum.
Kandungan protein dalam bungkil kelapa cukup tinggi yaitu 18 % ,
sedangkan

nilai

gizinya

dibatasi

oleh

tidak

tersedianya

dan

ketidakseimbangan asam amino (Rasyaf, 1991). Dalam perhitungan


penyusunan ransum ini didapat bahwa harga EM dan P bungkil kelapa
murah sehingga efisien terhadap harga untuk peternakan seperti dikatakan

(Hardjosworo, 2000) bahwa bungkil kelapa harganya murah dan mudah


didapat.
10. Tepung bulu
11.
Sebenarnya dalam penyusunaan ransum ayam itu jarang
menggunakan tepung bulu, karena bulu yang diolah menjadi tepung itu
berasal dari RPH dan itu merupakan dari ayam itu sendiri. Namun dalam
penyusunan ransum ini diseimbangkan agar protein terpenuhi. Dari hasil
perhitungan bahwa tepung bulu harganya efisien dan cocok ditambahkan
dalam ransum karena harga yang relative murah.
12. DL-Methionin
13.
DL-Meth merupakan feed additive yang dicampurkan
kedalam ransum, bahan pakan ini tidak efisien terhadap harga karena
terlalu mahal. Feed additive bisa ditambahkan yang lain seperti antibiotic,
prebiotic dll.
14. L-Lysin
15. Dalam perhitungan L-Lysin ini harga yang di dapat itu P mahal dan Em
mahal sehingga tidak effisien terhadap harga, namun memiliki kandungan
PK yang tinggi yaitu 95,8%
16.
17.

Ayam periode starter mempunyai kebutuhan Protein Kasar

sebesar 23% dan Energi Metabolisme 3200 Kkal/kg. Pada hakekatnya,


ayam mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan akan energi.
Apabila kebutuhan energi telah terpenuhi maka ayam akan menghentikan
konsumsi, sebaliknya bila kurang maka akan meningkatkan konsumsi.
Laju pertumbuhan yang baik dapat dicapai dengan kisaran tingkat energi
dalam pakan yang luas karena anak ayam mampu mengatur jumlah
pakan yang dikonsumsi untuk mempertahankan konsumsi energi relatif
konstan (Suprijatna, 2005). Karena Energi Metabolisme dalam ransum
lebih rendah dari yang dibutuhkan maka ayam akan cenderung
meningkatkan konsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energi.
18.
Sebagian besar bahan kering yang ditimbun dalam jaringan
pada saat periode pertumbuhan / starter berupa protein. Dengan demikian,
dapat

disimpulkan

bahwa

pertumbuhan

pada

hakekatnya

adalah

penimbunan protein. Sumber utama protein yaitu protein yang terdapat


dalam pakan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, ketersediaan protein yang
memadai dalam pakan merupakan hal yang kritis. Pakan yang kandungan
proteinnya kurang mengakibatkan laju pertumbuhan dan tingkat produksi
yang menurun (Suprijatna et al., 2005). Karena Protein Kasar yang
terkandung dalam ransum lebih kecil dari kebutuhannya maka laju
pertumbuhannya menurun, namun penurunan ini tidak drastis karena
kekurangan Protein Kasar dalam ransum dengan kebutuhannya hanya
0,045%.
19.

Kandungan Protein Kasar (PK) dalam ransum dan

Energi Metabolismenya (EM) harus seimbang karena jika PK lebih tinggi


dari EM maka energi yang tersedia habis hanya untuk mencerna PK-nya,
sedangkan untuk mencerna zat-zat lain juga diperlukan energi. Jika PK
lebih rendah dari EM maka akan terjadi kelebihan energi yang
mengakibatkan panas tubuh meningkat, nafsu makan menurun dan
menurunkan konsumsi pakan sehingga pertumbuhannya terhambat.
Kandungan PK dan EM dalam ransum yang disusun pada praktikum ini
seimbang. Keduanya mempunyai kandungan lebih rendah dari kebutuhan
yang harus dipenuhi.

20. Hasil
4.1.1. Kandungan Bahan Pakan Yang Digunakan
21.
N

22. Bahan Pakan

23. Protein
Kasar (%)

24. Energi
(kkal/kg)

25.
1
29.
2
33.
3
37.
4
41.
5
45.

26. Bekatul

27. 12

28. 2860

30. Bungkil Kedelai

31. 45

32. 2240

34. Dedak

35. 12

36. 1630

38. Bungkil Kacang


Tanah
42. Bungkil Kelapa

39. 42

40. 2261

43. 21

44. 1540

Metabolis

4.1.2. Perhitungan
46.

Langkah I
47. Bekatul
12
31
94 X 2860 = 2688,4
48.
14
49. Bungkil Kedelai
45
2
X 2240 = 134,4
50.
33
2822,8
51.
Langkah II
52. Dedak Halus
12
EM : 56,67 X 1630 = 923,72
53.
25
54. Bungkil Kacang Tanah
42
EM : 43,33 X 2260 = 979,26
55.
1902,98
56.
57.
Langkah III
58. I 14
7
7/11 X 100 = 63,64
1796,43
59.
18
60. II 25
4
4/11 X 100 = 36,36
691,92

31/33 X 100 = 94 % EM
2/33 X 100 = 6 %

EM : 6

17

17/30 X 100 = 56,67

13

13/30 X100 = 43,33

30

EM : 63,64 X 2822,8 =
EM : 36,36 X 1902,98 =

61.

11
2488,35

62.
63.
64.

Langkah IV
65. III

18

1/3 X 100 = 33,33


EM : 33,33 X 2488,35 =

829,37
20

67.
68.

1
66.

Bungkil Kelapa

21

70.
1856,09
71.
72. Formulasi Ransum :
73. Bekatul
:
74. Bungkil Kedelai
:
75. Dedak Halus
:
76. Bungkil Kacang Tanah:
77. Bungkil Kelapa
:

2
69.
1026,72

2/3 X 100 = 66,67


EM : 66,67 X1540

94 % X 63,64 % X 33,33 % = 19,94 bagian


6 % X 63,64 % X 33,33 % = 1,27 bagian
56,67 % X 36,36 % X 33,33 % = 6,86 bagian
43,33 % X 36,36 % x 33,33 % = 5,24 bagian
66,67 %
= 66,67 bagian

4.1.3. Formulasi Ransum


78. B
a
h
a
n
P
a
k
a
n
87. B
e
k
at
ul
96. B
u
n

79. Ha
rg
a
(R
p./
kg
)

80. Komposisi
dalam
Ransum
(%)

81. EM
(kkal/
kg)

82. Prot
ein
(%)

88. 20
00

89. 19,94

90. 570,2
8

91. 2,39

97. 70
00
98.

99. 1,27

100.
28,45

101.
0,57

83. Lem
ak
(%)

84. C
a

(
%
)

92.

102.

93.

103.

g
ki
l
K
e
d
el
ai
106.
Deda
k
115.
Bung
ki
l
K
a
c
a
n
g
T
a
n
a
h
127.
Bung
ki
l
K
el
a
p
a
136.

143.

107.
3000

108.

116.
2300

117.

6,8

109.
111,81

110.
0,82

111.

112.

5,2

118.
1184,24

119.
2,2

120.

124.

121.
122.
123.

128.
2500

129.

66,

130.
1026,72

131.
14

132.

133.

Kandungan EM dan Zat


Nutrien Ransum Hasil
Perhitungan :
Angka Kebutuhan EM dan

137.
2921,5

138.
19,98

139.

140.

144.

145.

146.

147.

67

Nutrien (NRC, 1994)


4.2.

3200

20

Pembahasan
150.

Formulasi Ransum adalah proses dimana berbagai macam bahan

makanan yang berbeda dikombinasikan dalam proporsi yang esesnsial untuk


ternak dengan jumlah zat makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya
sesuai dengan fase produksinya. Tujuan dalam formulasi ransum ini adalah untuk
menyediakan zat makanan yang dibutuhkan unggas sehingga menghasilkan telur
atau daging yang menguntungkan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan
tentang zat makanan, bahan makanan dan fase produksi (Gillespie, J..M. 2006).
151.

Berdasarkan hasil pengamatan, di dapatkan bahwa pada komposisi

dalam ransum (%) bahan pakan bungkil kelapa sebesar 66,67 % ini harus di
tambahkan Pada komposisi dalam ransum (%) bahan pakan bungkil kelapa
sebesar 66,67 %

harus ditambahkan lagi agar energi metabolisme dalam

formulasi ransum ini terpenuhi, karena energi metabolisme dalam formulasi


ransum ini dikatakan energinya rendah, karena apabila dalam literatur (NRC,
1994) angka kebutuhan energi metabolisme dan nutrien untuk kebutuhan ayam
broiler periode finisher memiliki kandungan sebesar 3200 kkal/kg, sedangkan
dalam formulasi ransum ini didapatkan energi metabolismenya sebesar 2921,5
kkal/kg.
152.

153.
154.
155.

4.1. Hasil
4.1.1. Formulasi Ransum Ternak Unggas
Tabel 1. Formulasi Ransum Ternak Ayam Broiler Periode Starter

156.
158.
160.
162.
164.
166.
168.
170.
172.

Bahan Pakan
Jagung
CGM
Dedak Halus
Tepung Ikan
MBM
Bungkil Kedelai
Tepung Tulang
Premix

173.

159.
161.
163.
165.
167.
169.
171.
174.

Persentase (%)
38,19
21,71
2
4
4,9
20
1
0,1

175.

0,1

Kalsium Karbonat
176.
177.

Analisis
178.
179.
2947,6
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.

157.

Nutrients
Protein (%)
EM (kkal/kg)

31,146

Ca (%)
P (%)
Lisin (%)
Metionin

1,1
0,749
1,1
0,627

187.
188.
190.
192.
194.
196.
198.
200.
202.
203.
206.

Tabel 2. Formulasi Ransum Ternak Puyuh Petelur Periode Layer


Bahan Pakan
Jagung
Pollard
Dedak Halus
Tepung Ikan
MBM
Tepung Tulang
Premix

189.

Persentase (%)
191.
54,08
193.
5
195.
34,72
197.
1
199.
1
201.
2
204.
0,2

Kalsium Karbonat

207.

Nutrients

208.

Protein (%)

209.

EM (kkal/kg)

210.

Ca (%)

205.

2
Analisis
10,45
2600
1,745

211.

P (%)

212.

Lisin (%)

0,301

213.

Metionin

0,197

214.

Dry Matter (%)

86,887
215.
216.

0,887

217.
218.
220.
222.
224.
226.
228.
230.
232.
234.
235.
238.

Tabel 3. Formulasi Ransum Ternak Itik Periode Layer


Bahan Pakan
Jagung
CGM
Dedak Halus
Tepung Ikan
MBM
Tepung Bekicot
Tepung Tulang
Premix

219.
221.
223.
225.
227.
229.
231.
233.
236.

Persentase (%)
38,14
10,49
10,49
4,49
10,49
0,99
2,96
0,99

237.

0,99

Kalsium Karbonat

239.

Nutrients

240.

Protein (%)

241.

EM (kkal/kg)

Analisis
31,408

2998,791
242.

Ca (%)

2,517

243.

P (%)

1,292

244.

Lisin (%)

0,89

245.

Metionin

0,688

246.
247.

4.2. Pembahasan

248.

4.2.1. Formulasi Ransum Ternak Ayam Broiler Periode Starter

249.

Pada praktikum ini, praktikan mencoba untuk membuat

formulasi ransum ternak ayam ada masa pertumbuhan, dengan kebutuhan yang
berbeda. Untuk memenuhi kebutuhan dari ternak ayam, maka formulasi ransum
yang disusun harus mengandung nutrien sesuai yang dibutuhkan. Untuk ternak
ayam pada masa pertumbuhan nutrien yang harus dipenuhi, yaitu Protein Kasar
(%)2, Pospor (%) 0,45, EM (Kkal/kg) 3200, Lisin (%) 1.1 - 1.2, Metionin (%)

0.50. Formulasi ransum yang telah disusun oleh kelompok kami sudah sesuai
dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh ternak ayam.
250.
251.
252.

4.2.2. Formulasi Ransum Ternak Puyuh Petelur Periode Layer


Pada praktikum ini, praktikan mencoba untuk membuat sebuah

formulasi ransum ternak puyuh petelur. Untuk memenuhi kebutuhan dari puyuh
petelur tersebut maka formulasi ransum yang disusun harus mengandung
Protein (%) 12, EM (kkal/kg) 2600, Ca (%) 3,75 , P (%) 1 , Lisin (%) 1 ,
Metionin (%) 0,2 , Dry Matter (%) 87,00. Formulasi ransum yang telah disusun
oleh kelompok kami sudah sesuai dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh
ternak puyuh petelur
253.
254.
255.

4.2.3. Formulasi Ransum Ternak Itik Periode Layer


Pada praktikum ini, praktikan mencoba untuk membuat sebuah

formulasi ransum ternak itik. Untuk memenuhi kebutuhan dari itik tersebut
maka formulasi ransum yang disusun mengandung Protein (%) 31,408, EM
(kkal/kg) 2998,791, Ca (%) 2,517 , P (%) 1,292 , Lisin (%) 0,89 , Metionin (%)
0,688 . Formulasi ransum yang telah disusun oleh kelompok kami sudah sesuai
dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh ternak itik.
259.

263.

256.
257.
258.
260.
261.
262.

264.
265.
266.

4.1. Hasil
4.1.1. Formulasi Ransum Ternak Kelinci
Tabel 1. Formulasi Ransum Ternak Kelinci pada Masa

Pertumbuhan
267.
269.
271.
273.
275.
277.
279.
281.
283.
285.
286.

Bahan Pakan
Indigofera
Rumput Benggala
Dedak Halus
Onggok
Rumput Lapang
Bungkil Kedelai
Jagung
Kapur

268.

Persentase (%)
270.
20
272.
19,87
274.
2
276.
17,06
278.
27,87
280.
11
282.
1,58
284.
0,61

Tabel 2. Formulasi Ransum Ternak Kelinci pada Masa

Kebuntingan
287.
289.
291.
293.
295.
297.
299.
301.
303.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.

Bahan Pakan
Indigofera
Rumput Benggala
Dedak Halus
Rumput Lapang
Bungkil Kedelai
Jagung
Dikalsium Fosfat
Kapur

288.

Persentase (%)
290.
20
292.
25,34
294.
20
296.
30,42
298.
1,23
300.
19,97
302.
0,7
304.
0,34

Tabel 3. Formulasi Ransum Ternak Kelinci pada Masa Menyusui

(Laktasi)
312.
314.
316.
318.
320.
322.
324.
326.

Bahan Pakan
Indigofera
Rumput Benggala
Dedak Halus
Rumput Lapang
Bungkil Kedelai
Jagung
Dikalsium Fosfat

313.
315.
317.
319.
321.
323.
325.
327.

Persentase (%)
20
23,61
4,82
26,02
8,35
15,32
1

328.
330.
331.

Kapur

329.

0,87

4.1.2. Formulasi Ransum Ternak Kuda


332. Seekor kuda lepas sapih umur 6 bulan dengan bobot badan

225 kg. Berat dewasa anak-anak kuda tersebut biasanya mencapai 500 kg,
kuda yang baru disapih biasanya membutuhkan hay sebanyak 1,5% dari
berat tubuh.
333.
Jumlah hay yang diberikan : 1,5% x 225 kg = 3,375 kg
334.
Jumlah konsentrat yang diberikan : 1,45 kg
335.
Kandungan konsentrat :
PK
= 25,67 %
336.
TDN = 72%
337.
Ca
= 1,13 %
338.
P
= 0,65 %
339.
340.
4.2. Pembahasan
341.
4.2.1. Formulasi Ransum Ternak Kelinci
342.
Pada praktikum ini, praktikan mencoba untuk membuat
formulasi ransum ternak kelinci pada masa pertumbuhan, masa
kebuntingan dan masa menyusui (laktasi) dengan kebutuhan yang berbeda.
Untuk memenuhi kebutuhan dari ternak kelinci maka formulasi ransum
yang disusun harus mengandung nutrien sesuai yang dibutuhkan. Untuk
ternak kelinci pada masa pertumbuhan nutrien yang harus dipenuhi, yaitu
DE 2500 kcal, TDN 65%, Serat Kasar 10-12%, Protein kasar 16%, Ca
0,4% dan Fosfor 0,22%. Untuk ternak kelinci pada masa kebuntingan,
yaitu DE 2500 kcal, TDN 58%, Serat Kasar 10-12%, Protein kasar 15%,
Ca 0,45% dan Fosfor 0,37%. Untuk ternak kelinci pada masa menyusui
(laktasi), yaitu DE 2500 kcal, TDN 70%, Serat Kasar 10-12%, Protein
kasar 17%, Ca 0,75% dan Fosfor 0,5% (National Research Council, 1977).
343. Formulasi ransum yang telah disusun oleh kelompok kami
sudah sesuai dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh ternak kelinci.
344.
345.
4.2.2. Formulasi Ransum Ternak Kuda
346.
Pada praktikum ini, praktikan mencoba untuk membuat
sebuah formulasi ransum ternak kuda lepas sapih umur 6 bulan dengan
bobot badan 225 kg yang memiliki berat dewasa anak-anak kuda tersebut

biasanya mencapai 500 kg. Untuk memenuhi kebutuhan dari kuda lepas
sapih tersebut maka formulasi ransum yang disusun harus mengandung
BK 5,6 kg, TDN 3,49 kg, Protein Kasar 0,536 kg, Ca 0,046 kg dan Fosfor
0,0287 kg.
347.

Formulasi ransum yang telah disusun oleh kelompok kami

sudah sesuai dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh ternak kuda, dengan
menggunakan hay jerami padi dan konsentrat. Kelompok kami memilih
hay jerami padi dengan pertimbangan kandungan BK 87,5%, PK 4,15%,
TDN 53,5%, Ca 0,5% dan P 0,1%. Hay yang diberikan oleh kelompok
kami adalah sebanyak 1,5% dari bobot badan atau 3,375 kg.
348.

Perhitungan Kadar Air Pellet

1. Berat cawan = 24,0937 gram


2. Berat cawan + pellet = 32,157 gram
3. Berat sampel (pellet) = 8,0633 gram
4. Berat setelah dioven (cawan+pellet) = 31,3977 gram
5. Berat sampel (pellet) setelah di oven = 7,304 gram
349.

Perhitungan :

350.

Besarnya penyusutan = 8,0633 gram-7,304 gram


351. = 0,7593 gram
352.

353.

Kadar Air Pellet =


354.

0,7593 gram X 100%

8,0633 gram

355. = 9,42 %
356.

PEMBAHASAN

357.

Perhitungan Kadar Air

358.

Dari hasil perhitungan kadar air, didapatkan hasil

perhitungan dari sampel pellet sesesar 100 gram yang kemudian diambil
sebanyak 8,0633 gram sampel pellet untuk dimasukkan ke dalam oven.
Setelah dikeluarkan dari oven berat sampel menjadi 7,3044 gram. Dari
hasil perhitungan kadar airnya sebesar 9,42%. Hasil ini sudah baik karena
kadar air ransum ayam menunjukkan berkisar antara 9-13%. Menurut
Retanani dkk. (2010), penentuan kadar air dengan pengeringan yaitu
menguapkan air yang ada dalam sampel dengan pemanasan.
359.

360.

Hasil

361.

Tabel 1. Komposisi Nutrien dan EM Pakan

375.

376.

Air

87.3

90.9

92.

91.2

377.

370. Top

374.

mix

373.

369. Tep

372.

ung
368. Ca

CO3
367. Mi

nyak

366. Jag

ung

365. Ded

ak Padi

364. Bu

ngkil

Kedelai
363. Tep

ung Ikan

362. Zat

Makanan

dan EM

371.

378.

379.

387.

388.

396.

397.

405.

406.

414.

415.

)
380.

381.

382.

383.

384.

385.

Abu

15.6

6.18

9.2

6.19

386.

%
)
389.

390.

391.

392.

393.

394.

PK

53.9

45.2

10.

8.10

)
398.

399.

400.

401.

402.

403.

SK

0.92

3.40

12.

5.36

)
407.

408.

409.

410.

411.

412.

LK

8.91

7.10

5.6

5.80

100

(
%
)

395.

404.

413.

416.

417.

418.

419.

420.

421.

422.

423.

424.

Ca

1.88

0.29

0.11

0.20

)
425.

426.

427.

428.

429.

430.

431.

432.

433.

P (%)

1.19

0.60

0.1

0.17

438.

439.

441.

442.

0.24

6.6

450.

451.

6.6

459.

460.

468.

469.

(
%

434.

435.

436.

7
437.

Lisin

3.66

2.76

0.5

440.

%
)
443.

444.

445.

446.

447.

448.

Metio

1.26

0.63

0.2

0.17

ni

449.

n
(
%
)
452.

453.

454.

455.

456.

457.

Met +

2.85

1.31

0.4

0.35

Si

458.

sti
n
(
%
)
461.

462.

463.

464.

465.

466.

BET

7.88

28.9

54.

65.7

467.

%
)
470.

471.

472.

473.

474.

475.

476.

477.

478.

EM

297

245

234

323

860

(k

ka

sl/

kg

)
479.

480.

481.

482.

483.

484.

485.

486.

487.

Harga

10.2

880

360

470

10.5

17.

0
0
488.
489.

0
0

490.
491.
N
494.
1
497.
2
500.
3
503.
4

Tabel 2. Formula Ransum untuk Ayam Broiler Periode Starter


492.

ahan

493.
%

Pakan
495.
Te

496.

pung

2.4

Tulang
498.
To

499.

pmix

2.0

501.

aCO3
504.

502.
0.9

505.

ungkil

33.

506.

Kedelai
507.
D

508.

5
509.

edak Padi
510.
Ja

0.5
511.

gung

60.

6
512.

513.

514.

7
515.

inyak
516.
Te

0.1
517.

8
518.

pung Ikan
Jumlah

0.1
519.
99.

520.
521.
522.

Tabel 3. Meracik Ransum untuk Periode Starter (5 kg)


523.

Bahan

524.

Bany

Pakan

aknya
Tepung

(gram)
527.
123.5

525.

526.

1
528.

Tulang
529.
Topmix

530.

101.5

2
531.

532.

CaCO3

533.

48.5

3
534.

535.

Bungkil

536.

1655

4
537.

Kedelai
538.
Dedak

539.

25

5
540.

Padi
541.

Jagung

542.

3028

6
543.

544.

Minyak

545.

7
546.

547.

Tepung

548.

8
549.

Ikan
550.

Harga

551.

Jumla

Rp. 6.325,00/kg

h 4.991,5

552.
553.
554.

4.2.

Pembahasan
Ransum merupakan hal terpenting dalam pemeliharaan

ayam. Ransum untuk ayam harus sesuai dengan tujuan dari pemeliharaan
agar tidak terjadi kelebihan kandungan zat makanan dari ransum tersebut
hingga menimbulkan kerugian pada perusahaan. Ransum yang digunakan
untuk pakan ayam broiler biasanya berkualitas baik agar ayam dapat
dipanen dalam jangka waktu yang relative singkat. Diperlukan
perhitungan dan analisa dari setiap bahan pakan yang digunakan dari
mulai harga sampai zat yang terkandung di dalamnya untuk mendapatkan
ransum berkualitas baik tersebut.

555.

Ayam broiler fase starter ransum yang digunakan biasanya

mengandung protein 23% dan energy metabolis 3200 kkal/kg, kandungan


SK < 7%, lemak < 8%, Ca 1%, dan Phospor sekitar 0,45%. Ransum
yang diberikan harus mempunyai konversi yang rendah karena hal tersebut
menunjukkan kuantitas ransum yang diberikan pada ayam untuk
meningkatkan bobot badan sampai bobot tertentu. Semakin rendah angka
konversi ransum maka akan semakin baik.
556.

Pada saat penyusunan ransum, hal pertama yang dilakukan

adalah menimbang ransum sesuai dengan banyaknya bahan yang akan


digunakan. Penimbangan harus sesuai karena ransum berkaitan dengan
nutrisi ternak. Jika penimbangan tidak tepat maka berimbas terhadap
nutrisi ransum yang kurang baik. Hal ini dapat mengakibatkan lambatnya
pertumbuhan ternak bahkan dapat menyebabkan kematian. Dalam
perhitungan formula ransum ayam broiler fase starter yang telah
dilakukan diperoleh jumlah 99,84%. Seharusnya hasil perhitungan
penjumlahan persentase berjumlah 100%. Sehingga ransum yang
diperoleh jika dikonversikan ke dalam gram hanya 4991,5 gram atau 4,9
kg yang seharusnya 5 kg. Hal ini menunjukkan terdapat 0,16% bahan yang
hilang pada saat proses perhitungan berlangsung. Kehilangan persentase
formula tersebut dapat terjadi karena faktor kesalahan praktikan, kesalahan
dalam pembulatan angka dan lain-lain.
557.

Bahan pakan dicampur dari jumlah yang paling sedikit ke yang

paling banyak. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengadukan dan


pencampuran bahan. Selain itu bahan pakan yang dicampur hasilnya lebih
homogen.

558. IV
KESIMPULAN
560.
Dari hasil pengamatan dan pembahasan laporan ini maka
559.

561.

dapat disimpulkan bahwa pengelompokan bahan pakan berdasarkan harga


EM dan P yaitu unggas mendapat nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dari pakan yang dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi unggas maka perlu dilakukan penyusunan ransum sesuai kebutuhan
dan periode serta jenis unggas ini. Selain itu penyusunan ransum juga
diperlukan untuk memperoleh pakan dengan harga yang relatif murah
namun dengan kualitas yang tinggi. Kandungan nutrisi dalam pakan harus
seimbang satu dengan yang lain.
562.

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ransum merupakan susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan


tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak.
2. Formulasi Ransum adalah proses dimana berbagai macam bahan makanan
yang berbeda dikombinasikan dalam proporsi yang esesnsial untuk ternak
dengan jumlah zat makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya
sesuai dengan fase produksinya.
3. Prinsip menyusun ransum Pearsons Square Method adalah menggabungkan
dua macam nutrien atau energi bahan pakan yang lebih tinggi dan yang lebih
rendah dari angka yang diinginkan sehinggadicapai angka kebutuhan energi
atau nutrien tersebut.
4. Formulasi ransum yang di dapatkan yaitu energi metabolismenya masih
belum terpenuhi karena energi metabolismenya rendah.
5. Formula ransum yang dibuat telah memenuhi kebutuhan nutrien Ayam broiler
periode starter, puyuh petelur periode layer dan itik periode layer.
563.
6. Ayam broiler fase starter ransum yang digunakan biasanya
mengandung protein 23% dan energy metabolis 3200 kkal/kg,

kandungan SK < 7%, lemak < 8%, Ca 1%, dan Phospor sekitar
0,45%.
7. Ransum yang baik adalah ransum yang memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak sesuai dengan fase fisiologis serta tidak menggangu kesehatan
ternak.
8. Penyusunan

ransum

untuk

kebutuhan

ayam

broiler

adalah

menyamakan kandungan nutrisi bahan pakan terpilih dengan


kebutuhan ayam broiler tersebut sehingga diperoleh formulasi ransum
komplit dengan angka kebutuhan dan energi metabolis sesuai dengan
angka kebutuhan.

564.

DAFTAR PUSTAKA

565.

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Unggas. UI Press, Jakarta.

566.

Harjosworo, P. S. Dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging

Unggas.
567.

Penebar Swadaya, Jakarta.

568.

Rasyaf, M. 1998. Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta.

569.

Suprijatna, Edjeng, Dr. et al. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar

Swadaya,
570.

Jakarta.

571.

Tillman, et al. 1994. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada

University Press,
572.

Yogyakarta.

573.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan keempat. Gadjah mada

University
574.

Press, Yogyakarta.

575.

Adnan. 2005. Tabel Komposisis Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.


576.

Darmani.2001. Pembuatan Pakan Ternak Unggas. Penerbit CV. Amissco.

Jakarta. Press. Yogyakarta.


577.

Goffman dkk., 2003. Produksi Makanan Ternak Tropik. Fakultas

Peternakan: Univ Gadjah Mada.


578.

Jeremmy, 2001. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta

579.

Naoserby, 2000. Nutrisi Tanaman Pakan Ternak. Erlangga. Jakarta.

580.

Ratno. 2006. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penerbit

Penebar Swadaya, Jakarta.

581.

Sudarmono.

2003. Pedoman

Pemeliharaan

Ayam

Ras

Petelur.

Kanisius. Yogyakarta.
582.

Santosa, Undang. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Professional.

Penebar Swadaya. Jakarta Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT.
Gramedia, Jakarta.
583.

Cheeke, P.R. 1986. Rabbit Feeding and Nutrition. Department of Animal

Science. Academic press, Inc. Oregon State University, Corvallis. 4:18.


584.

Mansyur, U. 2006. Eksplorasi Hijauan Pakan Kuda dan Kandungan

Nutrisinya. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas


Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. Anggorodi, R. 1985. Kemajuan
Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. P. T. Gramedia, Jakarta.
585.

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi.

Bogor.
586.

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.

587.

Kartadisastra, H. R., 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius,

Yogyakarta.
588.

Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas.

Penebar Swadaya, Jakarta.


589.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius.

Yogyakarta.
590.

Nuroso, 2009. Panen Ayam Pedaging dengan Produksi 2x Lipat. Penebar

Swadaya, Jakarta.
591.

N.R.C; 1984. Nutrient Requirement of poultry. 8 th Ed. National

Academy of Science.
592.

Rasyaf, M. 1996. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanisius.Yogyakarta.

593.

Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Bogor.

594.

Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha

Muda. PT. Loji Grafika Griya Sarana, Bogor.


595.

Siregar, A.P., dan M. Sabrani. 1970. Teknik Modern Beternak Ayam. C.V.

Yasaguna, Jakarta.
596.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar

Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.


597.

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Keempat. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta


598.
599.

Templeton, G.S. 1968. Domestic Rabbit Production. 4 Ed.The Interstate

and Publishing. Danville, Illinois.


600.

601.
602.
603.

S-ar putea să vă placă și