Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Kelas A
Lubi Utami Pratiwi
200110120074
Triyogi Ganda S.
200110120133
200110120172
Intan Maulidina
200110120178
Erizka Fauzi
200110120254
Michael Hasler
200110120278
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latarbelakang
Ilmu makanan adalah suatu ilmu yang mempelajari semua yang berhubungan
finisher (umur 4-6 minggu). Hal inilah yang kemudian menarik untuk dikaji mengenai
bagaimana kebutuhan nutrisi pada ayam broiler baik pada fase starter maupun finisher,
oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan
tersebut dalam laporan praktikum ini.
II
TINJAUAN PUSTAKA
Gillespie, J..M. (2006) Tujuan dalam formulasi ransum ini adalah
untuk menyediakan zat makanan yang dibutuhkan unggas sehingga
menghasilkan telur atau daging yang menguntungkan. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengetahuan tentang zat makanan, bahan makanan dan fase
produksi. Adnan (2005) menyatakan formulasi ransum adalah upaya untuk
mengkombinasikan berbagai macam bahan makanan ternak untuk
memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan dengan meniminalkan
biaya
yang
ditimbulkan
akibat
bungkil
penyusunan
ransum
kedelai
merupakan
tersebut.
limbah
dedak
padi.
Bergantung
pada
varietas
beras
dan
derajat
2. Bahan pakan harus terjamin ketersediaannya sepanjang waktu dan dala jumlah
yang mencukupi keperluan.
3. Bahan pakan harus mempunyai harga yang layak dan sedapat mungkin
mempunyai fluktuasi harga yang tidak besar.
4. Bahan pakan harus di usahakan jagan bersaing dengan kebutuhan manusia
yangsangat utama. Seandaianya harus menggunakan bahan pakan yang demikian,
usahakan agar bahan pakan tersebut hanya terdiri dari satu macam saja.
5. Bahan pakan harus dapat diganti oleh bahan pakan lain yang kandungan zat-zat
makanannya hampir sama.
6. Bahan pakan tidak mengandung racun dan tidak dipalsukan atau tidak
menampakan perbedan warna, bau, atau rasa dari keadaan normalnya (Santosa :
2009)
Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam
hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya.
Karekteristik ekonomi dari ayam broiler adalah pertumbuhan cepat serta
penghasil daging dengan konversi pakan efisien. Bobot badan ayam broiler ini
tergolong tinggi. Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya
digunakan untuk konsumsi sehari-hari sebagai pemenuhi kebutuhan protein
hewani. Berdasarkan aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis ayam penghasil
daging, yaitu ayam Kampung, ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler
umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,21,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber pedaging dan ayam tersebut masih
muda dan dagingnya lunak. Ayam broiler mempunyai beberapa keunggulan
seperti daging relatif lebih besar, harga terjangkau, dapat dikonsumsi segala
lapisan masyarakat, dan cukup tersedia di pasaran.
yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses
domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung puyuh jantan
dan betina terdapat pada warna, suara dan bobot tubuh. Burung
puyuh betina, bulu leher dan dada bagian atas berwarna lebih
terang serta terdapat totol-totol cokelat tua pada bagian leher
sampai dada, sedangkan burung puyuh jantan bulu dadanya
polos berwarna cokelat muda. Anak burung puyuh yang berumur
satu hari disebut Day Old Quail (DOQ), besarnya seukuran jari,
bobot badannya 7-10 g dan berbulu jarum halus.
Anak burung
dari
tetua
pendatang
yang
telah
mengalami
(pemakan
segala)
yaitu
memakan
bahan
dari
yang
sensitif;
bulu
berbentuk
cekung,
tebal
dan
Itik
merupakan
hewan
monogamus
atau
hidup
sebanyak 1,502% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,5% bobot badan
(Mansyur, 2006).
Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda.
Performa yang dihasilkan kuda akan seiring dengan kualitas hijauan.
Hijauan berkualitas baik akan menghasilkan performa kuda yang baik
pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi,
tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya.
Pakan utama kuda adalah rumput. Pakan rumput hanya cukup
untuk kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu
tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan
sumber energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain
konsentrat serealia yang terdiri atas gandum, jagung, sorgum, berbagai
produk sereal dan non sereal yang terdiri atas gula bit, legum seperti
kedelai dan kacang.
Kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi,
efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi
daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu
infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang paling cepat
terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan
dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Broiler
merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang
dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan
singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi
(Murtidjo, 1987).
Keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan
bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap
dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya
penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Perkembangan
tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan ( Breeding
Farm), perusahaan pakan ternak ( Feed Mill ), perusahaan obat hewan dan peralatan
peternakan (Saragih B, 2000). Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam potong
menempati posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak,
disusul ayam kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang
cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang lebaran, serta tahun
baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam penghasil daging tersebut tidak
dipenuhi (Nuroso, 2009).
Keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan
bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap
dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya
penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Perkembangan
tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan (
Breeding Farm), perusahaan pakan ternak ( Feed Mill ), perusahaan obat hewan dan
peralatan peternakan (Saragih B, 2000). Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam
potong menempati posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak,
disusul ayam kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang
cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang lebaran, serta tahun
baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam penghasil daging tersebut tidak
dipenuhi (Nuroso, 2009).
kualitas maupun kuantitas. Ransum broiler harus seimbang antara kandungan protein dengan energi dalam
ransum. Disamping itu kebutuhan vitamin dan mineral juga harus diperhatikan. Sesuai dengan tujuan
pemeliharannya yaitu memproduksi daging sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah
pemberian pakan tidak dibatasi (ad-libitum) (Kartadisastra, 1994). Ransum untuk ayam broiler
dibedakan menjadi dua yaitu ransum untuk periode starter dan ransum untuk periode finisher
(Rasyaf, 1993). Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari
atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam berumur diatas
1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus yang digantung. Fadilah
(2004) menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum
berbentuk: tepung pada periode starter, butiran pecah pada periode finisher dan terkadang
diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan
bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus diketahui untuk
mendapatkan formula ransum yang tepat (Sudaro dan Siriwa, 2007). Alamsyah (2005) menyatakan bahwa
pemberian ransum pada ternak disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum.
Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC. Pemberian air minum
dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi
sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu
tersedia dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali
lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama
tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006).
Rasyaf (1997) menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan-bahan pakan untuk
memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti
zat makanan itu tidak berlebihan dan tidak kurang. Ransum yang diberikan haruslah mengandung protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Tujuan utama pemberian ransum kepada ayam untuk menjamin
pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan (Anggorodi, 1985). Bahan-bahan
makanan yang biasa dipergunakan dalam ransum unggas di Indonesia adalah: (1) jagung kuning; (2) dedak
halus; (3) bungkil kelapa; (4) bungkil kacang tanah; (5) bungkil kacang kedelai; (6) tepung
ikan; (7) bahan-bahan makanan berupa butir-butiran atau kacang-kacangan dan hasil ikutan pabrik
hasil pertanian lainnya, dan daun-daunan sebangsa leguminosa (Wahyu, 1992). Protein
merupakan salah satu unsur yang penting bagi pertumbuhan anak broiler. Kebutuhan protein masa
awal untuk anak ayam broiler di daerah tropis sebesar 23%, sedangkan untuk masa akhir sebesar
20-21% (Rayaf, 2000). Sintesis protein jaringan tubuh dan telur memerlukan asam amino
esensial. Defisiensi asam amino esensial di dalam pakan menyebabkan pembentukan protein jaringan
dan tubuh terhambat atau tidak terbentuk. Asam amino esensial yang sulit terpenuhi kandungannya di
dalam pakan seperti Sistin, Lisin dan Triptofan disebut sebagai asam amino kritis (Suprijatna et al ., 2005).
dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. (Jahan et al., 2006).
Menurut Khalil (1999), kadar air dalam sampel pakan dapat ditentukan
dengan berbagai cara antara lain: (1) Metoda pengeringan (Thermogravimetri)
(2) Metoda destilasi (Thermovolumetri (3) Metoda khemis (4) Metoda fisis (5)
Metoda khusus misalnya dengan kromatografi, Nuclear Magnetic Resonance
Menurut Retanani dkk. (2010), prinsip penentuan kadar air dengan
pengeringan adalah menguapkan air yang ada dalam sampel dengan pemanasan.
Kemudian menimbang sampai berat konstan yang berarti semua air sudah
diuapkan. Cara ini relatif lebih murah dan mudah. Suatu sampel yang telah
mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat higroskopis daripada bahan
asalnya.
III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
1. Tabel komposisi bahan pakan dari berbagai publikasi (Table of Feed Composition,
Feedstuffs Analysis Tables of Feed Ingredients, Feeds and Feeding, dan Pusat
Penelitian Makanan Ternak).
2. Estimasi kebutuhan gizi bagi ternak untuk setiap harinya dapat diketahui dari
berbagai publikasi, antara lain : National Research Council (Poultry, swine,
horses, etc.), Feeds and Feeding.
3. Daftar harga bahan pakan.
4. Kalkulator.
3.2.1
Prosedur Kerja
1. Tentukan empat macam bahan pakan yang akan digunakan untuk
menyusun ransum.
2. Siapkan tabel komposisi bahan pakan yang akan digunakan sebagai
rujukan untuk menghitung EM dan protein bahan yang akan dihitung
harganya.
3. Bila menggunakan tabel perhatikan apakah nilai nutrien bahan pakan
tersebut didasarkan kepada kering oven, kering udara, atau asfed.
4. Siapkan daftar harga untuk setiap bahan pakan sebagai patokan untuk
menghitung bahan pakan yang dipilih.
5. Lakukan perhitungan berdasarkan Pearsons Square Method.
3.3.1. Alat
1
2
3
Alat tulis
Alat hitung (kalkulator)
Feedmania (Software)
3
4
3.3.3. Bahan
1
2
4
5
nutrisinya.
Membuka Feed Mania (software) pada PC.
Menentukan bahan pakan konsentrat yang akan digunakan dalam
Bahan
1. Sampel Pellet
Cara Kerja
1. Timbang berat cawan petri kosong
2. Timbang berat cawan petri kosong beserta sampel pellet yang akan
digunakan
3. Masukkan cawan petri tersebut ke dalam oven dengan suhu 100 0C selama
15 menit
4. Timbang cawan petri dan sampel pellet yang telah dimasukkan ke dalam
oven
5. Lalu hitung kadar airnya berdasarkan rumus yang telah disediakan
3.1.
Alat
1. Tabel komposisi bahan pakan dari berbagai publikasi (Table of Feed
Composition, Feedstuffs Analysis Tables of Feed Ingridients, Feeds
and Feeling, dan Pusat Penelitian Makanan Ternak.
2. Angka kebutuhan gizi bagi ayam broiler periode starter (protein 23%,
3.
4.
5.
6.
3.2.
EM 320 kkal/kg).
Daftar harga bahan pakan
Kalkulator
Timbangan digital
Timbangan
Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tepung Ikan
Bungkil Kedelai
Dedak Padi
Jagung
Minyak
CaCO3
Tepung Tulang
Topmix
9. Plastik
3.3.
Prosedur Kerja
1. Menyusun formula ransum ayam broiler fase starter dengan bahan
pakan, kandungan nutrien bahan pakan, dan angka kebutuhan gizi
yang sudah ditentukan.
2. Formula disusun sebanyak 5 kg.
3. Setelah didapatkan formula, bahan penyusun ransum ditimbang sesuai
dengan banyaknya bahan yang akan digunakan.
4. Bahan pakan dicampur mulai dari bahan pakan dengan jumlah yang
paling sedikit ke bahan pakan yang paling banyak digunakan.
5. Mencampur bahan pakan hingga homogen.
6. Ransum yang sudah disusun dimasukan ke dalam plastik kemudian
ditimbang.
III
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
3.1. Hasil Pengamatan
No
1.
2.
3.
4.
5.
Jagung
Dedak padi
Teung ikan
Bungkil kedelai
CGM (Corn Gluten
6.
7.
8.
9.
Milk)
Bungkil kelapa
Tepung bulu
DL-meth
L-lysin
Perhitungan :
I
E,P Murah
II
Emahal,Pmurah
III
E,Pmahal
IV
Emurah,Pmahal
30000
=Rp .
EM= 3500
8,57/kg (Mahal)
6. Bungkil kelapa
2500
=Rp .
P= 24,51
101.99/kg (Murah)
2500
=Rp .
EM= 1500
1,66/kg (Murah)
7. Tepung bulu
4500
=Rp .
P= 80
52,5/kg (Murah)
4500
=Rp .
EM= 2310
1,81/kg (Murah)
8. DL-Methionin
135.000
=Rp .
P=
2327,58/kg (Mahal)
58
135000
=Rp .
EM= 5020
26,89/kg (Mahal)
9. L-Lysin
50000
=Rp .
P= 95,8
512,92/kg (Mahal)
EM=
50000
=Rp .
12,53/kg (Mahal)
3990
3.2. Pembahasan
Ransum merupakan campuran bahan pakan yang mengandung nutrisi bagi
ternak, diberikan kepada ternak untuk kebutuhan selama 24 jam. Pakan adalah
campuran berbagai macam bahan organik dan bahan anorganik yang diberikan
kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi
pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi (Suprijatna et al., 2005). Sedangkan
bahan pakan ternak adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak baik
dalam bentuk dapat dimakan seluruhnya atau sebagian dan tidak mengganggu
kesehatan ternak yang bersangkutan. Bahan ternak ini dapat berupa butiran
(jagung, sorghum, beras, kedelai), hijauan (kangkung, daun lamtoro, turi, rumputrumputan) dan sisa industri pengolahan (ampas kecap, ampas tahu, bungkil,
dedak) (Wahju, 1997).
Untuk memperoleh pakan dengan harga yang rendah tetapi dengan kualitas yang
tinggi serta sesuai dengan kebutuhan unggas maka diperlukan penyusunan
ransum. Makanan untuk ternak unggas terdiri dari bahan organik dan anorganik
yang diberikan sebagian atau seluruhnya dan dapat dicerna tanpa mengganggu
kesehatan ternak (Tillman et al., 1994).
3.2.1. Pakan Sumber Protein
Protein merupakan bagian yang sangat penting untuk jaringan-jaringan
lunak di dalam tubuh hewan seperti urat daging, tununan pengikat, kulit rambut,
bulu, paruh dan lain-lain. Bahan pakan sumber protein mengandung protein kasar
> 20% dan berasal baik dari hewani maupun nabati (Anggorodi, 1995). Mutu
produksi sangat ditentukan oleh jumlah keseimbangan asam amino esensial
penyusunnya. Protein yang kurang salah satu protein penyusunnya menyebabkan
mutu protein tersebut rendah. Tepung ikan merupakan salah satu contoh bahan
pakan protein bermutu tinggi karena tersusun dari asam-asam amino esensial yang
lengkap dan dalam keseimbangan satu sama lain. Sumber protein yang lain
misalnya tepung daging, tepung udang, tepung bekicot, bungkil kacang tanah dan
bungkil kedelai (Wahju, 1997). Dalam penyusunan ransum itik harus
dipertimbangkan kandungan protein dan asam aminonya. Kekurangan protein
dapat mengakibatkan pertumbuhan terganggu, produksi menurun, pembentukan
zat antibodi terganggu dan ternak mudah terserang penyakit (Wahju, 1997).
3.3.2. Pakan Sumber Energi
Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi
dibandingkan zat zat makanan lainnya. Kandungan protein sekitar 10%
(Suprijatna, 2005). Bahan pakan sumber energi bukan merupakan sumber zat
makanan tetapi energi yang dihasilkan dari proses metabolis zat makanan organik
yang terdiri karbohidrat, lemak dan protein. Pakan sumber energi memiliki
kandungan protein kasar < 20%, serat kasar < 18%. Dalam karbohidrat dan
protein menghasilkan nilai energi yang relatif sama yaitu kurang lebih dari 4
kkal/gram, sedangkan lemak menghasilkan 2,25 kali lebih besar yaitu kurang
lebih 9 kkal/gram. Sumber bahan energi yaitu jagung kuning, sorghum, tapioka,
beras, bekatul, dan lainnya (Wahju, 1997).
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa :
1. Jagung
Bahan pakan kaya akan karoten, sebagai sumber energi, bersifat
palatibilitas pada ternak serta rendah serat kasarnya (Wahju, 1997).
Penggunaannya dalam ransum dapat diberikan antara 40 50% tergantung
dari tujuan pemeliharaan ternak tersebut. Perkiraan penggunaan maksimal
jagung kuning dalam ransum. Menurut Hardjosworo (2000), adalah 50
60%. Jagung kuning digunakan dalam jumlah besar dalam penyusunan
ransum karena jagung kuning merupakan sumber energi yang baik.
Kandungan energi metabolisnya sebesar 3320 kkal/kg. Tetapi jagung
kuning bukan sumber protein yang baik karena proteinnya 9%
(Anggorodi, 1995). Jagung kuning juga merupakan sumber xanthophyl,
sumber pro vitamin A dan sumber asam lemak (Rasyaf, 1998). Dari hasil
perhitungan jagung diperoleh Protein Mahal dan Em murah, jadi
dikategorikan bahan pakan jagung ini tidak dianjurkan dalam ransum
karena jika protein lebih banyak disbanding Em, maka Em akan habis
mencerna P.
2. Dedak Padi/bekatul
Bekatul biasanya bercampur pecahan-pecahan halus dari menir dan
lebih sedikit mengandung kulit dan selaput putih serta berwarna agak
kecoklatan (Lubis, 1963). Bekatul mendekati analisa dedak lunteh, tetapi
sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit. Susunan zat
makanannya sebagai berikut : 15 % air; 14,5 % protein; 48,7 % BETN; 7,4
% serat kasar; 7,4 % lemak dan 7% abu, kadar protein dapat dicerna 10,8
%dan MP 70 % (Anggorodi, 1985). Dari analisa perhitungan bahwa dedak
padi Em murah dan P mahal, menurut (Anggordi,1985) Protein dedak padi
10,8% dan perhitungan protein didapat 10,714 maka bisa di kategorikan
bahan pakan dedak/bekatul ini yaitu murah dan mencukupi atau memenuhi
kriteria bahan pakan.
3. Tepung ikan
Tepung ikan adalah sumber protein yang sangat baik untuk unggas,
karena mengandung asam-asam amino esensial dan sumber utama dari
lisin dan methionin. Tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan
mengandung energi metabolis yang tinggi (Wahju, 1997). Menurut Rasyaf
(1998), protein kasar tepung ikan berkualitas baik antara 60 70% dan
tepung ikan juga merupakan sumber Ca dan P. Kandungan energi
metabolisnya 2930 kkal/kg, protein 59%, dan lemak 9% (Anggorodi,
1995). Dari hasil perhitungan bahwa tepung ikan mendapat P lebih murah
disbanding Em.
4. Bungkil Kedelai
5.
Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang cukup
tinggi terutama untuk protein kasarnya, sehingga kurang baik jika
diberikan terlalu banyak (Rasyaf, 1991). Kedelai mentah mengandung
beberapa penghambat tripsin. Penghambat tripsin ini (antitripsin) tidak
tahan panas, sehingga bungkil kedelai yang mengalami proses pemanasan
terlebih dahulu tidak menjadi masalah dalam penyusunan ransum untuk
unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan.
Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar lisin (Wahju.1997).
pada perhitungan bungkil kedelai dalam penyusunan ransum ini bahwa
EM dan P yang diperoleh itu sama-sama mahal jadi untuk bahan pakan ini
tingkat P dan EM sebetulnya baik atau seimbang naun dari segi harga
untuk peternakan tidak efisien.
6. Corn Gluten Milk (CGM)
7.
CGM adalah pakan sumber protein karena protein yang
tinggi 64%. Dari hasil perhitungan bahwa CGM itu tidak efisien terhadap
harga karena terlalu mahal.
8. Bungkil Kelapa
9.
Bungkil kelapa merupakan sumber lemak yang baik untuk
unggas serta mengandung protein. Bungkil kelapa selain mudah didapat
harganya juga murah. Pemberian bungkil kelapa untuk komposisi ransum
maksimal sebesar 10 15%. Bungkil kelapa selain sebagai sumber asam
lemak juga sebagai sumber Ca dan P meskipun kandungannya sedikit
(Hardjosworo, 2000). Penggunaan bungkil kelapa seharusnya tidak lebih
dari 20 % karena penggunaan yang berlebihan harus diimbangi dengan
penambahan metionin dan lisin (tepung ikan) serta lemak dalam ransum.
Kandungan protein dalam bungkil kelapa cukup tinggi yaitu 18 % ,
sedangkan
nilai
gizinya
dibatasi
oleh
tidak
tersedianya
dan
disimpulkan
bahwa
pertumbuhan
pada
hakekatnya
adalah
20. Hasil
4.1.1. Kandungan Bahan Pakan Yang Digunakan
21.
N
23. Protein
Kasar (%)
24. Energi
(kkal/kg)
25.
1
29.
2
33.
3
37.
4
41.
5
45.
26. Bekatul
27. 12
28. 2860
31. 45
32. 2240
34. Dedak
35. 12
36. 1630
39. 42
40. 2261
43. 21
44. 1540
Metabolis
4.1.2. Perhitungan
46.
Langkah I
47. Bekatul
12
31
94 X 2860 = 2688,4
48.
14
49. Bungkil Kedelai
45
2
X 2240 = 134,4
50.
33
2822,8
51.
Langkah II
52. Dedak Halus
12
EM : 56,67 X 1630 = 923,72
53.
25
54. Bungkil Kacang Tanah
42
EM : 43,33 X 2260 = 979,26
55.
1902,98
56.
57.
Langkah III
58. I 14
7
7/11 X 100 = 63,64
1796,43
59.
18
60. II 25
4
4/11 X 100 = 36,36
691,92
31/33 X 100 = 94 % EM
2/33 X 100 = 6 %
EM : 6
17
13
30
EM : 63,64 X 2822,8 =
EM : 36,36 X 1902,98 =
61.
11
2488,35
62.
63.
64.
Langkah IV
65. III
18
829,37
20
67.
68.
1
66.
Bungkil Kelapa
21
70.
1856,09
71.
72. Formulasi Ransum :
73. Bekatul
:
74. Bungkil Kedelai
:
75. Dedak Halus
:
76. Bungkil Kacang Tanah:
77. Bungkil Kelapa
:
2
69.
1026,72
79. Ha
rg
a
(R
p./
kg
)
80. Komposisi
dalam
Ransum
(%)
81. EM
(kkal/
kg)
82. Prot
ein
(%)
88. 20
00
89. 19,94
90. 570,2
8
91. 2,39
97. 70
00
98.
99. 1,27
100.
28,45
101.
0,57
83. Lem
ak
(%)
84. C
a
(
%
)
92.
102.
93.
103.
g
ki
l
K
e
d
el
ai
106.
Deda
k
115.
Bung
ki
l
K
a
c
a
n
g
T
a
n
a
h
127.
Bung
ki
l
K
el
a
p
a
136.
143.
107.
3000
108.
116.
2300
117.
6,8
109.
111,81
110.
0,82
111.
112.
5,2
118.
1184,24
119.
2,2
120.
124.
121.
122.
123.
128.
2500
129.
66,
130.
1026,72
131.
14
132.
133.
137.
2921,5
138.
19,98
139.
140.
144.
145.
146.
147.
67
3200
20
Pembahasan
150.
dalam ransum (%) bahan pakan bungkil kelapa sebesar 66,67 % ini harus di
tambahkan Pada komposisi dalam ransum (%) bahan pakan bungkil kelapa
sebesar 66,67 %
153.
154.
155.
4.1. Hasil
4.1.1. Formulasi Ransum Ternak Unggas
Tabel 1. Formulasi Ransum Ternak Ayam Broiler Periode Starter
156.
158.
160.
162.
164.
166.
168.
170.
172.
Bahan Pakan
Jagung
CGM
Dedak Halus
Tepung Ikan
MBM
Bungkil Kedelai
Tepung Tulang
Premix
173.
159.
161.
163.
165.
167.
169.
171.
174.
Persentase (%)
38,19
21,71
2
4
4,9
20
1
0,1
175.
0,1
Kalsium Karbonat
176.
177.
Analisis
178.
179.
2947,6
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
157.
Nutrients
Protein (%)
EM (kkal/kg)
31,146
Ca (%)
P (%)
Lisin (%)
Metionin
1,1
0,749
1,1
0,627
187.
188.
190.
192.
194.
196.
198.
200.
202.
203.
206.
189.
Persentase (%)
191.
54,08
193.
5
195.
34,72
197.
1
199.
1
201.
2
204.
0,2
Kalsium Karbonat
207.
Nutrients
208.
Protein (%)
209.
EM (kkal/kg)
210.
Ca (%)
205.
2
Analisis
10,45
2600
1,745
211.
P (%)
212.
Lisin (%)
0,301
213.
Metionin
0,197
214.
86,887
215.
216.
0,887
217.
218.
220.
222.
224.
226.
228.
230.
232.
234.
235.
238.
219.
221.
223.
225.
227.
229.
231.
233.
236.
Persentase (%)
38,14
10,49
10,49
4,49
10,49
0,99
2,96
0,99
237.
0,99
Kalsium Karbonat
239.
Nutrients
240.
Protein (%)
241.
EM (kkal/kg)
Analisis
31,408
2998,791
242.
Ca (%)
2,517
243.
P (%)
1,292
244.
Lisin (%)
0,89
245.
Metionin
0,688
246.
247.
4.2. Pembahasan
248.
249.
formulasi ransum ternak ayam ada masa pertumbuhan, dengan kebutuhan yang
berbeda. Untuk memenuhi kebutuhan dari ternak ayam, maka formulasi ransum
yang disusun harus mengandung nutrien sesuai yang dibutuhkan. Untuk ternak
ayam pada masa pertumbuhan nutrien yang harus dipenuhi, yaitu Protein Kasar
(%)2, Pospor (%) 0,45, EM (Kkal/kg) 3200, Lisin (%) 1.1 - 1.2, Metionin (%)
0.50. Formulasi ransum yang telah disusun oleh kelompok kami sudah sesuai
dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh ternak ayam.
250.
251.
252.
formulasi ransum ternak puyuh petelur. Untuk memenuhi kebutuhan dari puyuh
petelur tersebut maka formulasi ransum yang disusun harus mengandung
Protein (%) 12, EM (kkal/kg) 2600, Ca (%) 3,75 , P (%) 1 , Lisin (%) 1 ,
Metionin (%) 0,2 , Dry Matter (%) 87,00. Formulasi ransum yang telah disusun
oleh kelompok kami sudah sesuai dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh
ternak puyuh petelur
253.
254.
255.
formulasi ransum ternak itik. Untuk memenuhi kebutuhan dari itik tersebut
maka formulasi ransum yang disusun mengandung Protein (%) 31,408, EM
(kkal/kg) 2998,791, Ca (%) 2,517 , P (%) 1,292 , Lisin (%) 0,89 , Metionin (%)
0,688 . Formulasi ransum yang telah disusun oleh kelompok kami sudah sesuai
dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh ternak itik.
259.
263.
256.
257.
258.
260.
261.
262.
264.
265.
266.
4.1. Hasil
4.1.1. Formulasi Ransum Ternak Kelinci
Tabel 1. Formulasi Ransum Ternak Kelinci pada Masa
Pertumbuhan
267.
269.
271.
273.
275.
277.
279.
281.
283.
285.
286.
Bahan Pakan
Indigofera
Rumput Benggala
Dedak Halus
Onggok
Rumput Lapang
Bungkil Kedelai
Jagung
Kapur
268.
Persentase (%)
270.
20
272.
19,87
274.
2
276.
17,06
278.
27,87
280.
11
282.
1,58
284.
0,61
Kebuntingan
287.
289.
291.
293.
295.
297.
299.
301.
303.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
Bahan Pakan
Indigofera
Rumput Benggala
Dedak Halus
Rumput Lapang
Bungkil Kedelai
Jagung
Dikalsium Fosfat
Kapur
288.
Persentase (%)
290.
20
292.
25,34
294.
20
296.
30,42
298.
1,23
300.
19,97
302.
0,7
304.
0,34
(Laktasi)
312.
314.
316.
318.
320.
322.
324.
326.
Bahan Pakan
Indigofera
Rumput Benggala
Dedak Halus
Rumput Lapang
Bungkil Kedelai
Jagung
Dikalsium Fosfat
313.
315.
317.
319.
321.
323.
325.
327.
Persentase (%)
20
23,61
4,82
26,02
8,35
15,32
1
328.
330.
331.
Kapur
329.
0,87
225 kg. Berat dewasa anak-anak kuda tersebut biasanya mencapai 500 kg,
kuda yang baru disapih biasanya membutuhkan hay sebanyak 1,5% dari
berat tubuh.
333.
Jumlah hay yang diberikan : 1,5% x 225 kg = 3,375 kg
334.
Jumlah konsentrat yang diberikan : 1,45 kg
335.
Kandungan konsentrat :
PK
= 25,67 %
336.
TDN = 72%
337.
Ca
= 1,13 %
338.
P
= 0,65 %
339.
340.
4.2. Pembahasan
341.
4.2.1. Formulasi Ransum Ternak Kelinci
342.
Pada praktikum ini, praktikan mencoba untuk membuat
formulasi ransum ternak kelinci pada masa pertumbuhan, masa
kebuntingan dan masa menyusui (laktasi) dengan kebutuhan yang berbeda.
Untuk memenuhi kebutuhan dari ternak kelinci maka formulasi ransum
yang disusun harus mengandung nutrien sesuai yang dibutuhkan. Untuk
ternak kelinci pada masa pertumbuhan nutrien yang harus dipenuhi, yaitu
DE 2500 kcal, TDN 65%, Serat Kasar 10-12%, Protein kasar 16%, Ca
0,4% dan Fosfor 0,22%. Untuk ternak kelinci pada masa kebuntingan,
yaitu DE 2500 kcal, TDN 58%, Serat Kasar 10-12%, Protein kasar 15%,
Ca 0,45% dan Fosfor 0,37%. Untuk ternak kelinci pada masa menyusui
(laktasi), yaitu DE 2500 kcal, TDN 70%, Serat Kasar 10-12%, Protein
kasar 17%, Ca 0,75% dan Fosfor 0,5% (National Research Council, 1977).
343. Formulasi ransum yang telah disusun oleh kelompok kami
sudah sesuai dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh ternak kelinci.
344.
345.
4.2.2. Formulasi Ransum Ternak Kuda
346.
Pada praktikum ini, praktikan mencoba untuk membuat
sebuah formulasi ransum ternak kuda lepas sapih umur 6 bulan dengan
bobot badan 225 kg yang memiliki berat dewasa anak-anak kuda tersebut
biasanya mencapai 500 kg. Untuk memenuhi kebutuhan dari kuda lepas
sapih tersebut maka formulasi ransum yang disusun harus mengandung
BK 5,6 kg, TDN 3,49 kg, Protein Kasar 0,536 kg, Ca 0,046 kg dan Fosfor
0,0287 kg.
347.
sudah sesuai dengan nutrien yang harus dipenuhi oleh ternak kuda, dengan
menggunakan hay jerami padi dan konsentrat. Kelompok kami memilih
hay jerami padi dengan pertimbangan kandungan BK 87,5%, PK 4,15%,
TDN 53,5%, Ca 0,5% dan P 0,1%. Hay yang diberikan oleh kelompok
kami adalah sebanyak 1,5% dari bobot badan atau 3,375 kg.
348.
Perhitungan :
350.
353.
8,0633 gram
355. = 9,42 %
356.
PEMBAHASAN
357.
358.
perhitungan dari sampel pellet sesesar 100 gram yang kemudian diambil
sebanyak 8,0633 gram sampel pellet untuk dimasukkan ke dalam oven.
Setelah dikeluarkan dari oven berat sampel menjadi 7,3044 gram. Dari
hasil perhitungan kadar airnya sebesar 9,42%. Hasil ini sudah baik karena
kadar air ransum ayam menunjukkan berkisar antara 9-13%. Menurut
Retanani dkk. (2010), penentuan kadar air dengan pengeringan yaitu
menguapkan air yang ada dalam sampel dengan pemanasan.
359.
360.
Hasil
361.
375.
376.
Air
87.3
90.9
92.
91.2
377.
370. Top
374.
mix
373.
369. Tep
372.
ung
368. Ca
CO3
367. Mi
nyak
366. Jag
ung
365. Ded
ak Padi
364. Bu
ngkil
Kedelai
363. Tep
ung Ikan
362. Zat
Makanan
dan EM
371.
378.
379.
387.
388.
396.
397.
405.
406.
414.
415.
)
380.
381.
382.
383.
384.
385.
Abu
15.6
6.18
9.2
6.19
386.
%
)
389.
390.
391.
392.
393.
394.
PK
53.9
45.2
10.
8.10
)
398.
399.
400.
401.
402.
403.
SK
0.92
3.40
12.
5.36
)
407.
408.
409.
410.
411.
412.
LK
8.91
7.10
5.6
5.80
100
(
%
)
395.
404.
413.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
Ca
1.88
0.29
0.11
0.20
)
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
P (%)
1.19
0.60
0.1
0.17
438.
439.
441.
442.
0.24
6.6
450.
451.
6.6
459.
460.
468.
469.
(
%
434.
435.
436.
7
437.
Lisin
3.66
2.76
0.5
440.
%
)
443.
444.
445.
446.
447.
448.
Metio
1.26
0.63
0.2
0.17
ni
449.
n
(
%
)
452.
453.
454.
455.
456.
457.
Met +
2.85
1.31
0.4
0.35
Si
458.
sti
n
(
%
)
461.
462.
463.
464.
465.
466.
BET
7.88
28.9
54.
65.7
467.
%
)
470.
471.
472.
473.
474.
475.
476.
477.
478.
EM
297
245
234
323
860
(k
ka
sl/
kg
)
479.
480.
481.
482.
483.
484.
485.
486.
487.
Harga
10.2
880
360
470
10.5
17.
0
0
488.
489.
0
0
490.
491.
N
494.
1
497.
2
500.
3
503.
4
ahan
493.
%
Pakan
495.
Te
496.
pung
2.4
Tulang
498.
To
499.
pmix
2.0
501.
aCO3
504.
502.
0.9
505.
ungkil
33.
506.
Kedelai
507.
D
508.
5
509.
edak Padi
510.
Ja
0.5
511.
gung
60.
6
512.
513.
514.
7
515.
inyak
516.
Te
0.1
517.
8
518.
pung Ikan
Jumlah
0.1
519.
99.
520.
521.
522.
Bahan
524.
Bany
Pakan
aknya
Tepung
(gram)
527.
123.5
525.
526.
1
528.
Tulang
529.
Topmix
530.
101.5
2
531.
532.
CaCO3
533.
48.5
3
534.
535.
Bungkil
536.
1655
4
537.
Kedelai
538.
Dedak
539.
25
5
540.
Padi
541.
Jagung
542.
3028
6
543.
544.
Minyak
545.
7
546.
547.
Tepung
548.
8
549.
Ikan
550.
Harga
551.
Jumla
Rp. 6.325,00/kg
h 4.991,5
552.
553.
554.
4.2.
Pembahasan
Ransum merupakan hal terpenting dalam pemeliharaan
ayam. Ransum untuk ayam harus sesuai dengan tujuan dari pemeliharaan
agar tidak terjadi kelebihan kandungan zat makanan dari ransum tersebut
hingga menimbulkan kerugian pada perusahaan. Ransum yang digunakan
untuk pakan ayam broiler biasanya berkualitas baik agar ayam dapat
dipanen dalam jangka waktu yang relative singkat. Diperlukan
perhitungan dan analisa dari setiap bahan pakan yang digunakan dari
mulai harga sampai zat yang terkandung di dalamnya untuk mendapatkan
ransum berkualitas baik tersebut.
555.
558. IV
KESIMPULAN
560.
Dari hasil pengamatan dan pembahasan laporan ini maka
559.
561.
kandungan SK < 7%, lemak < 8%, Ca 1%, dan Phospor sekitar
0,45%.
7. Ransum yang baik adalah ransum yang memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak sesuai dengan fase fisiologis serta tidak menggangu kesehatan
ternak.
8. Penyusunan
ransum
untuk
kebutuhan
ayam
broiler
adalah
564.
DAFTAR PUSTAKA
565.
566.
Unggas.
567.
568.
569.
Suprijatna, Edjeng, Dr. et al. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya,
570.
Jakarta.
571.
University Press,
572.
Yogyakarta.
573.
University
574.
Press, Yogyakarta.
575.
579.
580.
Ratno. 2006. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penerbit
581.
Sudarmono.
2003. Pedoman
Pemeliharaan
Ayam
Ras
Petelur.
Kanisius. Yogyakarta.
582.
Penebar Swadaya. Jakarta Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT.
Gramedia, Jakarta.
583.
Bogor.
586.
587.
Yogyakarta.
588.
Yogyakarta.
590.
Swadaya, Jakarta.
591.
Academy of Science.
592.
593.
594.
Siregar, A.P., dan M. Sabrani. 1970. Teknik Modern Beternak Ayam. C.V.
Yasaguna, Jakarta.
596.
601.
602.
603.