Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oct3
1. A.
LATAR BELAKANG
Salah satu masalah menyusui pada masa nifas adalah bendungan ASI ( engorgement
of the breast ). Bendungan ASI terjadi kerena penyempitan duktus laktiferus atau oleh
kelenjar- kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna karena kelainan pada
putting susu. Keluhan yang dirasakan antara lain payudara terasa berat, bengkak,
keras, dan nyeri. Pencegahan terjadinya bendungan payudara sebaiknya dimulai sejak
hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya masalah pada payudara
(Mochtar, 1998).
Salah satu cara mengatasi masalah menyusui tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan payudara. Pendidikan
kesehatan merupakan salah satu upaya dalam informasi, pengetahuan pada
masyarakat untuk berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan. Dampak yang
timbul dari cara ini terhadap perilaku kesehatan masyarakat akan memakan waktu
lama. Namun apabila perilaku tersebut diadopsi masyarakat, maka akan langgeng
bahkan selama hidup dilakukan ( Notoadmojo, 2003 ). Pendidikan kesehatan pada
akhirnya bukan hanya meningkatkan pengetahuan atau kesadaran pada masyarakat
saja, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan.
1. B. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan
ASI sesuai dengan prosedur penatalaksanaan pada masalah payudara bendungan ASI.
1. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengkaji data subjektif maupun objektif pada ibu
nifas dengan bendungan ASI.
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data, menegakkan diagnosa,
mengenali masalah dan menentukan kebutuhan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI.
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa potensial pada ibu nifas
dengan bendungan ASI.
4. Mahasiswa mampu menentukan antisipasi tindakan segera dan
melaksanakannya pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI.
6. Mahasiswa mampu menentukan tindakan sesuai rencana yang dibuat.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan
pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. A. TINJAUAN TEORI
1. 1. Anatomi Payudara
Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada
anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu untuk
makan bayi.
1. Struktur makroskopis
1)
Cauda Axillaris
Areola
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami
pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola
berwarna merah muda pada wanitayang berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi
lebih gelap waktu hamil.
3)
Papilla Mammae
Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat.
Papilla mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 cm, tersusun
atas jaringan erktil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka.
Permukaan Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium papillarre kecil-kecil
yang merupakan muara ductus lactifer.
1. Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah
jarinagn lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira
18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran
jaringan fibrosa.
Setiap lobus tersusun atas bangun sebagai berikut :
1) Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh
sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor-faktor dari
darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling alveolus terdapat selsel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang, apabila sel ini dirangsang oleh
oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
2) Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli.
3) Ductus Lactifer
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
lactifer.
4) Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat
penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
1. 2. Fisiologi Laktasi
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi
menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli
melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke
dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan,
dimana yubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI
dalam sistem payudara (Saleha, 2009).
1. Produksi Air Susu Ibu
Prolaktin merupakan hormon yang disekresi oleh glandula pituitari anterior, penting
untuk produksi air susu ibu. Dalam sirkulasi maternal kadar hormon ini meningkat.
Kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepasnya pada akhir proses
persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai
tingkat pada dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin (verralls, 1997)
1. Pengeluaran Air Susu
1) Reflek Produksi
Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormon prolaktin yang akan
menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli untuk memproduksi susu yang akan
disiapkan dalam lumen. Pembendungan ASI yang terjadi dalam alveolus akan
menyebabkan adanya penekanan pada pembuluh darah, sehingga akan menyebabkan
penurunan prolaktin dalam darah sehingga sekresi ASI berkurang (Mommies, 2006)
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari kurang seringnya menyusui atau
memerah payudara, bayi tidak bisa menghisap secara efektif dan kurangnya gizi ibu.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah
frekuensi pemberian susu, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat melahirkan, usia
ibu dan paritas, stress dan penyakit akut, merokok, mengkonsumsi alkohol dan
penggunaan pil kontrasepsi (Saleha, 2009)
2) Reflek Let Down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang akan
menyebabkan kontraksi sel yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal
di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif terhadap faktor kejiwaan ibu dan
proses produksinya dapat terhambat jika ibu lelah, merasa malu atau tidak pasti.
Produksi ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan
kemampuannya menyusui.
Faktor-faktor yang akan meningkatkan reflek let down antara lain : melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi
(saleha 2009).
1. 3. Masalah yang Sering Timbul Dalam Masa Laktasi
Masalah yang biasanya timbul dalam pemberian ASI yang disebabkan karena masalah
pada payudara antara lain : puting susu rata, puting susu lecet, bendungan payudara,
saluran ASI tersumbat, mastitis dan abses payudara. Dan masalah yang sering timbul
dari faktor bayi antara lain : bayi bingung puting dan enggan menyusu. Sedangkan
masalah lain yang sering timbul adalah adanya sindrom ASI kurang dan ibu bekerja
(sarwono, 2005).
1. 4. Engorgement
1. Pengertian
Engorgement yang biasa disebut dengan payudara bengkak disebabkan pengeluaran
ASI yang tidak lancar karena bayi tidak sering menyusu atau terlalu cepat disapih.
Dapat pula disebabkan adanya gangguan let down reflex (Sarwono, 2005).
1. Gejala
Gejala yang biasa muncul bila engorgement terjadi antara lain peyudara terasa penuh,
panas, berat dan keras, tidak terlihat mengkilat, edema atau merah. ASI biasanya
mengalir lancar dan kadang-kadang menetes keluar secara spontan, namun ada pula
payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sngat nyeri. Ibu kadangkadang menjadi demam, namun biasanya akan hilang dalam 24 jam (Tanaya, 2006).
1. Penyebab
1) Faktor Hormon
Proses pembentukan ASI dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan
hormon prolaktin. Ketika payudara mulai digunakan untuk menyusui, dibawah areola
terdapat saluran yang melebar yang disebut sinus lactiferus yang berfungsi untuk
menampung air susu (Rianto, 2009)
Setelah bayi lahir dan placenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 23 hari. Dengan ini fungsi dari hipotalamus yang menghalangi pituitary lactogenic
hormone
( prolaktin ) waktu hamil sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak
dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan
alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya
dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi
alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut (Sarwono, 2005)
2) Hisapan Bayi
Saat kembali bekerja, usahakan memerah ASI dan kedua belah payudara minimal
empat jam sekali sebanyak tiga kali selama jam kerja (Saleha, 2009).
a)Posisi menyusui
Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Lecet pada puting susu dan
payudara merupakan kondisi tidak normal dalam menyusui, tetapi penyebab lecet
yang paling umum adalah posisi dan perlekatan yang tidak benar pada payudara
(Varney, 2007)
1.Posisi Madona ( menggendong )
Bayi berbaring miring, menghadap ibu, kepala, leher, punggung atas bayi diletakkan
pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk
memegang payudara jika diperlukan.
2. Posisi Menggendong menyilang
Bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher dan punggung atas bayi
diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu
menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
3. Posisi football (atau mengempit)
Bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu.
Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi. Ibu menggunakan tangan sebelahnya
untuk memegang payudara.
4. Posisi Berbaring Miring
Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling
nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan setelah melahirkan secara secsio
sesaria (Murkoff, 2002 )
b) Lama dan frekuensi menyusui
Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12x setiap hari. Tetapi
sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusi bayinya jika bayi menangis bukan karena
sebab lain (kencing, digigit semut/ nyamuk, BAB ) atau ibu sudah merasa ingin
menyusui bayinya.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam ( Inggrid, 2006 ).
Untuk menjaga keseimbangan kedua payudara diusahakan sampai payudara terasa
kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dari payudara yang
terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu mengunakan BH yang
dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
Pencegahan
Pentalaksanaan
Mempersiapkan alat (2 buah kom sedang masing-masing diisi dengan air hangat dan
dingin, 2 buah waslap, 2 buah handuk, minyak kelapa/baby oil secukupnya dan kapas)
1.
2.
3.
4.
Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh ibu nifas, antara lain ( Saleha, 2009) :
a) Kebutuhan Fisik
1.
2.
3.
4.
Istirahat cukup
Makan makanan yang bergizi
Sering menghirup udara segar
Lingkungan yang bersih
b) Kebutuhan Psikologi
Stress setelah melahirkan dapat distabilkan dari dukungan keluarga yang
menunjukkan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
c) Kebutuhan Sosial
Adanya informasi konkret yang sangat berharga dari ibu ibu yang berpengalaman
sehingga ibu ibu yang kurang atau tidak berpengalaman dapat meniru tindakan ibu
yang dianggap baik.
d) Dukungan Psikososial
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
1. A.
TINJAUAN KASUS
Nomor MR
Tanggal/jam
S Identitas Pasien
IBU
Nama
Umur
Agama
SUAMI
: Ny. S
Tn. D
: 34 tahun
34 tahun
: Islam
Islam
Suku
: Jawa / Indonesia
Jawa / Indonesia
Pendidikan
: SMP
SMP
Pekerjaan
: Swasta
Swasta
Alamat
Anamnese
1. Alasan kunjungan
Ibu nifas hari ketiga mengatakan payudara kanan dan kiri terasa penuh dan nyeri
1. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali.Kawin pertama umur 23 tahun. Dengan suami sekarang 10 tahun.
1. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun. Siklus 28 hari.Teratur. Lama & hari. Encer. Bau amis. Tak
Dismenore. HPM : 13 Desember 2010. HPL : 20 September 2010
1. Riwayat Obstetri
P3 Ab2 Ah3
Hamil ke
Persalinan
UK
Jenis
Tgl lahir
BB Lahir
Oleh
(mg)
Nifas
Komplikasi
JK
Laktasi
Petrsalinan
Komplikasi
(gram)
Ibu
Bayi
th 1998
39
spontan
dukun
tidak ada
tidak ada
laki2
3100
ya,asi eksklusif
tidak ada
th 1999
12
abortus
dokter
tidak ada
tidak ada
th 2003
39
spontan
dukun
tidak ada
tidak ada
laki2
3500
ya,asi eksklusif
tidak ada
th 2008
12
abortus
dokter
tidak ada
tidak ada
21/09/10
+1
40
spontan
bidan
tidak ada
tidak ada
laki2
3700
tidak ada
hanya ASI
1. Riwayat Kontrasepsi
No JenisAlkon Mulai memakai
Berhenti / Ganti Cara
Tgl
Oleh Tempat Keluhan Tgl
Oleh Tempat Keluhan
Pil
Th1998 bidan BPS
1. Riwayat Kesehatan
tidak ada
tidak ada
Ibu mengatakan dirinya dan keluarganya tidak menderita penyakit seperti darah
tinggi, gula, jantung, asma, dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis
B.
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Masa Kehamilan
: 40+1 minggu
Tempat Persalinan
Jenis persalinan
: spontan
Komplikasi
: tidak ada
Plasenta
Kelainan
: tidak ada
Perineum
: rupture derajat 2
Perdarahan
: kala I
kala II
:-
kala III
: 70 cc
kala IV
: 100 cc
:-
1. Keadaan BBL
Lahir tanggal
PB/BB
: 49 cm/3700 gram
Cacat bawaan
: tidak ada
Pemeriksaan Umum
KU
: baik
Kesadaran
: CM
BB
: 65kg
Suhu
: 37o C
TD
: 110/70 mmHg
Nafas
: 20 x permenit
Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
Mata
Mulut
caries gigi
: Bibir lembab, warna merah muda, tidak ada stomatitis, tidak ada
1. Leher
Puting susu
: bersih, menonjol
Asi
: keluar lancar
1. Abdomen
Bentuk
Bekas luka
: tidak ada
TFU
1. Ekstermitas
Odem
: tidak ada
Varises
: tidak ada
Reflek patella
:+/+
1. Genetalia luar
Odem
: tidak ada
Varises
: tidak ada
Bekas luka
: jahitan perineum
Jahitan
: masih basah
Sekret
: pengeluaran lochea sanguinolenta, berwarna merah, bau amis
khas darah, jumlah satu kali ganti pembalut
1. Anus
A
kering dan tak infeksi, ganti pembalut sebelum penuh, serta tidak terlalu sering
menyentuh jahitan.
Ibu mengerti cara menjaga kebersihan alat kelamin dan akan melaksanakan sesuai
anjuran bidan.
1. Melakukan kontrak kunjungan ulang tanggal 29 September 2010 untuk
kontrol nifas dan mengimunisasikan bayinya atau jika ada keluhan.
Ibu bersedia kontrol nifas dan mengimunisasikan anaknya.
1. B.
PEMBAHASAN
Dari pengkajian data subjektif didapat informasi bahwa payudara terasa penuh dan
nyeri,serta dalam data objektif didapatkan hasil pemeriksaan bahwa payudara kanan
dan kiri tegang dan agak keras yang merupakan ciri-ciri payudara bengkak sehingga
diagnose kebidanannya adalah Seorang Ny S umur 34 tahun P3 Ab2 Ah2 nifas hari ke
tiga, dengan payudara bengkak, kontraksi baik , TFU pertengahan pusat dengan
simpisis, lochea sanguinolenta.
Dari diagnosa kebidanan yang tepat, maka planning yang dibuat bisa tepat dalam
mengatasi masalah. Cara mengatasi payudara bengkak yang dilakukan pada pasien
sudah sesuai dengan teori.
BAB IV
PENUTUP
1. A.
KESIMPULAN
Dari hasil asuhan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa asuhan yang
diberikan sesuai dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan payudara
bengkak
:
1. Pengkajian data dilakukan secara menyeluruh yang meliputi identitas,
anamnesa, data subjektif dan objektif.
2. Hasil pemeriksaan didapat TD : 110/70 mmHg, R : 20x/menit, S : 36,7 oC,
TFU : pertengahan pusat dengan sympisis, lochea sanguinolenta.
3. Berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan dapat ditentukan diagnosa
kebidanannya adalah Ny S umur 34 tahun P 3 Ab 2 Ah 3 nifas hari ke tiga,
dengan payudara bengkak, kontraksi baik, TFU pertengahan pusat dengan
simpisis, lochea sanguinolenta
4. B. SARAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan payudara bengkak,
penulis menyarankan agar :
1. Bagi pasien :
Agar ibu jangan sampai takut menyusukan ASInya pada payudara yang bengkak
supaya menurunkan ketegangan payudara serta lebih sering menyusui bayinya (on
demand)
1. Bagi mahasiswa dapat menerapkan segala pengetahuan yang didapatkan baik
yang di kampus maupun yang di lapangan.
sumber:
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, dkk. 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yay