Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
A. Pengertian
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat. (Suriadi,
2001).
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges dan CSF (Wong, 2003).
B. Etiologi
Bakteri
Pada neonatus, organisme primer penyebab meningitis adalah basil enteric gram
negatif, batang gram negatif dan streptokokus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan
sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis adalah haemophilus influenzae
tipe B. Meningitis pada anak yang lebih besar umumnya disebabkan oleh infeksi
Neisseria
meningitidis atau infeksi stafilokokus.
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang
mendapat obat-obat imunosupresi
Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan system persarafan.
C. Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan cara
hematogen atau limfogen, perkontuinitatum, retrograd melalui saraf perifer atau dapat
langsung masuk CSF.
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan respon
peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel sel sebagai
respon peradangan. Eksudat yang terbentuk terdiri dari bakteri bakteri fibrin dan
lekosit yang dibentuk di ruang sub arachnoid. Penambahan eksudat di dalam ruang
sub arachnoid dapat menimbulkan respon peradangan lebih lanjut dan meningkatkan
tekanan intra cranial. Eksudat akan mengendap di otak, syaraf-syaraf spinal dan spinal.
Sel sel meningeal akan menjadi edema dan membran sel tidak dapat lebih panjang
lagi untuk mengatur aliran cairan yang menuju atau keluar dari sel. Vasodilatasi yang
cepat dari pembuluh darah dapat terjadi, sehingga dapat menimbulkan ruptur atau
trombosis dinding pembuluh darah. Jaringan otak dapat menjadi infark, sehingga dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial lebih lanjut. Proses ini dapat
menimbulkan infeksi sekunder dari otak jika bakteri makin meluas menuju jaringan otak
sehingga menyebabkan encephalitis dan ganggguan neurologi lebih lanjut (Wong, 2003
dan Pillitteri, 1999).
D. Manifestasi Klinis
1. Neonatus
Demam
Letargi
Iritabilitas
Refleks hisap buruk
Kejang
Tonus buruk
Diare dan muntah
Fontanel menonjol
Opistotonus
2. Bayi dan anak kecil
Letargi
Iritabilitas
Pucat
Anoreksia
Mual dan muntah
Peningkatan lingkar kepala
Fontanel menonjol
Kejang
3. Anak lebih besar
Sakit kepala
Demam
Muntah
Iritabilitas
Fotofobia
Kaku kuduk dan tulang belakang
Tanda Kernig positif
Tanda Burzinski positif
Opistotonus
Konfusi
Kejang
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pungsi lumbal dan kultur CSS
Jumlah leukosit (CBC) meningkat
Kadar glukosa darah menurun
Protein meningkat
Tekanan cairan meningkat
Asam laktat meningkat
Glukosa serum meningkat
Identifikasi organisme penyebab
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Kultur nasofaring, untuk menetapkan organisme penyebab
1.
2.
3.
4.
5.
J. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan kranial
Kriteria hasil : Anak akan melaporkan nyeri kepala hilang atau terkontrol
Intervensi/rasional :
Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Mengurangi reaksi terhadap stimulan dari lingkungan
Tingkatkan tirah baring
Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit
Rasional : menurunkan iritasi meningeal
Kolaborasi : pemberian analgetik
Rasional : menghilangkan nyeri yang berat
2. Hipertermi b.d proses infeksi
Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal
Intervensi /rasional :
Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
Rasional : suhu 38,9 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
Pantau suhu lingkungan
Rasional : Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal
Berikan kompres hangat
Rasional : Untuk mengurangi demam
Berikan selimut pendingin
Rasional : Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C
Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik
Rasional : Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus
3. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran
Kriteria hasil : Mempertahankan fungsi persepsi
Intervensi/rasional :
Kaji tingkat kesadaran sensorik
Rasional : Tingkat kesadaran sensorik yang buruk dapat meningkatkan resiko terjadinya
injury
Kaji reflek pupil, extraocular movement, respon terhadap suara, tonus otot dan reflekreflek tertentu
Rasional : Penurunan reflek menandakan adanya kerusakan syaraf dan dapat
berpengaruh terhadap keamanan pasien
Hilangkan suara bising
Rasional : Menurunkan stimulan dari lingkungan
Ajarkan pada orang tua untuk memantau komplikasi jangka panjang serta tanda dan
gejalanya