Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ARTIKEL
Oleh:
HERY PRIMA SAPUTRA
NPM: 0910012111223
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2015
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PERSETUJUAN ARTIKEL
No. Reg: 26/PID-02/XII-2015
Nama
Nomor
: 0910012111223
Program Kekhususan
: Hukum Pidana
Judul Skripsi
Telah dikonsultasikan dan disetujui pada Hari Rabu Tanggal Dua Puluh Tiga
Bulan Desember Tahun Dua Ribu Lima Belas untuk di upload di website
ABSTRAK
Implementing in law enforcement efforts have been made to combat the criminal
offense of society. One of them by imposing criminal sanctions against the
perpetrators contained in Article 10 of the Criminal Code. In the Criminal Code of
crimes punishable by the death penalty is a crime that is considered very severe.
The application of the death penalty raises debate going on regarding the death
penalty are referring to the philosophical framework used. Formulation of the
problem: (1) How is the perception of the judge to sentence of death in Indonesia
criminal law ?. (2) How does the perception of the judge on the death penalty in
Indonesia settings in the Draft Bill ?. Research using socio legal research. Data
sources include primary data and secondary data. The technique of data collection
is interviews and document study. Data were analyzed qualitatively. Results: (1)
Perceptions of judges against a sentence of death in Indonesia criminal law that
the application of the death penalty can be carried out because of the destination
including criminal prosecution. (2) The perception of the judge on the death
penalty in Indonesia regulation in the Draft Penal Code that the judges agreed the
death penalty because the death penalty in the draft Criminal Code included in the
main criminal that is an alternative.
Keywords: Perception, Judge, Criminal, Dead
mengabdi pada kepentingan nasional.
PENDAHULUAN
Pada
dasarnya
manusia
memerlukan
hukum
untuk
Dalam
menegakkan
melaksanakan
hukum
itu
sendiri
dikenal
penanggulangan
kesejahteraan
yang
harus
dapat
mengayomi
masyarakat
upaya-upaya
dan
terjadinya
untuk
tindak
berperan
dalam
masyarakat
serta
sebagai
istimewa.
Kejahatan-kejahatan
hukum
sanksi
pembunuhan
hukum
pidana
tertentu
dan/atau
dilakukan
perbuatan-
dengan
faktor
pemberat,
Dalam
mengatur
2.
tentang
terhadap
orang
nestapa
Kejahatan-kejahatan
terhadap
pelanggar
terakhir
(2)KUHP).
hanya
seperti
kepada
3.
merupakan
obat
pencegahan
sudah
tidak
praktik
Masalah
telah
masyarakat
dan
kriminologi.
pidana
pidana
kejahatan
pidana
Di
mati
ini
sering
menimbulkan
praktisi
hukum
dalam
KUHP
mengenai
yang diancam
dengan
pada
mati
hanyalah
serta
digunakan.
sangat
penolakan
terbatas.
Adapun
tindak
landasan
mati
yang
filosofis
yang
Ketidakseimbangan
pidana
mati
dalam
dari
1.
Kejahatan-kejahatan
yang
keragu-raguan
dalam
menentukan
masyarakat
sikap
tentang
kejahatan
terhadap
keamanan negara;
kejahatan,
khususnya
terhadap
sudah
tidak
relevan
lagi
untuk
mati
dianggap
pengingkaran
pemidanaan
menganyomi
masyarakat.
sebagai
bentuk
dari
tujuan
satunya
yang
salah
ayat
Kalangan
yang
penerapan
kontra
terhadap
pidana
mengemukakan
mati
alasan
1964
bahwa
tentang
Pelaksanaaan
Tata
Pidana
Cara
Mati
yang
Dijatuhkan
oleh
Lingkungan
Umum
ketinggalan
zaman.
Dari
segi
dan
Militer
ini
diadakan
mencegah
tentang
di
untuk
mengatur
Pengadilan
cara
pengadilan,
mempertahankan
mati
umum
Undang-Undang
hukuman
Hukum
Pidana
pengaturan
pidana
atau
maka
tata
pelaksanaan
peradilan
militer
mati.
mati
mengatakan
sudah
padahal
kasus
tersebut
telah
berbagai
dilakukan,
termasuk
terakhir
negara
diberitahu.
setuju
permasalahan
kekeringan
mereka,
persiapan
asal
menambahkan
terpidana
Kejaksaan
hukuman
mati
sudah
Agung
untuk
METODOLOGI
pertimbangan-pertimbangan
Jenis
penelitian
digunakan
nampak pertimbangan-pertimbangan
hukum
tidak
jalannya
dari
ditolak
menyulitkan
oleh
Indonesia,
dalam
yang
yang
penelitian
berlaku
perundang-undangan
ini
dengan
yang
Presiden
republik
Kejaksaaan
Agung
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Sedangkan studi
dokumen
dengan
penelitian
dengan
Siswatmono
di
lapangan
Radiantoro
selaku
mempelajari
yaitu
kualitatif.
bapak
Hakim
data
Padang
Mahyudin
selaku
mengenai
data
statistik
Dimana
dokumen-
sekunder
1. Secara
penulis
yang
umum
akan
kemudian
pidana
mati
didefinisikan
berhadapan
kehidupan
diarahkan
secara
pada
fisik
suatu
dan
masalah
antara
berkaitan
oleh
yang
wawancara
adalah
teknik
terstruktur.
Teknik
manusia,
pidana
sebagai
terdapat
pemberian
dimana
mati
dengan
di
sanksi,
suatu
sangat
pemidanaan
dalam
hal
sedangkan
peneliti
dengan
dalam
wawancara
pengumpulan
datanya.
seseorang
pidana
dengan
norma
menegakkan
hukum
dengan
demi
negara
yang
pidana,
mendatangkan
rasa
tindak
HAM
masih
kekurangannya
mendekati
Pengahapusan
turunan
serius
pelanggaran
lainnya,
yaitu
dan
damai
Kovenan
tentang
memiliki
dalam masyarakat.
ada
Kedua
memulihkan
keseimbangan
Protokal
oleh
Kovenan
ratifikasi
Tambahan
ditimbulkan
ratifikasi
dengan
sehingga
orang
menjaminnya.
mengadakan
menjadikannya
untuk
Sayangnya
terpidana
pembinaan
narapidana.
pengayoman masyarakat.
b. Memasyarakatkan
menjadi
tapi
antara
vonis
hukuman
mati
tujuan
mati
praktisi
(non-derogable
lembaga
rights)
ini
menjadi
hukum,
swadaya
masyarakat,
Internasional.
pengkajian
dan
pemerintahan,
masyarakat,
bahkan
dunia
pidana
dan
perang,
termasuk
bila
mati
masih
memiliki
dengan
berdasarkan
terorisme,
pembunuhan
keadilan
kemampuan
nalar
korupsi,
berencana
ukuran
dan
pasal
terhadap
untuk
Indonesia masih
melindungi
dari
membahayakan
kelangsungan
kita
lainnya
pidana
sekarang ini
mati,
masyarakat
semua
hendaknya
bisa
tersendiri
yakni
untuk
pidana
penjara
cita
hukum
kepastiam
yaitu
dan
keadilan,
bisa
namun
sebagai
dalam
manfaat
praktiknya
itu
upaya
terakhir
untuk
masyarakat
dan
mengayomi
melenyapkan kejahatan-kejahatan
banyak
meskipun
bersifat
bisa
khusus.
mendekati
kesempurnaan
umum,
tetapi
Kekhususan
lebih
tersebut
mempertimbangkan
grasi ditolak.
secara
Berdasarkan
dari
hukum
masih
keraguan
kemungkinan
ketentuan
dibuka
menjatuhkan
mati
syarat
dalam
latar
pengaturan
menjadi
pidana
ingin
terdapat
mengenai
pasal
yang
pidana
tercantum
salah
satu
membatasi
pidana
perasaan
mati
ini
pelaksanaan
pidana
belakang
di
masa
dari
pidana
ke
kebijakan
mati
yang
sesuai
dengan
keadilan
yang
penjatuhannya
tidak
boleh
politik
ini
pengancamannya
ditegaskan
yakni
pun
tidak
hanya
penting
selalu
undang-undang
terutama
hakim
hukum
pidana
yang
Dipertahankannya
sanksi
terjebak
sekilas
untuk
mudah
memang
mengandung
pidana
dari
pentingnya
sanksi
andalan
penggunaannya
untuk
yang
mengatasi
kejahatannya
Indonesia
ide
ini
dasar
tentu
oleh
kehidupannya
berkesempatan
penjatuhan
memperbaiki
mati
yang
mengenai
perlindungan
pidana
mendatang
hukum
sulit
untuk
untuk
dimatikan
sehingga
tidak
untuk
diri
dari
kesalahan/kejahatan
sebagai
(sarana
ultimum
terakhir
remidium
dalam
upaya
yang
87
10
RUU
KUHP
dan
bahwa
secara
sebagai
dan
bahwa
pidana
alternatif
mati
dijatuhkan
eksistensi
tidaklah
pidana
dimaksudkan
ini
untuk
pelanggaran
(prevensi)
tujuan
dilakukannya
dari
suatu
SIMPULAN
Persepsi
Hakim
Terhadap
pelanggaran
terhadap
masyarakat.
Sedangkan
teori
teori
Doel
pemidanaan
retributif
yaitu
(Pembalasan),
Theorien
(teori
tujuan),
dan
si
penjahat
ketertiban
menurut
mengulangi
kejahatan
Dilihat
pandang
seolah-olah
dari
sudut
kejam
berprikemanusiaan,
direnungkan
dan
tidak
namun
jika
secara
ketertiban
mendalam,
atau
menahan
lagi
masyarakat,
calon
yang
menitikberatkan pada
berpotensi
melakukan
kejahatan-
11
salah satu
pidana mati
kehidupan
Ancaman
kejahatan
dan
pemberatasan
masyarakat.
yang
beragam
akan
suatu
tindak
pidana
yang banyak.
Persepsi
hakim
tentang
pidana
mati
dicantumkan dalam
mati
secara
yaitu
alternatif
hanya
dapat
tetapi
untuk
dalam
mendatang
untuk
Pidana
pidana
RUU
mati
KUHP
merupakan
DAFTAR PUSTAKA
12
masih
kasus
terdapat
keraguan
yang bersangkutan,
menjatuhkan
pidana
mati
ketiga,
Departemen
Pendidikan Nasional.
13