Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. penyebab paling umum dari inflamasi akut
kuadran kanan bawah rongga abdomen dan penyebab paling umum dari
pembedahan abdomen darurat.(Dermawan,2010)(Brunner,2000)
Apendiksitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus yang
memerlukan laparatomi dengan menyingkirkan umbal cacing yang terinfeksi, bila
tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarnakan oleh pertonitis dan shock
ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (anonim, appendiks,2007). Comment:
Menurut Corwin, 2009, Inflamasi di apendiks, yang dikenal dengan apendisitis,
dapat terjadi (1) tanpa penyebab yang jelas, (2) setelah obstruksi apendiks oleh
feses atau (3) akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahnya. Inflamasi
menyebabkan apendiks membengkak dan nyeri yang dapat menimbulkan gangren
karena suplai darah terganggu. Apendiks juga dapat pecah; biasanya terjadi antara
36 dan 48 jam setelah awitan gejala.
Apendik periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih
sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan,
di bawah katup iliocaecal, tepatnya pada dindimg abdomen di bawah titik Mc
Burney. Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendisitis akut adalah keadaan yang
di sebabkan oleh peradangan yang mendadak pada suatu apendik. Apendik
merupakan penyakit mayor yang sering terjadi, walaupun apendisitis dapat terjadi
setiap usia, namun paling sering pada orang dewasa muda, sebelum era antibiotik,
mortalitas penyakit ini tinggi (D.dermawan & Tutik R,2010). Comment: Menurut
Smeltzer dan Bare (2001), apendisitis sering terjadi pada pria lebih banyak
daripada wanita, remaja lebih sering daripada dewasa. Meskipun dapat terjadi
10
pada usia berapapun, apendisitis paling sering terjadi antara antara usia 10 - 30
tahun.
Apendisitis akut adalah nyeri atau rasa tidak enak disekitar umbilicus
berlangsung antara 1 sampai 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke
kuadran kanan bawah (titik Mc Burney) dengan disertai mua, anoreksia dan
muntah (Lindseth,2006).
Apendisitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu,
radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi. Kriteria mikroskopik apendiks kronik adalah
fibrosis menyeluruh dinding apendik, adanya jaringan parut dan ulkus lama di
mukosa, dan inflamasi kronik (Pieter,2005)
Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat appendiks yang
meradang (Adityarini,2011) jadi post operasi apendiktomi adalah massa dimana
klien telah mengalami o;perasi pengangkatan apendik akibat
peradangan
11
Patofisiologi
Apendik belum di ketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum.
Peradangan pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa /
obstruksi lumen (feses keras). Penyumbatan pengeluaran sekret mukus
mengakoibatkan perlengketan, infeksi dan terhambatnya aliran darah.dari keadaan
hipoksia menyebabkan gangren atau dapat terjadi ruptur dalam wakru 24-36 jam.
Bila proses ini berlangsung terus menerus organ di sekitar dinding apendik terjadi
perlengketan dan menjadi asbes (kronik). Apabila proses infeksi sangat cepat
(akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan komplikasi yang
sangat serius . infeksi kronis dapat terjadi pada apendik, namum hal ini tidak
selalu menimbulkan nyeri di daerah abdomen. (Dermawan dkk, 2010)
Penyebab utama apendisitis adalah obtruksi penyumbatan yang dapat
disebabkan hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,
adanya fekalit dalam lumen apendik. Adanya benda asing seperti cacing, bijibijian, striktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain
misalnya keganasan (karsinoma karsinoid). (Dermawan dkk, 2010)
Obtruksi apendik itu menyebabkan mukus yang di produksi mukosa
terbendung,makin lama mukus makin banyak dan menekan dinding apendik
oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karna itu
persarafan apaaendik sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu di
rasakan sebagai rasa sakit di sekitar umbilikus. (Dermawan dkk, 2010)
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menajdi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium pariental setempat,
sehingga menimbulkan rasa sakit di kanan bawah, keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut. (Dermawan dkk, 2010)
Bila kemudia aliran arteri terganggu makan timbul alergan dan ini disebut
dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding apendik yang telah akut itu pecah,
12
13
2.1.4 Pattway
1. Pathway Pra Operasi Apendisitis
Sumber : Nanda & http://trisnokreatif.blogspot.com/2014/12/asuhankeperawatan-apendisitis.html
Apendisitis
Secresi mucus berlebih
pada lumen apendik
Apendik teregang
Peradangan apendik
Spasme dinding
apendik
Perforasi
Abses
peritonitis
Apendiktomi
Insisi bedah
Distensi
abdomen
Nyeri
Kondisi dan
prognosis
penyakit
Perencanaan
pembedahan
ansietas
kerusakan
jarngan
Masuknya kuman
Menekan
gaster
Peningkatan
HCL
Mual Muntah
Pembatasan
intake cairan
Resiko
kurang
volume
Resiko infeksi
Febris
14
Appendicitis
Peradangan pada
jaringan
Operasi
Luka insisi
Apendic teregang
Kerusakan jaringan
Resiko infeksi
Pelepasan
prostaglandin
Kerusakan Integritas
jaringan
Stimulasi dihantarkan
Spasme dinding
apendik
Spinal cord
Nyeri
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
anastesi
Hipoksia jaringan
apendik
Resiko ketidakefektifan
perfusi gastrointestinal
Reflek batuk
peristaltic usus
Depresi system
respirasi
Distensi abdomen
anoreksia
Gangguan rasa
nyaman
Resiko kekurangan
vol. cairan
2.1.5
ulcerasi
perforasi
Akumulasi sekret
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Menifestasi Klinis
15
apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual
dan muntah. Setelah beberapa jam mual hilang nyeri berpindah ke perut kanan
bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini penderita merasakan nyeri
tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam.
Demam bisa mencapai 37,8 38,8 Celcius. Pada bayi dan anak-anak,
nyerinya bersifat menyeluruh, disemua bagian perut. Pada orang tua dan
wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya
tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi
berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (jitowiyono
dkk, 2012)
Comment: Menurut Smeltzer dan Bare (2001), tanda dan gejala dapat dilihat
pada Tanda Rosving, dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran kiri
bawah, yang secara paradoksial akan menyebabkan nyeri yang terasa pada
kuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi lebih
menyebar, dstensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik, dan kondisi pasien
memburuk.
2.1.6
Komplikasi.
Komplikasi paling serius adalah ruptur apendiks. Hal ini terjadi jika
apendisitis terlambat di diagnosis atau di terapi. Kasus ini paling sering terjadi
pada bayi, anak, atau orang tua. Bocornya apendik dapat menyebabkan peritonitis
dan pembentukan abses. Peritonitis adalah infeksi berbahaya yang terjadi akibat
bakteri dan isi apendik keluar mencemari rongga perut. Jika tidak di obati dengan
cepat, peritoitis dapat berakibat kematian. Abses adalah massa lunak yang berisi
cairan dan bakteri, biasanya terbentuk sebagai upaya tubuh untuk melokalisir
infeksi ( syamsuhidayat, 2002)
1. Perforasi apendiks :
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama (Comment: Menurut
Smeltzer dan Bare (2001), secara umum perforasi terjadi 24 jam setelah awitan
nyeri, dengan suhu demam lebih dari 37,7 derajat celcius, nyeri tekan abdomen
yang kontinyu), observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut. Tanda-
16
tanda perforasi meliput meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran
kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau absen yang terlokalisasi, ileus,
demam, malise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis
umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang,
diagnosis dapat di tegakkan dengan pasti.
2. Peritonitis abses
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi
untuk menutup asal perforasi. Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di
kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah rektum vagina.
2.1.7 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik
Ada 2 cara pemeriksaan :
1. Psoas sign
Pasien terlentang, tungkai kanan lurus dan ditahan oleh pemeriksa.
Pasien disuruh aktif memfleksikan articulatio coxae kanan, akan terasa
nyeri di perut kanan bawah (cara aktif)
Pasien miring ke kiri, paha kanan dihiperekstensi oleh pemeriksah,
akan terasa nyeri di perut kanan bawah (cara pasif)
17
Obturator sign
Dengan gerakan fleksi dan endorotasi articulation coxae pada posisi
supnie akan menimbulkan nyeri. artinya appendix terletak di pelvis
18
netrofil di atas 75% sedang pada yang mulai meningkat pada 6-12 jam
2.
3.
4.
5.
terlokalisasi
Pemeriksaan urine juga perlu dilakukan untuk membedakan dengan
kelainan pada ginjal dan saluran kemih
2.1.9 Penatalaksanaan
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi
apendik. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di observasi,
istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan
yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadi perforasi di berikan drain di
perut kanan bawah (syamsuhidayat, 2002).
Bila diagnosis sudah pasti, makan terapi yang paling tepat dengan tindakan
operatif yaitu :
1) Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, di berikan antibiotik
dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk
tirah dan dipuasakan. Comment: Menurut Smelzer dan Bare (2001),
tindakan pra operatif apendisitis adalah perawat menyiapkan pasien
untuk pembedahan, pemasangan infus intravena untuk meningkatkan
fungsi ginjal adekuat dan menggantikan cairan yang telah hilang.
Aspirin untuk mengurangi peningkatan suhu sedangkan antibiotik untuk
mencegah infeksi. Apabila terjadi ileus paralitik, selang nasogastrik
dapat dipasang.
19
20
21
Keluhan sebagai rasa nyeri atau gejala tak jelas (sehubung dengan
lokasi
apendiks,
contoh
retrosekal
atau
sebelah
ureter).
(Doenges,1999)
6. Keamanan
Gejala : Demam, mengigil (Doenges, 1999)
7. Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala : Pernapasan Takipnea, pernapasan dangkal
5) Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan Doenges (2011), pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan antara lain :
a) Tes urine sampel urin dikumpulkan dalam wadah khusus di
penyedia pelayanan kesehatan atau fasilitas umum dan dapat
diuji di lokasi yang sama atau dikirim ke laboratorium untuk
-
analisis. (NIDKK,2013).
Urine (24 hours).kreatinin (normal ; 0,5 1,5 mg/dl), asam urat
(normal ; 3.4 7.0 mg/dl), kalsium (normal ; 1.5%-2.2% dari
berat tubuh), fosfat (normal, 2.5 4.5 mg/dl), oksalat atau
sistin mungkin meningkat (Doenges dkk,1999, Hidayat &
Uliyah,2004)
b) Tes Darah
Serum-ascites albumin gradient jika > 1.1 mg/dl sangat
mungkin sinosis hepatis jika < 1 mg/dl. Cari penyebab atau
kuasa lain Neutrofil > 250 mm cairan asites menujukkan
adanya infeksi atau keganasan (Hidayat & Uliyah,2004)
2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis trauma jaringan,
pembentukan edema ditandai dengan keluhan nyeri kolik, distraksi,
22
gelisah, meringgis, fokus pada diri sendiri, nyeri pada wajah, tegangan
otot, respons otonomatis (NANDA,1999)
Rasional : salah satu faktor penyebab apendisitis adalah timbulnya
mucus berlebih pada lumen apendik yang mempengaruhi kontraksi
otot pada dinding apendik. Kontraksi inilah yang menyebabkan rasa
nyeri. Nyeri juga dapat terjadi akibat distensi pada abdomen.
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang
tidak
23
6) Faktor psikologi
3. Resiko kekurangan volume cairan out berlebih (mual-muntah, demam,
diare)
Rasional : resiko kekurangan volume cairan disebabkan adanya
distensi pada abdomen yang kemudian menekan gaster naik sehingga
terjadinya peningkatan HCL berlebih dan terjadilah mual muntah.
Definisi : beresiko mengalami dehidrasi vaskuler,seluler, atau
intraseluler. (Nanda,2014)
Batas karakteristik / faktor resiko :
1) Kehilangan volume cairan aktif.
2) Kurang pengetahuan
3) Penyimpangan yang mempengaruhi akses cairan, asupan cairan
4) Kehilangan berlebihan memalui rute normal (diare)
5) Berat badan ekstrem
6) Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (status
hipermetabolik).
4. Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan (pra operasi)
Dorong pasien dan beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan
perasaannya serta jelaskan semua prosedur dan penanganan yang
dilakukan (Tucker S.M dkk,2008)
Rasional : Perencanaan pembedahan pada pasien apendisitis jadi
kecemasan tersendiri pada pasien yang akan melakukan tindakan
operasi yang mengakibatkan pasien gelisah, penurunan produktivitas
dan sulit tidur.
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. (NANDA 2012)
Batasan karakteristik :
1) Penurunan produktivitas
2) Gerakan yang irelevan
3) Gelisah
4) Insomnia
5) Mengekspresikan kekhawatiran
6) Tampak waspada
3. Perencanaan Keperawatan Pre operasi
Diagnosis Keperawatan No.1
Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis trauma jaringan,
pembentukan edema ditandai dengan keluhan nyeri kolik, distraksi, gelisah,
24
meringgis, fokus pada diri sendiri, nyeri pada wajah, tegangan otot, respons
otonomatis.
Tujuan : Nyeri hilang / terkontrol dalam waktu perawatan 3 hari.
Kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.
- Tampak rileks, mampu tidur / istrahat dengan tepat.
Intervensi :
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik,beratnya (skala 0 10) selidiki dan
laporkan perubahan dengan tepat (menggunakan metode PQRST ) contoh
peningkatan TD dan nadi, gelisah,merintih, menggelepar. (Doenges,2000)
Rasional :
Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
penyembuhan perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya
abses atau peritonitis. Nyeri tiba tiba dan hebat dapat mencetuskan
ketakutan, gelisah, ansietas berat ( Doenges dkk,1999)
2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler.
Bantu atau dorong jalan nafas bmbing imajinasi dan aktifitas teraupetik
Rasional:
Nafas berfokus meningkatkan suplai O2, sehingga menurunkan nyeri.
Gravitasi melokaliasasi eskudat inflamasi dalam abdomen bawah atau
pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi
telentang.
3. Perhatikan keluhan peningkatan / menetapnya nyeri abdomen.
Rasional:
Gunakan skala intensitas nyeri untuk mengukur nyeri dan untuk menilai
serta menentukan itervensi yang efektif untuk menghilangkan nyeri
peningkatan nyeri mungkin dapat mengidentifikasikan adanya infeksi
(ignatavisius & workman,2006)
4. Berikan analgesik sesuai indikasi
Norkotik : contoh meperidin (Demerol), morfin
Antispasmodik : contoh flavoksat (uripas), oksibutin (ditropan).
Rasional:
Menghilangkan nyeri mempermudah kerja sama dengan intervensi terapi
lain .
Narkotik biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik
abdomen dan meningkatkan relaksasi otot/mental.
25
Kaji adanya alergi makanan dan sejauh mana ketidak adekuatan nutrisi
klien.
Rasional :
Menganalisa penyebab dan monitoring tipe dan jumlah asupan perhari.
(Jitowiyono, 2012)
2. Perkirakan / hitung pemasukan kalori juga tentang komentar tentang nafsu
makan sampai minimal.
Rasional :
Mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan nutrisi berfokus pada
masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi pemasukan.
(Jitowiyono, 2012)
3. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional :
mengawasi ketidak efektifan secara diet, memantau pengurangan berat
badan yang ekstrim.
4. Berikan makan sedikit tapi sering
Rasional :
26
Tidak memberi rasa bosan dan mual serta pemasukan nutrisi dapat
ditingkatkan.
5. Konsul tentang kesukaan / ketidaksukaan pasien yang menyebabkan
distres.
Rasional :
Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa
kontrol dan mendorong untuk makan.
yang
27
Evaluasi tingkat ansietas, catat respons verbal dan non verbal pasien.
28
2. Keluhan Utama
Keluhan utama klien saat dikaji, klien post apendiktomi biasanya
mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan aktifitas.
3.Riwayat Kesehatan
a.Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien yang telah menjalani operasi apendiktomi pada umumnya
mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat
digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat
dan diistirahatkan. Nyeri dirasakan sperti ditusuk tusuk dengan skala
nyeri lebih dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di area operasi
dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha kanan dan
umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mngganggu
aktivitas sesuai rentang toleransi masing masing klien.
b.Riwayat Kesehatan Lalu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh
pada penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami
pembedahan sebelumnya
c.Riwayat Kesehatan Keluarga
29
2. Riwayat Sosial
Klien dengan post apendiktomi tidak mengalami gangguan dalam
hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan
hubungan social klien antara sebelum dan setelah menjalani operasi.
3. Riwayat Spiritual
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami
keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam kegiatan ibadah. Perlu
dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk
kesembuhannya
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
Klien yang menjalani operasi pengangkatan apendiks pada umumnya
mengalami kesulitan dalam beraktfitas karena nyeri yang akut dan
kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri
( mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku ), karena adaanya toleransi
aktivitas yang mengalami gangguan. Klien akan mengalami pembatasan
masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang
normalnya. Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan
konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake
oral dapat mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam
rentang normalnya. Klien juga dapat mengalami penurunan haluaran urine
karena adanya pembatasan masukan oral. Haluaran urine akan berangsur
normal setelah peningkatan masukan oral. Pola istirahat klien dapat
30
terhadap
dan
tirah
31
32
4)
5)
6)
patogen.
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
1. Gangguan peristaltik
2. Kerusakan integritas kulit
(pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)
3. Perubahan sekresi pH
4. Penurunan kerja siliaris
5. Pecah ketuban dini
6. Pecah ketuban lama
7. Merokok
8. Statis cairan tubuh
Ketidak adekuatan pertahanan sekunder.
1. Penurunan hemoglobin
2. Supresi respons inflamasi
Kerusakan jaringan
Trauma
kornea,
membrane
mukosa,
33
h.
i.
j.
melakukan
dan
Perencanaan Keperawatan
34
35
kerusakan
kulit/
kulit
Rasional :
Kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna kulit
sekitarnya. Lembaran tandur kulit harus merah mudah/ hangat dan
memutih (bila ditekan dengan jari) dengan kembalinya warna dalam
beberapa detik. Sianosis dan pengisisan lambat dapat menunjukkan
kongesti vena yang dapat menimbulkan iskemia/ nekrosis jaringan
2. Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan
Rasional :
Tekanan atau tegangan pada jahitan dapat mengganggu sirkulasi/
menyebabkan cedera jaringan
3. Ganti balutan sesuai indikasi
36
Rasional :
Balutan basah meningkatkan resiko kerusakan jaringan/ infeksi
4. Bersihkan sekitar luka operasi. Awasi semua sisi untuk tanda dan infeksi
luka, contoh kemerahan tak biasanya, peningkatan edema, nyeri, eksudat
dan peningkatan suhu
Rasional :
Mempertahankan area
bersih
meningkatkan
penyembuhan
dan
kenyamanan
5. Kolaborasi Berikan antibiotic oral, topical dan IV sesuai indikasi
Rasional :
Mencegah/ mengontrol infeksi (Doenges 2000)
37
38
4. Plan (P), merupakan rencana yang akan dilakukan tentang masalah yang
diindentifikasi.
Komponen evaluasi, mencakup aspek : KAPP (kognitif, Afektif,
Psikpmotor, dan Perubahan biologis).
1. Kognitif (pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan)
2. Afektif (sikap) klien terhadap tindakan yang dilakukan.
3. Psikomotor (tindakan/perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.
4. Perubahan biologis (tanda vital, sistem, dan imunologis)
(Nursalam,2011).