Sunteți pe pagina 1din 7

ANALISIS AUDIT OPERASIONAL BAGIAN PRODUKSI

(Studi pada PG. Wonolangan Kabupaten Probolinggo)

Mariska Okky Oktaviani


Moch. Dzulkirom AR
Dwiatmanto
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email: Marieska81@gmail.com

ABSTRACT
Business at the present time is growing rapidly and competition is also getting tougher. Therefore, in order
that, businesses can survive for a long time, enterprises should pay attention to the efficiency, effectiveness,
and economizing. Every company needs operational audit to analyze their operational activities so company
can determine the level of efficiency, effectiveness, and economizing. This study was conducted in the
Wonolangan Sugar Mill, Probolinggo which is a business unit of PT. Perkebunan Nusantara XI. The purposes
of this study to identify, analyze, and evaluate the implementation of the operational audit of the production
PG. Wonolangan so the level of efficiency, effectiveness, and economizing can be determine. Quantitative
approach was used to this descriptive research type of study. This study focused on the stages of the
operational audit to analyze efficiency, effectivieness, and economizing production in period 2012-2014. The
results from this study showed that the PG. Wonolangan has conducted operational audit in accordance,
although inefficient stages of the production in 2013-2014 still found, ineffective in 2013-2014, and
uneconomical in 2013. The efficiency and effectiveness of the production in PG. Wonolangan only occurred
in 2012 and economizing production occurred in 2012 and 2014.
Keyword: Operational Audit, Production, Efficiency, Effectiveness, Economizing
ABSTRAK
Bisnis pada masa sekarang ini sangat berkembang pesat dan persaingan juga semakin ketat. Oleh sebab itu,
agar bisnis dapat bertahan lama, perusahaan harus memperhatikan efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi.
Setiap perusahaan membutuhkan audit operasional untuk menganalisis kegiatan operasional sehingga
diketahui tingkat efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi. Penelitian dilakukan di Pabrik Gula Wonolangan
Kabupaten Probolinggo yang merupakan salah satu unit usaha dari PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui, menganalisis, dan mengevaluasi penerapan audit operasional bagian
produksi PG. Wonolangan sehingga diketahui tingkat efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Fokus penelitian ini pada tahaptahap audit operasional untuk menganalisis efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi bagian produksi pada tahun
2012-2014. Hasil dari penelitian ini bahwa PG. Wonolangan telah melakukan audit operasional sesuai dengan
tahapannya meskipun masih ditemukannya inefisien bagian produksi pada tahun 2013-2014, inefektif pada
tahun 2013-2014, dan inekonomis pada tahun 2013. Efisiensi dan efektivitas bagian produksi di PG.
Wonolangan hanya terjadi pada tahun 2012 dan ekonomisasi bagian produksi terjadi pada tahun 2012 dan
2014.
Kata Kunci: Audit Operasional, Produksi, Efisiensi, Efektivitas, Ekonomisasi

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016|


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

77

1. PENDAHULUAN
Perkembangan zaman saat ini membuat
perusahaan harus dapat bersaing di dunis bisnis
secara kompetitif dengan strategi masing-masing
untuk memenangkan persaingan atau tetap
bertahan pada posisi yang dimiliki. Perusahaan
yang memenangkan persaingan atau dapat
bertahan dalam posisi yang dimiliki maka tujuan
utama perusahaan yaitu profit oriented telah
berhasil dicapai. Manajemen setiap perusahaan
harus meyakini bahwa faktor kunci pencapaian
profit dan keunggulan bersaing adalah dengan
memperhatikan faktor 3E (efisiensi, efektivitas,
dan ekonomisasi).
Perusahaan manufaktur merupakan salah
satu bentuk perusahaan yang juga harus
memperhatikan faktor 3E karena memiliki
kegiatan utama yaitu kegiatan produksi. Kegiatan
produksi merupakan kegiatan operasional bagian
produksi yang memiliki peran penting dalam
perusahaan. Akibat pentingnya kegiatan operasi
bagian produksi perusahaan dituntut untuk
menghasilkan produk dengan biaya yang rendah
pada tingkat laba tertentu sehingga harga jual
produk dapat dijangkau dan konsumen juga
mendapatkan kualitas terbaik.
Berdasarkan permasalahan diatas sehingga
dapat
mengarahkan
perusahaan
untuk
mempertimbangkan kegiatan operasional bagian
produksi yang dapat merugikan maupun yang
memberikan kontribusi dalam meningkatkan
efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi. Efisien
menitikberatkan pada ukuran proses yang
menghubungkan antara input dan output,
sedangkan efektivitas menitikberatkan pada tujuan
yang telah berhasil dicapai (Bayangkara, 2014:13).
Ekonomisasi berhubungan dengan penggunaan
dana oleh perusahaan dengan cara memperoleh
sumber daya dengan biaya serendah mungkin.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui tingkat efisiensi,
efektivitas, dan ekonomisasi suatu perusahaan
maka diperlukan audit yang berupa audit
operasional.
Audit operasional merupakan kegiatan
pemeriksaan yang bertujuan untuk menentukan
kegiatan operasional perusahaan telah dikelola
dengan secara 3E (efisien, efektif, dan ekonomis).
Audit operasional akan menghasilkan sebuah
penyajian informasi mengenai hasil analisis dan
penilaian unsur 3E. audit operasional dapat
digunakan pada perusahaan manufaktur seperti
pada pabrik gula.
Penelitian ini berlokasi pada Pabrik Gula
Wonolangan Kabupaten Probolinggo Bagian
Produksi. Berdasarkan audit pendahuluan pada

data periode 2012-2014, PG. Wonolangan


mengalami inefektivitas pada tahun 2013 dan
2014. Terjadinya inefektivitas memberi arti bahwa
tujuan perusahaan tidak tercapai dan kegiatan
operasional perusahaan tidak bekerja secara
optimal.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis penerapan audit
operasional bagian produksi pada PG. Wonolangan
dan untuk mengetahui dan mengevaluasi
penerapan audit operasional bagian produksi pada
PG. Wonolangan sehingga dapat mengetahui
tingkat efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi
periode 2012-2014.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Auditing
Auditing adalah kegiatan mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti-bukti atas suatu informasi
untuk menentukan serta melaporkan tingkat
kesesuaian antara informasi yang didapatkan
dengan kriteria yang telah ditetapkan (Arens et al,
2008:4).
Menurut penulis audit dapat diartikan
sebagai suatu proses pemeriksaan sistematis
terhadap laporan keuangan maupun non keuangan
oleh pihak independen yang menghasilkan suatu
pendapat atau rekomendasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan.
2.2 Audit Operasional
2.2.1 Pengertian Audit Operasional
Menurut Boynton, Johnson, dan Kell
(2006:498), audit operasional adalah kegiatan
pemeriksaan secara sistematis untuk mengevaluasi
prinsip-prinsip 3E yaitu efisiensi, efektivitas, dan
ekonomisasi yang hasilnya kemudian akan
dilaporkan kepada pihak-pihak yang tepat beserta
pemberian rekomendasi.
Audit operasional menurut penulis adalah
kegiatan peninjauan secara rinci (pengumpulan dan
pengevaluasian) terhadap aktivitas operasi dengan
tujuan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan
ekonomisasi sehingga dapat menghasikan
rekomendasi yang bermanfaat untuk meningkatkan
kinerja perusahaan dimasa yang akan datang.
2.2.2 Tujuan dan Elemen Audit Operasional
Tujuan audit operasional yaitu untuk
memberikan informasi kegiatan operasi yang tidak
memberikan efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi
(3E) bagi perusahaan sehingga membutuhkan
rekomendasi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki guna meningkatkan 3E (Rahayu dan
Suhayati, 2013:9).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

78

Elemen audit operasional ada 3 yaitu kriteria,


penyebab/kejadian, dan akibat (Agoes, 2014:180).
2.2.3 Ruang Lingkup Audit Operasional
Ruang lingkup audit operasional yaitu
meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen yang
mencakup seluruh atau hanya sebagian tertentu
dari suatu kegiatan (Taman dkk, 2011:6). Ruang
lingkup audit ini dapat bervariasi dan berkembang
dengan memperhatikan kebutuhan perbaikan yang
diinginkan oleh manajemen perusahaan.
2.2.4 Tahap-tahap Audit Operasional
Tahap-tahap yang harus dilakukan auditor
dalam audit operasional terdiri dari 5 (lima) tahap
yaitu audit pendahuluan, review dan pengujian
pengendalian manajemen, audit terinci, pelaporan,
dan tindak lanjut (Bayangkara, 2014:9). Tahapan
ini juga dapat dijadikan pedoman bagi auditor.
2.3 Audit Produksi
Audit produksi merupakan serangkaian
kegiatan pemeriksaan yang bertujuan untuk
melakukan penilaian 3E (efisiensi, efektivitas, dan
ekonomisasi) pada fungsi produksi. Audit ini tidak
hanya terbatas dilakukan pada unit produksi namun
juga dilakukan pada keseluruhan proses produksi
dari aktivitas perencanaan, pelaksanaan hingga
pengendalian produksi. Audit produksi juga
memberikan hasil berupa rekomendasi dalam hal
perbaikan untuk meningkatan 3E.
2.4 Efisiensi, Efektivitas, dan Ekonomisasi
2.4.1 Efisiensi
Menurut Anthony (2005:174), pengertian
efisiensi adalah perbandingan antara output
(jumlah keluaran yang dihasilkan) dengan input
(jumlah sumber daya yang digunakan). Efisiensi
bagian produksi berhubungan dengan penggunaan
sumber daya yang dimiliki perusahaan secara
optimal pada saat melakukan kegiatan operasi.
Pengukuran efisiensi bagian produksi
terhadap produktivitas bahan baku dengan
menggunakan rumus:
PB =

Jumlah yang Dihasilkan


100%
Jumlah Bahan Baku yang Digunakan

(Tunggal, 2003:165)
Efisiensi
bagian
produksi
terhadap
produktivitas tenaga kerja dapat diukur dan
dihitung dengan menggunakan rumus :
PTK =

Volume yang dihasilkan


100%
Jumlah TKL x Jumlah jam kerja

yang Dihasilkan
100%
Kapasitas mesin

= 100%
(Tunggal, 2003:162)

2.4.2 Efektivitas
Efektivitas berarti ukuran keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya (Guy,
2002:11). Apabila diaplikasikan dalam perusahaan
pada bagian produksi, efektivitas merupakan
ukuran dari output. Jika output aktual yang
dihasilkan telah mencapai output diinginkan
menunjukkan bahwa bagian produksi perusahaan
telah bekerja secara efektif.
Analisis untuk menilai efektivitas bagian
produksi menurut Tunggal (2003:162) dengan
menggunakan rumus tingkat ketercapaian tujuan
(Achievement Rate) yaitu:
=

yang dihasilkan
100%
Produksi yang direncanakan

2.4.3 Ekonomisasi
Ekonomisasi menekankan pada cara untuk
mendapatkan sumber daya bagi kelangsungan
kegiatan operasi perusahaan dengan pengeluaran
biaya yang rendah tetapi menghasilkan output pada
tingkat tertentu (Mardiasmo, 2002:134). Salah satu
cara untuk mendapatkan sumber daya (input)
dengan pengeluaran dana yang minimum yaitu
dengan melibatkan pemasok dalam perencanaan
kegiatan operasi perusahaan.
Ekonomisasi bagian produksi dapat
dianalisis dan dinilai dengan menggunakan rumus
Product Value Economic yaitu:
Biaya yang dikeluarkan aktual
=
100%
Biaya yang dianggarkan
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian berada di
bagian produksi Pabrik Gula Wonolangan yang
beralamat di Jalan Raya Dringu, Km.1, Kedung
Dalem, 67271, Kabupaten Probolinggo, Jawa
Timur, Indonesia. Metode pengumpulan data
dengan menggunakan metode observasi dan
dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis
data yang mengacu pada tahap-tahap audit
operasional yaitu audit pendahuluan, review dan
pengujian pengdendalian menajemen, dan audit
lanjutan (terinci).

(Tunggal, 2003:165)
Pengukuran kapasitas menganggur dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

79

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Audit Pendahuluan
PG. Wonolangan merupakan salah satu unit
usaha dari PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero)
yang bergerak dibidang industri gula dengan
produk gula utama yaitu gula SHS (gula kristal
putih). Kegiatan perencanaan produksi milik PG.
Wonolangan tertuang dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) dan bentuk
pengendalian kegiatan produksi dengan melakukan
pemeriksaan pada tiap-tiap bagian.
Kegiatan audit pendahuluan bagian produksi
PG. Wonolangan periode tahun 2012-2014
menghasilkan sasaran audit sementara (tentative
audit objective) yaitu inefisien penggunaan bahan
baku terjadi pada tahun 2013 (-1,24%) dan 2014 (0,54%), inefisien penggunaan tenaga kerja juga
terjadi pada tahun 2013 (-0,39) dan 2014 (-0,49),
inefisien idle capacity terjadi pada tahun 2013
(93,12%) dan meningkat pada tahun 2014
(93,15%), inefektif bagian produksi terjadi pada
tahun 2013 (85,72%) dan 2014 (80,23%) karena
tingkat AR belum mencapai lebih besar atau sama
dengan 100%, sedangkan inekonomis hanya terjadi
pada tahun 2013 (112,25%) disebabkan nilai PVE
lebih dari 100%.
4.2 Review dan Pengujian Pengendalian
Manajemen
Analisis dari kegiatan pada tahap ini
menghasilkan sasaran audit sesungguhnya
(definitive audit objective) yaitu:
a) Bahan Baku
Bahan baku utama PG. Wonolangan berupa
tebu. Kriteria kelayakan tebu untuk digiling yaitu
manis, bersih, dan segar. Kadar randemen pada
tebu yang diharapkan yaitu sama dengan atau lebih
besar dari 8%. Namun, pada tahun 2012-2014
kadar randemen kurang dari 8% yaitu 7,83%,
6,88%, dan 7,57%. Terjadinya randemen yang
tidak diinginkan disebabkan oleh pengawasan yang
kurang ketat oleh bagian tanaman dan petani juga
tidak menyetor tepat waktu. Akibat dari kadar
randemen yang kecil maka output berupa gula yang
dihasilkan tidak maksimal.
b) Tenaga Kerja
tenaga kerja PG. Wonolangan terdiri dari
karyawan tetap dan tidak tetap. Perekrutan tenaga
kerja tidak tetap hanya terjadi pada saat masa
giling. Daftar hadir dilakukan secara manual oleh
mandor setiap bagian yang kemudian disetorkan
kepada bagian SDM dan Umum. Tenaga kerja
yang tidak bekerja secara professional akan
mendapatkan sanksi berupa peringatan dengan
membuat surat pernyataan tertulis.

c) Biaya Overhead Produksi


Anggaran biaya overhead pabrik dibuat oleh
asisten manajer bagian instalasi dan pengolahan
yang kemudian diserahkan kepada bagian
akuntansi keuangan dan umum (AKU) untuk
dirapatkan dengan direksi sehingga nominal yang
disetujui akan tercantum dalam RKAP. Pada tahun
2013 terjadi inekonomis yang berarti bahwa
pengawasan AKU kurang ketat kepada bagian
instalasi dan pengolahan dan mudahnya
mendapatkan persetujuan direksi untuk apabila
terjadi biaya yang mendesak untuk segera dibiayai.
d) Peralatan dan Fasilitas Produksi
Bagian instalasi adalah bagian yang memiliki
tanggung jawab besar atas penggunaan dan
perawatan peralatan dan fasilitas produksi di PG.
Wonolangan. Perawatan mesin dan fasilitas
produksi dilakukan rutin dan secara menyeluruh
setiap tahun diluar masa giling. Perawatan ini
dilakukan sesuai dengan Standard Operational
Procedure (SOP) dan Standard Maintenance
Procedure (SMP) yang dimiliki oleh PG.
Wonolangan.
e) Penetapan Kapasitas Mesin Produksi
PG. Wonolangan merencanakan kapasitas
mesin giling untuk produksi berdasarkan kapasitas
alat yang terpasang dan ketersediaan bahan baku
tebu. Kegiatan ini dilakukan sebelum kegiatan
produksi berlangsung. Kapasitas mesin PG.
Wonolangan ditetapkan sebesar 1.800 tcd dengan
150 hari giling. Namun yang terjadi hari giling
pada tahun 2012-2014 yaitu 149 hari,161 hari, dan
156 hari sehingga mengakibatkan mesin tidak
bekerja secara optimal dan idle capacity
membesar.
f) Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas di PG. Wonolangan
dilakukan oleh bagian Quality Control, sedangkan
uji klinis dilakukan di laboratorium. Tujuan
kegiatan ini adalah agar bahan baku yang
digunakan merupakan bahan terbaik yang akan
digiling sehingga gula yang dihasilkan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan yaitu gula SHS.
4.3 Audit Lanjutan (Terinci)
4.3.1 Pengukuran Efisiensi Bagian Produksi
a. Efisiensi Penggunaan Bahan Baku
Perhitungan Produktivitas Penggunaan
Bahan Baku Aktual:
21.061,5 ton
x 100% = 7,82%
269.185 ton
20.567,5 ton
2013 =
x 100% = 6,88%
298.884,6 ton
19.460,2 ton
2014 =
x 100% = 7,57%
256.971,5 ton
2012 =

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016|


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

80

Perhitungan Produktivitas Penggunaan


Bahan Baku yang Dianggarkan:
19.196 ton
x 100% = 7,61%
252.128 ton
23.993,4 ton
2013 =
x 100% = 8,12%
295.949,1 ton
24.254,9 ton
2014 =
x 100% = 8,11%
298.963,3 ton
2012 =

Tabel 1. Hasil Selisih dari Produktivitas


Penggunaan Bahan Baku Aktual
dengan yang Dianggarkan PG.
Wonolangan Periode 2012-2014

Tahun Aktual Anggaran Selisih


2012
7,82% 7,61%
0,21%
2013
6,88% 8,12%
-1,24%
2014
7,57% 8,11%
-0,54%
Sumber: Data Diolah, 2015
1) Kriteria: Persentase produktivitas bahan
baku aktual lebih besar dari persentase
produktivitas
bahan
baku
yang
dianggarkan sehingga memberikan selisih
yang bernilai positif (+) dan dapat dinilai
efisien.
2) Kejadian/Sebab: Pada tabel 1, tahun 2013
terjadi inefisien karena persentase
produktivitas penggunaan bahan baku
aktual (6,88%) lebih kecil dari yang
dianggarkan (8,12%). Pada tahun 2014
juga
demikian
yaitu
persentase
produktivitas penggunaan bahan baku
aktul (7,57%) lebih kecil dari yang
dianggarkan (8,11%).
3) Akibat: Akibat dari inefisien pada tahun
2013-2014, maka selisih produktivitas
penggunaan bahan baku aktual dengan
yang dianggarkan bernilai negatif yaitu 1,24% dan -0,54%.
b. Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja
Perhitungan Produktivitas Penggunaan
Tenaga Kerja Aktual:
21.061,5
2012 =
x 100% = 2,75%
766.605
20.567,5
2013 =
x 100% = 2,72%
757.344
19.460,2
2014 =
x 100% = 2,84%
684.684
Perhitungan Produktivitas Penggunaan
Tenaga Kerja yang Dianggarkan:
19.196
2012 =
x 100% = 2,52%
761.460

23.993,4
x 100% = 3,11%
771.456
24.254,9
2014 =
x 100% = 3.33%
728.574
2013 =

Tabel 2.

Hasil Selisih dari Produktivitas


Penggunaan
Tenaga
Kerja
Aktual dengan Anggaran PG.
Wonolangan Periode 2012-2014

Tahun Aktual Anggaran Selisih


2012
2,75% 2,52%
0,23%
2013
2,72% 3,11%
-0,39%
2014
2,84% 3,33%
-0,49%
Sumber: Data Diolah, 2015
1) Kriteria: Produktivitas tenaga kerja dapat
dinilai efisien apabila persentase
produktivitas penggunaan tenaga kerja
aktual lebih besar dari yang dianggarkan
sehingga mendapatkan selisih yang
bernilai positif (+).
2) Kejadian/Sebab: Menurut tabel 2, terjadi
inefisien pada tahun 2013 disebabkan oleh
persentase produktivitas penggunaan
tenaga kerja aktual (2,72%) lebih kecil
dari yang dianggarkan (3,11%). Inefisien
juga terjadi pada tahun 2014 yang juga
dikarenakan persentase produktivitas
penggunaan tenaga kerja aktual (2,84%)
lebih kecil dari yang dianggarkan
(3,33%).
3) Akibat: Inefisien yang terjadi pada tahun
2013 dan 2014 mengakibatkan selisih
persentase produktivitas penggunaan
tenaga kerja bernilai negatif sebesar
0,39% dan -0,49%.
c. Efisiensi Kapasitas Menganggur Mesin
Pengukuran terhadap idle capacity mesin
dengan mengukur loading terlebih dahulu
selanjutnya menghitung idle capacity yaitu
dengan rumus 100% dikurangi loading.
Perhitungan idle capacity mesin produksi:
2012 =

21.061,5 ton
x 100% = 7,85%
1.800 tcd x 149 hari

2012 = 100% 7,85% = 92,15%


2013 =

20.567,5 ton
x 100% = 6,88%
1.800 tcd x 161 hari

2013 = 100% 6,88% = 93,12%


2014 =

19.460,2
x 100% = 6,85%
1.800 tcd x 156 hari

2014 = 100% 6,85% = 93,15%

1) Kriteria: Kapasitas mesin produksi PG.


Wonolangan yaitu 1.800 tcd dengan hari
giling 150 hari. Hari giling yang pendek
dapat menaikkan kemampuan mesin yang
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

81

digunakan
saat
proses
produksi
berlangsung. Idle capacity dinilai efisien
jika hasil persentase idle capacity semakin
kecil atau mendekati 0.
2) Kejadian/Sebab: Pada tahun 2012 hari
giling 149 hari. Terjadi peningkatan hari
giling pada tahun 2013 yaitu menjadi 161
hari dan pada tahun 2014 mengalami
penurunan menjadi 156 hari sehingga idle
capacity
pada
tahun
2012-2014
mengalami peningkatan.
3) Akibat: Pada tahun 2012-2014 idle
capacity masih mencapai lebih dari 90%
sehingga masih jauh untuk mendekati 0
sehingga mengakibatkan idle capacity
masih dinilai inefisien.
4.3.2 Pengukuran Efektivitas Bagian Produksi
Perhitungan efektivitas bagian produksi PG.
Wonolangan sebagai berikut:
21.061,5 ton
2012 =
x 100% = 109,71%
19.196,8 ton
20.567,5 ton
2013 =
x 100% = 85,72%
23.993,4 ton
19.460,2 ton
2014 =
x 100% = 80,23%
24.254,9 ton
Tabel 3. Tingkat Efektivitas Bagian Produksi PG.
Wonolangan Periode 2012-2014

Tahun
Tingkat Efektivitas (AR)
2012
109,71%
2013
85,72%
2014
80,23%
Sumber: Data Diolah, 2015
1) Kriteria: Hasil dari perhitungan Achievement
Rate (AR) lebih besar dari 100% maka kegiatan
bagian produksi PG. Wonolangan dapat dinilai
efektif.
2) Kejadian/Sebab: Pada tahun 2013 belum dapat
dinilai efektif karena gula aktual yang
dihasilkan (20.567,5 ton) lebih kecil dari yang
dianggarkan (23.993,4 ton). Pada tahun 2014
juga inefektif yang disebabkan oleh gula aktual
yang dihasilkan (19.460,2 ton) lebih kecil dari
yang dianggarkan (24.254,9 ton).
3) Akibat : Terjadinya inefektif pada tahun 2013
dan
2014
mengakibatkan
perhitungan
Achievement Rate (AR) tidak mencapai sama
dengan atau lebih besar dari 100% sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan.

4.3.3 Ekonomisasi Bagian Produksi


Pengukuran ekonomisasi bagian produksi
PG. Wonolangan menggunakan perhitungan
Product Value Economic (PVE) sebagai berikut:
Rp 14.513.556.000
x 100% = 69,58%
Rp 20.857.763.000
Rp 21.439.524.000
2013 =
x 100 = 112,25%
Rp 19.099.825.000
Rp 19.581.096.000
2014 =
x 100% = 82,25%
Rp 23.806.659.000
2012 =

Tabel 4. Tingkat Ekonomisasi Bagin Produksi PG.


Wonolangan Periode 2012-2014

Tahun
2012
2013
2014

Tingkat Ekonomisasi (PVE)


69,58%
112,25%
82,25%

Sumber: Data Diolah, 2015

1) Kriteria: Hasil perhitungan Product Value


Economic (PVE) kurang dari 100% agar
bagian produksi PG. Wonolangan dapat dinilai
ekonomis.
2) Kejadian/Sebab: Terjadi inekonomis pada
tahun 2013 yang disebabkan oleh biaya
overhead aktual yang dikeluarkan (Rp
21.439.524.000) lebih besar dari yang
dianggarkan (Rp 19.099.825.000).
3) Akibat: Pengeluaran dana untuk biaya
overhead aktual yang lebih besar dari yang
dianggarkan pada tahun 2013 mengakibatkan
tingkat ekonomisasi dari hasil perhitungan
PVE yaitu 112,25% lebih besar dari 100%.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penerapan audit operasional pada bagian
produksi Pabrik Gula Wonolangan Kabupaten
Probolinggo dilakukan sesuai dengan tahapan audit
operasional. Namun, masih dapat ditemukan atau
terjadi inefisiensi penggunaan bahan baku,
inefisiensi penggunaan tenaga kerja, inefisiensi
kapasitas menganggur pada tahun 2013-2014.
Inefektif bagian produksi PG. Wonolangan juga
terjadi pada tahun 2013-2014. Akan tetapi,
inekonomis bagian produksi hanya terjadi pada
tahun 2013.
5.2 Saran
Berhubungan dengan pembahasan yang telah
dijelaskan sebelumnya, penulis memberikan saran
agar dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
ekonomisasi di bagian produksi PG. Wonolangan
pada tahun-tahun berikutnya:
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

82

1) Berkaitan dengan inefisien penggunaan bahan


baku,
perusahaan
lebih
memperketat
pengawasan kepada petani tebu agar kualitas
tebu yang disetorkan merupakan tebu dengan
kualitas terbaik seperti yang diinginkan
perusahaan.
2) Berkenaan dengan inefisien penggunaan tenaga
kerja, hendaknya lebih memperhatikan kembali
perencanaan tenaga kerja yang dibutuhkan.
3) Berhubungan dengan inefisien kapasitas mesin
produksi, disarankan agar perbaikan dilakukan
oleh teknisi yang ahli dibidangnya dan
perawatan mesin dilakukan sesuai dengan
Standard Operational Maintenance (SMP).
4) Berkaitan dengan inefektivitas bagian produksi,
perusahaan lebih selektif dalam menyortir
bahan baku agar sesuai dengan kriteria
kelayakan giling.
5) Berkaitan dengan inekonomis, perusahaan harus
lebih berhati-hati dalam membuat perencanaan
anggaran biaya dan memperketat pengawasan
mengenai pengeluaran dana perusahaan.

Tunggal, Amien Widjaja. 2003. Management Audit


Suatu Pengantar Edisi Revisi. Jakarta:
Harvarindo.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk
Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik, Edisi Keempat. Jakarta: Salemba
Empat.
Anthony dan Govindrajan. 2005. Management
Control System. Jakarta: Salemba Empat.
Arens, A.A, R. J Elder dann M.S Beasly. 2008.
Auditing and Assurance Services an
Integrited Approach, 9th Edition. New Jersey:
Person Education, Inc.
Bayangkara, IBK. 2014. Audit Manajemen
Prosedur dan Implementasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Boython W.C., Johnson R.N., & Kell W.G. 2006.
Modern Auditin jilid 1 dan 2 (Edisi 7).
Dialihbahasakan oleh Ichsan, S.B., Herman,
B. Jakarta: Erlangga.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: Andi.
Rahayu, Siti Kurnia dam Ely Suhayati. 2013.
Auditing. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Taman, Abdullah dkk. 2011. Buku Pedoman Audit
Operasional. Kantor Audit Internal:
Universitas Negeri Yogyakarta.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016|


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

83

S-ar putea să vă placă și