Sunteți pe pagina 1din 40

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan
kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap hari meruapakan bagainnya
dari keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satukesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur. Sasaran keperawatan
keuarga yaitu individu, family atau keluarga dan community atau masyarakat. Prinsip
utama dalam perawatan kesehatan masyarakat mengatakan bahwa keluarga adalah unit
atau kesatuan dari pelayanan kesehatan.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan , dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan
metodelogi proses keperawatan, berpedomen pada standar praktik keperawatan, dilandasi
etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendidikan proses
keperawatan. Secara umum, tujuan keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya
kemampuan keluarga dalam mengantasi masalah kesehatan keluarga secara mandiri.
Asuhan keperawatan keluarga pada anak prasekolah adalah suatu rangkaian kegiatan
yang diberikan kepada keluarga dengan anak usia prasekolah. Dimana, pada anak usia
inilah yang rentan dan memiliki masalah tertentu dalam menghadapi proses tumbuh
kembangnya. Peran keluarga sangat dibutuhkan sehingga proses tumbuh dan kembang
anak dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, terutama dalam pola
hidup sehat.
Anak merupakan individu yang yang berada dalan satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak anak merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan yang dimulai dar bayi ( 0-1 tahun ), usia bermain/ toddler ( 1-2, 5
tahun ), prasekolah ( 2,5 5 tahun ) usia sekolah ( 5-11 tahun), hingga remaja (11- 18
tahun )
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian, karena anak
merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik dan tidak
dapat diulang setelah usianya bertambah.

Keluarga dengan tahap anak prasekolah atau TK memerlukan perhatian yang


khusus terhadap perkembangan fisik, social , emosional dan kognitif anak. disamping itu
keluarga mempunyai tugas yaitu memenuhi kebutuhan anak rumah rasa aman, membantu
unutk bersosialisasi mempertahankan hubungan yang sehat keluarga intern dan luar,
pembagian tanggung jawab, dan kegiatan untuk menstimulasi perkembangan anak.
Selain itu keluaga dengan usia lanjut juga tak kalah penting untuk dibahas mengingat usia
lanjtu juga merupakan usia rentan dan butuh perhatian khusus. Asuhan keperawatan
keluarga dirasa cocok untuk dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia prasekolah
2. Asuhan keperawatan keluarga dengan usia lanjut

C. Manfaat
1. Untuk menambah wawasan mengenai pengertian perkembangan tahap keluarga usia
prasekolah
2. Untuk menambah wawasan mengenai pengertian perkembangan tahap keluarga usia
lanjut
3. Menjelaskan bagaimana mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga dengan usia
prasekolah
4. Menjelaskan bagaimana mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga dengan usia
lanjut

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat, dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).

B. Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan Adalah


a. mengenal masalah kesehatan keluarga
b. memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d. Memodifikasi lingkngan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
C. Tahap Perkembangan Keluarga Usia Anak Prasekolah
1. Anak Usia Pra sekolah
Anak prasekolah Adalah anak dengan usia 3 5 tahun

Ciri fisik anak pra sekolah

Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada
dalam tahapan sebelumya :
a. Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan dan
control terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan
sendiri.
b. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang
cukup, sering kali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat
cukup.
c. Otot otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari control
terhadap jari dan tangan. Olehy karma itu biasanya anak belum terampil,
belum biasa melakukan kegiatan yang rumit misalnya mengikat tali sepatu.
d. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan
pandangannya pada objek objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya
koordinasi tangan masih belum sempurna.

e. Walaupun tubuh anak lentur tapi tengkorak kepala yang melindungi otak
masih lunak.
f.

Walaupun anak laki laki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam
tugas yabg bersifat praktis, khusubya dalam tugas motorik halus.

Ciri sosial anak prasekolah


a. Umumnya anak oada tahap ini memiliki sati atau dua sahabat, sahabat yang
dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang
sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b. Kelompok bermain cenderung kecil dan tida terorganisasi dengan baik, oleh
karena kelompok tersebut cepat berganti ganti.
c. Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih
besar.

Ciri emosional pada anak prasekolah


a. Anak prasekolah cenderung mengekpresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka., sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.

Ciri kognitif anak prasekolah


a. Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari merekla
senang berbicara khususnya dalam klelompoknya.
b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi minat, kesempatan,
interaksi, mengagumi dan kasih sayang.

Cara yang dilakukan agar anak berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai
berikut :
a. Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b. Tunjukan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak

c. Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan


kesempatan dalam banyak hal.
d. Berikan kesempatan dan dorongan untuk melakukan kegiatan secara mandiri.
e. Tentukan batas batas tingkah laku yang diperoleh oleh lingkungannya.
f. Kagumilah apa yang dilakukan anak.

2. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.


Kini, keluarga tumbuh baik dalam jumlah maupun kompleksitas. Perlunya anak-anak usia
prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, dan kebutuhan
orangtua untuk memiliki privasi mereka sendiri menjadikan perumahan dan ruang yang
adekuat sebagai masalah utama. Peralatan dan fasilitas-fasilitas juga perlu bersifat
melindungi anak-anak, karena pada tahap ini kecelakaan menjadi penyebab utama
kematian dan cacat. Mengkaji keamanan rumah merupakan hal yang penting bagi perawat
kesehatan komunitas dan penyuluhan kesehatan perlu dimasukkan sehingga orangtua
dapat mengetahui resiko yang ada dan cara-cara menegah kecelakaan
Tabel 1. Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah dan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Keluarga dengan anak usia Prasekolah.

Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
1. Memenuhi kebutuhan anggota
keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
2. Mensosialisasikan anak.
3. Mengintegrasi anak yang baru
sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
4. Mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua
dan anak) dan di luar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).

Karena daya tahan spesifik terhadap banyak bakteri dan penyakit virus dan paparan yang
meningkat, anak-anak usia prasekolah sering menderita sakit dengan satu penyakit infeksi
minor secara bergantian. Penyakit infeksi sering terjadi bolak-balik dalam keluarga.
Sering ke dokter, merawat anak-anak yang sakit, kembali ke rumah untuk menjemput
anak sakit dari taman kanak-kanak merupakan krisis mingguan. Jadi kontak anak dengan
penyakit infeksi dan menular dan kerentanan umum mereka terhadap penyakit merupakan
masalah-masalah kesehatan utama.
Kecelakaan, jatuh, luka bakar dan laserasi juga cukup sering terjadi. Kejadian-kejadian ini
lebih sering ditemukan dalam keluarga besar, keluarga di mana pengasuh dewasa tidak
ada (orangtua sering tidak di rumah), dan keluarga dengan pendapatan rendah. Keamanan
lingkungan dan pengawasan anak yang adekuat merupakan kunci untuk mengurangi
kecelakaan.
Suami-ayah menerima lebih banyak keterlibatan dalam tanggungjawab rumah tangga
selama tahap perkembangan keluarga ini daripada tahap lain, persentase terbesar dalam
tahap ini digunakan untuk aktifitas perawatan anak. Keterlibatan ayah dalam perawatan
anak saat ini benar-benar penting, karena hubungan ini dengan anak usia prasekolah dapat
membantu anak mengindentifikasi jenis kelaminnya. Khusus bagi anak laki-laki dalam
usia 5 tahun, penting sekali bagi mereka untuk bergaul secara rapat dengan lingkungan
terbatas yang kuat, ayah yang hanya atau pengganti ayah sehingga identitas peran lakilaki dapat terbentuk (Walters, 1976).
Peran yang lebih matang juga diterima oleh anak-anak usia prasekolah, yang secara
perlahan-lahan menerima lebih banyak tanggungjawab perawatan dirinya sendiri, plus
membantu ibu atau ayah dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Di sini bukan
produktifitas anak yang penting, melainkan proses belajar yang berlangsung.
Berlawanan dengan harapan, penelitian membuktikan bahwa kelahiran anak kedua dalam
keluarga memiliki efek yang bahkan lebih merusak hubungan perkawinan dari pada
kelahiran anak pertama. Feldman (1961) melaporkan bahwa peran orangtua membuat
peran-peran perkawinan lebih sulit, seperti terungkap dalam observasi berikut ini :
pasangan suami istri masing-masing merasakan perubahan kepribadian yang negatif ;
mereka kurang puas dengan keadaan di rumah, terdapat banyak interaksi yang
berorientasi pada tugas, pembicaraan pribadi lebih sedikit dan pembicaraan yang berpusat
pada anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan kepada anak lebih banyak dari pada
yang diberikan satu sama lain, dan tingkat kepuasan hubungan seksual lebih rendah
(Feldman, 1969).
Penelitian yang cukup terkenal ini paralel dengan laporan dan observasi para konselor
keluarga bahwa hubungan perkawinan sering mengalami keguncangan dalam tahap siklus
ini. Sebenarnya, banyak sekali perceraian yang terjadi dalam tahun-tahun seperti ini
karena ikatan perkawinan yang lemah atau tidak memuaskan. Privasi dan waktu bersama
merupakan kebutuhan yang utama. Konseling perkawinan dan kelompok-kelompok
pertemuan perkawinan merupakan sumber-sumber yang penting dikalangan kelas
menengah. Akan tetapi keluarga tanpa sumber-sumber ekonomi, hanya memiliki bantuan

yang terbatas untuk memperkokoh upaya penyelamatan perkawinan. Terdapat trend bagi
para pastur dan pendeta untuk menjadi terlatih sebagai konselor perkawinan dan konselor
keluarga yang tidak bisa mengupayakan terapi pribadi.
Tugas utama dari keluarga adalah mensosialisasikan anak. Anak-anak usia prasekolah
mengembangkan sikap diri sendiri (konsep diri) dan dapat secara cepat belajar
mengekspresikan diri mereka, seperti tampak dalam kemampuan menangkap bahasa
dengan cepat.
Tugas lain selama masa ini menyangkut bagaimana mengintegrasikan anggota keluarga
yang baru (anak kedua dan ketiga) semasa masih memenuhi kebutuhan anak yang lebih
tua. Penggeseran seorang anak oleh bayi baru lahir secara psikologis merupakan suatu
kejadian traumatik. Persiapan anak-anak menjelang kelahiran seorang bayi membantu
memperbaiki situasi, khususnya jika orangtua sensitif terhadap perasaan dan tingkah laku
anak yang lebih tua. Persaingan dikalangan kakak beradik (sibling rivalry) biasanya
diungkapkan dengan memukul atau berhubungan secara negatif dengan bayi, tingkah laku
regresif, melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian. Cara terbaik menangani
persaingan dikalangan kakak adik adalah dengan meluangkan waktu setiap hari untuk
berhubungan lebih erat dengan anak yang lebih tua untuk meyakinkannya bahwa ia masih
dicintai dan dikehendaki.
Kira-kira saat anak mencapai usia prasekolah, orangtua memasuki tahap pengasuhan
anak yang ketiga, salah satunya belajar berpisah dari anak-anak ketika mereka mulai
masuk ke kelompok bermain, tempat penitipan anak, atau taman kanak-kanak. Tahap ini
berlangsung terus selama usia prasekolah hingga memasuki awal usia sekolah. Pisah
seringkali terasa sulit bagi orangtua dan mereka perlu mendapat dukungan dan penjelasan
tentang bagaimana penguasaan tugas-tugas perkembangan anak usia prasekolah
memberikan kontribusi untuk semakin meningkatnya otonomi mereka.
Pisah dari orangtua juga sulit bagi anak-anak usia prasekolah. Pisah dapat terjadi karena
orangtua pergi bekerja, ke rumah sakit, melakukan perjalanan atau berlibur. Persiapan
keluarga untuk pisah dengan anak sangat penting dalam membantu anak menyesuaikan
diri terhadap perubahan.
Membantu keluarga untuk mendapatkan pelayanan keluarga berencana setelah kelahiran
seorang bayi, atau melanjutkan kontrasepsi jika tidak terdapat kehamilan, juga
diindikasikan. Misalnya, adalah tidak biasa bagi seorang wanita untuk berhenti
menggunakan alt kontrasepsi karena terlambat haid dengan keyakinan bahwa ia hamil,
hanya untuk mencari tahu apakah kehamilannya terjadi karena hubungan seks tanpa
perlindungan kontrasepsi.
Kedua orangtua perlu memiliki kesenangan dan kontak di luar rumah untuk
mengawetmudakan mereka sehingga mereka dapat melaksanakan berbagai tugas-tugas
dan tanggungjawab di rumah. Orangtua dari golongan kelas rendah dan orang tunggal
sering tidak punya kesempatan untuk melakukan hal ini, dan keluarga-keluarga ini
mendapat kepuasan paling sedikit terhadap pergaulan mereka dan komunitas yang lebih

luas karena posisi mereka yang terasing dan kekurangan sumber-sumber yang tersedia
bagi mereka.

3. Masalah-Masalah Kesehatan.
Banyak sekali masalah kesehatan yang telah diidentifikasi sepanjang pembahasan kita
tentang keluarga dengan anak usia prasekolah. Seperti telah dinyatakan sebelumnya,
masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang lazim pada
anak dan jatuh, luka bakar, keracunan dan kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi
selama usia prasekolah.
Masalah-masalah kesehatan psikososial keluarga yang utama adalah hubungan
perkawinan. Beberapa studi mencoba meneliti menurunnya kepuasan yang dialami oleh
banyak pasanga selama tahun-tahun ini dan perlunya penanganan terhadap masalah ini
untuk memperkokoh dan memberikan semangat pada unit lain yang vital ini. Masalahmasalah kesehatan lain yang penting adalah persaingan diantara kakak-adik, keluarga
berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalah-masalah pengasuhan
anak seperti membatasi lingkungan (disiplin), penganiayaan dan menelantarkan anak,
keamanan di rumah dan masalah-masalah komunikasi keluarga.
Strategi-strategi promosi kesehatan umum berhubungan erat selama tahap ini, karena
tingkah laku gaya hidup yang dipelajari selama masa kanak-kanak dapat menyebabkan
konsekuensi-konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Pendidikan kesehatan
keluarga diarahkan pada pencegahan masalah-masalah kesehatan utama seperti merokok,
penyahagunaan obat-obatan dan alkohol, seksualitas manusia, keselamatan, diet dan
nutrisi, olahraga dan penanganan stress/dukungan sosial. Tujuan utama bagi para
perawat yang bekerja dengan keluarga dan anak usia prasekolah adalah membantu
mereka membentuk gaya hidup yang sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik,
intelektual, emosional dan sosial secara optimal. (Wilson, 1088, hal. 177).
Kemungkinan diagnosa

Resiko cidera

Resiko trauma

Resiko keracunan

Resiko infeksi

Gangguan penanganan pemeliharaan rumah

Perubahan menjadi orang tua

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan

Gangguan komunikasi verbal

Peran perawat

Monitor perkembangan awal masa kanak-kanak, perujukan bila ada indikasi

Pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan

Koordinator dg layanan pediatri

Penyelia imunisasi

Konselor pada nutrisi dan latihan

Pendidik dlm isu pemecahan masalah mengenai kebiasaan kesehatan

Pendidik tentang higiene perawatan gigi

Konselor pada keamanan lingkungan di rumah

Fasilitator dalam hubungan interpersonal

D. Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga Dewasa Akhir


Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu
kemampuan perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip
positif dan negatif yang mampu mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting
dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada
hub.sosial dan produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati
dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia
adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller, 1985). Menurut J.W.
Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut
usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan
orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur
65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih
dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia
maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut usia.
Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan
tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung pada sumbersumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang memuaskan, dan
status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit, umumnya
memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering merupakan anteseden
penyakit mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972). Sebaliknya lansia yang menjaga
kesehatan mereka, tetap aktif dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang memadai
menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua dan substansial dan senantiasa
berpikir positif terhadap kehidupan ini.

Ciri-ciri dewasa akhir


a. Adanya periode penurunan atau kemunduran Yang disebabkan oleh faktor fisik
dan psikologis.
b. Perbedaan individu dalam efek penuaan Ada yang menganggap periode ini
sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai
hukuman.
c. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua
tidaklah menyenangkan.
d. Sikap sosial terhadap usia lanjut Kebanyakan masyarakat menganggap orang
berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada
juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama
yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar
e. Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang
usia lanjut.
f. Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang
lebih muda.
g. Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang
disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
h. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk
memperlambat penuaan.

1.

Kehilangan-Kehilangan yang Lazim bagi Keluarga Lansia


Karena proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka
ada berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas
lansia dan pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini
meliputi :

a. Ekonomi ; menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial,


mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi
(ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah).
b. Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian
dipaksa pindah ke tatanan institusi.
c. Sosial ; kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.
d. Pekerjaan ; keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan
produktifitas.
e. Kesehatan ; menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ; memberikan
perawatan bagi pasangan yang kurang sehat.

2.

Perkembangan dewasa akhir


a. Perkembangan Fisik
Pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan
mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa
lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis. Kebanyakan perubahan fisik
pada lansia mengalami hal yang sama, misalnya rambut yang memutih, kulit
keriput, dan gigi yang tunggal. Pada periode ini penurunan fungsi organ tampak
jelas.
b. Perkembangan Psikis dan Intelektual
Otak dan Sistem syaraf berubah dengan tanda adanya penurunan kecepatan belajar
sesuatu yang diikuti dengan menurunnya kemampuan intelektual. Beberapa
peneliti memperkirakan 5 sampai 10% neuron akan berhenti tumbuh sampai kita
mencapai usia 70 tahun, setelah itu hilangnya neuron menjadi dipercepat. Aspek
yang signifikan dari proses penuaan adalah pada neuron-neuron yang tidak
mengganti dirinya sendiri yang menyebabkan hilangnya sebagian kecil
kemampuan pada masa dewasa akhir.
c. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima
kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan,
merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus
dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan

fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia


semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang
masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit
penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
d. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua. Sehingga religiusitas atau
penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun
kesehatan mental.
Tabel 2. Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam
masa pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang
Bersamaan
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
dewasa akhir

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga


Keluarga dewasa akhir/Lansia

1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

Menciptakan kepuasan dalam keluarga


sebagai tempat tinggal di hari tua.
Menyesuaikan hidup dengan penghasilan
sebagai pensiunan
Membina
kehidupan
rutin
yang
menyenangkan.
Saling merawat sebagai suami-istri
Mampu
menghadapi
kehilangan
(kematian) pasanan dengan sikap yang
positif (menjadi janda atau duda).
Melakukan hubungan dengan anak-anak
dan cucu-cucu.
Menemukan arti hidup dengan nilai
moral yang tinggi.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985) dan Hurlock
(1980)

3.

Masalah-Masalah Kesehatan.

Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber-sumber finansial yang
tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak kehilangan lainnya yang dialami oleh
lansia menunjukkan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia (Kelley et al, 1977). Oleh
karena itu, terdapat masalah-masalah kesehatan yang multipel. Pasangan atau individu lansia
dalam semua fase sakit kronis mulai dari fase akut hingga fase rehabilitasi sangat
membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang terkait secara medis (pengkajian fisik,
reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi keperawatan (mengkaji respons klien terhadap
sakit dan pengobatan serta kemampuan koping) adalah relevan disini. Promosi kesehatan
tetap menjadi hal yang sangat penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pecegahan
cidera, penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan berhenti merokok.
Semakin tua, kemungkinan terkena beberapa penyakit atau penurunan kondisi tubuh semakin
meningkat. Penyakit yang biasanya menyerang usia lanjut adalah radang sendi dan
osteoporosis.
Keseahtan mental tidak hanya dilihat dari ketidak hadiran gangguan-gangguan mental,
berbagai kesulitan dan frustasi, tetapi juga merefleksikan kemampuan seseorang untuk
menghadapi masalah-masalah kehidupan dengan cara efektif dan memuaskan.
Depresi yang dimaksud adalah suatu gangguan suasana hati dimana individu merasa sangat
tidak bahagia., kehilangan semangat, dan bosan. Orang yang menderita depresi seperti ini
mudah kehilangan stamina, tidak merasa sehat, nafsu makan kurang, lesu, dan kurang
bergairah. Gangguan kecemasan adalah gangguan psikologis yang dicirikan dengan
ketegangan motorik (seperti gelisah dan gemetar), hiperaktivitas (pusing, jantung berdebar,
atau berkeringat), dan pikiran yang mencemaskan. Penelitian membuktikan bahwa orang usia
lanjut memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan
daripada depresi (George dkk, 1988)
Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (yang mungkin berkaitan dengan sejumlah masalah
termasuk penyakit (Alzheimer), dan masalah-masalah psikologis adalah masalah kesehatan
yang serius, khususnya bila bersama-sama dengan sakit fisik. Pengkajian dan penggunaan
sistem dukungan sosial keluarga atau individu harus menjadi bagian integral dari perawatan
kesehatan keluarga.
Proses menua dan menurunnya kesehatan menyebabkan betapa pentingnya pasangan
menikah saling menolong satu sama lain. Karena wanita hidup lebih lama dari pada pria, dan
biasanya mereka orang yang membantu suami yang sakit atau yang tidak berdaya. Dalam
kebanyakan kasus, penyakit bersifat kronis dan berkembang menjadi tak berdaya, sehingga
perlu waktu untuk menyesuaikan terhadap situasi terakhir. Suami menemukan tugas merawat
istri sebagai suatu tugas yang lebih sulit, karena peran merawat, memelihara dan menjadi ibu
rumah tangga semata-mata masih sebagai peran wanita.

Definisi nutrisi dikalangan lansia terjadi secara luas dan menimbulkan banyak masalah yang
berkaitan dengan penuaan (lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa lagi).

E. Tahapan Asuhan Keperawatan Keluarga


a. Tahapan Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara
terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar yang
dipergunakan mengkaji status keluarga adalah :
a.Struktur dan karakteristik keluarga
b.Sosial, ekonomi dan budaya
c.Faktor lingkungan
d.Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
e.Psikologi keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai berikut :
1. Data umum
a) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubngan dengan kepala keluarga,
status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genogram (tiga
generasi)
b) Tipe keluarga, menjelaskan tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut, bahasa yang digunakan, serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa terkait dengan kesehatan
d) Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan
e) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluaga ditentukan oleh
pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain
itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga
f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, kaji juga penggunaan waktu luang
atau senggang keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga berdasarkan tahap
keluarga. Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan

tugas tahapan perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga adalah


mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehat pada keluarga inti,
meliputi : Riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,
anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian,
kematian, dan keluarga yang hilang.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua
dari kedua orang tua.
3. Pengkajian ligkungan
a. Karakteristik rumah
1) Gambaran tipe tempat tinggal(rumah, apartemen, sewa kamar, kontrak
lainnya
2) Gambaran kondisi rumah meliputi : (jumlah kamar dan tipe kamar)
3) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, apakah ada
fasilitas pengaman bahaya kebakaran
4) Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan
handuk
5) Kamar tidur
6) Kebersihan dan sanitasi rumah
7) Pengaturan privasi, bagaimana perasaan keluarga terhadap pengaturan
privasi
8) Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah
mereka
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan, apakah sering mempunyai
kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada
e. Sistem pendukung keluarga meliputi :
1) Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis

2) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau


dukungan masyarakat setempat, lembaga pemerintah, maupun
swasta/LSM
3) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimilki keluarga
4.Struktur keluarga
a. Pola pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga menggunakaan
sistem tertutup atau terbuka, kualitas dan frekuensi komunikasi yang
berlangsung serta isi pesan yang disampaikan.
b.Struktur kekuatan keluarga
Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Struktur dan peran keluarga
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal
d.Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok atau
komunitas serta bagaimana nilai dan norma tersebut mempengaruhi status
kesehatan keluarga
5.Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Mengkaji gambaran diri, perasaan memiliki dan dimiliki dalam anggota
keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b. Fungsi Sosial
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, nilai, norma dan budaya serta perilaku yang
berlaku di keluarga dan masyarakat.
c. Fungsi Pemenuhan (perawatan / pemeliharaan) kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian dan perlindungan
terhadap anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai
sehat sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan
keluarga menurut Jhonson dan Leny (2010) , yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
d. Fungsi Reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga,


metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
e. Fungsi Ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk
meningkatkan penghasilan kelurga.
6.Stressor dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan. Stressor
jangka panjang yaitu stressor yang saat ini dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stressor
Mengkaji sejauh mana kelurga berespon terhadap situasi stressor yang
ada.
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga yang tidak adaptif)
ketika keluarga menghadapi masalah.
7. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan fisik head to toe dan pemeriksaan penunjang.
8. Harapan Keluarga
Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
telah diberikan oleh perawat atau tenaga kesehatan.
b. Tahapan Diagnosa Keperawatan
1. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial (Salvari, 2013). Diagnosa
keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian dan dihubungkan juga dengan 5 tugas keluarga,
komponennya meliputi:
1. Problem (masalah)

Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang


dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. Mengacu pada respon
keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pada keluarga.
2. Etiologi (penyebab)
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu
pada 5 tugas keluarga. Secara umum faktor-faktor yang berhubungan
atau etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga adalah:
1. Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan
persepsi)
2. Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
3. Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik
finansial, fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik dan psikologis
3. Tanda (sign) dan Gejala (symtom)
Sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung maupun tidak langsung.

2. Tipologi diagnosa keperawatan


1) Diagnosa aktual
Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan
bantuan dari perawat dengan cepat.
2) Diagnosa resiko/resiko tinggi
Masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi
masalah keperawatan aktual dapat terjadi cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat. Kemungkinan yang muncul dengan data yang
ada, tetapi dalam data belum ditemukan penyakitnya.
3) Diagnosa potensial
Suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan

3. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan
Maglaya (1978).
Tabel 2.3 Kriteria skoring
KRITERIA
1) Sifat masalah:
a. Tidak/kurang sehat (aktual)
b. Ancaman kesehatan (resiko)
c. Krisis/keadaan sejahtera
(potensial)

SKOR

BOBOT
1

3
2
1

2) Kemungkinan masalah dapat


diubah:
a. Dengan mudah
b. Hanya sebagian
c. Tidak dapat

2
2
1
0

3) Potensial masalah untuk


dicegah
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah

1
3
2
1

4) Menonjolnya masalah:
a. Masalah berat harus segera
ditangani
b. Ada masalah, tetapi tidak
perlu harus segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan

1
2

0
Sumber: Salvari, 2013
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat


b. Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5).

c. Tahapan Perencanaan Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering
muncul dan mengacu
pada
standar 5 tugas keluarga. Langkah-langkah dalam
Skor
tertinggi
rencana keperawatan keluarga adalah:
a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir
yang akan
dicapai melalui segala upaya, dimana masalah (problem) digunakan untuk
merumuskan tujuan akhir (TUM).
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci
tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan
dilakukan, dimana penyebab (etiologi) digunakan untuk merumuskan
tujuan (TUK).
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur
pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan tingkat performance
yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi
tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. Standar mengacu pada 5 hal
tugas keluarga, sedangkan kriteria mengacu pada 3 hal, yaitu:
1. Pengetahuan (kognitif)
2. Sikap (afektif)
3. Tindakan (Psikomotor)
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah:
1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisi klien
2. Kriteria hasil hendaknya daapat diukur

3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi.
d. Tahapan Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan keluarga
yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga. Implementasi diprioritaskan
sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki oleh keluarga,
dan didasarkan pada asuhan keperawatan yang telah disusun (Sudiharto,
2007). Pada tahap ini perawat mendapat kesempatan membangkitkan minat
keluarga untuk mengubah perilaku ke arah hidup sehat (Salvari, 2013).
e. Tahapan Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan anatar hasil, implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan
bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana
keperawatan yang baru.
Metode evaluasi keperawatan, yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegiatan yang ddilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif ditulis dalam
catatan kemajuan atau menggunakan sistem SOAP.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,
sistem penulisan evaluasi sumatif ditulis dalam bentuk catatan naratif atau
laporan ringkasan (Salvari, 2013).

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

B. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Usia Lanjut


Kasus
Hari kamis tanggal 02/06/2014 Tn.Nivos umur 65 tahun dan Ny.Martinova umur 60
tahun, datang ke puskesmas Elisabeth dengan keluhan Suaminya bahwa beberapa hari
yang lalu sering mengeluh sesak napas, mudah lelah dan batuk dan sulit berbicara
karena sesak napas yang dideritanya sekaligus untuk berkonsultasi ke perawat tentang
msalah kesehatan yang terjadi di keluarga mereka.

Tanggal Pengkajian : Kamis, 07/06/2014


A.

Identitas umum keluarga


1. IDENTITAS KEPALA KELUARGA

Nama

: Tn. Nivos

Umur

: 65 tahun

Agama

: Kristen Protestan

Suku

: Nias

Pendidikan

: S.Pd

Perkerjaan

: Pensiun

Alamat

: Jln. Amal budi Gg. Batak

No. Telpon

: -

2. KOMPOSISI KELUARGA
No Nama
1 Tn.Nivos
2 Ny.Martinova

L/P
L
P

Umur
65
60

Hub. Klg
Suami
Istri

Perkerjaan
Pensiun
IRT

Pendidikan
S.Pd
SMA

3. GENOGRAM
4. TIPE KELUARGA
a. Jenis Type Keluarga : keluarga The nuclear family
b. Masalah Yang terjadi dengan tipe tersebut : Keluarga mengatakan sering
merasa sakit sakitan dan merasa kesepian karena hanya tinggal suami isteri.

5. SUKU BANGSA
a. Asal Suku Bangsa : Tn.Nivos dan Ny.Martinova sama-sam suku Nias.
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: selama ini tidak ada hal hal
yangbertentangan dengan budaya.

6. AGAMA DAN KEPERCAYAAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Agama Tn.Nivos adalah Kristen Protestan, dan begitu pula dengan Ny.Martinova.
Tn.Nivos dan Ny.Martinova Mengatakan selalu berusaha untuk mengikuti
kebaktian setiap hari minggu dan mereka selalu berdoa bersama di rumah kecuali
jika Tn.Nivos tidak ada dirumah, dan begitu juga dengan Ny.Martinova.

7. STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA


a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Dahulunya sebelum pensiun
Tn.Nivos,
b. yang berkerja sebagai staf pengajar
c. Penghasilan : Rp. 900/Bln
d. Upaya lain : Rp. 1.000.000,00 Rp. 1.500.000
e. Harta benda yang dimiliki ( perabotan transportasi, dll ) : Rumah, motor
yamaha,
f. Tv, kursi, serta lemari lemari.
g. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : keluarga mengatakan kebutuhan tiap
h. bulan yang dikeluarkan hanya buat makan dan keperluan sehari hari saja,
kurang
i. lebih Rp.1.000.000 perbulan.
8. AKTIVITAS REKREASI KELUARGA
Keluarga mengatakan hanya dirumah, karena biasanya kalau libur anak dan
cucunya berkunjung kerumahnya.

B.

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : disini keluarga termasuk dalam tahap
perkembangan usia dewasa akhir, dan anak anak mereka sudah pada meninggalkan mereka
dari rumah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : memepertahankan
kesehatan, karena keluarga cemas ketika salah satunya sakit.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti

a. Riwayat kesehatan keluarga saat ini : Ny.Martinova mengatakan bahwa dia pernah
mengalami usus buntu dan sudah dioperasi Tn.Nivos mengatakan selama ini
megalami sesak napas, dan kadang kadangsering kambuh.
b. Riwayat penyakit keturunan
Menurut keluarga tidak ada keluarga yang memilki riwayat sakit yang sama dengan
mereka.
c. Riwayat kesehatan masing masing anggota keluarga
No Nama

BB

Umur

Tn.Nivos

70 kg 65

Ny.Martinova 55 kg 60

Keadaan kesehatan Imunisasi


( Bcg/polio
/DPT/HB/campak
Tn.Nivos biasanya kalau cuaca dingin
asmanya kambuh
dan hanya minum
obat yang telah
diresepkan dokter.
Jika tidak minum
obat juga klien
mengatakan
asmanya
akan
kambuh.
Tn.Nivos juga
mengatakan bahwa
matanya sudah
mulai kabur, tidak
bisa melihat barang
dengan jarak yang
jauh.
-Ny.Martinova
mengatakan bahwa
dia
pernah
mengalami
usus
buntu dan sudah
dioperasi.

Masalah
kesehatan

Tindakan yang
telah dilakukan

Gangguan
pola nafas

Menembus obat
yang telah
direspkan dokter
karena Tn.Nivos
mengatakan
sudah
ketergantungan
obat.

-Nyeri perutMelakukan
dan minumoperasi dirumah
obat yang disakit negeri.
beli diapotik
-Pusing

-Klien mengatakan
bahwa
tekanan
darahnya turun naik.
d. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Menurut Tn.Nivos dan
Ny.Martinova jika dirinya sakit biasanya berobat di puskesmas.

e. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :


Tn.Nivos : Klien mengatakan bahwa sudah 7 tahun klien merasakan sakit asma dan 2
tahun terakhir penglihatan sudah mulai kabur.
Ny.Martinova : klien mengatakan bahwa dahulunya sakit usus buntu dan sudah dioperasi
dan klien mengatakan biasanya klien merasakan nyeri pada perut dan minum obat yang
dibelikan anaknya diapotek, klien mengatakan jika klien sakit biasa, dirinya hanya
berobat kepuskesmas.

C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1.

Karakteristik rumah
a.

Luas rumah : 7 x 12 meter

b.

Type rumah : sederhana

c.

Kepemilikan : pribadi

d.

Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 4 buah kamar tidur, Ventilasi/jendela : Ada 10


ventilasi yang terdapat di dalam rumah

e.

Pemanfaatan ruangan : Ruang tamu, ruang tengah/ keluarga, dapur, wc/toilet, 4


Kamar tidur.

f.

Septic tank : ada, letak dibelakang rumah berjarak 1 meter dari rumah

g.

Sumber air minum : air hujan yang dimasak dan air galon

h.

Kamar Mandi/ WC : memiliki satu wc dan sekaligus kamar mandi

i.

Sampah limbah RT : dibuang ditempat pembuangan sampah sejauh 100 meter

j.

Kebersihan lingkungan : keadaan kebersihan lingkungan bersih karena kelurga


mengatakan jika tidak ada aktifitas selalu membersihan samping rumah.

k.

Keadaan didalam rumah : rumah Tn. H tampak bersih dan rapi.


Keadaan diluar rumah : Halaman rumah Tn. H juga bersih dan rapi terbukti tidak
ada sampah yang berserakan, dipinggir rumah klien juga terdapat sumur yang
kecil dan sudah disemen rapi.

2.

Karakteristik tetangga dan komunitas RW

a.

Kebiasaan : setiap minggu Ny.Martinova dan Tn.Nivos, mengikuti/melakukan


PA dengan tetanga.

b.

Aturan/kesepakatan : apabila ada orang baru atau tamu yang menginap wajib
lapor RT / RW

c.

Budaya : didalam satu lingkungan klien semua suku ada dan kebanyakan orang
Nias

3.

Mobilitas geografis keluarga : klien mengatakan dia hanya dirumah saja karena
biasanya anak dan cucunya yang berkunjung keruma.

4.

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : keluarga mengatakan


tiap bulan klien ada melakukan kegiatan arisan keluarga dan PA dengan tetanga.

5.

System pendukung keluarga : Saat ini dalam keluarga ada maslah dalam
kesehatan, hubungan satu anggota keluarga dengan yang lainnya cukup baik dan
sudah terbiasa saling pengertian.

D.

STRUKTUR KELUARGA

1.

Pola/cara komunikasi keluarga : Menurut Ny.Martinova dalam keluarganya


berkomunikasi biasa menggunakan bahasa Nias

2.

Struktur kekuatan keluarga : Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn.Nivos dan


Ny.Martinova selalu memutuskan secara bersama-sama dan memilih yang terbaik.
Perbedaan-perbedaan pendapat yang ada selalu bisa di atasi jika mereka bicara dengan
baik- baik.

3.

Struktur peran ( peran masing masing anggota keluarga ) : Dalam keluarga Tn.Nivos
sebagai kepala keluarga berkewajiban memipin keluarga dan dibantu Ny.Martinova.

4.

Nilai dan norma keluarga : Sebagai bagian dari masyarakat Nias dan beragama Kristen
protestan keluarga memiliki nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan santun
terhadap suami terhadap isteri. Selama ini dirinya dan suaminya makan bersama setiap

hari dari sarapan sampai makan malam.

E.

FUNGSI KELUARGA

1.

Fungsi Afektif : klien mengatakan selama ini klien antara suami istri saling tolong
menolong dan saling pengertian dan selalu komunikasi kepada anak anak mereka.

2.

Fungsi sosialisasi : klien mengatakan sampai sejauh ini baik dan hubungan dengan
keluarga besarnya mau pun kecil baik baik saja. Hubungan keluarga dengan orang lain
pun baik, terutama tetangga-tetangga terdekat.

3.

Fungsi perawatan kesehatan


a.

Menurut keluarga, masalah kesehatan yang sering dihadapinya yaitu asma dan
pusing dan persiapan berpisah dengan pasanganya.

b.
Apa yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang
sedang
dialami : klien mengatakan sejauh ini dirinya hanya berbicara dengan anak dan
antar suami isteri dan minum obat.
c.

Kemana keluarga meminta pertolongan apabila ada anggota keluarga yang


mengalami masalah kesehatan : Ke puskesmas.

d.

Tindakan apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah timbulnya masalah


kesehatan : klien mengatakan biasanya keluarga hanya makan teratur dan
olahraga yaitu jalan pagi di sekitar rumah setiap hari minggu.

4.

5.

Fungsi reproduksi
a.

Perencanaan jumlah anak : tidak ingin mempunyai anak lagi

b.

Akseptor : tidak

Keterangan lain : Ny.Martinova mengatakan sejak dilakukan operasi sejak 10 tahun


yang lalu Ny.Martinova tidak mengalami menstruasi lagi.

6.

Fungsi ekonomi
Fungsi ekomoni dahulunya tidak ada kendala karena kebutuhan tiap bulan diberi anak

anaknya.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1.

Stressor jangka pendek : klien mengatakan merasa kesepian karena dahulunya


terasa ramai dirumah tetapi sekarang hanya tinggal berdua saja.

2.

Sressor jangka panjang : keluarga mengatakan cemas dengan keadaan suami


karena tidak bisa putus obat.

3.

Respons keluarga terhadap stressor : jika terdapat masalah selalu diselesaikan


dengan anak anak juga.

4.

Strategi koping : klien mengatakan itu memang waktu yang tepat, dimana anak
sudah menikah dan membangun rumah tangga sendiri.

5.

Strategi adaptasi disfungsional : tidak ada.

G. KEADAAAN GIZI KELUARGA


Pemenuhan gizi : biasanya Ny.Martinova selalu masak, masakan kesukaan suaminya
yaitu masakan bersantan dan bening.
Upaya lain : kadang kadang juga klien mengatakan anaknya membawakan makan
seperti sayur-sayuran dan lauk pauk.

H. HARAPAN KELUARGA
1.

Terhadap masalah kesehatan : klien mengatakan mungkin ini masalah yang didapatkan
dimasa lanjut usia.

2.

Terhadap petugas kesehatan yang ada : klien mengatakan agar mahasiswa yang datang
bisa berbagi pengetahuan.

I.

PEMERIKSAAN FISIK
No
1

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
BB
TB
Kepala :
Rambut

Mata

Hidung

Mulut

Telinga
Leher
JVP
Kelenjar Tiroid
Dada
Mamae
Inspeksi

Palpasi
Paru
Inspeksi

Palpasi

Nama Anggota Keluarga


Tn.Nivos
Ny.Martinova
70 kg
165 cm

55 kg
150 cm

Hitam tampak uban diselaHitam sedikit uban, panjang


sela rambut dan agakdan keriting.
keriting.
Konjungtiva merah jambu,Konjungtiva merah jambu,
sclera pucat, penglihatansclera pucat, dan penglihatan
agak mulai menurun.
mulai menurun.
sinusitis (-),
polip (-), penciuman baik. sinusitis (-),
polip (-), penciuman baik.
Mulut bersih, mukosa
lembab, lidah bersih, gigiMulut
bersih,
mukosa
sudah rapuh.
lembab, lidah bersih, gigi
sudah rapuh
Pendengaran
mulai.
menurun.
Pendengaran mulai menurun.
Tidak ada pembesaran venaTidak ada pembesaran vena
jugularis.
jugularis.
Tidak ada pembengkakan. Tidak ada pembengkakan

Tidak ada pembengkakan, Tidak ada pembengkakan,


simetris antara kiri dan
simetris antara kiri dan
kanan.
kanan.
Tidak ada pembengkakan. Tidak ada pembengkakan.
Saat bernafas
menggunakan otot bantuan Saat
bernafas
tidak
pernafasan.
menggunakan otot bantuan
pernafasan.
Tidak simetris penurunan
antara kiri dan kanan
Tidak ada kelainan.

Terdengar bunyi dalnes.


Perkusi

Tidak
cairan.

ada

penimbunan

Auskultasi
Jantung
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi

6
7

Bunyi nafas ronchi,


RR normal

Bunyi nafas vesikuler, RR


normal

Letak normal. Dan ukuran


normal.
Letak normal dan ukuran
Ictus cordis normal yaitu normal.
ics 5 dan 6.
Ictus cordis normal yaitu ics
5 dan 6
Irama
teratur,
suara
tambahan tidak ada
Irama teratur, sura tambahan
TD : 140/90 mmHg
tidak ada
TD : 130/80 mmHg
Simetris, warna normal,
Simetris, warna normal,
asites (-)
asites (-)
Tidak ada nyeri tekan, tidakAda nyeri tekan, tidak ada
ada benjolan
benjolan
Bising usus (+)
Bising usus (+)
Organ
pada
abdomenOrgan pada abdomen normal
normal
-

Genetalia
Eksremitas atas dan
bawah
Inspeksi
Berfungsi dengan baik
Berfungsi dengan baik
Perkusi
Reflek patella lemah.
Klien mengatakan kadanga
Klien mengatakan kadangterasa lemah.
kadang klien mengatakan
terasa lemah jika akan
berjalan.

J. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN


NO DAFTAR MASALAH KESEHATAN
1 ANCAMAN :
Resiko KESEPIAN
Ketidakefetifan manajemen kesehatan diri.
2 KURANG/TIDAK SEHAT :
Ganggauan pola nafas
3 DIFISIT
K. DAFTAR MASALAH PENGKAJIAAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS
KELUARGA DENGAN DIAGNOSA KEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI.
NO
KRITERIA
1 Mengenal Masalah

PENGKAJIAN
Keluarga belum bisa mengenal masalah.

Kesehatan
2
3
4
5

klien mengatakan bahwa klien ingin mengatasi


penyakit agar suami tidak tergantung dengan obat.
Mengambil Keputusan Klien belum bisa mengambil keputusan tetapi jika klien
sakit anak datang dengan membawa obat.
Merawat anggota
Jika Tn. H sakit istri klien meminta bantuan atau
keluarga yang sakit
pertolongan dengan anak dan tetangga.
Memodifikasi lingkungan Klien masih belum bisa mengubah atau
memodifikasi lingkungan.
Memanfaatkan
sarana Klien mengatakan belum mengetahui pemanfaatan
kesehatan
sarana kesehatan yang ada.

L. DAFTAR MASALAH PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS


KELUARGA DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN POLA NAFAS
NO KRITERIA
1 Mengenal Masalah

4
5

PENGKAJIAN
Tn.Nivos, sudah mengenal masalah.
Dengan klien mengatakan bahwa dia tidak bisa kalau
tidak minum obat.
Klien juga mengatakan bahwa masalah ini dirasakan
sejak 10 tahun yang lalu, waktu masuk rumah sakit,
rontgen tidak ada masalah, cuma ada penyempitan
saluran nafas.
Klien mengatakan sejak sakit dia sudah berhenti
merokok.
Mengambil
Keputusan Tn.Nivos mengatakan bahwa dirinya tidak bisa putus
yang tepat
minum obat.
Jadinya biasanya isteri selalu mengingatkan.
Merawat
anggota Ny.Martinova selalu menemani Tn.Nivos, jika sakit
keluarga
yang
sakitdan mengurut urut dada Tn.Nivos.
ataupun punya masalah
Memodifikasi lingkungan Menciptakan lingkungan yang bersih karena Tn.Nivos
juga alergi terhadap debu.
Memanfaatkan
saranaJika sakit klien pergi kepuskesmas dengan menggunakan
kesehatan
JAMKESMAS.

M. DAFTAR MASALAH PENGKAJIAAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS


KELUARGA DENGAN DIAGNOSA RESIKO KESEPIAN
NO
KRITERIA
1 Mengenal Masalah

Mengambil
yang tepat

PENGKAJIAN
keluarga sudah bisa mengenal masalah
Keluarga mengatakan biasanya merasa kesepian,
keluarga meengatakan menelpon atau melihat foto foto
anaknya.,
Keputusan keluarga bermusyawarah untuk menelepon anaknya
terdekat agar berkunjung kerumah.

Merawat
anggotaKlien mengatakan biasanya kesepian kita saling
keluarga
yang
sakitbercerita.
ataupun punya masalah
Memodifikasi lingkungan Keluarga kadang kadang merasa kesiapan karena
hanya berdua saja dirumah.
Keluarga memasang foto anak- anak dan cucunya
diruangan tamu dan kamarnya.
Memanfaatkan
saranakesehatan

N. ANALISA DATA
NO
1.

DATA
PROBLEM
Ds :
Kurang
Keluaraga
pengetahuan/informasi.
mengatakan bahwa
dirinya kurang bisa
dalam mengatasi
masalah kesehatan
yang dialaminya.
Do:
Keluarga tampak
binggung ketika
ditanya.

2.

Ds:
Kurang mengenal
Gangguan
pola
Klien
masalah
nafas
mengatakan bahwa
biasanya kalau
kehabisan obat
klien merasakan
sesak dan ketika
terkena debu juga.
Do :
Klien tampak
terenggah
terenggah
.
Ds :
Kurang mengetahui tugas Resiko kesepian
Klien
perkembangan keluarga
mengatakan
dewasa akhir/lansia
merasa kesepian
sejak ditinggalkan
oleh anakanaknya.
Do:

3.

ETIOLOGI
Keefektifan
Manajemen
Kesehatan Diri.

Klien tampak
sedih ketika dikaji.
O. SKORING
1.

Keefektifan manajemen kesehatan diri b.d kurang pengetahuan/Informasi

o
o
o

o
o
o

o
o
o

o
o
o

KRITERIA
SIFAT MASALAH
Tidak sehat
Ancaman kesehatan
Krisis atau keadaan
sejahtera

KEMUNGKINAN
MASALAH
DAPAT
DIUBAH
Dengan Mudah
Hanya Sebagian
Tidak dapat
PONTISIAL
MASALAH
DAPAT
DICEGAH
Tinggi
Cukup
Rendah
MENONJOLNYA
MASALAH
Masalah berat, harus
segera ditangani
Ada masalah, tapi tidak
perlu segera ditangani
Masalah
tidak
dirasakan

SKOR BOBOT
2/3
3
2
1

2
1
0

Pembenaran
Sifat masalah ini termasuk
ancaman karena jika tidak diberi
pengetahuan keluarga tidak tahu
dan tetap minum obat tiap hari
dan kita tahu efek yang terjadi
akibat terlalu banyak minum
obat streroid.
Masalah tersebut mungkin hanya
sebagian dapat diubah karena
melihat kondisi keluarga yang
ketergantungan dengan obat.

Potensial masalah dapat dicegah


cukup, karena keluarga
mengatakan bahwa keluarga
ingin sembuh dari sakit.

Masalah ini merupakan masalah


berat, sehingga harus ditangi,
sehingga keluarga tidak terlalu
ketergantungan dengan obat.

3
2
1

1
0

2/3 + 1/2+ 2/3+1 =2 1/3


2. Gangguan pola nafas b.d kurang mengenal masalah

o
o
o

KRITERIA
SIFAT MASALAH
Tidak sehat
Ancaman kesehatan
Krisis atau keadaan sejahtera
KEMUNGKINAN MASALAH

SKOR
3
2
1

BOBOT Pembenaran
1
Sifat masalah ini sudah
tidak sehat karena
melihat kondisi klien.
2

Kemungkinan masalah

DAPAT DIUBAH
Dengan Mudah
Hanya Sebagian
Tidak dapat
PONTISIAL
MASALAH
DAPAT DICEGAH
o
Tinggi
o
Cukup
o
Rendah
MENONJOLNYA MASALAH
o Masalah berat, harus segera
ditangani
o Ada masalah, tapi tidak perlu
segera ditangani
o
Masalah tidak dirasakan
1+1+2/3+1 =3 2/3
o
o
o

2
1
0
1
3
2
1
1
2
1
0

dapat diubah hanya


sebagian karena
masalah ini sudah
terlalu berat.
Potensial masalah
dapat dicegah cukup,
karena kemungkinan
hanya tergantung
kondisi klin
Masalah ini berat dan
harus segera ditangani,
karena agar tidak
menimbulkan
komplikasi yang lebih
berat.

3. Resiko Kesepian b.d Kurang mengetahui tugas perkembangan keluarga dewas Akhir

o
o
o

KRITERIA
SIFAT MASALAH
Tidak sehat
Ancaman kesehatan
Krisis atau keadaan sejahtera

o
o
o

KEMUNGKINAN
DAPAT DIUBAH
Dengan Mudah
Hanya Sebagian
Tidak dapat

o
o
o
o
o
o

SKOR
3
2
1

MASALAH

PONTISIAL
MASALAH
DAPAT DICEGAH
Tinggi
Cukup
Rendah
MENONJOLNYA MASALAH
Masalah berat, harus segera
ditangani
Ada masalah, tapi tidak perlu
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan

2
1
0

3
2
1
2
1

BOBOT Pembenaran
1
Sifat masalah ini
merupakan krisis karena
kelurga masih bisa
mengatasi masalah
tersebut.
2
Karena menurut
pengkajian yang kami
lakukan keluarga
mengatakan bahwa
mungkin memang
waktunya kami hidup
berdua lagi.
1
Karena tindakan masalah
yang dihadapi keluarga
wajar, mungkin
beradaptasi dengan
keadaan.
1
Masalah ini tidak perlu
ditangani karena klien
baru merasakan hal
tersebut.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA PRIORITAS


1. Gangguan Pola Nafas b.d Kurang mengenal masalah

2. Ketidak efektifan Manejemen Diri b.d kurang pengetahuan/informasi


3. Resiko Kesepian b.d Kurang mengetahui tugas perkembangan keluarga dewasa akhir

C. RENCANA KEPERAWATAN
No Dx keperawatan

1.

2.

Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria
Tindakan
Rasional
hasil
keperawatan
Gangguan Pola
Gangguan yang terjadi 1.cek atau kaji
1. untuk mengetahui keadaan
Nafas b.d kurang berkurang kurun
keadaan umum
umum klien.
mengenal masalah waktunya setelah
klien.
dilakukan tindakan
2. lakukan
2. untuk memberi wawasan
selama 1 X 30 menit.
PENKES
kepada klien dan kelurga
Dengan KH :
berhubungan
tentang kondisi atau
1. klien dapat
dengan penyakit
keadaan klien.
melakukan apa
klien.
yang telah
3. ajarkan klien
3. agar klien dapat melakukan
disarankan.
hal hal yang
hal hal yang tepat bagi
2. klien mengerti
tepat untuk
kesehatan dirinya.
olaharaga yang
klien.
4. untuk mengetahui kondisi
baik untuk dia.
4. minta klien
klien.
untuk
memeriksaa
diri kerumah
sakit.
Keefektifan
Klien mengerti setelah 1. kaji
1. untuk mengetahui
Manejemen Diri dilakukan tindakan
kemampuan
kemampuan klien
b.d kurang
selama 3 X 45 menit.
klien.
pengetahuan
Dengan KH:
2. lakukan
2. agar klien memahami
/informasi
1. klien mengatakan
penkes
manejemen diri yang tepat.
bahwa sudah mengerti
kesehatan.
dengan hal hal yang 3. ajarkan klien
3. agar kjlien makin mengerti
harus dilakukan
cara manejemen
dengan hal hal yang harus
2. klien mengerti hal
diri.
dilakukan dan dihindari.
hal yang harus dihindari
4. evaluasi
4. agar untuk memahami

3.

kemampuam
klien.
Resiko Kesepian Kesepian tidak terlalalu 1. kaji faktor
b.d Kurang
larut setelah dilakukan
penyebab
mengetahui tugas tindakan selama 3 X 45 keluarga
perkembangan
menit.
merasa
keluarga dewasa
kesepian.
akhir
Dengan KH :
2. beri informasi
1. Klien mengatakan
kepada
tidak terlalu sepi
keluarga
lagi.
tentang tugas
2. keluarga
perkembangan.
mengatakan bahwa 3. ajarkan klien
dirinya sudah
cara cara
mengerti tugas
mengatasi
perkembangannya.
kesepian.
4. ajak pasien
untuk
mengevaluasi
kembali.

kemampuan klien.
1. untuk memastikan faktor
penyebab kesepian.

2. agar klien makin


memahami tentang tugas
perkembangan.

3. agar klien mampu


mengatasi kesepian secara
wajar.
4. untuk mengetahui
kemampuan keluarga
dalam mengatasi masalah
kesepian.

D. CATATAN IMPLEMENTASI
No.
Hari / tanggal Waktu
Tindakan keperawatan
Dx.
1. Sabtu,
07 08.00- 1. Mencek atau Mengkaji keadaan umum klien.
Juni 2014
09.30 Wib 2. Melakukan PENKES berhubungan dengan penyakit

2.

No.
Dx.

Paraf

klien.
3. Mengajarkan klien hal hal yang tepat untuk
kesehatan klien.
4. Meminta klien untuk memeriksaan diri kerumah
sakit.
Minggu, 0810.00-11.301. Mengkaji kemampuan klien.
Juni 2014
Wib
2. Melakukan Penkes kesehatan.
3. Mengajarkan klien cara manejemen diri.
4. Mengevaluasi kemampuam klien.

Hari / tanggal

Waktu

Tindakan keperawatan

Senin,
09 08.30 1. Mengkaji faktor penyebab keluarga merasa
Juni 2009
10.00 wib kesepian.
2. Memberi informasi kepada keluarga tentang tugas
Perkembangan setiap tahap dalam keluarga.

Paraf

3. Mengajarkan klien cara cara mengatasi kesepian.


4. Mengajak pasien untuk mengevaluasi kembali.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
No.
Dx.
1.

Hari /
tanggal

Evaluasi

Senin, 09S :
Juni 2009 Keluarga mengatakan sudah mengerti dan mampu mengidentifikasi pengertian, penyebab, tanda dan
gejala serta penannganan Ashma.
Keluarga mengatakan sudah mampu untuk segera mengambil keputusan membawa klien ke pusat yankes
(puskesmas) jika sakitnya kambuh
O:
Keluarga mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta pencegahan Ashma.
A:
Masalah teratasi
P:
Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga

2.

Senin, 09-S :
06-2014 Keluarga mengatakan sudah mengerti dan mampu mengidentifikasi halhal yang dapat memicu terjadinya
serangan berulang (Ashma)
Keluarga mengatakan sudah mampu mengidentifikasi cara menghindari terjadinya serangan
Keluarga mengatakan sudah membersihkan rumahnya setiap hari dan membuka jendela rumahnya setiap
pagi.
Keluarga mengatakan telah menyediakan makanan yang merupakan diit bagi klien
Keluarga mengatakan perasaannya sangat senang dapat bekerja sama dengan perawat dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
O:
Keluarga mampu menyebutkan halhal yang dapat memicu terjadinya serangan berulang (Ashma)
Keluarga mampu menyebutkan cara menghindari terjadinya serangan
Keluarga mau bekerjasama dalam merawat klien
Tampak halaman maupun dalam rumah keluarga Tn.Nivos bersih dan jendela terbuka pada pagi hari.
Keluarga mau menyediakan makanan yang merupakan diit bagi klien
Keluarga mampu melakukan perawatan dengan menyediakan makanan sehat sesuai diit
A:
Masalah teratasi
P:
Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga

No.
Dx.
3.

Hari / tanggal

Evaluasi

Senin, 09 JuniS :
2009
Keluarga mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui penyebab
keluarga mereka merasa kesepian. Klien mengatakan sudah mampu

mengidentifikasi cara menghindari/mengatasi rasa kesepian dalam


keluarga.
O:
Keluarga mampu menyebutkan tugas-tugas keluarga pada tahap
keluarga dewasa akhir.
A:
Masalah teratasi.
P:
Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang
dilakukan oleh keluarga.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W., 1995, Life-Span Development, Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B., 1980, A Life-Span Approach, Jakarta: Erlangga
Gusti, Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Jhonson L & Leny R. 2010. Keperawatan Keluarga : Plus Contoh Askep Keluarga.
Yogyakarta : Nuha Medika
Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gusyan Publishing

S-ar putea să vă placă și