Sunteți pe pagina 1din 48

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberculosis paru masih menjadi masalah besar dalam kesehatan
masyarakat di seluru penjuru dunia. Penyakit TB Paru sudah dikenal sejak dahulu
kala. Penyakit TB disebabkan oleh kuman atau bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang organ paru-paru, tetapi
sebagian lagi dapat menyerang organ di luar paru-paru, seperti kelenjar getah
bening, kulit, saluran pencernaan dan selaput otak. (Anggraeni, 2011 ).
Tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. 54.2%
hampir setiap tahunnya, Indonesia terjadi peningkatan kasus baru TBC dan sekitar
140.000 kematian yang terjadi setiap tahun disebabkan oleh TBC. Indonesia telah
berhasil mencapai angka keberhasilan pengobatan sesuai dengan target yang telah
ditentukan, yaitu 85 persen dan tetap dipertahankan dalam empat tahun terakhir.
Hampir seluruh propinsi di Indonesia memberikan kemajuan dalam pengobatan
penderita TB Paru. Target angka kesuksesan pengobatan telah dicapai dan selalu
untuk dipertahankan sejak tahun 2001. Kemudian pada tahun 2010, peringkat
penderita TBC di Indonesia turun ke urutan 5 di dunia setelah hampir 10 tahun
lamanya Indonesia menempati urutan ke-2 sedunia. (Anggraen, 2011 ).
Penyakit TB menjadi masalah sosial karena sebagian besar penderitanya
adalah kelompok usia kerja produktif, tingkat pendidikan rendah dan kelompok

ekonomi lemah. Selain itu masalah lainnya adalah pengobatan penyakit TBC
memerlukan jangka waktu yang lama dan rutin yaitu 6-8 bulan. Dengan demikian,
apabila penderita meminum obat secara tidak teratur, justru akan mengakibatkan
terjadinya kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat Anti-Tuberculosis (OAT),
yang akhirnya untuk pengobatannya penderita harus mengeluarkan biaya yang
mahal serta dalam jangka waktu yang relatif lebih lama (Laban, 2009 ).
Di Indonesia TBC kembali muncul sebagai penyebab kematian nomor dua
terbesar setelah penyakit jantung. Berdasarkan Hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga ( SKRT ) tahun 2001. Sebagian besar penderita TB paru berasal dari
kelompok masyarakat usia produktif dan berpenghasilan rendah (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan setiap tahun
terjadi 583.000 orang penderita TBC dengan jumlah kematian sebanyak 140.000
orang (Laban, 2008 ).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pemerintah kota
Palembang jumlah penderita TB Paru pada tahun 2008 sebanyak 1233 (12,33%)
penderita, tahun 2009 sebanyak 1027 (10,27%) penderita, dan pada tahun 2010
sebanyak 1117 (11,17%) penderita.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditentukan permasalahan Asuhan
Keperawatan Keluarga Tn S dengan TB Paru dan Pengetahuan Keluarga
tentang Penyakit TB Paru di wilayah kerja puskesmas Sei Baung Palembang
Tahun 2012.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan keluarga Tn S dengan TB Paru di
wilayah kerja puskesmas Sei Baung Palembang Tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga Tn S dengan TB Paru
secara menyeluruh
b. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang penyakit TB Paru
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Keluarga
Dapat menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru.
1.4.2 Bagi institusi pendidikan
Merupakan umpan balik terhadap penerapan teori secara terpadu
terhadap mahasiswa dilahan praktik.
1.4.3 Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pengetahuan keluarga serta dapat menambah
wawasan dan pengalaman secara langsung dalam penerapan ilmu
keperawatan TB Paru.
1.5 Tempat dan Waktu
1.5.1 Tempat
Praktik Klinik Lapangan dengan kasus Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn S dengan TB Paru dan Pengetahuan Keluarga Tentang
Penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Baung Palembang Tahun
2012.

1.5.2 Waktu
Pengambilan kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Tn S dengan TB
Paru dan Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Baung Palembang dimulai tanggal 02-14 April 2012.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Tuberculosis Paru


2.1.1 Pengertian
Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi pada paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tubercolusis yaitu suatu bakteri tahan
asam (Suriadi dkk, 2001).
TB Paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyarang paru-paru,
penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Manurung, 2009)

Tubercolusis paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh


kuman/bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Kuman ini pada umumnya
menyerang paru dan sebagian dapat menyerang diluar paru-paru, seperti
kelenjar getah bening, kulit, usus atau saluran pencernan, selaput otak dan
sebagianya (Laban, 2008)

2.1.2 Etiologi Tubercolusis Paru


Penyakit ini disebabkan oleh mycobacterium tuberkolosis. Bakteri
atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4m dan tebal
0,3-0,6m. Sebagian besar kuman berupa lemak, sehingga kuman tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari
kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan
daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apical paru. Daerah
ini menjadi prediksi pada penyakit tubercolusis (Somantri, 2009).

2.1.3 Klasifikasi Tuberkulosis Paru


Menurut Anggraeni (2011) TBC diklasifikasikan menjadi TCB paruparu dan TBC esktra paru-paru, adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a. TB Paru adalah TB yang menyerang jaringan Paru-paru
TB Paru dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif (sangat menular)
5

a). Pada TBC paru-paru BTA positif penderita telah melakukan


pemeriksaan sekurang-kurangnya 2 dari 3 kali pemeriksaan dahak
dan memberikan hasil yang positif.
b). Satu kali pemeriksaan dahak yang memberikan hasil yang positif
dan Foto Rontgen dan TB aktif.
2. TB Paru BTA Negatif
Penderita TB Paru BTA negatif, yag apabila pada pemeriksaan
dahak dan foto rontgen menunjukan TBC aktif, akan tetapi hasilnya
meragukan karena jumlah kuman (bakteri) yang ditemukan pada
waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat positif.

b. TBC Ekstra Paru adalah TBC yang menyerang organ tubuh lain selian
paru, misalnya selaput paru, selaput otak, selaput jantung, kelenjar
getah bening, tulang, persendian kulit, usus, ginjal ,saluran kencing dan
lain-lian.
2.1.4 Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis Paru
Menurut Depkes, (2002) Komplikasi berikut sering terjadi pada
penderita stadium lanjut:
a. Haemiothemisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkhial


c. Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau rektif ) pada paru
d. Pneumutorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal
dan sebagainya
f. Insufiensi kardio pulmuner (cardio pulmonary insufiensy)

2.1.5 Gejala Tuberkulosis Paru


Menurut Anggraeni (2011) Gejala pada penyakit TB paru dapat
dibedakan pada dewasa dan anak-anak.
a. Gejala pada orang dewasa
Gejala penyakit TB paru yang tampak pada orang dewasa adalah
sebagia berikut:
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama biasanya
dirasakan pada malam hari disertai keringat. Kadang- kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

3. Batuk batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan


darah).
4. Perasaan tidak enak dan lemah.
b. Gejala pada Anak Anak
Gejala penyakit TB paru yang nampak pada anak-anak adalah sebagai
berikut:
1. Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TB.
2. Berat badan anak tidak bertambah atau turun selama 3 bulan
berturut-turut tanpa sebab yang jelas meskipun sudah dengan
penangan gizi yang baik.
3. Anak tidak ada nafsu makan
4. Sakit dan demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas.
Artinya anak demam tanpa jelas sakitnya. Misalnya demam namun
tidak menunjukan tanda tanda influrenza.
5. Munculnya benjolan didaerah leher, ketiak dan lipatan paha.
6. Batuk lama lebih dari 3 minggu dan nyeri dada.
7. Diare berulang-ulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
biasa.
8. Tes mantoux anak positif (ada pembengkakan di tempat yang diuji
dengan mantoux >10mm. Ukuran >10mm ini digunkan sebagai
patokan untuk anak dengan status gizi normal. Untuk anak kurang
gizi, biassanya dipakai patokan >5mm
8

9. Gambaran rontgen paru yang mendukung TB Paru.


10. Adanya reaksi kemerahan yang cepat (dibawah 1 minggu) setelah
imunisasi BCG.
11. Pada anak-anak dapat mengenai otak (Lapisan Pembungkus Otak)
yang disebut sebagai meningitis (Radang Selaput Otak) dengan
gelaja klinis seperti demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan
kejang-kejang.

2.1.6 Pencegahan Tuberkulosi Paru


Usaha pencegahan penularan penyakit TBC dapat dilakukan dengan
cara memutus rantai penularan yaitu mengobati penderita TBC sampai
benar-benar sembuh serta melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. Pada
anak balita pencegahan diberikan dengan memberikan isoniazin selama 6
bulan. Bila belum mendapat vaksinasi BCG, maka diberikan vaksinasi
BCG setelah pemberian isoniazid selesai (Laban, 2008).

2.1.7 Patofisiologi
Infeksi primer pertama kali klien terinfeksi oleh tuberkulosis di sebut
sebagai infeksi primer dan biasanya terdapat pada apeks paru atau dekat
pleura lobus bawah. Infeksi primer mungkin hanya berukuran mikroskopik,
dan karenanya tidak tampak pada foto rontgen. Tempat infeksi primer dapat
mengalami infeksi primer kemudian dapat mengalami proses degenerasi
9

nekrotik (perkejuan) tetapi bisa saja tidak, yang membentuk rongga yang
terisi oleh massa basil tuberkel seperti, keju, sel-sel darah putih yang mati,
dan jaringan paru nikrotik. pada waktunya material ini mencair dan dapat
mengalir kedalam percabangan trakheolbronkhial dan di batukkan. Rongga
yang terisi udara tetap ada dan mungkin terditeksi ketika di lakukan
rontgen dada (Manurung, 2009).
Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan
dalam membentuk jaringan parut dan pada ahirnya terbentuk lesi. Lesi ini
dapat mengandung basil hidup yang dapat aktif kembali, meski telah
bertahun tahun dan menyebabkan infeksi sekunder (Somantri, 2009).
Infeksi TB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi
terhadap basil tuberkel dan proteinya. Respon imun seluler ini tampak
dalam bentuk sensitisasi sel-sel dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes
kulit tuberkulin. Perkembangan sensitivitas tuberkulin ini terjadi pada
semua sel-sel tubuh, 2 sampai 6 minggu setelah infeksi primer dan akan di
pertahankan selama basil hidup berada dalam basil hidup berada dalam
tubuh imunitas di dapat ini biasanya menghambat pertumbuhan basil lebih
lanjut dan terjadinya infeksi aktif. Faktor yang tampak mempunyai peran
dalam perkembangan TB menjadi penyakit aktif termasuk usia lanjut,
infeksi HIV, malnutrisi, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, adanya
keadaan penyakit lain (misalnya diabetes militus, gagal ginjal kronis dan
predisposisi genetik. Infeksi primer, selain penyakit infeksi primer
10

progresif, infeksi ulang juga mengarah pada bentuk klinis TB aktif. Tempat
primer infeksi yang mengandung basil TB dan tetap laten selama bertahuntahun dan kemudian teraktifkan kembali jika daya tahan klien menurun.
Penting artinya untuk mengkaji kembali secara periodik klien telah
mengalami infeksi TB untuk mengetahui adanya penyakit aktif (Asih,
2004).

2.1.8 Patogenesis
Penyakit tuberkulosis di tularkan melalui udara secara langsung dari
penderita TB Paru kepada orang lain. Dengan demikian, penularan
penyakit TB Paru terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan
orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur
atau kerja yang sama. penyebar penyakit TB Paru sering tidak tahu bahwa
dia menderita sakit tuberkulosis (Muttaqin, 2008).
Droplet yang mengandung basil TB Paru yang di hasilkan dari batuk
dapat melayang di udara hingga kurang dari dua jam tergantung pada
kualitas ventilasi ruangan, jika droplet tadi terhirup oleh orang lain yang
sehat, droplet akan terdampar pada dinding sistem pernafasan. Droplet
besar akan terdampar pada saluran pernafasan bagian atas, droplet kecil
akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada prediksi lokasi
terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil tuberkulosis
akan membentuk suatu fokus infeksi primer berupa tempat pembiakan
11

tuberkulosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan reaksi


inflamasi. Basil TB Paru yang masuk tadi akan mendapatkan perlawanan
dari tubuh, jenis perlawanan tubuh tergantung pengalaman kepada
pengalaman tubuh, yaitu pernah mengenal basil TB Paru atau belum
(Darmanto, 2002).

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru diagnosis tidak di
rawat di rumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang sedang
di rawat, klien mungkin akan tetap di rawat sampai kadar obat terapeutik
telah di tetapkan. Beberapa klien dengan TB aktif mungkin di rawat di
rumah sakit karena alasan (1) mereka sakit akut (2) situasi kehidupan
mereka di anggap lebih tinggi (3) mereka di duga tidak patuh terhadap
program pengobatan; (4) terdapat riwayat TB sebelumnya dan penyakit
aktif kembali; (5) terdapat penyakit lain yang bersamaan dan bersifat akut ;
(6) tidak terjadi perbaikan setelah terapi dan (7) mereka resisten terhadap
pengobatan yang biasa,membutuhkan obat garis kedua dan ketiga. Dalam
situasi seperti ini, perawatan singkat di rumah sakit di perlukan untuk
memantau keefektifan terapi dan efek samping obat-obat yang di berikan.
Klien dengan diagnosis TB aktif biasanya mulai di berikan tiga jenis
medikasi atau lebih untuk memastikan bahwa organisme yang resisten telah
tersingkirkan. Dosis dari beberapa obat mungkin cukup besar karena basil
12

sulit untuk di bunuh. Pengobatan berlanjut cukup lama untuk


menyingkirkan atau mengurangi secara substansial jumlah basil dorman
atau semidorman. Terapi jangka panjang yang tak terputus merupakan
kunci sukses dalam pengobatan TB Paru (Corwin, 2009).
Medikasi yang digunakan untuk TB mungkin di bagi menjadi
preparat primer dan preparat baris ke dua (tabel 3-1). Preparat primer
hampir selalu di resepkan pertama kali sampai laporan hasil kultur dan
laboratorium memberikan data yang pasti. Klien dengan riwayat TB yang
tidak selesai mungkin mempunyai organisme yang menjadi resisten dan
preparat sekunder harus digunakan. Lamanya pengobatan beragam,
beberapa program mempunyai pendekatan dua fase; (1) fase intensif yang
menggunakan dua atau tiga jenis obat, di gunakan untuk menghancurkan
sejumlah besar organisme yang berkembang biak dengan cepat, (2) fase
rumatan, biasanya dengan dua obat, di arahkan pada pemusnahan sebagian
besar

basil

yang

tersisa.

Program

pengobatan

dasar

yang

di

rekomondasikan bagi klien yang sebelumnya belum di obati adalah dosis


harian isoniazid, rifamfisin, pirazinamid, selama 2 bulan. Pengobatan ini di
ikuti derngan isoniazid dan rifamfisin selama 4 bulan. Kultur seputum
digunakan untuk mengevaluasi kesangkilan terapi. Jika kepatuhan terhadap
pendosisan harian menjadi masalah, maka diperlukan pertokol TB yang
memberikan medikasi 2 atau 3 kali dalam 1 minggu. Program ini biasanya

13

di berikan di klinik untuk memastikan klien menerima obat yang


diharuskan.
Jika medikasi di gunakan tampak tidak efektif (memburuknya gejala
peningkatan infiltrat, atau pembentukan kavitas), program harus di evaluasi
kembali, dan kepatuhan klien harus di kaji. Setidaknya dua medikasi (tidak
pernah hanya satu) di tambahkan pada program terapi TB yang gagal
(Anggraeni, 2011).
Medikasi yang di gunakan untuk mengobati TB Paru mempunyai
efek samping yang sangat serius, bergantung pada obat spesifik yang di
resepkan. Toleransi obat, efek obat, dan toksisitas obat bergantung pada
faktor-faktor usia, dosis obat, waktu sejak obat terakhir di gunakan,
formula kimia dari obat, fungsi ginjal dan usus, dan kepatuhan klien. Klien
penderita TB yang tidak membaik atau tidak mampu menoleransi medikasi
mungkin membutuhkan pengkajian dan pengobatan pada fasilitas medis
yang mengkhususkan dalam pengobatan TB paru berkomplikasi (Asih,
2004).

2.1.10 Pengobatan Tuberkulosis Paru


a. Tujuan Pengobatan TB Paru
Menurut Anggraeni (2011) Pengobatan penyakit TB Paru
dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Menyembuhkan Penderita
14

2. Mencegah Kematian
3. Menurunkan Resiko
4. Menurunkan Resiko Penularan
b. Tempat Pengobatan Penderita TB Paru
Para penderita TB Paru dapat berobat dibeberapa tempat, antara
lain sebagai berikut :
1. Puskesmas
2. Rumah Sakit
3. Bp4/Rumah Sakit Paru
4. Dokter Umum atau Dokter Pribadi
c. Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan
Bagi para penderita TB Paru, ada satu hal penting yang harus
diperhatikan dan dilakukan, yaitu keteraturan minum obat TB Paru
sampai dinyatakan sembuh, biasanya berkisar antara 6-8 bulan. Apabila
hal ini tidak dilakukan (tidak teratur minum obat), maka akan terjadi hal
sebagai berikut:
1.

Kuman penyakit TB Paru kebal sehingga penyakitnya lebih sulit


diobati

2.

Kuman berkembang lebih banyak dan menyerang organ lain

3.

Membutuhkan waktu lebih banyak untuk sembuh

4.

Biaya pengobatan semakin mahal

5.

Masa produktif yang hilang semakin banyak

15

Pada umumnya, pengobatan penyakit TB Paru akan selesai dalam


jangka waktu 6 bulan, yaitu 2 bulan pertama setiap hari (tahap intensif)
dilanjutkan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (tahap lanjut). Pada
kasus tertentu, penderita bisa minum obat setiap hari selama 3 bulan.
Kemudian dilanjutkan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan. Bila
pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat, penderita menular akan
menjadi tidak menular dalam kurung waktu 2 minggu (Laban, 2008).

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga


2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Depkes
RI, 1998).
Keluaga adalah dua atau lebih dari dua individu untuk bergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan, pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu RT, barinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
(Salvivicion G Bailon,1989).
2.2.2

Macam-macam Struktur Keluarga


Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam :

16

1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara


dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui jalur
garis ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinanaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.2.3

Tipe / Bentuk Keluarga


1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
abu dan anak.
2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya: nenek, kakek, saudara sepupu,
keponakan, paman, bibi.
3. Keluarga berantai (Serial family) adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.
4. Keluarga duda / janda ( Single family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian dan kematian.
5. Keluarga berkomposisi ( Composite Family) adalah keluarga yang
perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

17

2.2.4

Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
a.

Memberikan rasa aman dan kasih sayang.

b.

Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

c.

Membina pedewasaan kepribadian anggota keluarga.

d.

Memberikan identitas keluarga.

3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan

anak

untuk

memberikan

pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan minat


dan bakat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembanganya.
2.2.5

Fungsi dan Tugas Perawat pada setiap tahap Perkembangan


Keluarga
a. Tahap 1 pasangan baru atau keluarga baru (Beginning Family)
1. Bina hubungan intim dan kepuasan bersama
18

2. Menetapkan tujuan bersama


3. Membina hubungan dengan keluarga lain teman dan kelompok
sosial
4. Merencanakan anak KB
5. Meyesuaikan diri dengan kehailan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua

b. Tahap II Keluarga Child-Bearing ( Kelahiran anak pertama)


1. Persiapan diri menjadi orang tua
2. Membagi peran dan tanggung jawab
3. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana ruangan
yang meyenangkan untuk anak
4. Mempersiapkan biaya atau dana Child-Bearing
5. Memfasilitasi Role Realning anggota keluarga
6. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
c. Tahap III Keluarga Dengan Anak Prasekolah
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman
2. Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak-anak yang lain
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam maupun luar
keluarga (Keluarga lain dan lingungan sekitar)
5. Pembagian waktuuntuk individu, pasangan, anak ( tahap paling
rapat)
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
19

7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak


d. Tahap IV Keluarga Dengan Usia Sekolah
1. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan
semangat belajar.
2. Tetap

mempertahankan

hubungan

yang

harmonis

dalam

perkawinan
3. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
4. Menyediakan aktivitas untuk anak
5. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan
anak
e. Tahap V Keluarga Dengan Anak Remaja ( Families With Taengers)
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan mengingat otonomi
2. Mempertahankan hubungan yang intimdengan keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang
tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
f. Tahap V Keluarga Dengan Anak Dewasa atau Pelepasan
1. Perluasan keluarga intim menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman keluarga
3. Membantu orang tua suami dan istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4. Mempersiapkan

anak

untuk

huidupmandiri

dan menerima

kepergian anaknya
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga

20

g. Tahap VII Keluarga Usia Pertengahan ( Middle Age Families)


1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengelola minat social dan waktu santai
3. Memulihakn hubungan antara generasi muda dan orang tua
4. Keakraban dengan pasangan
5. Memelihara hubungan atau kontrak dengan anak dan keluarga
6. Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban
program
h. Tahap VII Keluarga Lanjut Usia
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2. Adaptasi dengan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5. Melakukan file review
2.3 Konsep Dasar Proses Keperawatan Keluarga
2.3.1 Pengkajian
Data besar yang di pergunakan mengkaji status keluarga adalah :
1.

Struktur dan karakteristik keluarga

2.

Sosial, Ekonomi, budaya

3.

Faktor lingkungan

4.

Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga

5.

Psikososial keluarga

Pada tahap ini hal-hal yang di kaji dalam keluarga adalah :


21

a. Data umum
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Pengkajian lingkungan
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stress dan koping keluarga
g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
2.3.2

Diagnosa Keperawatan
Tipologi dari diagnosa keperawatan
a. Diagnosa aktual ( terjadi defisit atau gangguan kesehatan )
b. Diagnosa resiko tinggi ( Ancaman kesehatan )
c. Diagnosa potensial ( keadaan sejahtera )
Daftar diagnosa keperawatan keluaarga berdasarkan NANDA adalah :
1. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
2. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi
3. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
-

Berduka atau antisipasi


Berduka fungsional
Isolasi Sosial
Perubahan dalam proses keluarga

4. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif


- Perubahan fungsi keluarga
- Perubahan menjadi orang tua
- Potensial peningkatan menjadi orang tua
- Berduka yang diantisipasi
5. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial
6. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi keperawatan
kesehatan

22

7. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping


2.3.3 Perencanaan
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga :
1.

Menentukan sasaran

2.

Sasaran adalah tujuan umum merupakan tujuan akhir yang akan di


capai melalui segala upaya

3.

menetukan tujuan untuk objektif

4.

Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih


terperinci tentang hasil yang di harapkan dari tindakan keperawatan yang
akan dilakukan

5.

Melakukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan


dilakukan dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung pada
sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah.

6.

Menentukan standar kriteria

7.

Kriteria merupakan tanda atau indikator yang di gunakan untuk


mengukur

pencapaian

tujuan,

sedangkan

standar

menunjukkan

performance yang di inginkan untuk membandingkan bahwa prilaku


yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah dicapai
2.3.3

Pelaksanaan
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan

kesehatan

dengan

cara

memberikan

informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan dan harapan tentang kesehatan


b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

23

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit dengan


cara mendemonstrasikan cara perawatan menggunakan alat atau fasilitas
yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
lingkungan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
2.3.5

Evaluasi
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang di
berikan baik kepada individu maupun kepada keluarga:
1.

Tentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi dan bagaimana


keluarga mengatasi masalah tersebut

2.

Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan di capai

3.

Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi

4.

Tentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumbersumber data yang di perlukan

5.

Membandingkan keadaan yang nyata dengan kriteria dan standar


untuk evaluasi

6.

Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau


pelaksanaan yang kurang memuaskan

7.

perbaiki tujuan berikutnya

Macam-macam evaluasi
1.

Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif di laksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah dikerjakan.

2. Evaluasi kualitatif

24

Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat di fokuskan pada


salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait yaitu:
a. Struktur atau sumber
b. Proses
c. Hasil
Tahap evaluasi dapat dilakukan pula secara pormatif, Evaluasi pormatif
adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan keperawatan adalah
evaluasi akhir.

BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SEI BAUNG
3.1 Visi, Misi dan Motto Puskesmas
3.1.1 Visi
Tercapainya kecamatan Ilir Barat 1 sehat dengan bertumpu pada
pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.
3.1.2 Misi
1. Meninggkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
2. Meningkatkan professional provider
3. Memelihara dan meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang prima
4. Menurunkan resiko kesehatan dan kematian
3.1.3 Motto
1. Sehat itu indah
2. Sehat itu bukan segalanya tapi kalau sakit semua itu tidak ada artinya

25

26

3.2 Wilayah
Berdasarkan keputusan Walikota Palembang Nomor 1882 Tahun 2010
wilayah kerja puskesmas Sei Baung meliputi 2 kelurahan, yaitu:
1. Kelurahan 26 Ilir D I
2. Kelurahan Demang Lebar Daun
Dimana kedua kelurahan tersebut terpisah, sehingga batas wilayahnya
sebagai berikut:
1. Kelurahan 26 Ilir D I
- Utara
: Kelurahan Lorok Pakjo
- Selatan
: Kelurahan Bukit Lama
- Timur
: Kelurahan 26 Ilir
- Barat
: Kelurahan Lorok Pakjo
2. Kelurahan Demang Lebar Daun
- Utara
: Kelurahan Sirih Agung
- Selatan
: Kelurahan Lorok Pakjo
- Timur
: Kelurahan 20 Ilir D I
- Barat
: Kelurahan Sirih Agung
Puskesmas Sei Baung merupakan salah satu dari empat puskesmas yang
berada di Kecamatan Ilir Barat I. Puskesmas Sei Baung mempunyai 1 puskesmas
pembantu yaitu Pustu kecil putih yang berada di Kelurahan Demang Lebar Daun.
3.3 Geografi
Wilayah kerja puskesmas Sei Baung terdiri dari dataran rendah dan
sebagian kecil dataran tinggi.

3.4 Transportasi

26

Puskesmas Sei Baung Palembang terletak di tengah-tengah lingkungan


pemukiman

penduduk di pusat

kota sehingga

transportasinya lancar.

3.5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sei Baung


3.8.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
- Ibu hamil, ibu nifas, menyusui
- KB
- Bayi dan balita sakit
3.8.2 Pelayanan Pengobatan
- Pengobatan Umum
- Pengobatan Gigi
- MTBS/MTBM
- Rujukan
3.8.3 Penyuluhan
- Penyuluhan di Puskesmas
- Penyuluhan di Posyandu
- Penyuluhan di SD/SMP/SMA
- Penyuluhan di Kelurahan
3.8.4 Pelayanan Laboratorium
- Pemeriksaan urine rutin
- Haemoglobine
27

mudah dijangkau

dan

- Golongan darah
- Tes kehamilan
- Tes DBD
3.8.5 Gilingan Mas
a. Pelayanan Gizi
- Pemberian vitamin A dan obat cacing
- Layanan uji klinik Garam Beryodium
- Konsultasi balita BGM dan obesitas
b. Pelayanan Imunisasi
- BCG
- Polio
- DPT + HB Combo
- Hepatitis Uniject
- Campak
- Anti Tetanus Serum
c. Pelayanan Sanitasi
- Memberikan konsultasi / penyuluhan penyakit akibat faktor lingkungan
- Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, dll.
3.8.6 Lain-Lain
a. Pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS (FDC)
b. Pelayanan kesehatan lansia sebulan sekali
c. UKS berupa screening dan pemeriksaan berkala murid
28

d. Pelaksanaan BIAS untuk murid kelas 1-3 SD

3.6 Demografi Puskesmas Sei Baung


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Tabel 3.6.1 Demografi Puskesmas Sei Baung


Data
26 Ilir DI Demang Lebar Daun Total
Luas wilayah (Km)
2,1
2,2
4,3
Penduduk
5.327
18.352
23.679
KK
1.109
3.670
4.779
Keluarga Miskin
76
117
193
Penduduk Miskin (jiwa)
1.951
2.926
4.877
Ibu Hamil
130
449
579
Ibu Bersalin
125
431
556
Bayi
119
413
532
Balita
554
1.908
2.462
Usia Lanjut
394
1.358
1.752
PAUD
0
2
2
TK
1
9
10
SD
1
6
7
SMP
1
4
5
SMA
0
3
3
Posyandu
7
12
19
Pustu
0
1
1
Poskeskel
1
1
2
Panti Asuhan
0
5
5

3.7 Tenaga Kesehatan Puskesmas Sei Baung


29

No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Tabel 3.7.1 Tenaga Kesehatan Puskesmas Sei Baung


Jabatan
Jumlah
Pimpinan Puskesmas
Dokter Fungsional
Kepala BP Gigi
Paramedis
Paramedis Pustu
Perawat Gigi
Bidan Sub Kordinator
Bidan
Bidan Pustu
Asisten Apoteker
Tenaga Gizi
Loket
TU
Jaga Malam Puskesmas
Jaga Malam Pustu
Total

1
1
1
5
2
4
1
2
1
2
1
1
1
1
1
25

3.8 Data Program TB Paru Puskesmas Sei Baung


Tabel 3.8.1 Data Program TB Paru Tahun 2006 - 2010
2006
2007
2008
2009
Suspek Penderita TB
48
30
29
36
BTA (+)
7
6
3
9
BTA (-) Rontgen (+)
3
12
7
7
Penderita Yang Diobati
10
1
10
16
Sembuh
6
6
3
5
Pengobatan Lengkap
3
12
7
4

30

2010
27
6
4
10
6
6

3.8 Struktur Organisasi Puskesmas Sei Baung


Gambar 3.8.1 Struktur Organisasi Puskesmas Sei Baung
PIMPINAN PUSKESMAS
SUB BAG TATA USAHA
SP2TP
BEND. RETRIBUSI
BEND. ASKES
BEND. BARANG
BEND. JAMKESMAS
KORDINATOR
PELAYANAN

KORDINATOR PELAYANAN
KESEHATAN MASYARAKAT
PELAYANAN KES. WAJIB
PETUGAS PROMOSI KES.
PETUGAS KES. LING.
PETUGAS P2M/P2TM

KESEHATAN PERORANGAN

PEL. KES. PENGEMBANGAN


PETUGAS KEP. KES
PETUGAS KES. SEKOLAH

PETUGAS KIA SERTA KB


PETUGAS PERBAIKAN
GIZI MASYARAKAT

33

BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Tinjauan Kasus
4.1.1 Pengkajian
a. Identitas Umum Keluarga
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama
: Tn S
Umur
: 52 tahun
Suku
: Melayu
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Alamat
No Rumah

: Sopir
: Jln. Letnan Hadin Rt 30/2 Palembang
: 1919
31

2. Komposisi Keluarga
Nama
Tn S
Ny H
An A
An F
An H
An A
An M

L/P
L
P
L
L
L
L
L

Umur Hub. Kel


52 thn
KK
48 thn
Istri
30 thn
Anak
27 thn
Anak
25 thn
Anak
21 thn
Anak
12 thn
Anak

Pendidikan
SD
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SD

Pekerjaan
Tani
IRT
Supir
Konter Hp
Pelajar

Status Kes
TB Paru
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat

3. Genogram

Keterangan :
: Laki- laki
: Perempuan
: Laki- laki/ perempun yang sudah meninggal
: Anggota keluarga yang sakit
: Tinggal serumah
4. Tipe Rumah
Tipe keluarga Tn S adalah Nuclear Family yang terdiri dari
Ayah, Ibu dan Anak
a. Kewarganegaraan/suku bangsa: Indonesia
b. Agama: Agama yang dianut adalah Islam

32

c. Status sosial ekonomi keluarga: Penghasilan TnT perbulan


tidak menentu.
d. Aktivitas rekreasi keluarga: Kegiatan yang dilakukan
keluarga untuk rekresi adalah menonton TV dan kadangkadang berkumpul dengan sanak saudara atau tetangga
dekatnya.
b. Riwayat Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Saat ini keluarga TnS berada pada fase keluarga dengan usia
pra lansia.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, sebab
TnS sebagai kepala keluarga belum mampu memenuhi
kebutuhan yang diinginkan/ dibutuhkan dalam keluarga
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn S menyadari menderita TB Paru setelah kontrol di RS
Paru-Paru tanggal 10 Januari 2012.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Tidak ada masalah hanya sakit batuk pilek yang kadang-kadang
terjadi dan tidak ada yang menderita penyakit serius sampai
harus dibawa ke rumah sakit.
c. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah yang ditempati Tn S dan keluarga 40,5 m2
dimana dengan lebar 4.5 m dan panjang 9 m, terdiri dari 4
kamar, 1 dapur, 1 WC/kamarmandi (menggunakan septik tank
yang terletak di belakang rumah) dan satu ruang keluarga.
Bangunan rumah berbentuk segi empat. Lantai rumah terbuat
dari kramik dengan keadaan cukup bersih dan penataan perabot
yang tertata cukup rapi. Penerangan menggunakan listrik dan
ventilasi rumah kurang memadai. Sumber air dan air minum
menggunakan air ledeng.
33

D
G
H

B
S

C
Keterangan
:
A : Kamar C
B : Kamar
C: Kamar
D: Kamar
E : Kamar Mandi/WC
F : Ruang Tamu
G: Dapur
H: Septik Tank

2. Mobilitas Geografis Keluarga


Keluarga Tn S sudah menempati rumah yang yang
ditempatinya sejak berumah tangga sampai sekarang.
3. Sistem Pembuangan Sampah
Keluarga TnS memiliki tempat pembuangan sampah dimana
petugas kebersihan akan memungut sampah tersebut.
4. Hewan Peliharaan
Keluarga TnS tidak mempunyai hewan peliharaan.
5. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Keluarga Tn S hidup dilingkungan perkotaan. Sebagian besar
dari tetangga dilingkungan tempat tinggal TnS adalah
pendatang. Interaksi antar warga kurang dilakukan karena sibuk
dengan pekerjaan.
6. Perkumpulan dengan Masyarakat
Keluarga TnS termasuk keluarga yang kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan masyarakat.
7. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn S ada 7 orang, terdiri atas suami, istri, dan 5
orang anak laki-laki.
34

d. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Diantara keluarga terbina hubungan yang harmonis. Dalam
menghadapi suatu permasalahan biasanya dilakukan dengan
musyawarah. Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga terdiri dari keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
3. Struktur Peran Keluarga
a. Tn S sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangga.
b. Ny H sebagai ibu rumah tangga.
c. An A, An F, An H, An A dan An M sebagai anak.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan
dengan nilai dalam agama Islam yang dianutnya serta norma
masyarakat di sekitarnya. Keluarga menggangap penyakit yang
diderita TnSpenyakitnya orang tua yang bias terjadi. Upaya
untuk mengendalikan dilakukan dengan berobat ke dokter dan
tidak ada perubahan sehingga Tn S memeriksakan diri ke RS.
Paru-Paru dan pada tanggal 10 januari 2012 Tn S dinyatakan
menderita TB Paru.
e. Fungsi Keluarga
1.
Fungsi Afektif
Keluarga Tn S cukuup rukun dan saling memperhatikan dengan
dukungan keluarga yang baik.
2.

Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn S terlihat harmonis dan saling tolong menolong
dalam menghadapi masalah, keputusan diambil oleh ayah, ibu.

Keluarga selalu mengajarkan perilaku sosial yang baik.


3.
Fungsi Perawatan Kesehatan

35

Keluarga cukup mengerti masalah kesehatan, keluarga selalu


berobat ke pelayanan kesehatan jika penyakitnya tidak parah.
Keluarga cukup mampu keluarga yang sakit dan selalu
memperhatikannya. Keluarga pun memahami mengenai kesehatan
lingkungan.
4.

Fungsi Reproduksi
Tn S berumur 52 tahun dan Ny H berumur 48 tahun yang
merupakan usia pra lansia

5.
Tn S bekerja sebagai

Fungsi Ekonomi
yang berpenghasilan tidak pasti per

bulannya dengan memenuhi kebutuhan sandang pangan dan


papan seadanya.
f. Stress dan koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek
Keluarga selalu memikirkan keadaan TnS yang sekarang
sedang menderita penyakit TB Paru.
2. Respon keluarga menghadapi stressor
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang diderita
oleh Tn S karena sudah berobat ke puskesmas Sei Baung.
3. Strategi koping
Keluarga biasanya berdiskusi dalam menghadapi masalah dan
mengambil keputusan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Tn S sejak dinyatakan menderita TB Paru di RS Paru-Paru
merasakan sekarang penyakitnya sudah mulai membaik.
g. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik Umum
- KU : Tn S tampak masih kuat, tetapi badannya kurus
- TD : 110/70 mmHg
- N
: 60 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T
: 36,5 0C
- TB : 164 cm
- BB : 51 kg
2. Pemeriksaan Fisik Khusus

36

Kepala
Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk
kepala normal
Leher
Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena
juguralis dan arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran

kelenjar tiroid.
Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak dan
pengelihatan masih baik.
Telinga
Kebersihan pada telinga baik dan pendengaran masih baik.
Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan.
Mulut
Tidak ada kelainan
Dada
Pergerakan dada terlihat simetris
Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hati, tidak kembung dan tidak ada bekas luka

operasi.
Ekstremitas Atas dan Bawah
Pada ektremitas atas dan bawah tidakterdapat edema, tidak
terjadi kelumpuhan, dari ke empat ektremitas mampu
menggerakkan persendian, mampu mengangkat, mampu
berjalan dan melipat persendian secara sempurna.

h. Harapan Keuarga
Harapan keluarga terhadap kesehatan yaitu semuanya sehat dan tidak
ada yang menderita sakit dan berharap jika ada yang skit, petugas
kesehatan bersedia membantu keluarganya.
ANALISA DATA
No
1

Data
Ds :

Etilogi
Kurangnya
37

Masalah
Resiko

a. Tn S mengatakan sudah

pengetahuan

terjadinya

lama mengalami batuk

keluarga tentang

penularan pada

dan setelah diperiksa di

pencegahan

anggota keluarga

RS. Paru-Paru dinyatakan

penularan

menderita TB Paru.
tuberculosis
b. Tn S mengatakan orang
tuanya juga menderita TB
Paru semasa hidupny.
Do:
a. Usia TnS 52 tahun
b. Tanda Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 0C
c. Keluarga memisahkan alatalat yang memungkinkan
2.

terjadinya penularan
Ds :
a. Tn S kaget setelah
mengetahui bahwa dirinya
menderita TB Paru.
b. Tn S mengatakan cemas

Kurang pengetahuan

Kecemasan

tentang penyakit TB

terhadap

Paru

penyakit TB
Paru

terhadap penyakit yang


dialaminya
Do :
a. Ekspresi wajah datar
b. Tampak murung
No.

c. Tampak cemas
Ds:
a. Tn S mengatakan sudah
lama mengalami batuk dan

Kurangnya

Kurang

pengetahuan

pengetahuan

38

setelah diperiksa di RS.

terhadap

Paru-Paru dinyatakan

TBC

perawtan tentang penyakit

menderita TB Paru.
b. Tn S mengatakan sudah
sejak tanggal 10 januari
2012 minum obat tapi
belum sembuh-sembuh
juga
Do:
a. Usia Tn S 52 tahun
b. Pendidikan terakhir Tn S
SD
c. Tn S selalu bertanya
tentang penyakit yang
dialaminya

4.1.2

Diagnosa Keperawatan
a. Resiko terjuadinya penularan pada anggota keluarga
brhubungan

dengan

kurang

pengetahuan

yang lain

keluarga

terhadap

pencegahan penularan TB Paru


b. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap
penyakit TB Paru
Skoring Prioritas Masalah
a. Resiko terjuadinya penularan pada anggota keluarga yang lain brhubungan
dengan kurang pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TB
Paru
No Kriteria

Skala

Bobot Skoring

39

Pembenaran

Sifat masalah :
Ancaman

2/3x 1 = Keluarga tidak tahu


2/3

kesehatan
2.

Kemungkinan

menular.
1

masalah dapat

1/2x 2=
1

diubah :
hanya
3

penyerapan
informasi.

Potensial
masalah untuk

usia produktif
SD mempengaruhi

3/3x 1=
4

Kondisi klien pada


dengan pendidikan

sebagian
3

penyakitnya mudah

Keluarga

1
2/2x 1=

dicegah :

mau

diajak kerja sama

1
Cukup
Menonjol

Bila tidag
segeraditangani

masalah:
Masalah berat,

memungkinkan
penyembuhan lama

harus segera

dan terjadi

ditangani

penularan kepada
anggota keluarga.
Total

3 2/3

b. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit TB


Paru
No Kriteria
Skala
1
Sifat masalah : 3
aktual

Bobot Skoring
1
3/3 X 1
=1

2.

40

Pembenaran
Keluarga tidak
memahami dengan
baik masalah
kesehatan yang
dialami Tn. N

Kemungkinan
masalah dapat
diubah : hanya
sebagian
3.

4.

Potensial
masalah untuk
dicegah
:
cukup

Menonjolnya
masalah:
keluarga
menyadari
bahwa mereka
kurang paham
dan
mereka
ingin
diberi
penjelasan
yang
lebih
rinci

X2=
1

Pemberian
informasi tentang
penyakit dan
kebutuhan
perawatan akan
sulit dipahami
karena kemampuan
keluarga menyerap
informasi kurang
baik, pendidikan
rendah

2/3 X 1
= 2/3

Membantu keluarga
memaha-mi
masalah kesehatan
bisa dilakukan
melalui bahasa
keluarga dengan
mediasi anaknya
pertamanya yang
sekolah SMA.

2/2 x 1

Keluarga tidak

=1

merasakan adanya
masalah yang harus
segera ditangani

Total

3 2/3

41

Maka prioritas permasalahannya sebagai berikut:


1. Resiko terjuadinya penularan pada anggota keluarga yang lain brhubungan
dengan kurang pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TB Paru
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit TB
Paru
4.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Resiko terjuadinya penularan pada anggota keluarga

yang lain

brhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga terhadap pencegahan


penularan TB Paru
Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
minggu diharapkan pengetahuan keluarga TnS
bertambah/ teratasi.
Tujuan Khusus : Setelah kunjungan selama 1x30 menit keluarga TnS
mampu

mengenal

masalah

dengan

menyebutkan

pengertian, tanda & gejala, serta penyebab dari TB Paru


Intervensi : .
- Menjelaskan pengertian dan gejala serta penyebab dari penyakit TB
Paru
- Tanyakan kembali tentang pengertian, tanda dan gejala serta penyebab
dan akibat dari penyakit TB Paru
- Berikan pujian yang positif/jawaban yang tepat
- Jelaskan pada keluarga TnS akibat dari penyakit TB Paru
- Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan
-Tanyakan kembali pada keluarga akibat dari penyebab TB Paru

42

- Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya


- Menjelaskan cara perawatan TB Paru
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit
TB Paru
Tujuan Umum :
Setelah masalah pengetahuan nya teratasi diharapkan kecemasan
TnS berkuran dan hilang
Intervensi :
-

Jelaskan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah


dimengerti tentang gejala penyakit Tb Paru

kaji pengetahuan keluarga tentang cara cara pemecahan masalah


yang tepat.

Jelaskan cara prinsip pemecahan masalah pada TB paru yaitu


dengan pengobatan dan perawatan yang tepat dan teratur.

Jelaskan akibat bila Tb Paru tidak diobati dalam jangka waktu yang
lama dapat menimbulkan komplikasi seperti batuk darah.

kaji pengetahuan keluarga tentang tata cara perawatan klien TB


paru.

Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti tentang perawatan


klien TB paru : makan yang banyak dan bergizi tinggi, istirahat
yang cukup , pikiran diusahakan santai hindari stres yang berlarutlarut, berhenti merokok dan hindari polusi udara.
43

Gerak badan dianjurkan bila penyakit tampak sembuh.

Jelaskan pengobatan TB paru dan cara minum obat serta berapa


lama harus minum obat.

4.1.4 Implementasi dan Evaluasi


NO
1

Tanggal
Diagnosa
7 April 2012 Resiko

Impelementasi
- menjelaskan

Evaluasi
S : keluarga

penyebaran

penyabab TB

mengatakan

penyakit

paru

masih sulit
untuk

- menjelaskan

mengerti

tentang gejala

tentang

TB paru

penyebab
dan gejala
TB paru.
O : keluarga
tidak mampu
menyebutkan
dengan
bahasa yang
sederhana
tentang
penyebab dan

44

gejala TB
paru.
A : masalah
belum
teratasi
P : lanjutkan
9 April 2012
2.

intervensi.
Kurang

- mengkaji

pengetahuan

S : keluarga

pengetahuan

mengatakan

keluarga tentang

sudah tahu cara

resiko

penularan TB

terjadinya

paru pada

penularan TB

anggota

paru pada

keluarga

anggota

dengan cara

keluarga.

percikan ludah.
O : keluarga

- Menjelaskan

45

mampu

tentang cara

menjelaskan

penularan TB

dengan bahasa

paru

yang sederhana

tentang cara
penularan TB
paru yaitu
melalui
percikan ludah.
A : masalah
teratasi
P : hentikan
intervensi
BAB V
PEMBAHASAN

Penyakit pada sistem pernafasan merupakan masalah yang sudah umum


terjadi di masyarakat. Dan TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan
kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian
penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama. Penyakit ini biasanya
banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi
menengah ke bawah.
Tiga bulan yang lalu TnS sering batuk yang disertai adanya dahak yang
warnanya kekuningan dan kadang disertai darah dalam dahaknya, demam di malam
hari, nafsu makan menurun, berat badan agak menurun.

46

50

Selama melakukan kunjungan ke rumah keluarga TnS, kami menjelaskan


mengenai, pengertian TB paru, penyebab, tanda dan gejala. Hasilnya keluarga TnS
memahami semua yang kami smapaikan, dan keluarga mau melakukannya dalam
kegiatan sehari-hari, serta lebih rajin lagi untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas.
Di wilayah kerja puskesmas Sei Baung masyarakat penderita TB paru cukup
banyak pasien yang datang untuk memeriksakan dirinya, tetapi masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui penyakit TB paru.
51

BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut:
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak
sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan
angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei
terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis.

47

5.2 Saran
1. Hendaknya mewaspadai terhadap droplet yang dikeluarkan oleh klien dengan
TB paru karena merupakan media penularan bakteri tuberkulosis
2. Memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan gejala adanya
TB paru.
3. Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan rencana keperawatan pada penderita TB Paru.

48

S-ar putea să vă placă și