Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB I
PENDAHULUAN
ekonomi lemah. Selain itu masalah lainnya adalah pengobatan penyakit TBC
memerlukan jangka waktu yang lama dan rutin yaitu 6-8 bulan. Dengan demikian,
apabila penderita meminum obat secara tidak teratur, justru akan mengakibatkan
terjadinya kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat Anti-Tuberculosis (OAT),
yang akhirnya untuk pengobatannya penderita harus mengeluarkan biaya yang
mahal serta dalam jangka waktu yang relatif lebih lama (Laban, 2009 ).
Di Indonesia TBC kembali muncul sebagai penyebab kematian nomor dua
terbesar setelah penyakit jantung. Berdasarkan Hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga ( SKRT ) tahun 2001. Sebagian besar penderita TB paru berasal dari
kelompok masyarakat usia produktif dan berpenghasilan rendah (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan setiap tahun
terjadi 583.000 orang penderita TBC dengan jumlah kematian sebanyak 140.000
orang (Laban, 2008 ).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pemerintah kota
Palembang jumlah penderita TB Paru pada tahun 2008 sebanyak 1233 (12,33%)
penderita, tahun 2009 sebanyak 1027 (10,27%) penderita, dan pada tahun 2010
sebanyak 1117 (11,17%) penderita.
1.5.2 Waktu
Pengambilan kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Tn S dengan TB
Paru dan Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Baung Palembang dimulai tanggal 02-14 April 2012.
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. TBC Ekstra Paru adalah TBC yang menyerang organ tubuh lain selian
paru, misalnya selaput paru, selaput otak, selaput jantung, kelenjar
getah bening, tulang, persendian kulit, usus, ginjal ,saluran kencing dan
lain-lian.
2.1.4 Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis Paru
Menurut Depkes, (2002) Komplikasi berikut sering terjadi pada
penderita stadium lanjut:
a. Haemiothemisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas
2.1.7 Patofisiologi
Infeksi primer pertama kali klien terinfeksi oleh tuberkulosis di sebut
sebagai infeksi primer dan biasanya terdapat pada apeks paru atau dekat
pleura lobus bawah. Infeksi primer mungkin hanya berukuran mikroskopik,
dan karenanya tidak tampak pada foto rontgen. Tempat infeksi primer dapat
mengalami infeksi primer kemudian dapat mengalami proses degenerasi
9
nekrotik (perkejuan) tetapi bisa saja tidak, yang membentuk rongga yang
terisi oleh massa basil tuberkel seperti, keju, sel-sel darah putih yang mati,
dan jaringan paru nikrotik. pada waktunya material ini mencair dan dapat
mengalir kedalam percabangan trakheolbronkhial dan di batukkan. Rongga
yang terisi udara tetap ada dan mungkin terditeksi ketika di lakukan
rontgen dada (Manurung, 2009).
Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan
dalam membentuk jaringan parut dan pada ahirnya terbentuk lesi. Lesi ini
dapat mengandung basil hidup yang dapat aktif kembali, meski telah
bertahun tahun dan menyebabkan infeksi sekunder (Somantri, 2009).
Infeksi TB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi
terhadap basil tuberkel dan proteinya. Respon imun seluler ini tampak
dalam bentuk sensitisasi sel-sel dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes
kulit tuberkulin. Perkembangan sensitivitas tuberkulin ini terjadi pada
semua sel-sel tubuh, 2 sampai 6 minggu setelah infeksi primer dan akan di
pertahankan selama basil hidup berada dalam basil hidup berada dalam
tubuh imunitas di dapat ini biasanya menghambat pertumbuhan basil lebih
lanjut dan terjadinya infeksi aktif. Faktor yang tampak mempunyai peran
dalam perkembangan TB menjadi penyakit aktif termasuk usia lanjut,
infeksi HIV, malnutrisi, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, adanya
keadaan penyakit lain (misalnya diabetes militus, gagal ginjal kronis dan
predisposisi genetik. Infeksi primer, selain penyakit infeksi primer
10
progresif, infeksi ulang juga mengarah pada bentuk klinis TB aktif. Tempat
primer infeksi yang mengandung basil TB dan tetap laten selama bertahuntahun dan kemudian teraktifkan kembali jika daya tahan klien menurun.
Penting artinya untuk mengkaji kembali secara periodik klien telah
mengalami infeksi TB untuk mengetahui adanya penyakit aktif (Asih,
2004).
2.1.8 Patogenesis
Penyakit tuberkulosis di tularkan melalui udara secara langsung dari
penderita TB Paru kepada orang lain. Dengan demikian, penularan
penyakit TB Paru terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan
orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur
atau kerja yang sama. penyebar penyakit TB Paru sering tidak tahu bahwa
dia menderita sakit tuberkulosis (Muttaqin, 2008).
Droplet yang mengandung basil TB Paru yang di hasilkan dari batuk
dapat melayang di udara hingga kurang dari dua jam tergantung pada
kualitas ventilasi ruangan, jika droplet tadi terhirup oleh orang lain yang
sehat, droplet akan terdampar pada dinding sistem pernafasan. Droplet
besar akan terdampar pada saluran pernafasan bagian atas, droplet kecil
akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada prediksi lokasi
terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil tuberkulosis
akan membentuk suatu fokus infeksi primer berupa tempat pembiakan
11
basil
yang
tersisa.
Program
pengobatan
dasar
yang
di
13
2. Mencegah Kematian
3. Menurunkan Resiko
4. Menurunkan Resiko Penularan
b. Tempat Pengobatan Penderita TB Paru
Para penderita TB Paru dapat berobat dibeberapa tempat, antara
lain sebagai berikut :
1. Puskesmas
2. Rumah Sakit
3. Bp4/Rumah Sakit Paru
4. Dokter Umum atau Dokter Pribadi
c. Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan
Bagi para penderita TB Paru, ada satu hal penting yang harus
diperhatikan dan dilakukan, yaitu keteraturan minum obat TB Paru
sampai dinyatakan sembuh, biasanya berkisar antara 6-8 bulan. Apabila
hal ini tidak dilakukan (tidak teratur minum obat), maka akan terjadi hal
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
15
16
2.2.3
17
2.2.4
Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
a.
b.
c.
d.
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan
anak
untuk
memberikan
pengetahuan,
mempertahankan
hubungan
yang
harmonis
dalam
perkawinan
3. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
4. Menyediakan aktivitas untuk anak
5. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan
anak
e. Tahap V Keluarga Dengan Anak Remaja ( Families With Taengers)
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan mengingat otonomi
2. Mempertahankan hubungan yang intimdengan keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang
tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
f. Tahap V Keluarga Dengan Anak Dewasa atau Pelepasan
1. Perluasan keluarga intim menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman keluarga
3. Membantu orang tua suami dan istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4. Mempersiapkan
anak
untuk
huidupmandiri
dan menerima
kepergian anaknya
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
20
2.
3.
Faktor lingkungan
4.
5.
Psikososial keluarga
a. Data umum
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Pengkajian lingkungan
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stress dan koping keluarga
g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
2.3.2
Diagnosa Keperawatan
Tipologi dari diagnosa keperawatan
a. Diagnosa aktual ( terjadi defisit atau gangguan kesehatan )
b. Diagnosa resiko tinggi ( Ancaman kesehatan )
c. Diagnosa potensial ( keadaan sejahtera )
Daftar diagnosa keperawatan keluaarga berdasarkan NANDA adalah :
1. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
2. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi
3. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
-
22
Menentukan sasaran
2.
3.
4.
5.
6.
7.
pencapaian
tujuan,
sedangkan
standar
menunjukkan
Pelaksanaan
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan
kesehatan
dengan
cara
memberikan
informasi,
23
Evaluasi
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang di
berikan baik kepada individu maupun kepada keluarga:
1.
2.
3.
4.
Tentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumbersumber data yang di perlukan
5.
6.
7.
Macam-macam evaluasi
1.
Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif di laksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah dikerjakan.
2. Evaluasi kualitatif
24
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SEI BAUNG
3.1 Visi, Misi dan Motto Puskesmas
3.1.1 Visi
Tercapainya kecamatan Ilir Barat 1 sehat dengan bertumpu pada
pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.
3.1.2 Misi
1. Meninggkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
2. Meningkatkan professional provider
3. Memelihara dan meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang prima
4. Menurunkan resiko kesehatan dan kematian
3.1.3 Motto
1. Sehat itu indah
2. Sehat itu bukan segalanya tapi kalau sakit semua itu tidak ada artinya
25
26
3.2 Wilayah
Berdasarkan keputusan Walikota Palembang Nomor 1882 Tahun 2010
wilayah kerja puskesmas Sei Baung meliputi 2 kelurahan, yaitu:
1. Kelurahan 26 Ilir D I
2. Kelurahan Demang Lebar Daun
Dimana kedua kelurahan tersebut terpisah, sehingga batas wilayahnya
sebagai berikut:
1. Kelurahan 26 Ilir D I
- Utara
: Kelurahan Lorok Pakjo
- Selatan
: Kelurahan Bukit Lama
- Timur
: Kelurahan 26 Ilir
- Barat
: Kelurahan Lorok Pakjo
2. Kelurahan Demang Lebar Daun
- Utara
: Kelurahan Sirih Agung
- Selatan
: Kelurahan Lorok Pakjo
- Timur
: Kelurahan 20 Ilir D I
- Barat
: Kelurahan Sirih Agung
Puskesmas Sei Baung merupakan salah satu dari empat puskesmas yang
berada di Kecamatan Ilir Barat I. Puskesmas Sei Baung mempunyai 1 puskesmas
pembantu yaitu Pustu kecil putih yang berada di Kelurahan Demang Lebar Daun.
3.3 Geografi
Wilayah kerja puskesmas Sei Baung terdiri dari dataran rendah dan
sebagian kecil dataran tinggi.
3.4 Transportasi
26
penduduk di pusat
kota sehingga
transportasinya lancar.
mudah dijangkau
dan
- Golongan darah
- Tes kehamilan
- Tes DBD
3.8.5 Gilingan Mas
a. Pelayanan Gizi
- Pemberian vitamin A dan obat cacing
- Layanan uji klinik Garam Beryodium
- Konsultasi balita BGM dan obesitas
b. Pelayanan Imunisasi
- BCG
- Polio
- DPT + HB Combo
- Hepatitis Uniject
- Campak
- Anti Tetanus Serum
c. Pelayanan Sanitasi
- Memberikan konsultasi / penyuluhan penyakit akibat faktor lingkungan
- Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, dll.
3.8.6 Lain-Lain
a. Pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS (FDC)
b. Pelayanan kesehatan lansia sebulan sekali
c. UKS berupa screening dan pemeriksaan berkala murid
28
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
1
1
1
5
2
4
1
2
1
2
1
1
1
1
1
25
30
2010
27
6
4
10
6
6
KORDINATOR PELAYANAN
KESEHATAN MASYARAKAT
PELAYANAN KES. WAJIB
PETUGAS PROMOSI KES.
PETUGAS KES. LING.
PETUGAS P2M/P2TM
KESEHATAN PERORANGAN
33
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Tinjauan Kasus
4.1.1 Pengkajian
a. Identitas Umum Keluarga
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama
: Tn S
Umur
: 52 tahun
Suku
: Melayu
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Alamat
No Rumah
: Sopir
: Jln. Letnan Hadin Rt 30/2 Palembang
: 1919
31
2. Komposisi Keluarga
Nama
Tn S
Ny H
An A
An F
An H
An A
An M
L/P
L
P
L
L
L
L
L
Pendidikan
SD
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SD
Pekerjaan
Tani
IRT
Supir
Konter Hp
Pelajar
Status Kes
TB Paru
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
3. Genogram
Keterangan :
: Laki- laki
: Perempuan
: Laki- laki/ perempun yang sudah meninggal
: Anggota keluarga yang sakit
: Tinggal serumah
4. Tipe Rumah
Tipe keluarga Tn S adalah Nuclear Family yang terdiri dari
Ayah, Ibu dan Anak
a. Kewarganegaraan/suku bangsa: Indonesia
b. Agama: Agama yang dianut adalah Islam
32
D
G
H
B
S
C
Keterangan
:
A : Kamar C
B : Kamar
C: Kamar
D: Kamar
E : Kamar Mandi/WC
F : Ruang Tamu
G: Dapur
H: Septik Tank
d. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Diantara keluarga terbina hubungan yang harmonis. Dalam
menghadapi suatu permasalahan biasanya dilakukan dengan
musyawarah. Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga terdiri dari keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
3. Struktur Peran Keluarga
a. Tn S sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangga.
b. Ny H sebagai ibu rumah tangga.
c. An A, An F, An H, An A dan An M sebagai anak.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan
dengan nilai dalam agama Islam yang dianutnya serta norma
masyarakat di sekitarnya. Keluarga menggangap penyakit yang
diderita TnSpenyakitnya orang tua yang bias terjadi. Upaya
untuk mengendalikan dilakukan dengan berobat ke dokter dan
tidak ada perubahan sehingga Tn S memeriksakan diri ke RS.
Paru-Paru dan pada tanggal 10 januari 2012 Tn S dinyatakan
menderita TB Paru.
e. Fungsi Keluarga
1.
Fungsi Afektif
Keluarga Tn S cukuup rukun dan saling memperhatikan dengan
dukungan keluarga yang baik.
2.
Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn S terlihat harmonis dan saling tolong menolong
dalam menghadapi masalah, keputusan diambil oleh ayah, ibu.
35
Fungsi Reproduksi
Tn S berumur 52 tahun dan Ny H berumur 48 tahun yang
merupakan usia pra lansia
5.
Tn S bekerja sebagai
Fungsi Ekonomi
yang berpenghasilan tidak pasti per
36
Kepala
Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk
kepala normal
Leher
Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena
juguralis dan arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran
kelenjar tiroid.
Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak dan
pengelihatan masih baik.
Telinga
Kebersihan pada telinga baik dan pendengaran masih baik.
Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan.
Mulut
Tidak ada kelainan
Dada
Pergerakan dada terlihat simetris
Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hati, tidak kembung dan tidak ada bekas luka
operasi.
Ekstremitas Atas dan Bawah
Pada ektremitas atas dan bawah tidakterdapat edema, tidak
terjadi kelumpuhan, dari ke empat ektremitas mampu
menggerakkan persendian, mampu mengangkat, mampu
berjalan dan melipat persendian secara sempurna.
h. Harapan Keuarga
Harapan keluarga terhadap kesehatan yaitu semuanya sehat dan tidak
ada yang menderita sakit dan berharap jika ada yang skit, petugas
kesehatan bersedia membantu keluarganya.
ANALISA DATA
No
1
Data
Ds :
Etilogi
Kurangnya
37
Masalah
Resiko
a. Tn S mengatakan sudah
pengetahuan
terjadinya
keluarga tentang
penularan pada
pencegahan
anggota keluarga
penularan
menderita TB Paru.
tuberculosis
b. Tn S mengatakan orang
tuanya juga menderita TB
Paru semasa hidupny.
Do:
a. Usia TnS 52 tahun
b. Tanda Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 0C
c. Keluarga memisahkan alatalat yang memungkinkan
2.
terjadinya penularan
Ds :
a. Tn S kaget setelah
mengetahui bahwa dirinya
menderita TB Paru.
b. Tn S mengatakan cemas
Kurang pengetahuan
Kecemasan
tentang penyakit TB
terhadap
Paru
penyakit TB
Paru
c. Tampak cemas
Ds:
a. Tn S mengatakan sudah
lama mengalami batuk dan
Kurangnya
Kurang
pengetahuan
pengetahuan
38
terhadap
Paru-Paru dinyatakan
TBC
menderita TB Paru.
b. Tn S mengatakan sudah
sejak tanggal 10 januari
2012 minum obat tapi
belum sembuh-sembuh
juga
Do:
a. Usia Tn S 52 tahun
b. Pendidikan terakhir Tn S
SD
c. Tn S selalu bertanya
tentang penyakit yang
dialaminya
4.1.2
Diagnosa Keperawatan
a. Resiko terjuadinya penularan pada anggota keluarga
brhubungan
dengan
kurang
pengetahuan
yang lain
keluarga
terhadap
Skala
Bobot Skoring
39
Pembenaran
Sifat masalah :
Ancaman
kesehatan
2.
Kemungkinan
menular.
1
masalah dapat
1/2x 2=
1
diubah :
hanya
3
penyerapan
informasi.
Potensial
masalah untuk
usia produktif
SD mempengaruhi
3/3x 1=
4
sebagian
3
penyakitnya mudah
Keluarga
1
2/2x 1=
dicegah :
mau
1
Cukup
Menonjol
Bila tidag
segeraditangani
masalah:
Masalah berat,
memungkinkan
penyembuhan lama
harus segera
dan terjadi
ditangani
penularan kepada
anggota keluarga.
Total
3 2/3
Bobot Skoring
1
3/3 X 1
=1
2.
40
Pembenaran
Keluarga tidak
memahami dengan
baik masalah
kesehatan yang
dialami Tn. N
Kemungkinan
masalah dapat
diubah : hanya
sebagian
3.
4.
Potensial
masalah untuk
dicegah
:
cukup
Menonjolnya
masalah:
keluarga
menyadari
bahwa mereka
kurang paham
dan
mereka
ingin
diberi
penjelasan
yang
lebih
rinci
X2=
1
Pemberian
informasi tentang
penyakit dan
kebutuhan
perawatan akan
sulit dipahami
karena kemampuan
keluarga menyerap
informasi kurang
baik, pendidikan
rendah
2/3 X 1
= 2/3
Membantu keluarga
memaha-mi
masalah kesehatan
bisa dilakukan
melalui bahasa
keluarga dengan
mediasi anaknya
pertamanya yang
sekolah SMA.
2/2 x 1
Keluarga tidak
=1
merasakan adanya
masalah yang harus
segera ditangani
Total
3 2/3
41
yang lain
mengenal
masalah
dengan
menyebutkan
42
Jelaskan akibat bila Tb Paru tidak diobati dalam jangka waktu yang
lama dapat menimbulkan komplikasi seperti batuk darah.
Tanggal
Diagnosa
7 April 2012 Resiko
Impelementasi
- menjelaskan
Evaluasi
S : keluarga
penyebaran
penyabab TB
mengatakan
penyakit
paru
masih sulit
untuk
- menjelaskan
mengerti
tentang gejala
tentang
TB paru
penyebab
dan gejala
TB paru.
O : keluarga
tidak mampu
menyebutkan
dengan
bahasa yang
sederhana
tentang
penyebab dan
44
gejala TB
paru.
A : masalah
belum
teratasi
P : lanjutkan
9 April 2012
2.
intervensi.
Kurang
- mengkaji
pengetahuan
S : keluarga
pengetahuan
mengatakan
keluarga tentang
resiko
penularan TB
terjadinya
paru pada
penularan TB
anggota
paru pada
keluarga
anggota
dengan cara
keluarga.
percikan ludah.
O : keluarga
- Menjelaskan
45
mampu
tentang cara
menjelaskan
penularan TB
dengan bahasa
paru
yang sederhana
tentang cara
penularan TB
paru yaitu
melalui
percikan ludah.
A : masalah
teratasi
P : hentikan
intervensi
BAB V
PEMBAHASAN
46
50
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut:
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak
sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan
angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei
terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis.
47
5.2 Saran
1. Hendaknya mewaspadai terhadap droplet yang dikeluarkan oleh klien dengan
TB paru karena merupakan media penularan bakteri tuberkulosis
2. Memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan gejala adanya
TB paru.
3. Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan rencana keperawatan pada penderita TB Paru.
48