Sunteți pe pagina 1din 20

MODUL 11

pokok bahasan :
asuhan keperawatan kritis pada system kardiovaskuler : pacu jantung, gagal jantung,
bedah dan tranplantasi jantung
Tujuan umum :
Pada akhir mata kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan dan sikap asuhan keperawatan
kritis pada system kardiovaskuler : pacu jantung, gagal jantung, bedah dan tranplantasi
jantung
Tujuan intruksional khusus :
1.
2.
3.
A.

Mahasiswa mampu mengetahui Pacu jantung


Mahasiswa mampu mengetahui Gagal jantung
Mahasiswa mampu mengetahui Bedah & transplantasi jantung
Pengertian
Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan
koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.Bedah jantung juga merupakan semua
tindak pengobatan yang menggunakan cara infasifdengan cara membuka atau
menampilakan bagian tubuh yang akan ditangani.Misalnya jantung. Umumnya
pembukaan bagian tubuh ini dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka.

B. Tujuan Umum
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur
yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan
perbaikan penggantian katup jantung yang rusak. Di masa kini, pasien dengan penyakit
jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup
yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun sham.
C. Tujuan Khusus
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD,
Koreksi Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya
tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai
kelainan bawaan.

149

2. Operasi paliatif yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan


operasi yang definitif/total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat
itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
3. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
4. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
5. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan
arteri koroner.
6. Pemasangan inplant seperti kawat pace maker permanen pada anak-anak dengan
blok total atrioventrikel.
7. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin
diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab
lain.
Indikasi
1) Adanyakelainananatomisjantung .
2) Adanyakerusakankatupjantung.
3) Adanyasumbatanarterikoroner( oklusi> 50% ) dantakmembaikdenganobat-obatan.
4) Adanyakelainandindingventrikel, misal :aneurisma.
5) Tumor intrakardiak.
6) Arrithmia.
7) Left to rigth shunt sama atau lebih dari 1,5 (aliran paru dibandingkan aliran ke
sistemik 1,5).
8) Cyanotic heart disease.
9) Kelainan anatomi pembuluh darah besar dan koroner
10) Stenosis katub yang berat (symtomatik).
11) Regurgitasi katub yang berat (symtomatik)
12) Angina pektoris kelas III dan IV menurut Canadian Cardiology Society (CCS).
13) Unstable angina pectoris.
14) Aneurisma dinding ventrikel kiri akibat suatu infark miokardium akut.
15) Komplikasi akibat infark miokardium akut seperti VSD dan mitral
regurgitasiyang berat karena ruptur otot papilaris.
16) Arrhytmia jantung misalnya WPW syndrom.
17) Endokarditis atau infeksi katub jantung.
18) Tumor dalam rongga jantung yang menyebabkan obstruksi pada katub misalnya
myxoma.
19) Trauma Jantung Dengan Tamponade Atau Perdarahan.
Kontra Indikasi
150

1) SudahterjadiEssenmeinger.
2) Endokarditismasihaktif
3) Miokardiumsudahtidak viable
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN PASIEN PADA SAAT DIKAMAR OPERASI
1. Observasi tingkat kesadaran pasien
2. Observasi emosi pasien
3. Observasi aktivitas
4. Cek obat yang digunakan
5. Observasi pernafasan pasien
6. Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan hidup
7. Cek obat yang digunakan
8. Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
9. Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan
Pemeriksaan diagnose :
1. EKG: untuk mengetahui disaritmia
2. Chest x-ray
3. Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinan, BUN,
HbsAg
4. Kateterisasi
5. Echo
Tindakan perawatan saat menerima pasien di ruang persiapan
1. Melakukan serah terima dengan perawat ruangan
2. Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien
3. Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya
4. Memberikan surport kepada pasien
5. Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti ganti baju,
pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG
6. Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi
151

7. Menciptakan situasi yang tenang


8. Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa dan alat
bantu dengar
9. Membawa pasien keruang operasi
Perawatan intra operasi
1. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway antara lain:
guedel, laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab lendir
2. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula, sungup,
bagging dan ventilator
3. Circulation (sirkulasi)
1. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau dinding miokard
bagian inferior dan V5 untuk antero lateral
2. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan arteri dan analisa gas darah
3. Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus dan infuse kontinu serta obatobatan yang perlu diberikan
4. Temperature: sering digunakan nasofaringeal ataurektal untuk mengevaluasi
status pasien dari cooling dan rewarning, tingkat proteksi miokard, adekutnya
perfusi perifer dan hipertermi maligna
5. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk memantau
kejadian akut seperti eskemia/injuri otak
6. Pemberian obat-obatan: untuk anstesi dengan tujuan tidak sadar, amnesia,
analgesia, relaksasi otak dan menurunkan respons stress, sedang obat lain seperti
inotropik, kronotropik, antiaritmia, diuretic, anti hipertensi, anti kuagulan dan
kuagulan juga perlu
4. Defibrillator
Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam jiwa
5. Deathermi
6. Dalam melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran untuk
mencegahpanas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
6. Posisi pasien dimeja operasi

152

Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang perlu
diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskulosketal harus terlindung, lokasi
operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian
yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
7. Persiapan lain: TEE (Trans Esophogeal Echocardiography)
Untuk melihat pergerakan jantung, fungsi katup, fungsi miokard, aliran pirau intrardiak,
udara diruang jantung,serta efektif tidaknya venting. Kemudian perlu diantisipasi untuk
persiapan pemasangan IABP (Intra Aortic Ballon Pump).
8. Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan drapping.
Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.
Prinsip prinsip Operatif
a.

Prinsip kesehatan dan baju operasi


1. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi.
Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit, merupakan sumber organisme
patogenik yang harus dilaporkan;
2. Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh institusi yang
diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi;
3. Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan kontaminasi
melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi tidak mengganggu
pernafasan, bicara atau penglihatan, menyatu dan nyaman;
4. Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut (kepala dan garis leher termasuk
cambang) sehingga helai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak
jatuh ke dalam daerah steril;
5. Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal dan bot tidak
diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan. Sepatu dibungkus dengan
penutup sepatu sekali pakai atau kanvas;
6. Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari ruang operasi meliputi
analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik. Selain itu, kebijakan
dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di ruang operasi telah ditegakkan.

b. Prinsip Asepsis Perioperatif


153

1. Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi;


2. Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahay seperti partikel,
debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan kebisingan;
3. Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas hambatan, dan
gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa secara periodik.
Diagnosa Penderita Penyakit Jantung
Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis maka
diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan
fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk jantung diperlukan pemeriksaan tambahan
sebagai berikut :
a) Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai
alat elektrokardiografi.
b) Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat
pembesaran atrium kiri (foto lateral).
c) Fonokardiografi
d) Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan
pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Pemeriksaan ini terdiri
dari M. mode dan 2 Dimentional, sehingga terlihat gambaran rongga jantung dan
pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler Echocardiografi dengan
warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup
atau kolateral.
e) Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena
kemudian dengan scanner ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
1) Dapat dibagi : Perfusi myocardial dengan memakai Talium 201.
2) Melihat daerah infark dengan memakai Technetium pyrophospate 99.
3) Blood pool scanning.
f) Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang
dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung
kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.
Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :

154

1. Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung, sehingga diketahui adanya
peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan akibat suatu shunt dan adanya
hypoxamia pada jantung bagian kiri.
2. Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah tertentu misalnya LV
grafi, aortografi, angiografi koroner dll.
3. Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.
4. Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati kinase dan fraksi CKMB
untuk penentuan adanya infark pada keadaan unstable angin pectoris.
Toleransi dan perkiraan resiko operasi
Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita yang
biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart Association.
Klas I

: Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari.Klas II

: Keluhan

dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.


Klas III : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.
Klas IV

: Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain-lain

sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.


Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini ditentukan berdasarkan
resiko yang paling kecil. Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi
Fallot adalah pada umur 3 4 tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena
suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas III. Hal ini adalah
saat operasi dilakukan. Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat
resikonya 2 X lebih tinggi bila dilakukan elektif.
Posisi pasien di meja operasi
Posisi pasien di meja operasi bergantung pada prosedur operasi yang akan dilakukan,
juga pada kondisi fisik pasien. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
1. Pasien harus dalam posisi senyaman mungkin, apakah ia tertidur atau sadar
2. Area operatif harus terpajan secara adekuat
3. Pasokan vaskuler tidak boleh terbendung akibat posisi yang salah atau tekanan
yang tidak tepat pada bagian
4. Pernapasan pasien harus bebas dari gangguan tekanan lengan pada dada atau
kontriksi pada leher dan dada yang disebabkan oleh gaun
155

5. Saraf harus dilindungi dari tekanan yang tidak perlu


6. Tindak kewaspadaan untuk keselamatan pasien harus diobservasi, terutama pada
pasien yang kurus, lansia atau obesitas
7. Pasien membutuhkan restrain tidak keras sebelum induksi, untuk berjaga-jaga bila
pasien melawan.

Perawatan Pasca-bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui
problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga
dapat diantisipasi dengan baik.
Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.

Perawatan pasca bedah dibagi atas :

1. Perawatan di ICU.
1. Monitoring Hermodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat yang mengantar ke
ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut :
Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama
24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :

CVP, RAP, LAP.

Denyut jantung.

Wedge presure dan PAP.

Tekanan darah.

Curah jantung.

Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya,


rutenya dan lain-lain.

Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pach jantung dll.

2. EKG

156

Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel
dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan
tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar
jantung yang membahayakan.
3. Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan malahan
diberikan sedasi sebelum ditransper ke ICU. Sampai di ICU segera respirator
dipasang dan dilihat :

Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.


Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O 2, PEEP.
Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal,
kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila
perlu dibuat kultur.

4. Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan
obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh
menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
5. Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat
hemolisis

dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas

memungkinkan harus dikerjakan.

6. Gula darah
Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6
jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
7. Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :

HB, HT, trombosit.ACT.


Analisa gas darah.
LFT / Albumin.
157

Ureum, kreatinin, gula darah.


Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.

8. Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana
mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi
bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap jam. Atau tiap jam.
Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam
dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan mungkin memerlukan retorakotomi
untuk menghentikan perdarahan.
9. Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk
melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus
disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai.
Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera
dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
10. Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan
ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum
(napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua
organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca
bedah. Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :

Elektrolit thrombosis.
Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.

Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.

158

Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6 10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Obat obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu
batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti
diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan
untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka
luka harus dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadangkadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh
dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah.
Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk
mencegah luka terbuka.
Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk
mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di
ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar
tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh
fisioterapis atau oleh perawat.
A. PENGKAJIAN POSTOPERSI
1. pengkajian
Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut :
1. Status neurologistingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya,
refleks, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
2. Status Jantungfrekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP =
pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan
pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah
sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru (SVO2) bila ada, drainase rongga dada,
dan status serta fungsi pacemaker.
3. Status respirasigerakan dada, suana napas, penentuan ventilator (fnekuensi, volume
tidal, konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi

159

[PEEPfl, kecepatan napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO2),


CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri.
4. Status pembuluh darah periferdenyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa.
bibir dan cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.
5. Fungsi ginjalhaluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas.
1. Status cairan dan elektrolitasupan; haluaran dan semua pipa drainase. serta
parameter curah jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut:
2. Hipokalemia

: intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok,

gelombang T yang datar atau terbalik).


3. Hiperkalemia : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia
eksremitas, disrirmia (tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo,
pelebaran kompleks QRS; perpanjangan interval QT).
4. Hiponatremia : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma.
5. Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani.
6. Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole.
7. Nyerisifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan
nyeriangina): aprehensi, respons terhadap analgetika.
Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria interns akan
mengalaini parestesis nervus ulnanis pada sisi yang sama dengan graft yang diambil.
Parestesia tersebut bisa sementara atau permanen. Pasien yang menjalani CABG dengan
arieni gasiroepiploika juga akan mengalami ileus selama beberapa waktu pascaoperatif
dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi selain nyeri dada.
Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan
apakah fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO2akhir tidal, monitor
Sa02, kateter arteri paru, monitor SO2, pipa arteri dan vena, slat infus intravena dan
selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem drainase urin.
Begitu pasien sadar dan mengalami kemajuan selama periode pascaoperatif,
perawat harus mengembangkan pengkajian dengan memasukkan parameter yang
menunjukkan status psikologis dan emosional. Pasien dapat irternperlihatkan iingkah
laku yang mencerminkan penolakan dan depresi atau dapat pula mengalami psikosis
pasca kardiotomi. Tanda khas psikosis meliputi :
160

ilusi persepsi sementara


halusinasi dengar dan penglihatan
disorientasi dan waham paranoid

Pengkajian Komplikasi
Pasien terus-menerus dikaji mengenai adanya indikasi ancaman komplikasi.
Perawat dan dokter bekerja secara kolaboratif untuk mengetahui tanda dan gejala awal
komplikasi dan memberikan tindakan untuk mencegah perkembangann
Penurunan Curah Jantung
Penurunan curah jantung selalu merupakan ancaman bagi pasien yang baru saja
menjalani pembedahan jantung. Hal ini dapat terjadi karena berbagai penyebab :
a. Gangguan preloadterlalu sedikit atau terlalu banyak volume darah yang kembali
ke jantung akibat hipovolemia. perdarahan yang berlanjut. tamponade jantung, atau
b.

cairan yang berlebihan.


Gangguan afterloadarteri dan kapiler yang terlalu konstriksi atau terlalu dilatasi

karena perubahan suhu tubuh atau hipertensi.


c. Gangguan frekuensi jantungterlalu cepat, terlalu lambat. atau disritmia
d. Gangguan kontraktilitasgagal jantung. infark miokardium. Ketidakseiinbangan
elektrolit, hipoksia.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi setelah pembedahan
jantung. Pengkajian keperawatan untuk komplikasi ini meliputi pemantauan asupan dan
haluaran, berat PAWP, hasil pengukuran tekanan atrium kiri dan CVP, tingkat hematokrit,
distensi vena leher, edema, ukuran hati, suara napas (misalnya krekels halus, wheezing)
dan kadar elektrolit.
Perubahan elektrolit serum harus dilaporkan segera sehingga penanganan dapat
segera diberikan. Yang penting kadar kalium, natrium dan kalsium tinggi atau rendah.
Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas adalah komplikasi lain yang mungkin terjadi pasca
bedah jantung. Semua jaringan tubuh memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang
adekuat untuk bertahan hidup. Untuk mencapai hal tersebut pada pasca pembedahan,
maka perlu dipasang pipa endotrakeal dengan bantuan ventilator selama 4 sampai 48 jam
atau lebih. Bantuan ventilasi dilanjutkan sampai nilai gas darah pasien normal dan pasien

161

menunjukkan kemampuan bernapas sendiri. Pasien yang stabil setelah pembedahan dapat
diekstubasi segera setelah 4 jam pasca pembedahan, sehingga mengurangi kecemasannya
sehubungan dengan keterbatasan kemampuan berkomunikasi.
Pasien dikaji terus menerus untuk adanya indikasi gangguan pertukaran gas;
gelisah, cemas, sianosis pada selaput lendir dan jaringan perifer, takikardia dan berusaha
melepas ventilator. Suara napas dikaji sesering mungkin untuk mendeteksi adanya cairan
dalam paru dan untuk memantau pengembangan paru Gas darah arteri selalu dipantau.
Gangguan Peredaran Darah Otak
Fungsi otak sangat tergantung pada suplai oksigen darah yang berkesinambungan.
Otak tidak memiliki kapasitas untuk menyimpan oksigen dan sangat bergantung pada
perfusi berkesinambungan yang adekuat dan jantung. Jadi sangat penting mengobservasi
pasien mengenai adanya gejala hipoksia: gelisah, sakit kepala, konfusi. dispnu, hipotensi.
dan sianosis. Gas darah arteri, SaO, SO dan CO akhir tidal harus dikaji bila ada
penurunan oksigen dan peningkatan karbondioksida. Pengkajian status neurologis pasien
meliputi tingkat kesadaran. respons terhadap perintah verbal dan stimulus nyeri, ukuran
pupil dan reaksi terhadap cahaya. gerakan ekstremitas. kekuatan menggenggarn tangan.
adanya denyut nadi poplitea dan kaki, begitu juga suhu dan warna ekstremitas. Setiap
tanda yang menunjukkan adanya perubahan status harus dicatat dan setiap temuan yang
abnormal harus dilaporkan ke ahli bedah segera karena bisa merupakan tanda awal
komplikasi

pada

periode

pascaoperatif.

Hipoperfusi

dan

mikroemboli

dapat

rnenyebahkan kerusakan sistem saraf pusat setelah pembedahan jantung.


2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian dan jenis prosedur bedah yang dilakukan,
diagnosis utama keperawatan mencakup yang berikut :
1. Menurunnya curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi jantung
yang terganggu.
2. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan
dada ekstensif.
3. Risiko kekurangan volume cairan dan keseirnbangan elektrolit berhubungan dengan
berkurangan volume darah yang beredar.

162

4. Risiko gangguan persepsi-penginderaan berhubungan dengan penginderaan yang


berlebihan (suasana ruangan asuhan kritis, pengalaman pembedahan).
5. Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi akibat selang dada.
6. Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan stasis vena, embolisasi.
penyakit aterosklerosis yang mendasarinya. efek vasopresor, atau rnasalah
pembekuan darah.
7. Risiko perubahan perfusi ginjal berhubungan dengan penurunan curah jantung,
hemolisis, atau terapi obat vasopresor.
8. Risiko hipertermia berhubungan dengan infeksi atau sindrorn pasca perikardiotomi.
9. Kurang pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri.

163

TRANSPLANTASI JANTUNG
A. Definisi
Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya
sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut
melipui kecocokan organ dari donor dan resipen.
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya
hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup
penderitan hampir tidak ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima
jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri. Organ
tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan mata.
namun dalam perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan
untuk membantu orang yang sangat memerlukannya.
Tujuan Umum
1) Berfungsi dengan jantung lain dari donor yang memenuhi persyaratan
2) Mempunyai harapan hidup setelah transplantasi jantung sekitar 81,8% dengan tingkat
harapan hidup dalam 5 tahun sekitar 69,8%.
3) Mengurangi resiko gagal jantung dan penyakit akut lainnya walaupun tidak menutup
kemungkinan bahwa tubuh akan menolak jantung baru yang bisa menimbulkan
penyakit-penyakit baru.
Indikasi
Indikasi umum dari transplantasi jantung adalah penurunan fungsi jantung dan
prognosis hidup yang kurang dari 1 tahun. Indikasi spesifik meliputi pembesaran
kardiomiopati, iskemik kardiomiopati, penyakit jantung kongenital yang belum ada terapi
konvensional maupun yang gagal dengan terapi konvensional, ejeksi fraksi kurang dari
20%, aritmia jantung malignan yang gagal dengan terapi konvensional, resistensi
pembuluh darah pulmonal yang kurang dari 2 unit Wood, umur kurang dari 65 tahun.
Kontraindikasi
Kontraindikasi transplantasi jantung meliputi umur lebih dari 65 tahun
(kontraindikasi relatif), resistensi pulmonal lebih dari 4 unit Wood, infeksi sistemik aktif,

164

penyakit sistemik aktif, keganasan aktif, riwayat penyalahgunaan zat, dan instabilitas
psikososial.
KONSEP ASKEP TRANSPLANTASI JANTUNG
a. Pengkajian pre operasi
Pengkajian Kesehatan. Riwayat praoperatif dan pengkajian kesehatan harus
lengkap dan didokumentasikan dengan balk karena merupakan landasan sebagai
pembanding pascaoperatif. Pengkajian sistematis mengenai semua sistem harus
dilakukan, dengan penekanan pada fungsi kardiovaskuler.
Status

fungsional

sistem

kardiovaskuler

ditentukan

dengan

mengamati

simptomatologi pasien. termasuk pengalaman sekarang maupun masa lampau tentang


adanya nyeri dada, hipertensi. berdebar-debar. sianosis, susah bernapas (dispnu). nyeri
tungkai yang terjadi setelah berjalan, ortopnu. dispnu nokturnal paroksismal, edema
perifer dan klaudikasio intermiten. Karena perubahan curah jantung dapat mempengaruhi
fungsi ginjal, pernapasan. gastrointestinal, kulit, hematologi dan saraf. maka sistemsistem tersebut harus dikaji dengan lengkap.
Riwayat penyakit utama, pembedahan sebelumnya, terapi obat-obatan, dan
penggunaan obat, alkohol dan tembakau juga harus dieksplorasi.
Dilakukan pemeriksaan fisik lengkap, dengan penekanan khusus pada parameter
berikut:
a.
b.
c.
d.

Keadaan umum dan tingkah laku


Tanda-tanda vital
Status nutrisi dan cairan, berat dan tinggi badan
Inspeksi dan palpasi jantung, menentukan titik impuls maksima! (PMI = point
of maximal impulse), pulsasi abnomsal, thrill
e. Auskukasi jantung, mencatat frekuensi nadi, mama dan kualitasnya. S, S4, snap,
klik, murmur, friction rub
f. Tekanan vena jugularis
g. Denyut nadi perifer
h. Edema perifer
Pengkajian Psikososial.
Pengkajian psikososial dan pengkajian kebutuhan belajar-mengajar pasien dan
keluarganya sama pentingnya dengan pemeriksaan tisik. Persiapan pembedahan jantung
merupakan sumber stres yang berat bagi pasien dan keluarganya. Mereka akan menjadi
165

cemas dan ketakutan dan kadang mempunyai banyak pertanyaan yang tidak terjawab.
Kecemasan mereka biasanya bertambah saat pasien dirawat di rumah sakit dan segera
dilakukan operasi. Pengkajian beratnya kecemasan sangat penting. Bila ringan, mungkin
merupakan penolakan. Bila berat, perlu diajarkan pemakaian mekanisme koping secara
.efektif melalui penyuluhan praoperatif. Pertanyaan perlu diajukan untuk memperoleh
informasi berikut mengenai pasien maupun keluarganya:
-

Arti pembedahan bagi pasien dan keluarganya


Mekanisme koping yang digunakan
Cara yang digunakan pada masa lampau untuk mengatasi stres
Perubahan gaya hidup yang diantisipasi
Sistem pendukung yang efektif
Ketakutan mengenai masa kini dan masa mendatang
Pengetahuan dan pemahaman prosedur pembedahan, perjalanan pascaoperasi, dan

rehabilitasi jangka panjang


Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian dan jenis prosedur bedah yang dilakukan.
diagnosis utama keperawatan mencakup yang berikut:
1) Menurunnya curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi
jantung yang terganggu.
2) Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan
dada ekstensif
3) Risiko kekurangan volume cairan dan keseirnbangan elektrolit berhubungan
dengan berkurangan volume darah yang beredar
4) Risiko gangguan persepsi-penginderaan berhubungan dengan penginderaan yang
berlebihan (suasana ruangan asuhan kritis, pengalaman pembedahan)
5) Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi akibat selang dada.
6) Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan stasis vena, embolisasi.
penyakit aterosklerosis yang mendasarinya. efek vasopresor, atau rnasalah
pembekuan darah.
7) Risiko perubahan perfusi ginjal berhubungan dengan penurunan curah jantung,
hemolisis, atau terapi obat vasopresor.
8) Risiko hipertermia berhubungan dengan

infeksi

atau

sindrorn

pasca

perikardiotomi.
9) Kurang pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri.
b. Pengkajian post operasi
Pengkajian
166

Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut;


a. Status neurologistingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap
cahaya, refleks, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
b. Status Jantungfrekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP =
pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang
dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh
darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru (SVO,) bila ada, drainase
rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker.
c. Status respirasigerakan dada, suana napas, penentuan ventilator (fnekuensi,
volume tidal, konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir
ekspirasi [PEEPfl, kecepatan napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri
(SaO,), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri.
d. Status pembuluh darah periferdenyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku,
mukosa. bibir dan cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa
invasif
e. Fungsi ginjalhaluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas
f. Status cairan dan elektrolitasupan; haluaran dan semua pipa drainase. serta
parameter curah jantung, dan indikasi ketidakseinibangan elektrolit berikut:
Hipokalemia: intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang
T yang datar atau terbalik)
Hiperkalemia.- konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia
eksremitas, disrirmia (tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo,
pelebaran kompleks QRS; perpanjangan interval QTHiponatremia: kelemahan,
kelelahan, kebingungan, kejang, koma. Hipokalsemia parestesia, spasme tangan
dan

kaki,

kram

otot,

tetani

Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole.


g. Nyerisifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan
nyeri angina): aprehensi, respons terhadap analgetika.
h. Catatan: Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria
interns akan mengalaini parestesis nervus ulnanis pada sisi yang sama dengan
graft yang diambil. Parestesia tersebut bisa sementara atau permanen. Pasien yang
menjalani CABG dengan arieni gasiroepiploika juga akan mengalami ileus

167

selama beberapa waktu pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada
tempat insisi selain nyeri dada.
Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk
menentukan apakah fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO2
akhir tidal, monitor Sa02, kateter arteri paru, monitor SO2, pipa arteri dan vena,
slat infus intravena dan selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem
drainase urin.
Begitu

pasien

sadar

dan

mengalami

kemajuan

selama

periode

pascaoperatif, perawat harus mengembangkan pengkajian dengan memasukkan


parameter yang menunjukkan status psikologis dan emosional. Pasien dapat
irternperlihatkan iingkah laku yang mencerminkan penolakan dan depresi atau
dapat pula mengalami psikosis pasca kardiotomi. Tanda khas psikosis meliputi (1)
ilusi persepsi sementara, (2) halusinasi dengar dan penglihatan (3) disorientasi
dan waham paranoid.
Pengkajian Komplikasi
Penurunan Curah Jantung. Penurunan curah jantung selalu merupakan ancaman
bagi pasien yang baru saja menjalani pembedahan jantung. Hal ini dapat terjadi karena
berbagai penyebab:
a. Gangguan preloadterlalu sedikit atau terlalu banyak volume darah yang
kembali ke jantung akibat hipovolemia. perdarahan yang berlanjut. tamponade
jantung, atau cairan yang berlebihan.
b. Gangguan afterloadarteri dan kapiler yang terlalu konstriksi atau terlalu
dilatasi karena perubahan suhu tubuh atau hipertensi.
c. Gangguan frekuensi jantungterlalu cepat, terlalu lambat. atau disritmia
d. Gangguan
kontraktilitasgagal
jantung.
infark
miokardium.
ketidakseiinbangan elektrolit, hipoksia

168

S-ar putea să vă placă și