Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
pokok bahasan :
asuhan keperawatan kritis pada system kardiovaskuler : pacu jantung, gagal jantung,
bedah dan tranplantasi jantung
Tujuan umum :
Pada akhir mata kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan dan sikap asuhan keperawatan
kritis pada system kardiovaskuler : pacu jantung, gagal jantung, bedah dan tranplantasi
jantung
Tujuan intruksional khusus :
1.
2.
3.
A.
B. Tujuan Umum
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur
yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan
perbaikan penggantian katup jantung yang rusak. Di masa kini, pasien dengan penyakit
jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat dibantu untuk mencapai kualitas hidup
yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun sham.
C. Tujuan Khusus
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD,
Koreksi Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya
tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai
kelainan bawaan.
149
1) SudahterjadiEssenmeinger.
2) Endokarditismasihaktif
3) Miokardiumsudahtidak viable
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN PASIEN PADA SAAT DIKAMAR OPERASI
1. Observasi tingkat kesadaran pasien
2. Observasi emosi pasien
3. Observasi aktivitas
4. Cek obat yang digunakan
5. Observasi pernafasan pasien
6. Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan hidup
7. Cek obat yang digunakan
8. Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
9. Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan
Pemeriksaan diagnose :
1. EKG: untuk mengetahui disaritmia
2. Chest x-ray
3. Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinan, BUN,
HbsAg
4. Kateterisasi
5. Echo
Tindakan perawatan saat menerima pasien di ruang persiapan
1. Melakukan serah terima dengan perawat ruangan
2. Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien
3. Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya
4. Memberikan surport kepada pasien
5. Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti ganti baju,
pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG
6. Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi
151
152
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang perlu
diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskulosketal harus terlindung, lokasi
operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian
yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
7. Persiapan lain: TEE (Trans Esophogeal Echocardiography)
Untuk melihat pergerakan jantung, fungsi katup, fungsi miokard, aliran pirau intrardiak,
udara diruang jantung,serta efektif tidaknya venting. Kemudian perlu diantisipasi untuk
persiapan pemasangan IABP (Intra Aortic Ballon Pump).
8. Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan drapping.
Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.
Prinsip prinsip Operatif
a.
154
1. Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung, sehingga diketahui adanya
peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan akibat suatu shunt dan adanya
hypoxamia pada jantung bagian kiri.
2. Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah tertentu misalnya LV
grafi, aortografi, angiografi koroner dll.
3. Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.
4. Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati kinase dan fraksi CKMB
untuk penentuan adanya infark pada keadaan unstable angin pectoris.
Toleransi dan perkiraan resiko operasi
Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita yang
biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart Association.
Klas I
: Keluhan
: Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan lain-lain
Perawatan Pasca-bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui
problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga
dapat diantisipasi dengan baik.
Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.
1. Perawatan di ICU.
1. Monitoring Hermodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat yang mengantar ke
ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut :
Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama
24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
Denyut jantung.
Tekanan darah.
Curah jantung.
Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pach jantung dll.
2. EKG
156
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel
dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan
tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar
jantung yang membahayakan.
3. Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan malahan
diberikan sedasi sebelum ditransper ke ICU. Sampai di ICU segera respirator
dipasang dan dilihat :
4. Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan
obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh
menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
5. Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat
hemolisis
6. Gula darah
Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6
jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
7. Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
8. Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana
mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi
bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap jam. Atau tiap jam.
Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam
dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan mungkin memerlukan retorakotomi
untuk menghentikan perdarahan.
9. Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk
melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus
disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai.
Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera
dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
10. Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan
ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum
(napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua
organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca
bedah. Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
Elektrolit thrombosis.
Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.
158
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6 10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Obat obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu
batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti
diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan
untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka
luka harus dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadangkadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh
dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah.
Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk
mencegah luka terbuka.
Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk
mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di
ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar
tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh
fisioterapis atau oleh perawat.
A. PENGKAJIAN POSTOPERSI
1. pengkajian
Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut :
1. Status neurologistingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya,
refleks, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
2. Status Jantungfrekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP =
pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan
pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah
sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru (SVO2) bila ada, drainase rongga dada,
dan status serta fungsi pacemaker.
3. Status respirasigerakan dada, suana napas, penentuan ventilator (fnekuensi, volume
tidal, konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi
159
Pengkajian Komplikasi
Pasien terus-menerus dikaji mengenai adanya indikasi ancaman komplikasi.
Perawat dan dokter bekerja secara kolaboratif untuk mengetahui tanda dan gejala awal
komplikasi dan memberikan tindakan untuk mencegah perkembangann
Penurunan Curah Jantung
Penurunan curah jantung selalu merupakan ancaman bagi pasien yang baru saja
menjalani pembedahan jantung. Hal ini dapat terjadi karena berbagai penyebab :
a. Gangguan preloadterlalu sedikit atau terlalu banyak volume darah yang kembali
ke jantung akibat hipovolemia. perdarahan yang berlanjut. tamponade jantung, atau
b.
161
menunjukkan kemampuan bernapas sendiri. Pasien yang stabil setelah pembedahan dapat
diekstubasi segera setelah 4 jam pasca pembedahan, sehingga mengurangi kecemasannya
sehubungan dengan keterbatasan kemampuan berkomunikasi.
Pasien dikaji terus menerus untuk adanya indikasi gangguan pertukaran gas;
gelisah, cemas, sianosis pada selaput lendir dan jaringan perifer, takikardia dan berusaha
melepas ventilator. Suara napas dikaji sesering mungkin untuk mendeteksi adanya cairan
dalam paru dan untuk memantau pengembangan paru Gas darah arteri selalu dipantau.
Gangguan Peredaran Darah Otak
Fungsi otak sangat tergantung pada suplai oksigen darah yang berkesinambungan.
Otak tidak memiliki kapasitas untuk menyimpan oksigen dan sangat bergantung pada
perfusi berkesinambungan yang adekuat dan jantung. Jadi sangat penting mengobservasi
pasien mengenai adanya gejala hipoksia: gelisah, sakit kepala, konfusi. dispnu, hipotensi.
dan sianosis. Gas darah arteri, SaO, SO dan CO akhir tidal harus dikaji bila ada
penurunan oksigen dan peningkatan karbondioksida. Pengkajian status neurologis pasien
meliputi tingkat kesadaran. respons terhadap perintah verbal dan stimulus nyeri, ukuran
pupil dan reaksi terhadap cahaya. gerakan ekstremitas. kekuatan menggenggarn tangan.
adanya denyut nadi poplitea dan kaki, begitu juga suhu dan warna ekstremitas. Setiap
tanda yang menunjukkan adanya perubahan status harus dicatat dan setiap temuan yang
abnormal harus dilaporkan ke ahli bedah segera karena bisa merupakan tanda awal
komplikasi
pada
periode
pascaoperatif.
Hipoperfusi
dan
mikroemboli
dapat
162
163
TRANSPLANTASI JANTUNG
A. Definisi
Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya
sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut
melipui kecocokan organ dari donor dan resipen.
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya
hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup
penderitan hampir tidak ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima
jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri. Organ
tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan mata.
namun dalam perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan
untuk membantu orang yang sangat memerlukannya.
Tujuan Umum
1) Berfungsi dengan jantung lain dari donor yang memenuhi persyaratan
2) Mempunyai harapan hidup setelah transplantasi jantung sekitar 81,8% dengan tingkat
harapan hidup dalam 5 tahun sekitar 69,8%.
3) Mengurangi resiko gagal jantung dan penyakit akut lainnya walaupun tidak menutup
kemungkinan bahwa tubuh akan menolak jantung baru yang bisa menimbulkan
penyakit-penyakit baru.
Indikasi
Indikasi umum dari transplantasi jantung adalah penurunan fungsi jantung dan
prognosis hidup yang kurang dari 1 tahun. Indikasi spesifik meliputi pembesaran
kardiomiopati, iskemik kardiomiopati, penyakit jantung kongenital yang belum ada terapi
konvensional maupun yang gagal dengan terapi konvensional, ejeksi fraksi kurang dari
20%, aritmia jantung malignan yang gagal dengan terapi konvensional, resistensi
pembuluh darah pulmonal yang kurang dari 2 unit Wood, umur kurang dari 65 tahun.
Kontraindikasi
Kontraindikasi transplantasi jantung meliputi umur lebih dari 65 tahun
(kontraindikasi relatif), resistensi pulmonal lebih dari 4 unit Wood, infeksi sistemik aktif,
164
penyakit sistemik aktif, keganasan aktif, riwayat penyalahgunaan zat, dan instabilitas
psikososial.
KONSEP ASKEP TRANSPLANTASI JANTUNG
a. Pengkajian pre operasi
Pengkajian Kesehatan. Riwayat praoperatif dan pengkajian kesehatan harus
lengkap dan didokumentasikan dengan balk karena merupakan landasan sebagai
pembanding pascaoperatif. Pengkajian sistematis mengenai semua sistem harus
dilakukan, dengan penekanan pada fungsi kardiovaskuler.
Status
fungsional
sistem
kardiovaskuler
ditentukan
dengan
mengamati
cemas dan ketakutan dan kadang mempunyai banyak pertanyaan yang tidak terjawab.
Kecemasan mereka biasanya bertambah saat pasien dirawat di rumah sakit dan segera
dilakukan operasi. Pengkajian beratnya kecemasan sangat penting. Bila ringan, mungkin
merupakan penolakan. Bila berat, perlu diajarkan pemakaian mekanisme koping secara
.efektif melalui penyuluhan praoperatif. Pertanyaan perlu diajukan untuk memperoleh
informasi berikut mengenai pasien maupun keluarganya:
-
infeksi
atau
sindrorn
pasca
perikardiotomi.
9) Kurang pengetahuan mengenai aktivitas perawatan diri.
b. Pengkajian post operasi
Pengkajian
166
kaki,
kram
otot,
tetani
167
selama beberapa waktu pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada
tempat insisi selain nyeri dada.
Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk
menentukan apakah fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO2
akhir tidal, monitor Sa02, kateter arteri paru, monitor SO2, pipa arteri dan vena,
slat infus intravena dan selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem
drainase urin.
Begitu
pasien
sadar
dan
mengalami
kemajuan
selama
periode
168