Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Classic
Flipcard
Magazine
Mosaic
Sidebar
Snapshot
Timeslide
Dec
14
askep polisitemia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sel darah merah terdiri dari sebagian besar sel-sel darah dalam sirkulasi, dan
salah satu fungsi utama mereka adalah untuk membawa oksigen dari paru ke
semua sel, jaringan, dan organ dalam tubuh. Oksigen dilakukan di dalam sel darah
merah dikombinasikan ke besi yang mengandung protein yang disebut hemoglobin.
sel darah merah tidak memiliki inti dan berbentuk seperti cakram cekung ganda
atau donat berbentuk, dan mampu meringkuk dan pemerasan melalui pembuluh
darah terkecil.
Jumlah sel darah merah normal dalam darah bervariasi, dan lebih tinggi pada
laki-laki daripada perempuan. bayi baru lahir memiliki jumlah sel merah yang lebih
tinggi daripada orang dewasa. Jika ada jumlah yang lebih tinggi dari sel darah
merah dalam sirkulasi dari biasanya maka seseorang dikatakan telah erythrocytosis
atau polisitemia. Situasi sebaliknya dapat terjadi, dimana ada tingkat yang lebih
rendah dari sel darah merah daripada biasanya, dan kondisi ini disebut sebagai
"anemia". jumlah sel darah merah Dibesarkan dapat ditemukan kebetulan pada
orang tanpa gejala, pada tahap awal polisitemia.
Pada polisitemia, mungkin menjadi 8 - 9 juta jiwa dan kadang-kadang 11 juta
eritrosit milimeter kubik darah (kisaran normal untuk orang dewasa adalah 4-6), dan
hematokrit mungkin setinggi 70 hingga 80%. Selain itu, volume total darah kadangkadang meningkat menjadi sebanyak dua kali normal. Sistem vaskular keseluruhan
dapat menjadi nyata membesar dengan darah, dan sirkulasi kali untuk darah ke
seluruh tubuh dapat meningkat hingga dua kali dari nilai normal. Peningkatan
jumlah eritrosit dapat menyebabkan viskositas darah untuk meningkatkan sebanyak
lima kali normal. Kapiler dapat menjadi terpasang oleh darah yang sangat kental,
dan aliran darah melalui pembuluh cenderung sangat lamban.
Baru-baru ini, pada tahun 2005, mutasi pada kinase JAK2 (V617F) telah
ditemukan oleh beberapa kelompok peneliti akan sangat terkait dengan polisitemia
vera. JAK2 adalah anggota dari keluarga Janus kinase dan membuat prekursor
erythroid peka terhadap eritropoietin (EPO). mutasi ini mungkin dapat membantu
dalam membuat diagnosis atau sebagai target untuk terapi masa depan.
Sebagai konsekuensi dari di atas, orang dengan polisitemia vera tidak diobati
berada pada risiko berbagai peristiwa trombotik (trombosis vena dalam, embolisme
paru), serangan jantung dan stroke, dan memiliki risiko yang besar sindrom BuddChiari (trombosis vena hati), atau Myelofibrosis. Kondisi ini dianggap kronis, ada
pengobatan simtomatik yang dapat menormalkan jumlah darah dan kebanyakan
pasien dapat hidup normal selama bertahun-tahun.
1.3 TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Tujuan khusus
a.
b.
Untuk mendapat informasi tentang pengertian, klasifikasi, etiologi, gejala
klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan Polisitemia.
c.
Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit polisitemia, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan rasional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN POLISITEMIA
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel), dan hemia
(darah). Jadi, polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit,
trombosit) di dalam darah.
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah
merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak
memproduksi sel darah merah. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan
hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas normal melebihi
6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl.
Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera( primer) dan polisitemia
sekunder. Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "polisitemia
benar") juga dikenal sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa
polisitemia tidak disebabkan oleh gangguan lain. Polisitemia Primer: Dalam
polisitemia primer peningkatan sel darah merah adalah karena masalah yang
melekat. Polisitemia primer dikarenakan sel benih hematopoietik mengalami
proliferasi berlebihan tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan
kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena
rangsangan eritropoietin yang adekuat. Polisitemia vera adalah contoh polisitemia
primer. Jumlah sel darah merah atau eritrosit manusia umumnya berkisar antara 4
hingga 6 juta per mikroliter darah. Jumlah ini yang terbanyak dibandingkan dengan
sel darah lainnya. Namun, jumlah sel darah merah bisa melebihi batas normal.
Kondisi ini dikenal dengan sebutan polisitemia vera.
Polisitemia sekunder: Jenis ini, proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar
eritropoietin. Jadi, berbanding terbalik dengan polisitemia primer. Peningkatan
massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai keadaan hemostasis dan
kadar eritropoietin kembali ke batas normal. Contoh polisitemia sekunder fisiologis
adalah hipoksia. Polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap
faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor
hati, tumor ginjal atau sindroma Cushing.
Penyebab, gejala, dan perawatan dari dua kondisi yang berbeda-beda.
Polisitemia Vera lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari
polisitemia sekunder. Sel darah tubuh diproduksi di sumsum tulang ditemukan di
beberapa tulang,seperti tulang paha. Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh
sehingga jumlah sel darah baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama
karena mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai
penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang
sel-sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
2.2 ETIOLOGI
1.
Polisitemia primer
Polisitemia sekunder
tumor hati,
b.
c.
peningkatan eritropoietin (EPO) produksi, baik dalam respon terhadap
hipoksia kronis (kadar oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi eritropoietin
d.
perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi,
penyakit paru-paru parah, dan penyakit jantung.
Bila ada kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan memproduksi lebih
banyak sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh.
Tanda dan gejala yang predominan pada polisitemia vera adalah sebagai akibat
dari :
1. Hiperviskositas
Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang
kemudian akan menyebabkan :
o Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi akan
menimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.
o Penurunan laju transpor oksigen
2.4 PATOFISIOLOGI
Terdapat 3 jenis polisitemia yaitu relatif (apparent), primer, dan sekunder.
1.
Polisitemia relatif berhubungan dengan dehidrasi. Dikatakan relatif karena
terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah merah tidak mengalami
perubahan.
2.
Polisitemia primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel benih
hematopoietik tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar
eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena
rangsangan eritropoietin yang kuat.
3.
Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar
eritropoietin. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai
keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali normal. Contoh polisitemia ini
adalah hipoksia.
Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV) disebabkan oleh kelainan sifat sel
tunas (stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat sel batang normal pada
sumsum tulang terdapat pula sel batang abnormal yang dapat mengganggu atau
menurunkan pertumbuhan dan pematangan sel normal. Bagaimana perubahan sel
tunas normal jadi abnormal masih belum diketahui.
Progenitor sel darah penderita menunjukkan respon yang abnormal terhadap
faktor pertumbuhan. Hasil produksi eritrosit tidak dipengaruhi oleh jumlah
eritropoetin. Kelainan-kelainan tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan
DNA yang dikenal dengan mutasi.Mutasi ini terjadi di gen JAK2 (Janus kinase-2) yang
memproduksi protein penting yang berperan dalam produksi darah.
v Fase brun out (terbakar habis) atau spent out (terpakai habis ).
Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh atau pasien memasuki
priode panjang yang tampaknya seperti remisi, kadang-kadang timbul anemia
tetapi trombositosis dan leokositosis biasanya menetap.
v Fase mielofibrotik
Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi klinis dan
perjalanan klinis menjadi serupa dengan mielofibrosis dan metaplasia mieliod.
Kadang- kadang terjadi metaplasia mieloid pada limpa, hati, kelenjar getah bening
dan ginjal.
v Fase terminal
Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera diakibatkan oleh
komplikasi trombosis atau perdarahan. Kematian karena mielofibrosis terjadi pada
kurang dari 15%. Kelangsungan hidup rerata (median survival) pasien yang diobati
berkisar anatara 8 dan 15 tahun, sedangkan pada pasien yang tidak mendapatkan
pengobatan hanya 18 bulan. Dibandingkan dengan pengobatan flibotomi saja,
resiko terjadinya leukemia akut meningkat 5 kali jika pasien diberi pengobatan
fosfor P32 dan 13 kali jika pasien mendapatkan obat sitostatik seperti klorambusil.
Pathway
klik disini
2.5 KOMPLIKASI
Kelebihan sel darah merah dapat dikaitkan dengan komplikasi lain, termasuk
Kemungkinan Komplikasi
a. Perdarahan dari lambung atau bagian lain pada saluran pencernaan.
b. Batu Ginjal Asam urat
c. Gagal jantung
d. Leukemia / leukositosis
e. Myelofibrosis
f. Penyakit ulkus peptikum
g. Trombosis (pembekuan darah, yang dapat menyebabkan stroke atau serangan
jantung)
Pemeriksaan Darah
Jumlah sel darah ditentukan oleh complete blood cell count (CBC), sebuah tes
standar untuk mengukur konsentrasi eritrosit, leukosit dan trombosit dalam darah.
PV ditandai dengan adanya peningkatan hematokrit, jumlah sel darah putih
(terutama neutrofil), dan jumlah platelet.
Pemeriksaan darah lainnya, yaitu adanya peningkatan kadar serum B12,
peningkatan kadar asam urat dalam serum, saturasi oksigen pada arteri, dan
pengukuran kadar eritropoietin (EPO) dalam darah.
3.
2.7 PENATALAKSANAAN
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien. Yang
dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup
pasien.
Tujuan terapi yaitu:
1. Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah
(eritrosit)
2. Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena,
serebrovaskular,thrombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri perifer, dan
infark pulmonal.
3. Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal.
Prinsip terapi
1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan
mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang belum
terkendali.
3. Menghindari pengobatan berlebihan (over
treatment)
1.
Terapi PV
a.
Flebotomi
Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu cara
untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 23mCi/m2 secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis dinaikkan 25%.
Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32 Mendapatkan hasil,
reevaluasi setelah 10-12 minggu.
Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.Tidak
mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama, dan
diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
d.
2. Pengobatan pendukung
1.
Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral pada pasien
dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi
ginjal.
2.
Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat
diberikan Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA).
3.
4.
5.
Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika hidroksiurea
tidak memberikan toleransi yang baik atau dalam kasus trombositosis sekunder
(jumlah platelet tinggi). Anagrelid mengurangi tingkat pembentukan trombosit di
sumsum. Pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung umumnya tidak
diobati dengan anagrelid.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA
3.1
1.
PENGKAJIAN
Identitas klien
meliputi :nama,umur,alamat,nomorregister,pekerjaan,pendidikan,agama
2.
Apa yang menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita lakukan yaitu
pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe
3.
-apa yang dirasakan klien saat ini yang berhubungan dengan status penyakit
yang dideritanya(anemia)
6.
a.
Nutrisi
b.
Aktivitas istirahat
1.
PENGKAJIAN
a.
Sistim Sirkulasi
Gejala :
-
palpitasi
Tanda:
Tekanan darah : Peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia:abnormalitas EKG misal:depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T jika terjadi takikardia.
-
b.
Gejala:
sakit kepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan
berkosentrasi
-
Tanda:
-
Gangguan koordinasi.
c.
Sistim Pernafasan
Gejala:
-napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
Tanda :
-Takipnea,ortopnea, dan dispnea
d.
Sistim Nutrisi
Gejala:
-penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah
-nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada faring)
-mual muntah,dyspepsia,anoreksia
-adanya penurunan berat badan
Tanda:
-Lidah tampak merah daging
-Membran mukosa kering dan pucat.
-Turgor kulit : buruk, kering, hilang elastisitas.
-Stomatitis dan glositis.
-Bibir : Selitis(inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah)
e.
Gejala:
Keletihan,kelemahan,malaise umum
Tanda:
-
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
f.
Sistim Seksualitas
Gejala:
-hilang libido(pria dan wanita)
-impoten
Tanda:
-Serviks dan dinding vagina pucat.
g.
Gejala:
-riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap bahan kimia
-riwayat kanker
-tidak toleran terhadap panas dan dingin
-transfusi darah sebelumnya
-gangguan penglihatan
-penyembuhan luka buruk
-sakit kepala dan nyeri abdomen samar
Tanda:
3.2
DIAGNOSA
1.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tubuh.
2.
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
supplai oksigen dan kebutuhan/kelelahan
3.3
INTERVENSI
NO
NO.DX
TUJUAN/KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
Mandiri
1.
Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler dan warna kulit atau membrane
mukosa.
2.
3.
4.
Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi
Kolaborasi
5.
6.
Berikan transfusi darah (SDM darah lengkap/ packed, produk darah sesuai
dengan indikasi).
Awasi ketat untuk komplikasi tranfusi
1.
Memberikan informasi tentang derajat/ keadikuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan interfensi
2.
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigennasi untuk
kebutuhan seluler kecuali bila ada hipotensi
3.
Dispnea, gemericik menunjukkan adanya peningkatan kompensasi jantung
untuk pengisian kapiler
4.
5.
Kenyamanan pasien akan kebutuhan rasa hangat harus seimbang untuk
mengindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi organ)
6.
Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan ataupun respon
terhadap terapi. Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki
defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan
2
Mandiri :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas atau
terlalu asam sesuai indiksi bila perlu berikan suplemen nutrisi
Kolaborasi
7.
8.
Pantau pemeriksaan Lab : Hb, Ht, BUN, Albumin, Protein, Transferin,
Besiserum, B12, Asam folat.
9.
- Vitamin dan suplemen mineral : Vitamin B12, Asam folat dan Asam askorbat
(vitamin C)
1.
2.
Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan nutrisi, mengawasi
penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.
3.
Intake yang sedikit tapi sering menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan serta mencegah distensi gaster.
4.
5.
Meningkatkan nafsu makan dan intake oral, menurunkan pertumbuhan
bakteri, meminimalkan infeksi
6.
Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi intake makanan yang dapat
ditoleransi pasien, meningkatkan masukan protein dan kalori.
7.
Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
8.
Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk sumber diet nutrisi
yang diperlukan.
9.
Kebutuhan penggantian tergantung tipe pada masukan oral yang buruk dan
difesiensi yang diidentifikasi
Mandiri :
1.
2.
Awasi dan kaji TTV selama dan sesudah aktivitas, catat respon terhapad
tingkat aktivitas seperti denyut jantung, pusing, dispnea, takipnea.
3.
4.
Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi dengan tehnik penghematan energi serta menghentikan aktivitas jika
palpitasi, nyeri dada, napas pendek, atau terjadi pusing.
1.
2.
Manifestasi kardiopolmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen ade kuat ke jaringan.
3.
4.
Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan
memperbaiki tonus otot, dengan membatasi adanya kelemahan, serta menghindari
terjadinya regangan/ stress kardiopolmonal yang dapat menimbulkan
dekompensasi/ kegagalan.