Sunteți pe pagina 1din 2

Assalamu'alaikum warrah matullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk seluruh warga bangsa, terutama para generasi muda penerus bangsa
dimanapun anda berada.
pada hari ini, genap 67 tahun usia kita merasakan kemerdekaan dan sudah 14 tahun bangsa kita
mengenyam kebebasan. dalam kurun waktu tersebut, telah banyak yang kita bangun dan
perjuangkan serta hasilkan dalam rangka meretas jalan panjang menuju jiwa nasional
sebagaimana diamanatkan dalam pembukan UUD 1945.
Untuk itu sudah sepatutnya kita menyatakan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Allah
SWT. Namun demikian, kita juga harus menyadari, bahwa apa yang telah kita capai tersebut
masih jauh dari tujuan yang kita cita citakan bersama sebagai bangsa. Kesadaran ini hendaknya
juga membangkitkan kita untuk lebih meningkatkan lagi pemikiran, gagasan perhatian dan
terutama karya nyata kita untuk masa depan bangsa.
Dengan peringatan 67 tahun kemerdekaan kita ini, kita harus pandai pandai belajar dari sejarah
bangsa kita sendiri maupun berkaca dari keberhasilan dan kesalahan bangsa lain. Kita harus
mau, mampu dan berkeinginan untuk mempelajari keberhasilan dan kekurangan atau bahkan
kesalahan yang pernah kita perbuat. Yang dilengkapi dengan pelajaran sejarah bangsa bangsa
lain untuk secara jujur dan penuh kesungguhan kita lakukan koreksi, perbaikan dan
pembenahan.
Dengan dibekali semangat kebangkitan nasional dan sumpah pemuda sebagai tonggak sejarah
perjuangan bangsa pertama dan kedua. Para founding fathers bangsa telah berhasil
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan segala perangkat keras, hardware, yang
berupa perjuangan fisik dalam mewujudkan kesatuan tanah air. Maupun perangkat lunak,
software, dan perangkat pemikiran, brainware, yang berupa rumusan filosofi dan nilai nilai dasar
perjuangan serta arah tujuan masa depan bangsa sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan
UUD 1945 sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa ketika perjuangan mereka berhasil
karena kemurnian dan kesungguhan serta keseutuhan niat, keyakinan dan semangat mereka
untuk mengabdi dan mendharma badkitkan hidup dan karyanya untuk bangsa.
Walaupun ada kendala dan keterbatasan fisik dalam menghadapi penjajah, mereka yakin karena
pehjajahan harus diahapuskan dari muka bumi. Dan mereka juga meyakini bahwa kebenaran
dan kekuasaan mutlak bukan ditangan penjajah atau siapapun namun berada di tangan Tuhan
Allah SWT. Kesemuanya itu tercermin secara eksklusif maupun implisif dalam pembukaan UUD
1945.
Demikian pula perjuangan fisik pra dan pasca kemerdekaan telah membuktikan keyakinan
tersebut. Kita sebagai bangsa juga meyakini bahwa kedepan kita harus maju dan mandiri
sederajat dan bahkan disegani oleh bangsa bangsa lain di muka bumi. Untuk itu kita perlu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan produktivitas dan daya
saing yang dapat kita capai dengan memadukan keluhuran nilai nilai budaya dan agama bangsa
kita dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kita telah membuktikan bahwa
sinergi positif antara ketiga hal tersebut telah mampu menunjukkan pada dunia dan kepada diri
kita sendiri bahwa kita mampu mengeuasai IPTEK secanggih apapun dengan terbang
perdananya N-250 10 Agustus 1995, yang kita tandai sebagai hari kebangkitan teknologi
nasional HARTEKNAS sebagai tonggak perjalanan sejarah bangsa keempat.
Dalam rangka belajar dari kesalahan sejarah, kita harus menayadari kesalahan kita dalam
merespon fenomena globalisasi, dimana kita tidak logis melihat adanya fenomena, mengalihkan
kekayaan alam kita ke negara lain. Yang setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi
kemudian menjual produk produk kepada kita sedemikian rupa sehingga rakyat harus membeli
jam kerja bangsa lain. Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neokolonialisme atau dalam
pengertian sejarah kita suatu VOC, Vereegnigde Oostindische Compagnie, dengan baju baru
sebagaimana pernah sya sampaikan pada pidato peringatan kelahiran pancasila di hadapan

sidang pleno MPR-RI tanggal 1 Juni 2011 yang lalu.


Bukankah jam kerja yang terselubung pada tiap produk yang kita beli itu, pada akhirnya
menentukan tersedia lapangan kerja untuk mekanisme proses pemerataan dalam arti yang luas.
Kita juga harus jujur mengakui bahwa sinergi negatif antara reformasi dan globalisasi telah
menghasilkan pengalaman pahit sebagaimana dialami idnsutri DIRGANTARa dan dindusrti
strategis pada umumnya.
Jangan sampai karena eforia reformasi ataukarena pertimbangan politis sesaat kita tega
menghabisi karya nyata anak bangsa sendiri yang secara (nyata) ditandai sebagai tonggak
sejarah perjuangan bangsa keempat. Mengapa produk yang dirancang bagus oleh putra putri
generasi penerus yang mengadung jutaan jam kerja ini bahkan harus dihentikan? Mengapa?
Kita juga harus mengakui kesalahan kita dengan menelantarkan atau menghentikan bahkan
menyerahkan bangsa lain produksi alat transportasi seperti pesawat, kapal, kereta api, mobil dan
sepeda motor di tengah kenyataan bahwa begitu besar begitu besar pasar domestik nasional di
bidan transportasi. Demikian pula terkait pasar alat komunikasi yang sepenuhnya kita serahkan
produksinya pada bangsa lain.
Mengapa hal itu kita biarkan terjadi, padahal kita mengetahui bahwa semuanya mengandung jam
kerja yang sangat dibutuhkan. Mengapa? Mengapa? Mengapa?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut kita tidak perlu dan tidak berguna menyalahkan siapa
siapa, tapi yang kita perlukan adalah mencari pemecahannya dengan melakukan koreksi dan
pembenahan untuk mencari pemecahannya dengan tindakan nyata untuk masa depan.
Saya akhiri amanat ini dengan pertanyaan, untuk kita renungkan bersama. Sudah merdeka 67
tahun kita merdeka, sudah 17 tahun kita melek tekhnologi, sudah 14 tahun kita bebas, apa yang
sudah dan akan kita sumbangkan kepada bangsa dan negara? Marilah rebut kembali jam kerja,
bangun dari mimpi dan eufori reformasi sadarlah bahwa kita harus melangkah dalam dunia nyata
menuju massa depan. Wujudkan kembali karya nyata yang pernah kita miliki untuk
pembangunan peradaban indonesia.
Bangkitlah, sadarlah atas kemampuanmu.
Indonesia, 17 Agustus 2012
Bacharuddin Jusuf Habiebi

S-ar putea să vă placă și