Sunteți pe pagina 1din 27

Animal Husbandry 2011

Kamis, 10 Januari 2013


LAPORAN ILMU HIJAUAN PAKAN TERNAK DAN TATA LAKSANA
LADANG

LAPORAN PRAKTEK LAPANG


ILMU HIJAUAN PAKAN TERNAK DAN TATA LAKSANA LADANG
(PET-2315)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah


Ilmu Hijauan Pakan Ternak dan Tata Laksana Ladang (Pet- 2315)
Pada Jurusan Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh
ADIK DINIARSIH RAZAK
60700111003

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN


MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang
sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak.
Sehingga hijauan makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama
untuk mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong ataupun
sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan. Kebutuhan hijauan akan
semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kendala
utama di dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak terutama produksinya tidak dapat tetap
sepanjang tahun. Pada saat musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah,
sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat
berkurang sama sekali (Sumarno, 1998).
Ketersediaan hijauan makanan ternak yang tidak tetap sepanjang tahun, maka diperlukan
budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha perbaikan manajemen tanaman keras atau
penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput unggul sehingga mutu setiap jenis hijauan
yang diwariskan oleh sifat genetik bisa dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan cara demikian
kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung
pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan dilakukan (Kanisius, 1983).
Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam
bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuhtumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar. Hijauan yang diberikan

ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan
yang berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar. Sedangkan hijauan kering
adalah hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami
kering (Edo, 2012).
Hijauan segar dan hijauan kering dapat dibudidayakan dengan memperhatikan mutu
hijauan tersebut yaitu sifat genetik dan lingkungan (keadaan tanah daerah, iklim dan perlakuan
manusia) agar dapat memenuhi kebutuhan gizi makanan setiap ternak dan membantu peternak
mengatasi kesulitan dalam pengadaan makanan ternak. Dalam mengusahakan tanaman makanan
ternak untuk mandapatkan hijauan yang produktivitasnya tinggi maka perlulah tanaman makanan
ternak diusahakan secara maksimal mulai dari pemilihan lokasi, pemetaan wilayah, pengelolaan
tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan usahausaha untuk
memepertahankan dan meningkatkan mutu (pascapanen) sampai dengan penanganan hijauan
sebelum dikonsumsi ternak (Anonim, 2010).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktek lapang ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
C.

Untuk mengetahui proses tata laksana ladang


Dapat mengetahui sistem pemeliharaan pakan ternak.
Untuk mengetahui proses pengolahan pakan ternak.
Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktek lapang ini adalah dapat memberikan sumbangsi
informasi bagi kalangan masyarakat, terkhusus akadimisi ilmu peternakan mengenai hijauan
makanan ternak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Kab. Sidrap
Kabupaten Sidenreng Rappang (disingkat dengan nama Sidrap) adalah salah satu
kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sidenreng.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.506,19 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih
264.955 jiwa. Penduduk asli daerah ini adalah suku Bugis yang ta'at beribadah dan memegang
teguh tradisi saling menghormati dan tolong-menolong. Dimana-mana dapat dengan mudah
ditemui bangunan masjid yang besar dan permanen. Kabupaten Sidenreng Rappang terletak pada
ketinggian antara 10 m 1500 m dari permukaan laut. Keadaan Topografi wilayah di daerah ini
sangat bervariasi berupa wilayah datar seluas 879.85 km (46.72%), berbukit seluas 290.17 km
(15.43%)

dan

bergunung

seluas

712.81

km2

(37.85%)

(Perpers,

2011).

Gambar: Peta Kab. Sidrap, 2012


Menurut sejarah, Sidenreng Rappang awalnya terdiri dari dua kerajaan, masingmasing Kerajan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Kedua kerajaan ini sangat akrab. Begitu
akrabnya, seringkali pemangku adat Sidenreng justru mengisi kursi kerajaan dengan memilih
dari komunitas orang Rappang. Begitu pula sebaliknya, bila kursi kerajan Rappang kosong,

mereka dapat memilih dari kerajaan Sidenreng. Kalaupun ada perbedaan yang menonjol, hanya
dari posisi geografisnya saja. Wilayah Rappang menempati posisi sebelah Utara, sedangkan
kerajaan Sidenreng berada di bagian Selatan (Anonim, 2011).
B. Sistem Pengolahan Tata Laksana Ladang
Menurut (Edo, 2012) untuk mendapatkan hasil yang memuaskan terhadap budi daya
tanaman makanan ternak perlu perlakuan pengelolaan yang baik dan cepat untuk mendapatkan
pertumbuhan, produksi dan mutu tanaman yang tinggi. Pengelolaan ini mulai dari pemilihan
lokasi, pemilihan bibit sebagai bahan penanaman dan pengolahan tanah dan penanaman.
1. Pemilihan lokasi
Dalam menentukan tempat atau lokasi yang hendak dipakai sebagai area penanaman
hijauan, baik sebagai produksi potongan ataupun penggembalaan,
2. Pemilihan bibit dan bahan penanaman
Pemilihan bibit sekiranya sesuai dengan lingkungan setempat, mudah dikembangkan dan
dikelola dan kemungkinan bisa memberikan produksi yang lebih tinggi. Sedangkan bahan
penanaman yang umum dipergunakan sebagai bibit ialah biji, pols dan stek.
3. Pengolahan tanah dan penanaman
Maksud pengolahan tanah yaitu untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi
suatu tamanan dan umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau. Sedangkan tahap-tahap
pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing, pembajakan dan penggaruan.
a.

Membersihkan areal (Land-clearing)


Bermaksud membersihkan areal terhadap pepohonan, semak-semak dan alang-alang
atau tumbuh-tumbuhan lainnya dengan mempertimbangkan beberapa jenis pepohonan sebagai
pelindung, peneduh dan pencegah erosi.

b. Pembajakan (Ploughing)
Bermaksud

untuk

memecah

lapisan

tanah

menjadi

bongkah-bongkah

sehingga

mempercepat proses mineralisasi bahan-bahan organik.


c.

Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan atau penggemburan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan
besar menjadi struktur remah, sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan
liar.
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu selesai diolah
dengan sempurna. Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan luas cukup
tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan (mampu dan cepat
beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah dikembangbiakkan dan nilai gizinya cukup
tinggi (Suyitman, 2003).
Tanah akan mempengaruhi padang rumput sesuai dengan kandungan humusnya,
kompenen zat gizinya seperti keseimbangan nitrogen, kadar pospat yang tersedia serta unsurunsur renik seperti tembaga dan seng. Misalnya bila kadar nitrogen tanah rendah, maka
kandungan nitrogen padang rumput akan rendah dan rumput akan tumbuh lambat
(Reskohadiprodjo, 1985).

C. Sistem Pemeliharaan Hijauan Makanan Ternak


Tanaman yang berkualitas tinggi selain dari tata laksana ladangnya, yang harus
diperhatiaka adalah pelaksanaan pemeliharaannya. Pelaksanan pemeliharaan diantaranya dengan
cara pemberantasan siangan (weeds), pendangiran dan pemupukan ulangan. Siangan yang
tumbuh berupa rumput-rumput liar atau tanaman-tanaman penganggu disingkirkan. Pendangiran
dilakukan guna untuk menggemburkan kembali tanah yang menjadi padat akibat terjadinya

hujan lebat. Pemupukan ulang berarti memberikan kembali pupuk atau zat-zat makan dalam
tanah yang hilang pada tanaman agar perkembangannya semakin baik dan juga memperbaiki
struktur tanah tersebut (Edo, 2012).
Perlakuan pemupukan dapat diberikan setelah penanaman, seperti pemberian N, P dan K
bersamaan setelah tanam, sedangkan untuk pupuk N seperti pupuk urea dapat diberikan 15-20
hari setelah tanam selain itu juga dapat digunakan pupuk kandang. Pada tanaman penghasil
hijauan pupuk nitrogen dibutuhkan dalam perbandingan yang lebih tinggi dibandingkan dari
penghasil biji. Pupuk P dan K dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberantasan hama
dapat secara mekanis, ditangkap dengan tangan atau pakai jala, sedangkan pemberantasan
penyakit dengan penyemprotan fungisida atau membongkar dan membuang tanaman yang
diserang penyakit (Pratomo, 1986).
Setelah melakukan peremajaan, selanjutnya tanaman dipotong mengambil bagian
tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun oleh renggutan ternak itu
sendiri sewaktu digembalakan yang disebut defoliasi. Defoliasi dilakukan pada saat akhir
vegetatif atau menjelang berbunga (Edo,2012).
Kesuburan tanah akan merosot jika tanah tersebut sering ditanami dan tidak pernah diberi
pupuk. Agar peternak memperoleh produksi hijauan secara kontinyu, maka salah satu jalan yang
harus ditempuh ialah memperbaiki keadaan tanah dengan jalan pendangiran, pemupukan dan
pemanenan yang tepat. Hijauan bisa dipupuk dengan pupuk buatan ataupun pupuk organik
seperti pupuk kandang ataupun pupuk kompos (Kartadisastra, 1997).
D. Jenis Hijauan Di Indonesia

Hijauan adalah semua bentuk bahan pakan yang berasal dari tanaman atau rumput
termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam
keadaan segar (Akoso, 1996).
Hijauan adalah segala bahan makanan yang tergolong pakan kasar yang berasal dari
pemanenan bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijau yang meliputi daun, batang,
kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif, utamanya sebagai sumber makanan
ternak ruminansia (Reksohadiprodjo, 1985).
Hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan yang tak
tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia membutuhkan sejumlah
serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan berjalan secara lancar dan optimal. Sumber
utama dari serat kasar itu sendiri adalah hijauan (Siregar 1994).
Seperti diketahui secara umum, ternak tidak dapat melangsungkan kehidupannya tanpa
adanya asupan pakan. Produktivitas ternak tinggi jika asupan pakannya seimbang yakni
tercukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas pakan. Pakan memiliki peran yang penting
bagi ternak, baik bagi pemenuhan kebutuhan hidup pokok, bunting, laktasi, produksi (telur,
daging dan susu) maupun untuk kepentingan kesehatan ternak yang bersangkutan. Karena ternak
jika salah diberi pakan juga dapat menimbulkan penyakit yang merugikan bagi ternak dan
peternak. Jenis pakan yang umumnya diberikan pada ternak adalah hijauan dan konsentrat
(Kanisius, 1983).
Salah satu jenis pakan ternak yaitu hijauan segar. Hijauan segar merupakan bahan pakan
ternak yang diberikan pada ternak dalam bentuk segar, baik dipotong dengan bantuan manusia
atau langsung disengut langsung oleh ternak dari lahan hijauan pakan ternak. Hijauan segar

umumnya terdiri dari daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan (Gramineae) dan
tanaman biji-bijian atau kacang-kacangan (Leguminosa) (AAK, 1983).
1. Rumput (Gramineae)
Rumput merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai sifat tumbuh, yaitu membentuk
rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan merayap
tetapi tetap tumbuh ke atas dan rumpun membelit (Siregar, 1994).
Rumput dalam pengelompokkannya dibagi menjadi dua yaitu rumput potong dan
rumput gembala. Yang termasuk dalam kelompok rumput potongan adalah rumput yang
memenuhi persyaratan: memiliki produktivitas yang tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal dan
banyak anakan seerta responsif terhadap pemupukan.Termasuk kelompok ini antara lain:
Pennisetum perpureum, Pannicum maximum, euchlaena mexicana, Setaria sphacelata,
Pannicum coloratum dan Sudan grass (AAK, 1983).
Rumput gembala merupakan jenis rumput yang memiliki ciri-ciri antara lain : tumbuh
pendek atau menjalar dengan stolon, tahan terhadap renggutan atau injakan, memiliki perakaran
yang kuat dan tahan kekeringan. Termasuk kelompok ini antara lain: Brachiaria brizhantha,
Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum dilatatum, Digitaria decumbens, Choris
gayana, African star grass (Cynodon plectostachyrus) (AAK, 1983).
2. Legum (Leguminosae)
Legum yaitu tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk bunga kupu-kupu. Hijauan
pakan jenis leguminosa (polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumputrumputan, jenis legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Leguminosa memiliki bintilbintil akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah
bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas

dari udara, itulah sebabnya penanaman campuran merupakan sumber protein dan mineral yang
berkadar tinggi bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan tanah. Contohnya: Kaliandra
(Calliandra callothyrsus), Siratro (Macroptilium antropurpureum), Gamal (Gliricidia sepium),
Lamtoro (Leucaena glauca), Banhinia (Rufescens lam) dan Turi (Sesbania Grandivora)
(Tillman.dkk, 1991).
Di Indonesia sendiri, khususnya daerah yang kami kunjungi sebagai tempat praktikum
yaitu PT. Bila River Ranch ada 45 jenis hijuan, yang sempat kami lihat secara fisik diantaranya
Rumput gajah (Pennisetum Purpureum)
Rumput ini merupakan rumput yang sangat dikenal di indonesia, mempunyai berbagai
nama antara lain: Elephant grass, napier grass, uganda grass dan rumput gajah. Rumput ini
berasal dari Afrika dan Tropika. Rumput gajah merupakan tanaman tahunan (parennial), tumbuh
tegak membentuk rumpun dan memiliki rhizoma yang pendek, perakaran cukup dalam, tinggi
tanaman dapat mencapai 3-4, 5 meter dan apabila dibiarkan tumbuh bebas dapat setinggi 7
meter. Panjang daun 30-120 cm dan lebar daun 10-50 mm. Pelepah daun berbulu dengan dasar
bonggol yang berbulu. Batang tebal dan keras pada yang telah tua. Tipe bunga berbentuk spike
(bulir) dengan panjang panicle 10-30 cm dan lebarnya 15-30 mm. Warna bunga kehijauan,
kekuningan atau kecoklatan. Butiran dikelilingi oleh bulu-bulu yang kaku dan pendek (Apik,
2012).
Tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik yaitu tanah yang dalam,
berstruktur lemah, subur dan drainase yang baik. Tanaman ini merupakan tanaman hari pendek
yang tidak akan tumbuh apabila tanaman tersebut ternaungi dan akan tumbuh dengan sangat baik
apabila mendapat cahaya penuh (Indoagro, 2011).

Bahan tanam untuk perbanyakan dapat digunakan stek, biji dan pols. Panen pertama
kurang lebih 60-80 hari atau 3 bulan sekali setelah tanam sedangkan panen berikutnya setiap 4045 hari sekali pada musim hujan dan 55-60 hari pada musim kemarau. Persiapan tanah dilakukan
dengan pembajakan dan penggaruan, kemudian dibuat guludan dan larikan untuk menanam
benih. Bahan tanam dari stek terdiri dari 3 buku dan ditanam pada guludan dengan 2 buku masuk
kedalam tanah sedangkan satu buku berada diatas permukaan tanah. Jarak antar satu pohon ke
pohon lain antara 7070 cm atau 70100 cm. Waktu penanaman yaitu permulaan musim hujan.
Rumput gajah umumnya dipanen dengan sistem potong kemudian dibawa ke kandang (cut and
carry), pemupukan yang lengkap dibutuhkan untuk mendapatkan produksi yang baik.

Rumput gajah mempunyai beberapa varietas, antara lain varietas Afrika, varietas Hawai
dan varietas Taiwan. Rumput gajah Taiwan ini termasuk spesies terbaik. Varietas lainnya seperti
Afrika dan Hawai memiliki karesteristik yang berbeda dimana varietas Afrika yang ditandai
dengan batang dan daun yang kecil, tumbuh tegak, berbunga dan produksi lebih rendah jika
dibandingkan dengan rumput varietas hawai, sedangkan varietas Hawai ditandai dengan batang
dan daun yang lebar, pertumbuhan rumpun sedikit menyebar, produksi cukup tinggi dan
berbunga.
Tumbuhan merupakan ciptaan Allah swt yang sangat memiliki banyak manfaat seperti
sebagai bahan pakan untuk semua makhluk hidup dan berguna bagi tubuh makhluk hidup. Hal
ini sesuai dengan Firman Allah SWT (Q.S. An-am: 99) yang berbunyi:


[99 : ]
Terjemahnya:
Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam
tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari

tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai,
dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. [Al-An'aam:99]

Pada ayat diatas telah memberikan kita penjelasan bahwa Tumbuh-tumbuhan itu
merupakan kekuasaan Allah SWT yang memiliki berbagai manfaat bagi seluruh makhluk hidup
didunia yang dimana tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan air hujan yang diturunkan Allah SWT ke
bumi sebagai bentuk kekuasaan-Nya.
BAB III
METODE PRAKTEK LAPANG

A. Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat praktek lapang ini dilakukan pada tanggal 22 Desember 2012
bertempat di PT. Berdikari United Livestock Desa Bila, kec. Pituriase kab. Sidenreng Rappang,
prov. Sulawesi Selatan.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan faktor penting hal ini berkaitan dengan
bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Metode
pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data.
Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya. Adapun tiga teknik pengumpulan
data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya. Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Wawancara
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab
langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah dengan metode angket
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peternak yang ada di lokasi, selain dengan
metode angket, kami juga melakukan metode observasi dengan melihat secara langsung dan
merekam segala kejadian di lapangan dan metode wawancara juga dilakukan dalam pembuatan
laporan ini yaitu dengan bertatap langsung dengan peternak dan memberikan sejumlah
pertanyaan. Dalam hal ini yang diteliti adalah breeding ternak dan hijauan, feeding dan
manejemen pengolahan perkandangan, pemeliharaan ternak, tata laksana ladang, sistem
pemeliharaan manejemen hijauan makanan ternak dan pengolahan pakan ternak.
C. Pengolahan Data
1. Breeding
a. Ternak
Proses breeding ternak pada perusahaan ini melalui usaha pengadaan sapi dengan
adanya kelahiran ternak berdasarkan pengelompokan perkawinan maupun pengadaan sapi
melalui usaha pembelian dari luar perusahaan. Teknologi pembibitan sapi yang diterapkan cukup
maju antara lain teknologi IB (Inseminasi Buatan), sperma sexing dan embrio transfer dibawah
supervisi UNHAS dan

LIPI. PT. BULI juga memiliki holding ground sapi Bali berkapasitas 700 ekor.
b. Hijauan
Proses breeding hijauan pada perusaan ini melalui stek dan rade/ anakan. Bibit juga
didatangkan dari berbagai negara misalnya Rumput gajah Taiwan berasal dari negara Taiwan.

2. Feeding
Pemberian pakan (feeding) untuk ternak dilakukan setiap hari, baik itu pakan hijauan
maupun konsentrat dengan presentase 70% konsentrat dan 30% hijauan.
3. Manajemen Pengolahan
a. Manajemen Perkandangan
Manajemen perkandangan dengan sistem feedlot yaitu sistem dengan ternak
dikandangkan dan pakan diberikan dalam kandang tersebut.
b. Manajemen Pemeliharaan Ternak
Manajemen pemeliharaan ternak pada perusahaan ini menerapkan sebagian besar
adalah extensif rearing sistem, dimana ternak-ternak tersebut dilepas di dalam paddock
sepanjang tahun, akan tetapi ada sebagian kelas sapi dipelihara secara intensif (sapihan, jantan
muda, dan bull).
c.

Manajemen Tata Laksana Ladang


Manajemen tata laksana ladang pada perusahaan ini dengan menggunakan traktor

ataupun sapi yang dipakai mengelolah ladang.


d. Manajemen Hijauan Makanan Ternak
Manajemen hijauan makanan ternak dengan pengembang-biakan menggunakan anakan
e.

dan stek.
Manajemen Pengolahan Pakan Ternak
Manajemen pengelolahan hijuan makanan ternak yaitu pakan hijauan diberikan ini
terlebih dahulu dicincang dengan menggunakan mesin pencincang rumput (chopper) sedangkan
pakan konsentrat diberikan pada bak-bak penampungan pakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Gambaran Umum PT. Berdikari United Livestock


PT. Berdikari United Livestock merupakan salah satu perusahaan BUMN yang
bergerak di bidang peternakan sapi yang berada di daerah Sidrap . PT Berdikari United Livestock
(BULI) berdiri sejak tahun 1971. Berlokasi di desa Bila, kabupaten Sidenreng Rappang, provinsi
Sulawesi Selatan, perbatasan dengan kota Pare-pare, disamping aliran sungai Bila, sehingga
warga sekitar lebih mengenal PT. BULI ini dengan nama Bila River Ranch (BRR). Peternakan
ini merupakan peternakan dengan sistem ranch terbesar di Asia Tenggara (Anonim, 2010).
Lahan peternakan seluas 6620 Ha, terdapat 5660 ekor sapi Brahman (ex Australia) yang
sehat dan telah beraklimatisasi dengan kondisi setempat memliki cita-cita yang begitu besar yaitu
menjadi pengekspor sapi. Dengan jumlah populasi sapi sebanyak 12.000 ekor PT. BULI tentu
menjadi tempat yang sangat baik untuk mendalami hal-hal yang berkaitan dengan hewan besar
(sapi). Peternakan sapi dilakukan secara semi intensif, perpaduan sistem perkandangan dan
sistem ranch. Teknologi pembibitan sapi yang diterapkan cukup maju antara lain teknologi IB
(Inseminasi Buatan), sperma sexing dan embrio transfer dibawah supervisi UNHAS dan LIPI.
Setiap hari PT. BULI mengeluarkan sapi bibit maupun sapi potong sejumlah 70-80 ekor. PT.
BULI juga memiliki holding ground sapi Bali berkapasitas 700 ekor yang berlokasi 11 km dari
lokasi ranch untuk memenuhi permintaan sapi Bali dari pemerintah maupun masyarakat
(Anonim, 2011).
Saat ini Berdikari telah memiliki lahan peternakan seluas 6.620 hektare (ha), dengan
populasi sapi sebanyak 5.660 ekor. Sapi-sapi tersebut berada di Sidenreng Rapang (Sidrap),

Sulawesi Selatan. PT Berdikari United Livestock Indonesia (BULI) terus meningkatkan


investasi di sektor peternakan sapi pada tahun ini. Untuk meningkatkan produktivitas bibit sapi,
BUMN khusus peternakan ini telah membeli lahan di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur
(NTT) dan Sumatera untuk menambah populasi sapi sebanyak 50.000 (Anonim, 2009).
Perusahaan ini mentargetkan peningkatan populasi sapi lebih banyak di perkirakan
100.000 ekor, maka lahan baru Berdikari tersebut akan menambah luas kepemilikan lahan
perusahaan. Perusahaan ini akan menggenjot produksi sapi karena populasi sapi lokal masih
belum mencukupi kebutuhan konsumsi. Dimana pemerintah telah menurunkan kuota impor sapi
bakalan dan daging sapi beku tahun ini, ini merupakan peluang pasar tersendiri dan mengurangi
ketergantungan impor sapi (Anonim, 2009).
Dibutuhkan dana sekitar Rp 3 juta per ekor untuk membangun kandang. Perusahaan
juga harus mengeluarkan dana Rp 10 juta sampai Rp 15 juta per ekor untuk membeli bibit sapi
bakalan. Selain sapi lokal, Berdikari juga memenuhi kebutuhan bibit sapi dari impor (Anonim,
2010).
Berdikari adalah perusahaan pelat merah yang juga memiliki bisnis perdagangan
insektisida, herbisida, fumigasi atau peptisida, pupuk hingga aspal. Selama ini trading dan
logistik menjadi penyumbang terbesar hingga 60%-70% pada bisnis perusahaan ini. Selain sapi,
Berdikari juga berencana meningkatkan produksi jagung di lahan yang kini ditanami kapas
(Anonim, 2009).
B. Pembahasan
1. Breeding
a. Ternak
Proses breeding ternak pada perusahaan ini melalui usaha pengadaan sapi dengan
adanya kelahiran ternak berdasarkan pengelompokan perkawinan maupun pengadaan sapi

melalui usaha pembelian dari luar perusahaan. Pengadaan sapi melalui pengelompokan
perkawinan dapat dilakukan dengan mengusahakan kelahiran ternak dari induk-induk ternak
yang sudah diseleksi untuk dijadikan sebagai induk sapi yang berpeluang besar melahirkan anak
sesuai yang diharapkan. Dari ternak yang susah diseleksi tersebut, kemudian dilepaskan ke lokasi
pengembalaan dengan menggunakan dua sistem pengelompokan perkawinan yaitu kelompok
perkawinan bila special breed, dari hasil perkawinan ini menghasilkan bibit unggul yang diberi
nama Bila Special Breed atau lebih dikenal dengan istilah Bis Breed. Teknologi pembibitan
sapi yang diterapkan cukup maju antara lain teknologi IB (Inseminasi Buatan),
sperma sexing dan embrio transfer dibawah supervisi UNHAS dan LIPI. PT. BULI juga
memiliki holding ground sapi Bali berkapasitas 700 ekor.
Kelompok perkawinan komersil, kelompok ini dikatakan kelompok perkawinan special
karena dari hasil perkawinan sapi yang pertumbuhannya cepat dengan kualitas daging yang
tinggi, pada kelompok perkawinan ini dipilih sapi jenis: bali dara (peranakan onggole)
dikawinkan dengan pejatan bali gundul (tidak bertanduk), induk onggole (SO, PO) dikawinkan
dengan sapi pejantan onggole (SO) dan induk BX dikawinkan dengan onggole (SO). Jenis sapi
yang dihasilkan dari kelompok perkawinan ini diberi nama Komersil Bila Cross atau yang
lebih dikenal dengan istilah Kalbi Cross.
Agar persediaan ternak sapi potong tetap stabil, maka pihak perusahaan juga
mengusahakan pengadaan sapi melalui usaha pembelian dari luar perusahaan. Pembelian sapi
yang dilakukan perusahaan selama ini pada umumnya berasal dari petani dan perusahaanperusahaan lain disekitar lokasi perusahaan dan dari daerah-daerah lain seperti Wajo, Luwu,
Enrekang, Bone, dan Pinrang.
b. Hijauan

Proses breeding hijauan pada perusaan ini melalui stek dan rade/ anakan. Pada
perusahaan ini dikembangbiakan sekitar 4-5 jenis hijauan diantaranya rumput gajah (Pennisetum
Purpureum), rumput gajah Taiwan (Pennisetum Purpureum),, rumput benggala (Panicum
maximum), Sentro (Centrosema pubescens) dan Sorgum (Sorghum vulgare).
Bahan tanam untuk perbanyakan dapat digunakan stek, biji dan pols. Panen pertama
kurang lebih 60-80 hari atau 3 bulan sekali setelah tanam sedangkan panen berikutnya setiap 4045 hari sekali pada musim hujan dan 55-60 hari pada musim kemarau. Persiapan tanah dilakukan
dengan pembajakan dan penggaruan, kemudian dibuat guludan dan larikan untuk menanam
benih. Bahan tanam dari stek terdiri dari 3 buku dan ditanam pada guludan dengan 2 buku masuk
kedalam tanah sedangkan satu buku berada diatas permukaan tanah. Jarak antar satu pohon ke
pohon lain antara 7070 cm atau 70100 cm. Waktu penanaman yaitu permulaan musim hujan.
Rumput gajah umumnya dipanen dengan sistem potong kemudian dibawa ke kandang (cut and
carry), pemupukan yang lengkap dibutuhkan untuk mendapatkan produksi yang baik.
2. Feeding
Feeding merupakan pemberian pakan untuk ternak dimana pemberian pakan (feeding)
untuk ternak dilakukan dengan adlibitum setiap hari, baik itu pakan hijauan maupun konsentrat
dengan presentase 70% konsentrat dan 30% hijauan. Jenis hijauan yang biasa diberikan yaitu
rumput dan legume, pada perusahaan ini rumput yang paling banyak dikembangkan adalah
rumput gajah dan legum yang dikembangbiakkan adalah sentro (Centrosema pubescens). Pakan
hijauan yang diberikan meliputi rumput gajah, rumput alam maupun jerami padi, yang diberikan
pada pagi dan sore hari, setelah pakan konsentratnya diberikan. Karena letak kebun rumput yang
agak jauh diberi lokasi kandang penggemukan maka untuk mengangkut rumput tersebut
digunakan 2 unit traktor gandengan.

Pakan hijauan diberikan ini terlebih dahulu dicincang dengan menggunakan mesin
pencincang rumput (chopper). Pencincangan ini dimaksudkan untuk mempermudah perenggutan
sekaligus mengurangi hijauan yang terbuang saat perenggutan, sedangkan pakan konsentrat
diberikan pada bak-bak penampungan pakan.
Adapun pemberian air pada sistem feedlot dilakukan setiap hari pada saat sanitasi
kandang yaitu pagi hari dan penambahan kembali pada sore hari untuk kebutuhan ternak pada
malam hari.
3. Manajemen Pengolahan
a. Manajemen Perkandangan
Manajemen perkandangan dengan sistem feedlot yaitu sistem dengan ternak
dikandangkan dan pakan diberikan dalam kandang tersebut. Pada unit penggemukan Bila River
Ranch memiliki 8 unit kandang penggemukan yang masing-masing dinamakan kandang A, B, C,
D, F, G, H. masing-masing kadang dibagi menjadi 10 petak. Setiap petak kandang yang luasnya
24 m2 (4m x 6m) dapat menampung 20 ekor sapi muda atau 10 ekor sapi dewasa.
Sapi-sapi yang digemukkan pada unit Bila Ranch River terdiri dari dua fase yaitu fase
starter dan fase growser. Sapi yang tergolong pada fase strarter yaitu sapi dengan berat 100
175 kg, sedangkan sapi yang tergolong sapi growser yaitu sapi dengan berat 176 250 kg.
Pembersihan kandang yang dilakukan meliputi pembersihan lantai kandang, tempat
makanan dan bak air minum dari sisa-sisa makanan, karena hal tersebut dapat menyebabkan
terkontaminasinya makanan dengan bakteri atau kuman yang dapat membawa bibit penyakit.
Pembersihan lantai kandang dari kotoran ternak dilakukan dengan cara menyiramkan air
kemudian didorong ke saluran pembuangan yang ada di dalam kandang untuk kemudian
diteruskan oleh aliran air ke tempat pembuangan yang ada dibelakang kandang.
b. Manajemen Pemeliharaan Ternak

Manajemen pemeliharaan ternak pada perusahaan ini menerapkan sebagian besar adalah
extensif rearing sistem, dimana ternak-ternak tersebut dilepas di dalam paddock sepanjang tahun,
akan tetapi ada sebagian kelas sapi dipelihara secara intensif (sapihan, jantan muda, dan bull).
Sistem ini bertujuan untuk mempercepat perbaikan kondisi tubuh induk sapi.
Masalah kesehatan sapi yang digemukkan juga merupakan masalah yang sangat
diperhatikan oleh manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena kesehatan ternak
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha penggemukan. Ternak sapi
yang kesehatannya terganggu akan menyebabkan menurunnya kemampuan ternak tersebut
mengkonsumsi pakan, sehingga proses penggemukan sapi akan terhambat.
Sapi-sapi di perusahaan senantiasa dijaga kesehatannya dengan memperhatikan higien
sapi, lingkungan serta tindakan pencegahan penyakit berupa pemberian obat cacing melalui
mulut, mandi obat (dipping), injeksi vitamin B kompleks dan injeksi teerramcyn.
Untuk mengantisipasi terjadinya masalah jika ternak sakit tidak diketahui oleh pekerja,
maka dilakukan pengontrolan rutin. Pengontrolan terhadap kondisi ternak yang ada dalam
kandang dilakukan setiap hari yaitu pada saat pemberian pakan dan setelah pemberian pakan.
c.

Manajemen Hijauan Makanan Ternak


Manajemen hijauan makanan ternak dengan pengembang-biakan menggunakan anakan
dan stek. Pengadaan pakan hijauan untuk kebutuhan unit penggemukan pada perusahaan ini
tidak merupakan kendala, karena perusahaan juga mengelola unit pasture. Sebagian besar lahan
pasture ditanami rumput gajah sebagai sumber pakan hijauan dan untuk mencukupi kebutuhan
pakan, juga ditanami jenis rumput alam yang dikombinasikan dengan legum yang dapat
dijadikan pakan ternak.

Penyediaan pakan hijauan untuk ternak yang digemukkan dengan sistem feedlot pada
perusahaan dilakukan setiap hari. Karena letak kebun rumput yang agak jauh diberi lokasi
kandang penggemukan maka untuk mengangkut rumput tersebut digunakan 2 unit traktor
gandengan. Rumput yang telah dipotong diangkut ke lokasi penggemukan untuk kemudian
dicincang dengan menggunakan mesin pemotong rumput sebelum diberikan kepada ternak.
Pada usaha penggemukan sapi, ketersediaan pakan hijauan yang melimpah belum dapat
menjamin keberhasilan usaha penggemukan. Hal ini disebabkan karena pakan hijauan tidak
dapat mensuplai seluruh zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak. Oleh karena itu, ternak
yang dipelihara untuk tujuan pengemukan perlu diberikan pakan non-hijauan atau pakan
penguat. Disamping karena kandungan proteinnyaa lebih tinggi, pakan penguat juga memberikan
pertambahan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan.
d. Manajemen Pengolahan Pakan Ternak
Manajemen pengelolahan hijuan makanan ternak yaitu pakan hijauan diberikan ini
terlebih dahulu dicincang dengan menggunakan mesin pencincang rumput (chopper) sedangkan
pakan konsentrat diberikan pada bak-bak penampungan pakan. Ternak yang dipelihara untuk
tujuan pengemukan perlu diberikan pakan non-hijauan atau pakan penguat. Disamping karena
kandungan proteinnyaa lebih tinggi, pakan penguat juga memberikan pertambahan berat badan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan, atas dasar inilah sehingga penggunaan pakan
penguat (konsentrat) pada perusahaan ini mendapat perhatian yang cukup besar oleh pihak
manajemen.
Adapun jenis bahan pakan non-hijauan yang biasa digunakan sebagai pakan konsentrat
pada PT. Berdikari United Livestock yaitu dedak padi, pollard, kapur, urea, garam, vetamax, dan

tetes. Pengadaan pakan konsentrat dilakukan dengan cara membeli langsung pada tempat
produksi pakan jenis non-hijauan.
Dedak padi sebagai bahan pakan yang paling banyak digunakan dalam konsentrat
diperoleh dari daerah-daerah di Sulawesi Selatan, tetapi terbanyak diperoleh dari daerah
Bulukumba. Pembelian bahan pakan konsentrat dilakukan secara berkala (perbulan) dengan tetap
memperhatikan ketersediaan dan harga bahan pakan melimpah, pembelian terus dilakukan
karena harga pada saat-saat seperti itu relatif murah. Dan untuk menjaga kualitas bahan pakan
agar tidak mengalami penurunan selama masa penyimpanan, perusahaan menyediakan unit Feed
Mill sebagai tempat bahan pakan yang sekaligus berfungsi sebagai termpat pengelolaan bahan
pakan tersebut.
Sebelum diberikan kepada ternak, bahan pakan tersebut perlu diolah terlebih dahulu.
Sistem pengolahan yang dilakukan adalah dengan mencampur beberapa jenis bahan pakan non
hijauan untuk menghasilkan konsentrat. Sejumlah bahan pakan yang telah disiapkan sebelumnya
dicampur sedikit demi sedikit sampai tercampur seluruhnya menjadi campuran yang homogen.
Jumlah bahan pakan yang dicampur sejumlah 3 ton untuk masing-masing fase. Adapun
komposisi masing-masing jenis bahan pakan yang akan dicampur menjadi pakan konsentrat
tergantung pada jenis bahan pakan yang tersedia dan status ternak.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktek lapang ini adalah bibit ternak (breeding) berasal dari
Australia yang menggunakan teknologi IB (Inseminasi Buatan), sperma sexing dan embrio
transfer dibawah supervisi UNHAS dan LIPI. PT. BULI juga memiliki holding ground sapi
Bali berkapasitas 700 ekor dan bibit hijauan berasal dari daerah Taiwan. Proses feeding diberikan
didalam kandang yang sebelumnya dicincang menggunakan mesin potong. Manajemen
pengolahan mulai dari perkandangan yang menggunakan ekstensif rearing system, tata laksana
ladang dengan menggunakan traktor dalam mengelola ladang, hijauan makanan ternak dengan
menggunakan sistem anakan dan stek, serta manejemen pengolahan hijauan makanan ternak
dengan pemberian hijauan dan konsentrat dengan presentase 70% x 30%. Tahap-tahap proses
tata laksana ladang yang baik meliputi land-clearing, pembajakan dan penggaruan. Sistem
pemeliharaan pakan diantaranya dengan cara pemberantasan siangan (weeds), pendangiran dan
pemupukan ulangan, sedangkan proses pengolahan pakan yang diberikan ini terlebih dahulu
dicincang dengan menggunakan mesin pencincang rumput (chopper) sedangkan pakan
konsentrat diberikan pada bak-bak penampungan pakan.

B. Saran
Adapun saran pada praktek lapang ini adalah sebaiknya waktu yang digunakan dalam
pengambilan data diperpanjang agar dapat mengetahui lebih banyak pengetahuan dari lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. 1983.
Anonim. Perusahaan Buli Berdikari. http://buliberdikari2009.com/. 2009. diakses pada tanggal 24
Desember 2012.
______. Beralih ke Sapi. http://Sapi2010.wordpress.com/. 2010. Diakses pada tanggal 24 Desember
2012.
______. Hijauan Pakan Ternak. http://ilmuternakkita.blogspot.com/. 2010. Diakses pada tanggal 25
Desember 2012.
______. Sidrap. http://www.sidrap.go.id. 2011. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013.
______. Livestock. http://livestock.com/. 2011. Diakses pada tanggal 24 Desember 2012.
Akoso, B.T. Kesehatan Sapi. Yogyakarta: Kanisius. 1996.
Apik. Jenis Pakan Ternak http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/ . 2011. Diakses pada tanggal
25 Desember 2012.
Edo. Hijauan Makanan Ternak. http://ediskoe.blogspot.com/?expref=next-blog. 2012. Diakses pada
tanggal 24 Desember 2012.
Indoagro. Hijauan Pakan Ternak. http://indoagrow.wordpress.com/. 2011. Diakses pada tanggal 25
Desember 2012.
Kanisius, A. A. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta: Erlangga. 1983.
Kartadisastra, H.R. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba,
Kambing). Yogyakarta: Kanisius. 1997.
Perpres

No. 6 Tahun 2011. Kabupaten Sidrap. http://www.djpk.depkeu.go.id/ regulation/


27/tahun/2011/bulan/ 02/tanggal/17/id/590/. 2011. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013.

Pratomo, B. Cara Menyusun Ransum Ternak. Yogyakarta: Poultry Indonesia 1986.


Reksohadiprodjo, S. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropic. Edisi Kedua. Yogyakarta:
BPFE. Universitas Gadjah Mada. 1985.
Siregar, S.B. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. 1994.

Sumarno, B. Penuntun Hijauan Makanan Ternak. Jawa Tengah: Inspektorat/ Dinas Peternakan Jawa
Tengah. 1998.
Suyitman, dkk. Agrostologi. Padang: Fakultas Peternakan Universitas Andalas. 2003.
Tillman, A.D., Hartadi, H. Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo, S. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1991.

Diposkan oleh Adik Diniarsih di 17.23


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

My Arsip

2013 (3)
o Januari (3)

LAPORAN ILMU TERNAK RUMINANSIA

LAPORAN ILMU HIJAUAN PAKAN TERNAK DAN TATA


LAKSANA...

LAPORAN ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK

About me

Adik Diniarsih
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

S-ar putea să vă placă și