Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1.Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa
darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia.
DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu:
diabetes mellitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang
telah terjadi sebelum hamil yang dinamankan DM pragstasi. Diabetes mellitus merupakan
ganguan sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi
insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler.
(Bobak. Lowdermilk, Jensen.2004. Edisi 4 hal 699)
Diabetes Pragestasi
Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes mellitus kemudian hamil.
Mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan. mereka dengan komolikasi
berat, khususnya retinopati, nefropati dan hipertensi. Ada 4 hal penting mengapa diabetes
gestasi perlu ditegakkan diagnosisnya.Diabetes Pragestasi Adalah diabetes yang terjadi
sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil. Diabetes pragestasi dapat berupa
diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tipe II (tidak tergantung insulin), yang mungkin
disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetic
lainnya. Kondisi diabetogenik kehamilan pada sistem metabolic yang terganggu selama masa
pragestasi memiliki implikasi yang signifikan. Adapun hormone yang normal terhadap
kehamilan mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetic pragestasi. Kehamilan juga
dapat mempercepat kemajuan komplikasi vaskuler diabetes. Selama trimester pertama,
sementara kadar glukosa darah maternal dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin
terhadap glukosa meningkat, kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk klien diabetic
yang terkontrol baik perlu disesuaikan untuk menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia
tidak umum terjadi pada klien diabetic tipe 1 selama awal kehamilan (Mayer, palmer, 1990)
DIABETES MEILITUS PADA MASA KEHAMILAN
Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang berisiko tinggi,
oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk mencapai hasil akhir
yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada wanita diabetik yang
sedang hamil harus memahami respon fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan
metabolisme akibat diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi implikasi psikososial
kehamilan diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam
perencanaan pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.
Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil
kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. dianggap diabetes mellitus (jadi bukan
gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini,
kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester
kedua atau ketiga. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan
apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar
glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi
glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan
secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Diabetes melitus gestational adalah keadaan
intoleransi karbohidrat dari seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang
hamil. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan
karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa.
Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai unmasked atau baru
ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat
keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat
abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi
10 kali dari normal.
Perubahan metabolic selama dan setelah masa kehamilan
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan
akan glukosa meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan
suplai glukosa yang adekuat dan konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal
ditransfer ke janin melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembusd plasenta.
Pada usia gentasi sepuluh minggu, janin meyekresi insulinnya sendiri dengan kadar yang
adekutat, yang memungkinnya menggunankan glukosa yang diperoleh dari ibu.
Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat dibawah kadar
glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan
progesterone, pancreas meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan
glukosa. Pada saat yang sama, penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga
menurunkan kadar glukosa ibu. Selain itu, trimester pertama juga ditandai dengan nausea,
vomitus, dan penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin menurun dan
selama tri mester kedua dan ketiga peningkatan kadar laktogen plasental human, estrogen,
progesterone, kortisol,prolaktin, dan insulin meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya
sebagai suatu antagonis. Resistansi insulin merupakan suatu mekanisme penghematan
glukosa yang memastikan suplai glukosa yang berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan
insulin meningkat sejak trimester ke 2. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-4 kali lipat pada
kehamilan cukup bulan.
Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar
hormone plasenta, kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat
kembali peka terhadap insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak
menyusui bayi, keseimbangan insulin karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali
dalam sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan sehinggu kebutuhan
insulin ibu yang menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan. Setelah penyapihan berakhir,
kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.
2. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :
Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus.
Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat
kecil.Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai
defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi
sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria
yakni karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses
oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses
pengeluaran insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan
kadar glukosa darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita
DM, ATP yang dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan
kadar ATP tersebut otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang
terkandung dalam ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas
yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormonhormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi
dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,
radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis
residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau waktu
bangun tidur dipagi hari) juga harus dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan
pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang
menyebabkan meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan
menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi
soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka
waktu 4 tahun kedepannya.
Wanita obesitas
ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur
kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan (gliousuria).
Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan
akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar
yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu,
diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama
mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup
aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal
sebagai sindrom yang disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai
sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat
genetik (genotip) diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami
intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip, tidak
memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau lebih stressor
atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah peningkatan usia, periode
perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas, infeksi, pembedahan, krisis
emosi dan tumor atau infeksi pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan)
intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada
pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa
ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar
gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama
dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan
plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan
diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia
ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu
tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang
menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi
dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
5. Klasifikasi
Kelas
Karakteristik
Intoleransi glukosa Toleransi glukosa abnormal
Implikasi
Diagnosis sebelum usia gestasi 30
hiperglikemia pascaprandial
makrosomia
Diabetes
kimiawi
dengan
usia berapapun
Terapi insulin yang dilakukan Sekresi
insulin
endogen
dapat
dan
begitu
juga
dengan
penatalaksanaannya
Awitan pada usia 10 sampai 20 Diabetes karena kurang
binsulin
insulin
Awitan sebelum usia 10 tahun Makrosomia
janin
20
atau
retardasi
intrauterine
dapat
Nefropati
diabetic
dengan proteinuria
masa
hamil.,
kemudian
pertumbuhan
intrauterine
umum
terjadi,
janin
angka
aktif
neo
vaskularisasi,
Komplikasi
Pada Perinatal :
a. Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG ) sangat tergantung dari keadaan
hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian di laporkan 3-5%.
Angka kejadian komplikasi BIDMG di Subbagian Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari
tahun 1994-1995 adalah 5/10.000 kelahiran.
b. Makrosomia Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada
semua usia kehamilan. Makrosomia mempertinggi terjadinya trauma lahir, sinhdrom
aspirasi mekoneum dan hipertensi pulmonal persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat
distosia bahu, sehingga dapat menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf
frenikus, bahkan kematian janin.
c. Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl) pada 24
jam pertama setelah lahir dan biasanya terjadi pada bayi makrosomia.
d. Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular akan memberikan
bayi dengan BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena
adanya perubahan metabolik ibu selama masa awal persalinan.
e. Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG. Cacat bawaan terjadi
paling banyak pada kehamilan dengan DMG yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan
pada trimester pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan kelainan
jantung (TAB, VSD, ASD), kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs
inversus, syndrome kolon kiri kecil), kelainan neurologi dan skelet. Kekerapan cacat
bawaan ringan lebih besar, mencapai sekitar 20%.
f. Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium
darahnya < 7 mg/dl (kalsium ion < 3 mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan
tingkat terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar
magnesium < 1,5 mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan
hipokalsemia.
g. Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada 20-25% BIDMG,
akibat pengrusakan eritrosit yang mungkin terjadi karena perubahan pada membran
eritrosit.
h. Polisitemia hematologis
i. Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG, mungkin disebabkan
oleh makrosomia, prematuritas, penyakit vaskulat ibu yang menyebabkan hipoksia
intrauterin atau pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea.
j. Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas neonatal berkolerasi
dengan tingkat pengendalin kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat
nafass jelas sekali menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali
baik. Sebagian lagi gawat nafas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi
surfaktan paru belum cukup atau bayi dilahirkan dengan sseksio sesarea.
Pada ibu :
a. Hipertensi Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami
tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan
resiko ibu untuk terkena preeclampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari
kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat
membahayakan ibu maupun sang buah hati.
b. Preeklampsia
Penatalaksanaan
Pengawasan sendiri kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan diabetes
Diet
Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama
terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar
glukosa darah, dan mencegahterjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah).
Penderita diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan rata-rata cukup
diberi diet 1200 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada wanita diabetes gestasional
dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari.Pada wanita dengan obesitas (Indeks
Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari
Pola makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari.
Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan
kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan)
2.
Olahraga
Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes
gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila
terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki
kadar glukosa darah
3.
Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang
sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau
dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999)
ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam
setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl
4.
Terapi Obstetrik
Pada penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui
diet saja,tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat melahirkan
secara normal dalam usia kehamilan 37 40 minggu selama tidak ada komplikasi lain.
Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan insulin , maka
sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 38 minggu terutama bila
kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia, preekalmpsia,atau kematian
janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan)atau operasi
Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami
diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah
melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.
I.
dan endometrium. Reaktivasi dapat terjadi beberapa tahun pasca infeksi primer
dan dimungkinkan adanya reinfeksi oleh jenis strain virus CMV yang berbeda.
B.Diagnosa
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan
tubuh lain. Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai
kadar puncak 3 6 bulan pasca infeksi dan bertahan sampai 1 2 tahun
kemudian. IgG meningkat secara cepat dan bertahan seumur hidup
Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :
1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan
saat infeksi yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang
persisten.
C. Dampak Terhadap Kehamilan
CMV adalah infeksi virus kongenital yang utama di US dan mengenai 0.5
2.5 % bayi lahir hidup. Infeksi plasenta dapat berlangsung dengan atau tanpa
infeksi terhadap janin dan infeksi pada neonatus dapat terjadi pada ibu yang
asimptomatik.
Resiko transmisi dari ibu ke janin konstan sepanjang masa kehamilan
dengan angka sebesar 40 50%.
10 20% neonatus yang terinfeksi memperlihatkan gejala-gejala :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
III.
IV.
Halitosis
Bibir kering
Lidah kotor berselaput putih dan pinggirannya hiperemesis
Perut agak kembung.
Mual
Splenomegali disertai nyeri pada perabaan
Pada permulaan umumnya terjadi diare
Kemudian menjadi obstipasi
b. Gangguan kesadaran:
15 kali permenit.
Penderita mulai cepat lelah, malas, sakit kepala, rasa tidak enak di
perut, nyeri seluruh tubuh, hal tersebut dirasakan antara 10-14 hari.
Kloramfenikol
Kotrimoksasol
Bila terjadi ikterus dan hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi
denganAmpisilin 100
b.Perawatan
1. Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan.
Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14
hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi
usus.
2. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan posisi
berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan
dekubitus
3. Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan
tidak banyak menimbulkan gas.
4. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
5. Obat terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis
selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak
serasi/alergi dapat diberikan golongan obat lain misalnya penisilin atau
kortimoksazol.
6. Pengobatan dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya
cukup manjur. Waktu ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi.
Walaupun kuman-kuman tifus abdominalis tidak di keluarkan melalui air
susu, namun sebaiknya penderita tidak menyusui bayinya karena keadaan
umum ibu biasanya tidak mengizinkan, dan karena kemungkinan penuluaran
oleh ibu melalui jalan lain tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan
indikasi bagi abortus buatan.
V.
D.Penanganan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan
wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala
icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan
dengan sedikit mengandung lemak tetapi tinggi protein dan karbohidrat.
Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru
diberikan bila terjadi penyulit. Hepatitis virus yang aktif dan cukup berat,
mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya
kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post
natal dengan dilakukan pemeriksaan trans aminase serum dan pemeriksaan
hepatitis virus anti gen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi
pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
E.Pengaruh Hepatitis pada Kehamilan
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejalagejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala
fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan
menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita
tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropic disertai
kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah
jatuh dalam acute hepatic necrosis Tampaknya gizi ibu hamil sangat
menentukan prognose.
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in
utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang
lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa
virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh
janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janinjanin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitis virus. Hasil autopsy
menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar
sampai suatu bentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya
mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim
1.
GONORRHOE
a.Pengertian
Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri
Neisseria Gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal yang tersusun
berpasangan. (Karwati, 2011:32).
b. Tipe: Bakterial
c. Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
d. Tanda dan gejala
1) Pada Pria
Gejala terlihat dalam waktu 2-10 hari setelah hubungan seksual dengan pasangan yang
terinfeksi, gejala-gejala tersebut, antara lain :
Uretritis
Rasa gatal, panas atau sakit di ujung meatus terutama sewaktu berkemih.
Gonore faring akibat kontak seksual urogenital umumnya asimtomatik tetapi kadangkadang pasien mengeluh nyeri tenggorokan
Infeksi rectum diperoleh melalui hubungan seksual anus pada homoseksual, sering
asimtomatik tetapi mungkin dijumpai gambaran proktitis (rabas anus,nyeri
perdarahan, tenesmus)
Sebagian besar (80%) dengan gonore non / complikata tidak memperlihatkan gejala,
namun beberapa mungkin mengeluh peningkatan rabas vagina dan disuria, eksudat
mukopurulen dari os serviks, Infeksi pada kelenjar pada uretra.
e. Komplikasi
1). Pada laki-laki dewasa
Hidronekrosis
Epididimi
Arthritis
Endokarditis bakteri
Meningitis
Konjungtivitis
Epididimorchitis
Uretritis
Prostatitis
bartholinitis
Vulvovaginitis
1). Gonore mempunyai dampak yang buruk terhadap kehamilan. Ibu hamil yang menderita
gonore dapat menularkan infeksi tersebut melalui plasenta. Dampak tersebut antara lain :
Preterm
Premature
Korioamnionitis
Septicemia
Meningitis
Vaginitis
Oftalmiagonorea
Pennisilline
cefriaxone ( untuk gonore tanpa komplikasi pada ibu hamil) IM 125 mg atau oral
cefixime (400 mg)
spectinomycin dengan eritromicyn (untuk wanita yang alergi terhadap penisilin atau
antibiotic beta-laktam) 2 gram/12jam.
Untuk gonore dengan endokarditis terapi selama 4 minggu dan untuk gonore
meningitis selama 10-14 hari
Karioamnitis ampisilin/seftriaxone
h. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi
adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat mengurangi
tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.