Sunteți pe pagina 1din 23

Penyakit Endoktrin (Diabetes Militus )

1.Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa
darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia.
DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu:
diabetes mellitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang
telah terjadi sebelum hamil yang dinamankan DM pragstasi. Diabetes mellitus merupakan
ganguan sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi
insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler.
(Bobak. Lowdermilk, Jensen.2004. Edisi 4 hal 699)
Diabetes Pragestasi
Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes mellitus kemudian hamil.
Mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan. mereka dengan komolikasi
berat, khususnya retinopati, nefropati dan hipertensi. Ada 4 hal penting mengapa diabetes
gestasi perlu ditegakkan diagnosisnya.Diabetes Pragestasi Adalah diabetes yang terjadi
sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil. Diabetes pragestasi dapat berupa
diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tipe II (tidak tergantung insulin), yang mungkin
disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetic
lainnya. Kondisi diabetogenik kehamilan pada sistem metabolic yang terganggu selama masa
pragestasi memiliki implikasi yang signifikan. Adapun hormone yang normal terhadap
kehamilan mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetic pragestasi. Kehamilan juga
dapat mempercepat kemajuan komplikasi vaskuler diabetes. Selama trimester pertama,
sementara kadar glukosa darah maternal dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin
terhadap glukosa meningkat, kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk klien diabetic
yang terkontrol baik perlu disesuaikan untuk menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia
tidak umum terjadi pada klien diabetic tipe 1 selama awal kehamilan (Mayer, palmer, 1990)
DIABETES MEILITUS PADA MASA KEHAMILAN
Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang berisiko tinggi,
oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk mencapai hasil akhir
yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada wanita diabetik yang

sedang hamil harus memahami respon fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan
metabolisme akibat diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi implikasi psikososial
kehamilan diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam
perencanaan pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.
Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil
kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. dianggap diabetes mellitus (jadi bukan
gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini,
kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester
kedua atau ketiga. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan
apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar
glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi
glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan
secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Diabetes melitus gestational adalah keadaan
intoleransi karbohidrat dari seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang
hamil. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan
karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa.
Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai unmasked atau baru
ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat
keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat
abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi
10 kali dari normal.
Perubahan metabolic selama dan setelah masa kehamilan
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan
akan glukosa meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan
suplai glukosa yang adekuat dan konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal
ditransfer ke janin melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembusd plasenta.
Pada usia gentasi sepuluh minggu, janin meyekresi insulinnya sendiri dengan kadar yang
adekutat, yang memungkinnya menggunankan glukosa yang diperoleh dari ibu.
Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat dibawah kadar
glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan
progesterone, pancreas meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan

glukosa. Pada saat yang sama, penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga
menurunkan kadar glukosa ibu. Selain itu, trimester pertama juga ditandai dengan nausea,
vomitus, dan penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin menurun dan
selama tri mester kedua dan ketiga peningkatan kadar laktogen plasental human, estrogen,
progesterone, kortisol,prolaktin, dan insulin meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya
sebagai suatu antagonis. Resistansi insulin merupakan suatu mekanisme penghematan
glukosa yang memastikan suplai glukosa yang berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan
insulin meningkat sejak trimester ke 2. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-4 kali lipat pada
kehamilan cukup bulan.
Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar
hormone plasenta, kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat
kembali peka terhadap insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak
menyusui bayi, keseimbangan insulin karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali
dalam sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan sehinggu kebutuhan
insulin ibu yang menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan. Setelah penyapihan berakhir,
kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.
2. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :

Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.

Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab

diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus.
Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat
kecil.Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai
defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi
sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria
yakni karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses
oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses
pengeluaran insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan
kadar glukosa darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita
DM, ATP yang dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan
kadar ATP tersebut otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang
terkandung dalam ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses

pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat


diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi
kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada
perkembangannya, terkadang para penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai akibat
menderita DM. Penyakit yang menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke like
episode. Hal itu telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini
terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka fungsi OXPHOS
akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin berat. Prevalensi mutasi tersebut biasanya
akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu menderita penyakit penyerta tadi.

Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga Kekurangan produksi insulin

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas
yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormonhormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi
dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.

Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.

Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,

radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis
residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau waktu
bangun tidur dipagi hari) juga harus dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan
pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang
menyebabkan meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan
menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi
soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka
waktu 4 tahun kedepannya.

Wanita obesitas

Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas


menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan
kelelahan dan jebol sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM.
Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan
menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.

3. Tanda dan gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis
yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang
dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan.
4. Patofisiologi
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah)
diakibatkan karena Produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif pada tingkat seluler. Insulin insulin yang diproduksi sel sel beta pulau langerhans di
prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel apabila insulin tidak cukup /
tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel ke
dalam sisitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya

ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur
kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan (gliousuria).
Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan
akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar
yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu,
diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama
mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup
aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal
sebagai sindrom yang disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai
sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat
genetik (genotip) diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami
intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip, tidak
memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau lebih stressor
atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah peningkatan usia, periode
perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas, infeksi, pembedahan, krisis
emosi dan tumor atau infeksi pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan)
intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada
pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa
ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar
gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama
dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan
plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan
diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia
ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu
tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang
menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi
dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
5. Klasifikasi
Kelas
Karakteristik
Intoleransi glukosa Toleransi glukosa abnormal

Implikasi
Diagnosis sebelum usia gestasi 30

pada masa hamil selama masa hamil;

minggu penting untuk mencegah

hiperglikemia pascaprandial

makrosomia

selama masa hamil

Tangani dengan diet kalori yang


adekuat untuk mencegah penurunan
berat badan ibu.
Sasaran yang dicapai : glukosa darah
pasccaprandial <130 mg/dl 1 jam
setelah makan atau < 105 mg/dl 2 jam
setelah makan. Apabila insulin
dibutuhkan, tangani seperti

Diabetes

kimiawi

penanganan kelas B dan C


yang Penatalaksanaan
sama

dengan

didiagnosis sebelum masa hamil: penanganan intoleransi glukosa pada


diatasi hanya melalui upaya diet; kehamilan
awitan dapat terjadi terjadi pada
B

usia berapapun
Terapi insulin yang dilakukan Sekresi

insulin

endogen

dapat

sebelum Masa hamil; awitan menetap, resiko pada neonates dan


pada usia 20 tahun atau lebih; janin sama dengan resiko pada kelas C
durasi kurang 10 tahun
C

dan

begitu

juga

dengan

penatalaksanaannya
Awitan pada usia 10 sampai 20 Diabetes karena kurang

binsulin

tahun, atau durasi 10 sampai 20 dengan awitan pada masa kanak


tahun. Diabetes karena kurang kanak.
D

insulin
Awitan sebelum usia 10 tahun Makrosomia

janin

samapai 20 tahun atau durasi 10 pertumbuhan


sampai

20

atau

retardasi

intrauterine

dapat

tahun terjadi, mikroaneurisme retina, dothemoragi, dan eksudat meningkat


selama

Nefropati

diabetic

dengan proteinuria

masa

hamil.,

kemudian

menurun setelah melahirkan


disertai Anemi dan hipertensi umum terjadi,
proteinuria meningkat pada trimester
ke 3, menurun setelah melahirkan.
Retardasi

pertumbuhan

intrauterine

umum

terjadi,

janin
angka

kelangsungan hidup perinatal sekitar


85%. Apabila berada dibawah kondisi
H
R

Penyakit Arteri koroner


Retinopati proliferative

optimal, tirah baring dibutuhkan


Resiko maternal yang serius
Neovaskularisasi
disertai
resiko
hemoragi vitreus atau retina tanggal,
foto koagulasi laser bermanfaat aborsi
biasanya tidak dibutuhkan, disertai
proses

aktif

neo

vaskularisasi,

mencegah usaha mengedan


6.

Komplikasi
Pada Perinatal :
a. Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG ) sangat tergantung dari keadaan
hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian di laporkan 3-5%.
Angka kejadian komplikasi BIDMG di Subbagian Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari
tahun 1994-1995 adalah 5/10.000 kelahiran.
b. Makrosomia Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada
semua usia kehamilan. Makrosomia mempertinggi terjadinya trauma lahir, sinhdrom
aspirasi mekoneum dan hipertensi pulmonal persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat

distosia bahu, sehingga dapat menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf
frenikus, bahkan kematian janin.
c. Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl) pada 24
jam pertama setelah lahir dan biasanya terjadi pada bayi makrosomia.
d. Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular akan memberikan
bayi dengan BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena
adanya perubahan metabolik ibu selama masa awal persalinan.
e. Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG. Cacat bawaan terjadi
paling banyak pada kehamilan dengan DMG yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan
pada trimester pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan kelainan
jantung (TAB, VSD, ASD), kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs
inversus, syndrome kolon kiri kecil), kelainan neurologi dan skelet. Kekerapan cacat
bawaan ringan lebih besar, mencapai sekitar 20%.
f. Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium
darahnya < 7 mg/dl (kalsium ion < 3 mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan
tingkat terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar
magnesium < 1,5 mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan
hipokalsemia.
g. Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada 20-25% BIDMG,
akibat pengrusakan eritrosit yang mungkin terjadi karena perubahan pada membran
eritrosit.
h. Polisitemia hematologis
i. Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG, mungkin disebabkan
oleh makrosomia, prematuritas, penyakit vaskulat ibu yang menyebabkan hipoksia
intrauterin atau pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea.
j. Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas neonatal berkolerasi
dengan tingkat pengendalin kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat
nafass jelas sekali menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali
baik. Sebagian lagi gawat nafas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi
surfaktan paru belum cukup atau bayi dilahirkan dengan sseksio sesarea.
Pada ibu :
a. Hipertensi Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami
tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan
resiko ibu untuk terkena preeclampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari
kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat
membahayakan ibu maupun sang buah hati.
b. Preeklampsia

c. Peningkatan resiko operasi Caesar


7.

Penatalaksanaan
Pengawasan sendiri kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan diabetes

dalam kehamilan.Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi glukosa yang


tinggi yang dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian janin. Selain
monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah :
1.

Diet
Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama

terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar
glukosa darah, dan mencegahterjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah).
Penderita diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan rata-rata cukup
diberi diet 1200 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada wanita diabetes gestasional
dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari.Pada wanita dengan obesitas (Indeks
Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari
Pola makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari.
Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan
kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan)
2.
Olahraga
Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes
gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila
terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki
kadar glukosa darah
3.
Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang
sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau
dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999)
ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam
setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl
4.
Terapi Obstetrik
Pada penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui
diet saja,tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat melahirkan
secara normal dalam usia kehamilan 37 40 minggu selama tidak ada komplikasi lain.
Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan insulin , maka

sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 38 minggu terutama bila
kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia, preekalmpsia,atau kematian
janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan)atau operasi
Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami
diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah
melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.

I.

Penyakit Herpes pada Kehamilan


A.Definisi
Herpes berasal dari bahasa yunani yang artinya merayap. Penyakit herpes
disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks (HSV). Virus ini memiliki karakteristik
bergerak dari satu saraf kecil ke saraf kecil dengan cara merayap.
Pergerakannya akan berakhir ketika virus-virus tersebut sampai di kumpulan
saraf.
Herpes masuk dalam kelompok penyakit TORCH. TORCH merupakan
sebutan atau akronim dari kelompok penyakit yang dapat menyebabkan
gangguan pada perkembangan janin, terdiri dari:
1. Toxoplasmosis
2. Other (seperti syphilis, varicella, mumps, parvovirus dan HIV)
3. Rubella
4. Cytomegalovirus
5. Herpes simpleks
B.Tipe Herpes
HSV-1 menyerang mulut dan bibir, berupa cold sore yakni semacam lepuhanlepuhan kecil yang kadang nampak seperti jerawat dengan warna kemerahan.
Herpes tipe ini bisa ditularkan dari organ genital ke mulut melalui hubungan
seks oral (lewat mulut).
HSV-2 menyerang organ genital. Penularannya juga terjadi terjadi lewat
kontak kulit antar organ genital maupun dari organ genital ke mulut melalui seks
oral. Penularan ini karena dalam seks oral maupun intercourse (memasukkan
Mr. P ke Mrs. V) terjadi pertukaran cairan.
C. Penyakit herpes genitalis
Gejala herpes berbeda antara satu penderita dengan yang lainnya. Pasalnya,
penyakit ini tidak selalu terekspresi, dalam artian adakalanya virus aktif
adakalanya tidak. Seseorang yang pernah terinfeksi umumnya tubuh akan
selamanya menyimpan virus ini dan sewaktu-waktu bisa saja kambuh.

Gejala herpes genitalis sebagaimana dilansir mayoclinic.com:


1. Gejala herpes genital pada pria akan muncul gelembung kecil sepertu bisul
yang kemudian pecah lalu menjadi koreng. Luka tersebut muncul di organ
genital dan sekitarnya seperti penis, skortum, paha, anus, pantat, kandung
kemih, hingga saluran kencing.
2. Gejala herpes genital pada wanita akan muncul bentuk luka sama seperti
pada pria. Pada wanita juga menyerang organ genital dan sekitarnya seperti
vagina, pantat, paha, anus, hingga leher rahim.
D. Pengaruh virus herpes pada kehamilan dan cara aman melahirkan
Ibu hamil yang terinfeksi virus herpes pada minggu-minggu awal bisa
mengalami keguguran. Pun misalkan tidak sampai terjadi keguguran dan bayi
bisa diselamatkan, umumnya tetap berbahaya bagi janin karena infeksi virus
herpes dapat menyebabkan cacat sistem syaraf dan penglihatan.
Jika ibu terinfeksi HSV-2 di bulan-bulan akhir kehamilan, meski janin
diketahui sehat, baiknya hindari melahirkan secara normal. Sebagaimana
dijelaskan bahwa HSV-2 menyerang organ genital. Saat bayi lahir secara
normal, kulit bayi bersinggungan dengan kulit vagina ibu sehingga beresiko
tertular herpes.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melahirkan dengan operasi sesar
sehingga bayi tidak perlu bersentuhan dengan organ genital ibu yang sudah
terinfeksi.
II.

Penyakit CMV Dalam Kehamilan


A.Definisi
CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus Herpes
sehingga memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui berbagai cara
tranfusi darah, transplantasi organ , kontak seksual, air susu , air seni dan air liur
; transplansental atau kontak langsung saat janin melewati jalan lahir pada
persalinan pervaginam. Ekskresi virus dapat berlangsung berbulan bulan dan
virus mengadakan periode laten dalam limfosit, kelenjar air liur, tubulus renalis

dan endometrium. Reaktivasi dapat terjadi beberapa tahun pasca infeksi primer
dan dimungkinkan adanya reinfeksi oleh jenis strain virus CMV yang berbeda.

B.Diagnosa
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan
tubuh lain. Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai
kadar puncak 3 6 bulan pasca infeksi dan bertahan sampai 1 2 tahun
kemudian. IgG meningkat secara cepat dan bertahan seumur hidup
Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :
1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan
saat infeksi yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang
persisten.
C. Dampak Terhadap Kehamilan
CMV adalah infeksi virus kongenital yang utama di US dan mengenai 0.5
2.5 % bayi lahir hidup. Infeksi plasenta dapat berlangsung dengan atau tanpa
infeksi terhadap janin dan infeksi pada neonatus dapat terjadi pada ibu yang
asimptomatik.
Resiko transmisi dari ibu ke janin konstan sepanjang masa kehamilan
dengan angka sebesar 40 50%.
10 20% neonatus yang terinfeksi memperlihatkan gejala-gejala :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Hidrop non imune


PJT simetrik
Korioretinitis
Mikrosepali
Kalsifikasi serebral
Hepatosplenomegali
Hidrosepalus

80 90% tidak menunjukkan gejala namun kelak dikemudian hari dapat


menunjukkan gejala :
1. Retardasi mental
2. Gangguan visual
3. Gangguan perkembangan psikomotor

Seberapa besar kerusakan janin tidak tergantung saat kapan infeksi


menyerang janin.
D.Pencegahan
1. Memberikan penerangan cara hidup yang higienis, menjauhi kontak dengan
cairan yang dikeluarkan oleh penderita CMV : urine, saliva, semen dlsb.
2. Bagi ibu, terutama yang melahirkan bayi prematur untuk berhati-hati dalam
memberikan ASI. Bayi prematur imunitasnya masih rendah. ASI yang
mengandung virus CMV, didinginkan sampai 20oC selama beberapa hari

III.

dapat menghilangkan virus. Cara lain pasteurisasi cepat.


3. Hati-hati pada transfusi, darah harus dari donor sero-negatif.
4. Vaksinasi mempunyai harapan dimasa datang .
Penyakit Toxoplasmasis pada Kehamilan
A.Definisi
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik.
Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS,
pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah
abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita
Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul
setelah dewasa, misalnya kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejangkejang dan ensefalitis.
B.Gejala
Sekitar 80% - 90% dari orang yang terinfeksi Toxoplasma tidak
menunjukkan gejala. Mereka yang mengalami gejala biasanya mengalami
pembengkakan kelenjar getah bening serviks dan gejala mirip flu yang hilang
dalam beberapa minggu atau bulan tanpa pengobatan.
Infeksi bawaan Toxoplasma bisa menyebabkan masalah serius pada mata,
telinga, dan kerusakan otak pada saat lahir. Namun, infeksi bawaan mungkin
asimtomatik sampai beberapa tahun pertama kehidupan atau bahkan sampai
dekade kedua atau ketiga ketika mata (penurunan penglihatan atau kebutaan),
telinga (pendengaran), atau gejala kerusakan otak (kejang, perubahan status

mental) terkena. Toxoplasmosis merupakan penyebab utama retinochoroiditis


(peradangan retina dan koroid mata) di Amerika Serikat.
C. Pengobatan Toxoplasma
Toxoplasmosis dapat ditangani secara medis. Ada beberapa obat, biasanya
digunakan dalam kombinasi, untuk mengobati infeksi oleh parasit ini. Tiga obat
yang paling sering digunakan ke pasien, termasuk orang dengan HIV adalah
pirimetamin (Daraprim), sulfadiazin (Microsulfon), dan asam folinic. Namun,
pasien hamil diobati dengan spiramisin (Rovamycine) dan leucovorin
(Wellcovorin) di samping obat yang tercantum di atas. Pasien dengan HIV
biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menjaga parasit tetap
ditekan. Obat lain kadang-kadang digunakan adalah klindamisin (Cleocin),
azitromisin (Zithromax), atau atovakuon (Mepron). Obat ini digunakan terutama
ketika pasien alergi terhadap pirimetamin atau sulfadiazin. Dosis bervariasi, cara
terbaik untuk menentukan perawatan medis individu adalah didasarkan pada
situasi kesehatan pasien.
Penggunaan,pirimetamin (Daraprim) dan sulfadiazin (Microsulfon) dapat
menyebabkan efek samping yang signifikan, terutama pada janin. Dua dari efek
samping utama adalah penekanan sumsum tulang (pengobatan leucovorin dapat
mengurangi penekanan ini) dan toksisitas hati untuk pirimetamin. Untuk
sulfadiazin, efek samping bisa mual, muntah, toksisitas hati, kejang, dan gejala
lainnya. Obat ini digunakan pada wanita hamil karena risiko infeksi oleh
Toxoplasma biasanya lebih parah daripada efek samping obat. Dokter yang
merawat harus diberitahu cepat jika efek samping terjadi.
D.Pencegahan
1. Benar-benar memasak semua daging (daging beku selama beberapa hari
2.
3.
4.
5.
6.

juga mengurangi kemungkinan Toxoplasma).


Mencuci tangan dengan benar setelah menyentuh daging mentah.
Cuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi
Jangan minum susu yang tidak dipasteurisasi atau minum air mentah.
Jangan memelihara kucing baru saat hamil.
Wanita hamil harus memakai sarung tangan saat berkebun, benar-benar
mencuci tangan mereka setelah itu, dan menghindari kontak dengan
kotoran kucing, dan sebaiknya meminta orang lain untuk membersihkan

IV.

kotak kotoran kucing (bersihkan kotak kotoran kucing setiap hari).


Penyakit Typus abdominalis pada Kehamilan
A.Definisi

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai


saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran.
B. Etiologi
Salmonella typhi Batang gram negative yang mempunyai sekurangkurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen O (somatic, terdiri dari zat
komplekliopolisakarida), antigen H (flagella), antigen V1 dan protein membrane
hialin.
C.Gejala
Tanda dan gejala Demam Pada minggu pertama demam berangsur naik
berlangsung pada 3 minggu pertama .pada minggu ke 3 suhu berangsur-angsur
turun dan kembali normal. Demam tidak hilang dengan pemberian antiseptic,
tidak menggigil dan tidak berkeringat. Kadang pasien disertai epitaksis.
a.Gangguan pada saluran pencernaan :

Halitosis
Bibir kering
Lidah kotor berselaput putih dan pinggirannya hiperemesis
Perut agak kembung.
Mual
Splenomegali disertai nyeri pada perabaan
Pada permulaan umumnya terjadi diare
Kemudian menjadi obstipasi

b. Gangguan kesadaran:

Kesadaran menurun ringan sampai berat.


Umumnya apatis
Bradikardi relative
Umumnya tiap kenaikan 1celcius di ikuti penambahan denyut nadi 10-

15 kali permenit.
Penderita mulai cepat lelah, malas, sakit kepala, rasa tidak enak di
perut, nyeri seluruh tubuh, hal tersebut dirasakan antara 10-14 hari.

D. Penanganan dan Pengobatan


a.Pengobatan

Kloramfenikol
Kotrimoksasol
Bila terjadi ikterus dan hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi
denganAmpisilin 100

mg/kgBB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.2.

b.Perawatan
1. Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan.
Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14
hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi
usus.
2. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan posisi
berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan
dekubitus
3. Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan
tidak banyak menimbulkan gas.
4. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
5. Obat terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis
selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak
serasi/alergi dapat diberikan golongan obat lain misalnya penisilin atau
kortimoksazol.
6. Pengobatan dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya
cukup manjur. Waktu ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi.
Walaupun kuman-kuman tifus abdominalis tidak di keluarkan melalui air
susu, namun sebaiknya penderita tidak menyusui bayinya karena keadaan
umum ibu biasanya tidak mengizinkan, dan karena kemungkinan penuluaran
oleh ibu melalui jalan lain tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan
indikasi bagi abortus buatan.

V.

Penyakit Hepatitis pada Kehamilan


A.Definisi
Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang
menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati
manusia. ( Panduan Lengkap Kebidanan & Keperawatan )
Hepatitis dikategorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A,
B, C, D, E, F, dan G. di Indonesia penderita penyakit hepatitis umumnya
cenderung lebih banyak mengalami banyak golongan hepatitis B dan hepatitis

C. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut


,hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronik .
B.Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis
terbagi atas infeksi dan bukan infeksi.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain :
a) Infeksi virus ; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D,
Hepatitis E, Hepatitis F, hepatitis G.
b) Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau
zat kimia, Penyakit autoimun.
Sedangkan penyakit hepatitis yang ditimbulkannya disebut sesuai nama
virusnya. Di antara ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C
merupakan jenis hepatitis terbanyak yang sering dijumpai. Sedangkan kasus
hepatitis F masih jarang ditemukan. Para ahli masih memperdebatkan apakah
hepatitis F merupakan jenis hepatitis tersendiri atau tidak.
C.Gejala
Gejala dan tanda penyakit hepatitis-B adalah sebagai berikut :

Selera makan hilang


Rasa tidak enak di perut
Mual sampai muntah
Demam tidak tinggi Kadang-kadang disertai nyeri sendi
Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
Kulit seluruh tubuh tampak kuning
Air seni berwarna coklat

D.Penanganan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan
wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala
icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan
dengan sedikit mengandung lemak tetapi tinggi protein dan karbohidrat.
Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru
diberikan bila terjadi penyulit. Hepatitis virus yang aktif dan cukup berat,
mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya

kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post
natal dengan dilakukan pemeriksaan trans aminase serum dan pemeriksaan
hepatitis virus anti gen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi
pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
E.Pengaruh Hepatitis pada Kehamilan
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejalagejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala
fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan
menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita
tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropic disertai
kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah
jatuh dalam acute hepatic necrosis Tampaknya gizi ibu hamil sangat
menentukan prognose.

Pengaruh hepatitis pada janin


Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada janin, baik in utero
maupun segera setelah lahir. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi
dengan beberapa cara, yaitu :
Melewati placenta
Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.

Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in
utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang
lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa
virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh
janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janinjanin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitis virus. Hasil autopsy
menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar
sampai suatu bentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya
mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim
1.

GONORRHOE

a.Pengertian

Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri
Neisseria Gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal yang tersusun
berpasangan. (Karwati, 2011:32).
b. Tipe: Bakterial
c. Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
d. Tanda dan gejala
1) Pada Pria
Gejala terlihat dalam waktu 2-10 hari setelah hubungan seksual dengan pasangan yang
terinfeksi, gejala-gejala tersebut, antara lain :

Disuria dan rabas uretra mukopurulen dalam jumlah besar

Uretritis

Keluar nanah di uretra

Rasa gatal, panas atau sakit di ujung meatus terutama sewaktu berkemih.

Gonore faring akibat kontak seksual urogenital umumnya asimtomatik tetapi kadangkadang pasien mengeluh nyeri tenggorokan

Infeksi rectum diperoleh melalui hubungan seksual anus pada homoseksual, sering
asimtomatik tetapi mungkin dijumpai gambaran proktitis (rabas anus,nyeri
perdarahan, tenesmus)

2). Pada wanita

Sebagian besar (80%) dengan gonore non / complikata tidak memperlihatkan gejala,
namun beberapa mungkin mengeluh peningkatan rabas vagina dan disuria, eksudat
mukopurulen dari os serviks, Infeksi pada kelenjar pada uretra.

Eksudat mukopurulen dari os serviks

Infeksi pada kelenjar pada uretra

e. Komplikasi
1). Pada laki-laki dewasa

Hidronekrosis

Epididimi

Arthritis

Endokarditis bakteri

Meningitis

Konjungtivitis

Epididimorchitis

Uretritis

Prostatitis

2). Pada perempuan dewasa

penyakit radang panggul

bartholinitis

Vulvovaginitis

Pembengkakan dan nyeri pada labia

Perih epatitis dan sindrom fitz-hug-curtis

f. Dampak pada kehamilan dan bayi

1). Gonore mempunyai dampak yang buruk terhadap kehamilan. Ibu hamil yang menderita
gonore dapat menularkan infeksi tersebut melalui plasenta. Dampak tersebut antara lain :

Aborsi spontan septic

Preterm

Premature

Korioamnionitis

Infeksi post partum

(M. William Schwarts, 2004 : 700)


2). Pada 25-50 % kasus gonore ditularkan ke janin pada kelahiran jika ibu dibiarkan tidak
diterapi, sehingga dapat menyebabkan efek negative terhadapjanin / bayi antara lain :

Neonatal gonococal arthritis

Septicemia

Meningitis

Vaginitis

Abses pada kulit kepala

(Bobak, 2004 : 887-888)

Oftalmiagonorea

(William Rayburn, 2001: 111)


g. Terapi / pengobatan

1). Pada orang dewasa

Pennisilline

cefriaxone ( untuk gonore tanpa komplikasi pada ibu hamil) IM 125 mg atau oral
cefixime (400 mg)

spectinomycin dengan eritromicyn (untuk wanita yang alergi terhadap penisilin atau
antibiotic beta-laktam) 2 gram/12jam.

Dipantau selama 24-48jam. Jika ada kemajusn diteruskan dengan :


o Cefixime 400 mg /2 kali sehari
o Ciprofloxacin (tidak hamil)

Untuk gonore dengan endokarditis terapi selama 4 minggu dan untuk gonore
meningitis selama 10-14 hari

2). Pada neonatus.

cefriaxone 25-50mg/kg IV/IM

Terapimata eritromisin pada saat kelahiran

Karioamnitis ampisilin/seftriaxone

h. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi
adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat mengurangi
tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.

S-ar putea să vă placă și

  • Adart Ok
    Adart Ok
    Document20 pagini
    Adart Ok
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • Adart Ok
    Adart Ok
    Document20 pagini
    Adart Ok
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • Adart Ok
    Adart Ok
    Document20 pagini
    Adart Ok
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • BKKBN Pup
    BKKBN Pup
    Document11 pagini
    BKKBN Pup
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Document21 pagini
    Satuan Acara Penyuluhan
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • Adart Ok
    Adart Ok
    Document20 pagini
    Adart Ok
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • Bab I
    Bab I
    Document4 pagini
    Bab I
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • Askep 2 Persalinan
    Askep 2 Persalinan
    Document23 pagini
    Askep 2 Persalinan
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • Ho 16 Plabemeriksaan Laboratorium
    Ho 16 Plabemeriksaan Laboratorium
    Document6 pagini
    Ho 16 Plabemeriksaan Laboratorium
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • 0bat Anti Jamur
    0bat Anti Jamur
    Document15 pagini
    0bat Anti Jamur
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări
  • Ho 15 Askeb Kunjungan Ulang
    Ho 15 Askeb Kunjungan Ulang
    Document8 pagini
    Ho 15 Askeb Kunjungan Ulang
    Sardatul Maula
    Încă nu există evaluări