Sunteți pe pagina 1din 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan
keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.
Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai
tuntutan masyarakat , dan menjadi tenaga perawat yang professional.Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan , ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian
merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses
profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai
dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan
dirinya dalam sistim pelayanan kesehataan.
Terwujudnya keadaan sehat adalah dambaan dari semua pihak. Untuk dapat mewujudkan
keadaan sehat tersebut banyak hal yang diperlukan, salah satu diantaranya adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan
manajemen rumah sakit menuntut karyawannya untuk meningkatkan kinerjanya. Pasien yang
datang baik untuk pelayanan rawat inap ataupun rawat jalan akan memberikan respon positip
terhadap pelayan karyawan yang baik sehingga mampu meningkatkan kunjungan pasien ke
rumah sakit. Tim keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap
sebagai kunci dari keberhasilan pemberian pelayanan di rumah sakit. Kepala ruangan sebagai
pemimpin memiliki peran yang sangat besar dalam memimpin perawat pelaksana dalam hal
pemberian asuhan keperawatan. Gaya kepemimpinan dari pada kepala ruangan sangat
berpengaruh besar terhadap kinerja perawat dalam memberikan pelayanan perawatan. Gaya
kepemimpinan menggunakan kekuatan pribadi dan kekuatan jabatan untuk menarik gagasan
dari anggota dan memotivasi anggota kelompok untuk menentukan tujuan sendiri,
mengembangkan rencana dan mengontrol praktek mereka sendiri (Gillies, 1996).
1.2 rumusan masalah
1. Pengertian manajemen
2. fungsi-fungsi manajemen
3. Prinsip- prinsip manajemen
1.3 tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno mnagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan
melalui upaya orang lain. Menurut P. Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan semua
kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas batas yang
telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa
manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan
pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).
2.2 fungsi-fungsi manajemen
2.2.1 Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang
akan dikerjakan dimasa mendatang selama periode tertentu dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk
mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas-tugas staff, dan dengan
tugas-tugas ini seorang pimpinan akan mempunyai pedoman untuk melaksanakan supervisi
dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staff untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Suatu rencana yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai
standart, fleksibel, seimbang dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dulu.
Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima
pelayanan keperawatan yang mereka ingini dan butuhkan dengan memuaskan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan
rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk tiga sampai sepuluh tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku
satu sampai dengan lima tahun dan perencanaan jangka pendek dibuat satu jam sampai
dengan satu tahun,
Salah satu alasan utama menempatkan perencanaan sebagai fungsi organik manajerial yang
pertama ialah karena perencanaan merupakan langkah konkret yang pertama-tama diambil
dalam usaha pencapaian tujuan. Artinya, perencanaan merupakan usaha konkretisasi langkahlangkah yang harus ditempuh yang dasar-dasarnya telah diletakkan dalam strategi organisasi.
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
6) Tiap tiap organisasi perlu perencanaan
2.2.2 Pengorganisasian (organizing),
Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber
daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh sebuah organisasi. Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum.
Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya

sebuah rumah sakit, puskesmas, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan dan lain
sebagainya. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur
dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara
efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem
kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur siapa
menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi dan memfokuskan
sumber daya pada tujuan.
Agar organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan secara efektif, maka
dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas dan tanggung jawab orang-orang atau
karyawan yang akan melakukan kegiatan masing-masing. Dalam penyelenggaraan fungsi
pengorganisasian, terdapat lima pertanyaan yang harus terjawab dengan baik, antara lain
adalah
a. Pertama: Siapa melakukan apa ?, dalam rangka pengorganisasian harus terdapat kegiatan
menciptakan atau merumuskan klasifikasi jabatan, analisis pekerjaan, deskripsi pekerjaan.
Analisis ini akan dapat ditafsirkan jumlah orang yang dibutuhkan dengan tingkat kepastian
yang tinggi. Ketidakjelasan jawaban tentang hal ini dapat berakibat pada beraneka ragam
kesulitan, seperti jumlah tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan, atau tenaga kerja yang
ada tidak mencukupi persyaratan kualitatif dan penempatan orang yang tidak sesuai dengan
tuntutan tugasnya, dan lainnya.
Ada dua Hal sorotan pandangan, untuk menentukan analisis penempatan orang, yaitu
kemampuan teknis dan kemampuan manajerial. Kemampuan teknis biasanya tercermin pada
keterampilan tertentu. keterampilan teknis dituntut dari mereka yang ditugaskan
menyelenggarakan berbagai kegiatan operasional. Kemampuan manajerial dituntut dari
mereka yang menduduki berbagai jenjang jabatan kepemimpinan dalam organisasi.
b. Kedua: Siapa bertanggung jawab kepada siapa?, suafu organisasi terdiri dari satuan-satuan
kerja tertentu. Artinya, organisasi harus menggambarkan pembagian tugas, wewenang, dan
tanggung jawabnya, antara lain demi kepentingan koordinasi dan sinkronisasi, mutlak perlu
terdapat kejelasan tentang hal-hal tersebut. Ketidakjelasan tentang wewenang dan tanggung
jawab akan berakibat pada tumpang tindih dan duplikasi kegiatan yang menimbulkan
berbagai jenis konflik dan pemborosan yang tidak akan pernah dapat diselesaikan
c. Ketiga: Siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?, interaksi antara
berbagai satuan kerja pasti dan memang harus terjadi. Interaksi timbul karena adanya saling
ketergantungan antara satu satuan kerja dengan satuan kerja lainnya. Tidak ada satuan kerja
yang demikian tinggi tingkat otonominya sehingga ia tidak usah berinteraksi dengan yang
lain. Karena saling ketergantungan dalam hubungan berbagai satuan kerja itu, hubungan dan
interaksi yang terjadi haruslah didasarkan pada pendekatan yang simbiosis mutualisme.
d. Keempat: saluran komunikasi apa yang terdapat dalam organisasi, bagaimana cara
memanfaatkannya, dan untuk kepentingan apa?. Lancar tidaknya jalannya roda suatu
organisasi sangat tergantung pada bentuk dan jenis saluran komunikasi yang terdapat dalam
organisasi tersebut. Ditinjau dari segi arahnya, komunikasi dalam suatu organisasi
berlangsung secara vertikal, horizontal, dan diagonal. Komunikasi yang bersifat vertikal
terjadi antara atasan dengan para bawahannya yang digunakan untuk berbagai kepentingan,
seperti penyampaian keputusan, perintih, instruksi, informasi, petunjuk, bahan pembinaan,
pengarahan, pedoman kerja, pujian, teguran, dan sebagainya. sebaliknya, komunikasi vertikal
ke atas, yaitu antara para bawahan dengan pimpinannya, terjadi dalam hal penyampaian
laporan, informasi, saran, masalah, keluhan, dan hal-hal lain yang dipandang perlu diketahui
oleh atasan yang bersangkutan. Komunikasi horizontal terjadi antara orang-orang yang
menduduki jpbatan setingkat, tetapi terlibat dalam pelaksanaan kegiatan yang berbeda.

Komunikasi horizontal terjadi untuk kepentingan penyampaian informasi, permintaan bahan,


tukar-menukar pengalaman, yang kesemuanya bermanfaat untuk kepentingan koordinasi dan
sinkronisasi kogiatan organisasional. Komunikasi diagonal terjadi antara sekelompok orang
yang berada jenjang hierarki yang lebih tinggi dengan sekelompok orang yang berada pada
jenjang hierarki yang lebih rendah, tetapi terlibat dalam penanganan kegiatan yang sejenis.
Contohnya ialah penyampaian berbagai hal seperti kebijakan kepegawaian, petunjuk
operasional, penyampaian informasi, permintaan laporan dan sebagainya. Agar pesan dapat
disampaikan dengan cara yang paling efektif, sumber pesan harus memutuskan bentuk sarana
dan wahana yang hendak digunakannya dalam penyampaian pesan tersebut.
2.2.3 Penggerak (actuating),
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja
secara optimal dalam melaksnaakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka
miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan
motivasi yang efektif. Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi yang paling fundamental
dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar
semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai
sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan
benar.
Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode untuk
mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin
demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan produktif. Pengarahan diruang
perawatan dapat dilakukan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu operan pasien, program
motivasi, manajemen konflik, dan melakukan supervisi dan lainnya.
1. Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM
dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap orang yang bekerja
bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat
untuk fokus pada potensi masing-masing anggota.
2. Manajemen konflik, perubahan kemungkinan menimbulkan konflik yang disebabkan oleh
persepsi, pandangan dan pendapat yang berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang
sistem pelayanan dan asuhan
keperawatan bagi semua SDM yang ada (MPKP). Komunikasi yang terbuka diarahkan
kepada penyelesaian konflik dengan win-win solution.
3. Supervisi / pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan
pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan
tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan
partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan
pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum
terpenuhi. Dengan demikian pengawasan mengandung makna pembinaan. Pengawasan dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan
atau kegiatan sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan ganti
balutan, maka katim mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah
standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat,
yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak
langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan
kegiatan yang telah dilakukan.
Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih berpengalaman, ahli atau atasan
kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan. Agar hasil pengawasan dapat
ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat

berupa penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap


kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan,
bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan.
Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat
pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan
terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwat, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap
perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim.
2.2.4 Pengendalian / pengawasan (controling)
Controlling adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan rencana kerja
yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang
direncanakan. Adalah wajar jika terjadi kekeliruan-kekeliruan tertentu, kegagalan-kegagalan
dan petunjuk-petunjuk yang tidak efektif hingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan
dari pada tujuan yang ingin dicapai.Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan
tidak akan eksis tanpa adanya perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan sebelumnya.
Pengawasan bisa berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi yang harus diperhatikan
yaitu:
1) Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang dipergunakan dalam system
Pelayanan kesehatan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.
2) Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan. Ada dua tujuan pokok,
yaitu: (1) untuk memotivasi, dan (2) untuk dijadikan patokan guna membandingkan dengan
prestasi. Artinya jika pengawasan ini efektif akan dapat memotivasi seluruh anggota untuk
mencapai prestasi yang tinggi. Karena tantangan biasanya menimbulkan berbagai reaksi,
maka daya upaya untuk mencapai standar yang sulit mungkin dapat membangkitkan
semangat yang lebih besar untuk mencapainya daripada kalau yang harus dipenuhi itu hanya
standar yang mudah. Namun demikian, jika terget terlampau tinggi atau terlalu sulit
kemungkinan juga akan menimbulkan patah semangat. Oleh karena itu tidak menetapkan
standar yang terlampau sulit sehingga bukan meningkatkan prestasi belajar/pendidikan,
malah menurunkan prestasi
3) Pengawasan hendaknya desesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Di sini perlu
diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan, kewenangan dan tugas-tugas
yang telah digariskan dalam uraian tugas (job discription).
4) Banyaknya pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap karyawan
terlampau sering, ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi
pengawasan itu sebagai pengekangan.
5) Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa mengorbankan otonomi dan
kehormatan manajerial tetapi fleksibel, artinya sistem pengawasan menunjukkan kapan, dan
dimana tindakan korektif harus diambil.
6) Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidak hanya
mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan alternatif perbaikan, menentukan
tindakan perbaikan.
7) Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu: menemukan
masalah, menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan,
mengecek hasil perbaikan, mengecek timbulnya masalah yang serupa.
2.3 prinsip manajemen keperawatan

Prinsip prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :


a.
Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi
perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan
masalah yang efektif dan terencana.
b.
Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram
dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
c.
Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
d.
Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan
pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e.
Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f.
Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
g.
Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan
kerja yang baik.
h.
Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan
pengertian diantara pegawai.
i.
Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang
pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip prinsip
melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan
Prinsip prinsip Organisasi menurut Fayol adalah:
a.
Division of work (pembagian pekerjaan)
Tugas/Pekerjaan dibagi secara rata pada masing-masing individu ataupun tim.
b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
Masing-masing personal atau Tim memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap
pekerjaan yang telah diberikan kepadanya.
c.
Dicipline (disiplin)
Kedisiplinan merupakan hal yang sangat pokok dalam sistem manajemen.
d.
Unity of command (kesatuan komando)
Merupakan kesatuan perintah,satu perintah dari atasan menjadi tanggung jawab bersama.
e.
Unity of direction (kesatuan arah)
Merupakan tujuan yang sama.
f.
Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada
kepentingan umum)
g.
Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
Penghasilan pegawai merupakan bentuk reward yang diberikan atas jasa yang telah
dilakukan.
2.4 Proses Manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana


masing masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan
dan fasilitas.
Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen
diperlukan keterampilan teknik,keterampilan hubungan antar manusia,dan keterampilan
konseptual.
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari
bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan
akreditasi.
Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali
mutu dan penampilan kerja perawat..
Berdasarkan prinsip prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.5 Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif
seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan
perawat pelaksana meliputi:
a.
Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b.
Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c.
Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d.
Menerima akuntabilitas untuk hasil hasil keperawatan
e.
Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat
pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan manajerial, yaitu:
1.
Manajemen puncak
2.
Manajemen menengah

3.

Manajemen bawah

b. Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya.
Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang orang tersebut agar penatalaksanaannya
berhasil. Faktor faktor tersebut adalah
1.
Kemampuan menerapkan pengetahuan
2.
Ketrampilan kepemimpinan
3.
Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4.
Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
c.
Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori menajemen umum yng
memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif.Empat elemen
besar dari teori manajemen adalah perencanaan,pengorganisasian,mengarahkan atau
memimpin,dan mengendalikan atau pengevaluasian seluruh aktivitas
manajemen,kognitif,afektif,dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi
utsms yang bergerak secara simultan.
Kepercayaan utama dari manajemen keperawtan adalah bahwa fokusnya pada
perilaku manusia.Manajer perawat terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan tentang
perilsku manusia mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional
untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktifitas pada pelayanan perawatan pasien.
3.2 saran

Daftar Pustaka
Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC
wansburg,Russel C.2000.Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk
perawat klinis.Jakarta:EGC
Muninjaya, Gde (1999), Manajemen Kesehatan, Jakarta : EGC
Gillies (1986).

S-ar putea să vă placă și