Sunteți pe pagina 1din 18

askep komunitas jiwa

TINJAUAN KASUS
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

I. IDENTITAS KLIEN :
a. Nama ( initial ) : Tn. U ( L/P )
b. Umur : 41 th
c. Tanggal Pengkajian : 20 Oktober 2011
d. Alamat : Desa Gemeksekti, Rt 04 / Rw 03 Kebumen
II. FAKTOR PREDISPOSISI :
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sudah mengalami gangguan jiwa selama 15th. Klien
merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara. Saat ini klien tinggal dan dirawat di rumah orangtuanya.
Klien sudah berkeluarga, memiliki satu istri dan satu anak. Selama klien mengalami gangguan
jiwa,klien tidak lagi tinggal bersama istri dan anaknya. Istri klien jarang sekali menjenguk klien di
rumah orang tua klien. Keluarga mengatakan klien mengalami gangguan jiwa setelah dia menikah
dan memiliki anak. Klien tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehingga
menyebabkan dia hanya berdiam diri di kamarnya.
III. PEMERIKSAAN FISIK :
Tanda vital : tidak dapat terkaji
Keluhan Fisik : klien pernah mengalami kecelakaan yang membuat kepalanya sakit karena terbentur
mobil.
IV. PSIKOSOSIAL :
a. Genogram :
Klien merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara. Klien tinggal bersama ibu, kakak pertama dan
adiknya. Ayah klien sudah meninggal sejak 10th yang lalu. Ayahnya seorang juragan batik terkenal
di desanya dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Sepeniggal ayahnya klien bekerja sebagai buruh
genteng. Klien sudah berumah tanggal, memiliki satu istri dan satu anak. Pola asuh keluarga kurang
terbuka dibuktikan dengan tidak adanya orang yang diajak bicara dengan klien ketika klien
mengalami masalah. Dalam riwayat keluarga terdapat riwayat gangguan jiwa tiga generasi yaitu dari
kakek klien, paman klien, klien dan adik klien. Dalam riwayat keluarga mengatakan klien pernah
mengalami kecelakaan tertabrak mobil dan kepalanya terbentur.

b. Konsep Diri :
1. Gambaran Diri : tidak dapat terkaji
2. Identitas Diri : tidak dapat terkaji
3. Peran : tidak dapat terkaji
4. Ideal Diri : tidak dapat terkaji
5. Harga Diri : tidak dapat terkaji
c. Hubungan Sosial :
Klien tidak mau bertemu dengan orang lain. Ketika ada orang yang datang menemuinya, klien
langsung pergi atau memposisikan dirinya seperti janin yang sedang tidur. Klien tidak mau
berinteraksi dengan orang lain, baik dengan keluarga maupun orang lain.
d. Spiritual :
Nilai dan keyakinan, klien beragama islam
Kegiatan ibadah, selama mengalami gangguan jiwa klien tidak pernah beribadah.
STATUS MENTAL
1. Penampilan : penampilan klien sangat kotor, tidak memakai baju,hanya memakai celana yang
kotor, tidak pernah mandi, rambut gondrong tidak pernah disisir, berdaki dan bau pesing
2. Pembicaraan : Klien tampak tidak kooperatif, intonasi bicara kecil, tidak bisa memulai
pembicaraan, dan kontak mata tidak ada
3. Aktivitas Motorik : termor
4. Alam Perasaan : Kien tampak bingung dan murung
5. Afek : tumpul
6. Interaksi selama wawancara :Saat interaksi klien tampak tidak koopratif dan saat ditanya klien
tidak mau menjawab ataupun memberikan isyarat, ketika perawat akan mendekati klien, klien
langsung pergi menjauh.
7. Persepsi : tidak dapat terkaji
8. Proses fikir : tidak dapat terkaji
9. Isi Fikir : tidak dapat terkaji
10. tingkat kesadaran : Klien tampak mondar - mandir, saat ditanya klien hanya diam dan pergi.
11. Memori : tidak dapat terkaji
12. Daya tilik diri : tidak dapat terkaji
MEKANISME KOPING
Keluarga klien mengatakan bahwa klien ketika ada masalah hanya berdiam diri dan tidak mau
bertemu orang.
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Tidak dapat terkaji


PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Keluaga belum tahu tentang masalah yang dialami klien
Keluarga belum tahu bagaimana cara merawat klien yang mengalami isolasi social : menarik diri.
ANALISA DATA
NO Tgl /jam DATA MASALAH
20 Oktober 2011
Jam 10.00 WIB
Data Subjektif :
Keluarga klien mengatakan anaknya suka menyendiri, tidak mau berbicara dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain
Data Objektif :
Klien tampak menyediri
Klien mengurung diri di kamar
Klien tidak mau bertemu orang
Klien tidak mau bercakap-cakap
Klien selalu menunduk dan menjauh ketika ada orang yang berusaha mendekati
Isolasi social : menarik diri

20 Oktober 2011
Data Subjektif :
Keluarga klien mengatakan bahwa setelah berumah tangga, klien merasa malu karena bekerja
hanya sebagai seorang buruh
Data Objektif
Kontak mata kurang
Tidak ada insiatif untuk berinteraksi dengan orang lain Gangguan konsep diri : harga diri rendah
20 Oktober 2011
Data Subjektif :
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mandi dan malas merawat diri
Data Objektif :
penampilan klien sangat kotor
klien tidak memakai baju,hanya memakai celana yang kotor

rambut klien gondrong tidak pernah disisir, berdaki dan bau pesing. Deficit perawatan diri
13. ASPEK MEDIS : 14. THERAFI MADIS :Serenaceliquit
15. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN.
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Deficit perawatan diri
16. POHON MASALAH
Deficit perawatan diri ( DPD) ( Efek )
Gangguan persepsi sensori : ( efek )
Halusinasi

Isolasi social ( ISOS ) (core problem )


: menarik diri

Gangguan konsep diri :


harga diri rendah (Causa )

mekanisme koping tidak efektif

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Deficit perawatan diri
IMPLEMENTASI :
TANGGAL
PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
20 Oktober 2011

11.00 WIB 13.30 WIB Isolasi social : menarik diri SP I pasien :


Membina hubungan saling percaya
- Menyapa klien dengan ramah
- Memperkenalkan diri perawat
- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Memberi perhatian dan menerima klien apa adanya
S:O:
Klien tampak menyendiri, tidak mau diajak berinteraksi, klien tiba2 meninggalkan ruangan
A : SP I belum tercapai
P:
( K ) Klien diingatkan kembali untuk bertemu dengan perawat dan mengingat nama perawat yang
mengajaknya berinteraksi
( P ) mengulang kembali BHSP
22 Oktober 2011
10.00 WIB 15.30 WIB Isolasi social : menarik diri SP I pasien :
Membina hubungan saling percaya
- Menyapa klien dengan ramah
- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Memberi perhatian (membersihkan tempat tidur klien dan member makan siang)dan menerima
klien apa adanya
S : klien mengatakan kepada perawat lulus ya mbak
O: Klien mau menerima makanan yang diberikan perawat,klien menunjukkan ekspresi wajah senang
dengan tersenyum dan mau menatap perawat
A : SP 1 belum tercapai
P:
(K) Klien diingatkan untuk pertemuan selanjutnya
( P ) mengulang kembali BHSP
24 Oktober 2011
11.00 WIB 13.30 WIB Isolasi social : menarik diri SP I pasien :
Membina hubungan saling percaya
- Menyapa klien dengan ramah
- Memperkenalkan diri perawat
- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Memberi perhatian ( memberikan makanan pada klien) dan menerima klien apa adanya
S:O: Klien mau menerima makanan yang diberikan perawat, klien tidak mau berbicara dan
berinteraksi, klien lupa dengan nama perawat
A : SP 1 belum tercapai
P:
(K)Klien diingatkan untuk pertemuan selanjutnya
(P)ulangi BHSP

24 Oktober 2011 Isolasi social : menarik diri SP 1 keluarga :


- Membina hubungan saling percaya
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Memberikan penkes tentang masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
- Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi social yang dialami pasien
- Menjelaskan cara-cara merawat pasien S : keluarga mengatakan tidak tahu masalah yang dialami
anaknya.
Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat klien
Keluarga mengatakan senang diberikan penjelasan tentang yang dialami klien.
O: keluarga tampak mengerti apa yang telah dijelaskan.
Keluarga dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat.
A: keluarga mampu mencapai 1 kompetensi
P:
Keluarga: diingatkan kembali tentang Isolasi sosial dan cara merawat klien
Perawat: optimalkan sp I dan lanjutkan sp II

asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana yang tidak habis-habisnya, baik oleh karena manusia maupun karena kejadian alam
merupakan sumber stressor yang berat yang data mengakibatkan terjadinya berbagai masalah
kesehatan jiwa masyarakat, baik yang ringan sampai yang berat. Masalah kesehatan jiwa yang
ringan berupa masalah psikososial seperti kecemasan, psikosomatis dapat terjadi pada orang
yang mengalami bencana. Bahkan keadaan yang lebih berat seperti depresi dan psikosis dapat
terjadi jika orang yang mengalami masalah psikososial tidak ditangani dengan baik (Keliat dkk,
2007).
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil
riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga
diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh
orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk
dan resiko terjadi harga diri rendah (Rusniati 2008).
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan
dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Konsep diri
sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun
psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah
hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui
dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan
individu dalam membina hubungan interpersonal. Meskipun konsep diri tidak langsung ada,
begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. selain itu
konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang
lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk
persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman
akan situasi tertentu. Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui
rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari
beberapa bagian, yaitu: gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas
(Rusniati, 2008).
Penanganan kesehatan jiwa secara cepat dan tepat memungkinkan hasil yang baik.
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemulihan normal (25 %) dan kemandirian (25%) akan
mencapai jka pasien gangguan jiwa ditangani dengan benar. Dengan fakta seperti ini, bahkan
produktivitas pasien gangguan jiwa masih dapat diharapkan. Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat ( 2005) dilanjutkan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (2006) Departemen Kesehatan
Republik Indonesia menetapkan tatanan pelayanan kesehatan jiwa tersebut dalam bentuk
piramida. Piramida pelayanan kesehatan tersebut menjabarkan, pelayanan kesehatan bersifat

berkesinambungan darai komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya.Pelayanan kesehatan jiwa


dimulai di masyarakat dalam bentuk pelayanan mandiri oleh pasien dan keluarganya. Pelayanan
lanjutan berikutnya adalah puskesmas, rumah sakit umum, dan yang paling tinggi adalah
pelayanan di rumah sakit jiwa sebagai pelayanan rujukan tertinggi untuk kesehatan jiwa (Keliat
dkk, 2007).
Upaya mewujudkan kesinambungan pelayanan kesehatan jiwa telah imulai di Indonesia
yaitu di NAD, dan Nias daerah yang terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang
lalu. Benruk pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas (Community
Mental Health Nursing/ CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa komunitas diberikan oleh perawat
puskesmas yang mendapat pelatihan BC-CMHN (Basic Course of Community Mental Health
Nursing. Dengan keberhasilan program CMHN, pasien yang tidak tertangani di masyarakat
diharapkan akan irujik ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik an
spesialistik. Tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat telah dikembangkan dengan baik
(Keliat dkk, 2007).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di jabarkan di atas, maka terdapat banyak masalah yang muncul
terutama dalam perawatan pasien gangguan jiwa dengan harga diri rendah. Dalam hali ini
klien merasa harga dirinya hilang, merasa kecewa, adanya kegagalan dan ketidak berdayaan.
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Tujuan Umum
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa sebagai suatu milik
masyarakat yang berharga.
2. Membantu masyarakat agar mampu memprakarsai atau berupaya dalam kegiatan
kesehatan jiwa baik secara perorangan maupun berkelompok.
3. Meningkatkan penggunaan sarana pelayanan kesehatan jiwa yang tersedia.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan klien tentang berbagai gangguan dan penyakit jiwa dalam klien.
2. Mendorong partisipasi aktif klien dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan
jiwa.
3. Menciptakan nilai dan norma sosial yang menunjang upaya untuk meningkatkan kondisi
dan kegiatan kesehatan jiwa.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu


keperawatan khususnya keperawatan komunitas terutama jiwa di masyarakat yang
berhubungan gangguan jiwa dengan harga diri rendah
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat dan pendidik mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi gangguan jiwa dengan harga diri rendah.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan renah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negarif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk,
2007). Harga diri juga dapat didefinisikan sebagai kondisi menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
B. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Tanda dan gejala dari harga diri antara lain:
1. Mengkritik diri sendiri.
2. Perasaan tidak mampu.
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktivitas.
5. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, pada pasien dengan harga diri rendah dapat diamati dari
penampilan seseorang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara
lambat dengan nada suara lemah.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan
fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka dapat dirumuskan diagnose keperawatan gangguan
konsep diri: harga diri rendah.
D. Tindakan Keperawatan
Setelah menegakan diagnosa keperawatan, beberapa tindakan keperawatan yang dapat di
lakukan baik pada pasien dan keluarganya antara lain sebagai berikut:

1.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)

a)
b)
2)
a)
b)
c)
3)
a)
b)
4)
a)
b)
c)
5)
a)
b)
c)
d)
e)
2.
a.
1)

Tindakan keperawatan pada pasien


Tujuan keperawatan
Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Pasien dapat menilai kemempuan yang dapat dilakukan.
Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan.
Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal.
Tindakan keperawatan
Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untik membantu pasien
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, dengan melakukan halhal berikut ini:
Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan
pasien di rumah sakit, dan di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negatif
Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut:
Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat dilakukan saat ini.
Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif.
Membantu pasien untuk memilih atau menetapkan kemempuan yang akan dilatih. Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan diplih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri atau dengan
bantuan minimal.
Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut:
Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan keiatan.
Bersama pasien, peragakan kegiatan yang di tetapkan.
Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih.
Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.
Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.
Tindakan keperawatan pada keluarga
Tujuan keperawatan
Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien

2) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien.


3) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melaksanakan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan yang imiliki pasien dan puji pasien atas
kemampuannya.
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.
5) Demonstrasikan cara merawat pasien harga diri rendah.
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat pasien harga diri rendah
seperti yang telah di demonstrasikan sebelumnya.
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah.
3. Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok untu k pasien harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok
stimulasipersepsi yang terdiri dari dua hal berikut:
a. Sesi 1; mengidentifikasi hal positif diri
b. Sesi 2; melatih positih pada diri.
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien harga diri rendah
dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam merawat pasien harga diri rendah.

BAB III
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS JIWA MASYARAKAT
A. Pengkajian Keperawatan
1.Data Inti (Core)
a. Riwayat
1) Usia penderita:
a) Anak
: 15 20 tahun
b) Orang tua
: 32 tahun
2) Jenis ganguan jiwa yang pernah diderita: gangguan konsep diri: harga diri rendah, memandang
dirinya tidak sebaik teman-temannya di sekolah.
3) Riwayat trauma
: takut yang berlebihan
4) Konflik
: penganiayaan
b. Demografi
1) Vital statistik:
Kelurahan Patimuan terletak di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap. Kelurahan Patimuan
berbatasan langsung dengan 4 Kelurahan. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan
purwodadi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan cinyawang, sebelah timur berbatasan
dengan Kelurahan sidamukti, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Maos. Kelurahan
Patimuan terdapat 5 RW, dan setiap RW ada 5 RT, dan setiap RT terdapat 28 Kepala Keluarga.
2) Agama
3) Budaya

: Islam
: Jawa

2. Data Delapan subsistem


a. Lingkungan fisik
Kualitas udara di Kelurahan Patimuan cukup bersih tidak ada polusi udara, karena
Kelurahan tersebut masih banyak terdapat pohon-pohon rindang. Di Kelurahan Patimuan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari memakai air sumur jadi selama pohon-pohon itu masih mampu
menampung air, ketersediaan air bersih akan terpenuhi.
Tingkat kebisingan di Kelurahan Patimuan masih diambang batas normal, karena di
Kelurahan tersebut tidak terdapat pabrik ataupun industri. Selain itu kendaraan bermotor yang

bisa menjadi sumber kebisingan juga jarang berlalu-lalang di Kelurahan tersebut, karena warga
di Kelurahan Patimuan lebih banyak menggunakan sepeda untuk beraktifitas sehari-hari.
Jarak antar rumah di Kelurahan Patimuan sangan dekat, hampir tak ada pagar pembatas
untuk tiap-tiap rumah. Kepadatan penduduk di Kelurahan Patimuan sangat padat. Faktor
pengganggu seperti hewan buas ataupun hewan pemangsa tidak ada.
Sebagian besar pendidikan warga masyarakat Kelurahan Patimuan lulusan SD, urutan
yang kedua lulusan SMP dan sisanya lulusan SMA. Untuk yang sekolah sampai sarjana masih
bisa di hitung dengan jari. Sarana pendidikan belum begitu terpenuhi, apalagi terkait sarana
pendidikan jiwa, belum ada. Terkait sarana pendidikan formal terdapat 5 SD di Kelurahan
Patimuan, untuk sekolah SMP ada satu dan SMA juga ada satu.
b. Keamanan & transportasi
Petugas keamanan di Kelurahan Patimuan sistemnya digilir. Jadi setiap malam ronda yang
terpusat di pos kamling kemudian keliling Kelurahan, untuk pembagian jadwalnya diatur oleh
penanggung jawab keamanan di Kelurahan tersebut. Setiap malam ada 2 orang yang bertugas.
Sarana tranportasi yang biasa digunakan adalah sepeda onthel dan sebagian kecil
menggunakan motor sebagai alat transportasinya. Tidak jarang orang bepergian ke kota harus
jalan kaki dahulu keluar Kelurahan, setelah itu naik angkot atau kendaraan umum lainnya. Untuk
keamanan transportasi sendiri masih terjaga, selain karena ada jadwal pos kamling setiap malam,
warga Kelurahan Patimuan orangnya lebih bangga dengan barang-barangnya sendiri. Jadi untuk
situasi keamanan lingkungan masih terjaga. Tidak ada pencurian, perampokan, perkosaan apalagi
perkelahian antar warga. Kelurahan Patimuan walaupun sebagian besar tingkat penghasilan
warganya tergolong menengah kebawah, namun mereka bangga dengan hasil yang halal, untuk
pencurian atau perampokan jarang terjadi.
Keamanan di jalan bisa dipastikan kurang terpenuhi, selain karena jalannya apabila hujan
licin, dan apabila musim kemarau berdebu. Jadi untuk keamanan di jalan kurang terjaga, masih
ada yang terjatuh gara-gara selip ataupun senggolan karena sempitnya gang masuk di Kelurahan
tersebut.
c. Petugas di jalan raya
Petugas dijalan raya di dekat Kelurahan Patimuan sudah bekerja seoptimal mungkin.
Kecelakaan juga jarang terjadi, karena polisi yang bertugas di lalu lintas mewajibkan setiap
pengendara sepeda motor memakai helm, dan untuk pengendara mobil wajib memakai sabuk
pengaman. Jadi walaupun di jalan raya ramai dengan kendaraan, kecelakaan bisa di minimalisir.
Antara Kelurahan Patimuan dengan Kelurahan sebelah dihubungkan dengan jembatan
penyeberangan. Jembatan tersebut terbuat dari bahan bangunan. Jadi untuk keamanan sudah
terpenuhi. Tidak ikut hanyut terbawa sungai, kalaupun itu hujan deras.
d. Politik & pemerintahan

Pemerintah daerah (Pemda) setempat kurang tanggap dengan kejadian gangguan jiwa di
masyarakat. Pemda masih fokus dengan masalah-masalah yang sifatnya medis, misalnya demam
berdarah, diare, kusta, terkait program imunisasi lengkap. Gangguan jiwa masyarakat belum
mendapatkan perhatian khusus. Skrining warga dengan gangguan jiwa juga belum pernah
dilakukan. Aturan pemda tentang jiwa di masyarakat sudah ada, tetapi dalam prakteknya
keluarga pasien yang berinisiatif membawanya berobat ke pelayanan pengobatan terkait.
Perlindungan warga dari pasien jiwa juga kurang optimal. Stigma negatif untuk orang dengan
gangguan jiwa masih melekat dalam kehidupan warga Kelurahan Patimuan.
Situasi politik di Kelurahan Patimuan juga kurang terlihat. Pemerintah setempat lebih
tertarik membiayai pemenuhan sarana dan prasarana di Kelurahan Patimuan, bukan tertarik di
kesehatannya, lebih-lebih tertarik dengan kesehatan jiwa masyarakat. Jadi pengaruhnya dengan
jiwa masyarakat tidak terdeteksi lebih dini. Banyak orang stress dengan semakin meningkatnya
kebutuhan, tetapi tingkat penghasilan minimal. Yang seperti itu kurang mendapatkan perhatian
dari pemerintah setempat.
e. Pelayanan umum dan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat kurang terjangkau. Ada puskesmas
pembantu di Kelurahan Patimuan itupun melayani penyakit yang umum dimasyarakat seperti flu,
batuk, dan panas. Puskesmas di Kecamatan harus menempuh jarak 10 km untuk mengakses
pelayanan kesehatan tersebut. Kalau mau ke rumah sakit harus menempuh jarak +/- 20 km.
Jenis pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan adalah belum begitu berpengaruh dengan
masih tingginya tingkat stress warga di Kelurahan Patimuan. Pelayanan yang biasanya dilakukan
adalah memberikan penyuluhan sederhana terkait steres dan dampaknya jangka panjang.
Dampak pelayanan kesehatan bagi kesehatan jiwa masyarakat bisa diminimalisir untuk kejadian
gannguan jiwa, apalagi yang sampai mengamuk ataupun merusak prasarana Kelurahan. Jadi
deteksi dini jiwa msyarakat perlu dioptimalkan lagi oleh petugas pelayanan kesehatan terutama
kita sebagai perawat. Tidak menungga ada kasus, tetapi kita harus peka dengan kejadian
walaupun itu baru stress masyarakat.
Jenis pelayanan umum untuk masyarakat adalah kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi,
pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sakit umum, seperti flu, batuk, panas. Untuk
penyakit yang serius akan di rujuk di rumah sakit terdekat.
f. Komunikasi
Komunikasi yang digunakan di wilayah kelurahan Patimuan adalah musyawarah yang
dilakukan antar warga dan pejabat kelurahan, serta setiap informasi yang ada sering dilakukan
melalui masjid yang ada. Media komunikasi yang ada di masyarakat Patimuan cukup di mengerti
oleh warga, namun terhadap kesehatan jiwa belum begitu berdampak karena masih sedikit media
yang menjelaskan mengenai kesehatan jiwa.
g. Ekonomi

Kondisi ekonomi yang sedang sulit di sebagian keluarga di kelurahan Patimuan, maka
kesejahteraan masyarakatnya masih rendah. Karena kesejahteraaan ekonomi yang rendah, maka
ada sebagian keluarga yang mengalami sedikit gangguan jiwa seperti seringnya marah-marah
pada anak sehingga anak mengalami gangguan konsep diri. Peluang penghasilan tambahan
masyarakat di kelurahan Patimuan ke banyakan warganya adalah petani, namun karena musim
yang sedang mendukung ada juga sebagian warga menggunakan kendaraan sepeda motornya
untuk mengojeg, dan ada ibu-ibu yang berdagang di depan rumahnya.
Kepadatan kerja masyarakat dan dampak terhadap kesehatan jiwa masyarakat. Karena
kebanyakan warga hanya petani, pada saat musim tidak mendukung untuk bertani maka sebagian
warga beralih ke pekerjaan yang sama seperti mengojeg, sehingga menyebabkan saingan dan
juga pendapatan yang kurang maka para orang tua sering marah pada anaknya sebagai
pelampiasan kekesalannya terhaap kondisi ekonomi.
h. Rekreasi
Sarana rekreasi yang sering digunakan oleh warga yang ada di kelurahan Patimuan adalah
bermain bersama di lapangan bola setiap sore, dan sering berkumpul mengobrol di lingkungan
rumah. Warga yang ada di kelurahan Patimuan biasanya melakukan rekreasi di lapangan pada
sore hari dan banyak yang berkumpul di lingkungan rumah pada saat malam sehabis magrib.
Dampak rekreasi terhdap kesehatan jiwa masyarakat rekreasi yang ada cukup memberikan
dampak positif pada warga, karena semakin terjalinnya kebersamaan dan rasa peduli antar warga
dan sering berdiskusi untuk mengatasi masalah ekonomi yang sulit sehinga kondisi emosional
sebagian warga yang sering marah dapat di kurangi dengan saling berdiskusi pada saat
berkumpul di lingkungan rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional pada remaja di kelurahan Patimuan berhubungan dengan Gangguan
gambaran diri yang dimanifestasikan dengan Akibat dimarahi dan diperlakukan kasar sama
orang tua.
C. Perencanan
1. Tujuan Jangka Panjang
Koping komunitas di kelurahan Patimuan menjadi efektif dalam menjalani masalah.
2.
a.
b.
c.
d.
e.

Tujuan Jangka Pendek


Orangtua di Kelurahan Patimuan dapat mengatasi Stres.
Tidak terjadi Kekerasan pada remaja di kelurahan Patimuan.
Remaja di Kelurahan Patimuan tidak lagi takut dengan orangtuanya.
Percaya Diri paa remaja di kelurahan Patimuan meningkat.
Kedekatan orang tua dan remaja menjadi lebih baik.

D. Tindakan
Dx Tujuan Umum
Dx. Setelah dilakukan
I
tindakan
keperawatan
selama 3
minggudiharapkan
orangtua di
Kelurahan
Patimuan bisa
melakukan
tindakan koping
yang efektif.

Tujuan
Khusus

Rencana
Kegiatan

Strategi

Setelah
Proses
dilakukan
kelompok
tindakan
keperawatan
selama 1
minggu :
Warga
Kelurahan
Patimuan dapat
membentuk
kelompok kerja
kesehatan jiwa
di desa dan
kelompok
pendukung .

Tempat

Waktu

Kriteri

Kader
kesehatan
Tokoh
masyarakat
Mahasiswa
Materi
tentang
kesehatan
jiwa

Aula Kelurahan
Patimuan

Setiap hari
Respon verb
minggu,
dilakukan 2
kali/ minggu.

Latihan
1.
kepemimpinan
(mengadakan training2.
motivasi)
Edukasi (penyuluhan3.
tentang bagaimana
cara memecahkan 4.
masalah)
5.

kader
kesehatan
tokoh
masyarakat
Tokoh
Agama
mahasiswa
materi
tentang
kesehatan
jiwa

Aula Kelurahan
Patimuan

Setiap hari
minggu,
dilakukan 2
kali/ 1
minggu

Respon verb

Setelah
Pemberdayaan
1. Pembinaan keluarga1.
dilakukan
dan kemitraan sehat dan anggota
tindakan
keluarga resiko
2.
keperawatan
gangguan jiwa
selama 3
membahas kasus
3.
minggu warga
terkait manajemen 4.
kelurahan
stress dan di
patimuan dapat
diskusikan.
melakukan studi
2. Pembinaan kelompok
kasus tentang
dan masyarakat
masalah yang
melalui
sering dihadapi
kunjungan Perawat

kader
kesehatan
tokoh
masyarakat
mahasiswa
materi
tentang
kesehatan
jiwa

Aula Kelurahan
Patimuan

Setiap hari
minggu,
dilakukan 2
kali/ 1
minggu

ResponPsiko
r

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2
minggu warga
kelurahan
patimuan dapat
melakukan
demonstrasi
tentang
bagaimana cara
menyelesaikan
suatu masalah
yang baik.

1. Pembentukan
1.
kelompok kerja
kesehatan jiwa di desa2.
2. Pembentukan
kelompok pendukung3.
seperti kelompok
4.
pengajian, kelompok
diskusi kesehatan
jiwa.

Sumber

Pedidikan
kesehatan
Jiwa melalui
Formasi
kepemimpinan

Puskesmas/Komunit
as
3. Kerjasama LP dengan
Dinas Kesehatan

Respon Afek

Kabupaten berupa
pengadaan kegiatan
rutin Life Skill
Education dan LS
berupa pelatihan
kewirausaan dari
Dinas Perikanan.

Setelah
Intervensi 1. Terapi modalitas
1.
dilakukan
profesional
keperawatan berupa 2.
tindakan
pemberian teknik
keperawatan
relaksasi nafas dalam.3.
selama 4
2. Terapi komplementer
minggu warga
berupa manajemen 4.
kelurahan
stress
patimuan dapat
3. Pemberian bimbingan
melakukan studi
keagamaan (spiritual)
kasus tentang
masalah yang
sering dihadapi

Perawat
Tokoh
masyarakat
Tokoh
agama
Mahasiswa

Aula
KelurahanPatimua
n

Diposkan oleh wahyu Teten di 10.32


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Setiap 2 hari Respon verb


sekali/minggu

S-ar putea să vă placă și