Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TINJAUAN KASUS
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
I. IDENTITAS KLIEN :
a. Nama ( initial ) : Tn. U ( L/P )
b. Umur : 41 th
c. Tanggal Pengkajian : 20 Oktober 2011
d. Alamat : Desa Gemeksekti, Rt 04 / Rw 03 Kebumen
II. FAKTOR PREDISPOSISI :
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sudah mengalami gangguan jiwa selama 15th. Klien
merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara. Saat ini klien tinggal dan dirawat di rumah orangtuanya.
Klien sudah berkeluarga, memiliki satu istri dan satu anak. Selama klien mengalami gangguan
jiwa,klien tidak lagi tinggal bersama istri dan anaknya. Istri klien jarang sekali menjenguk klien di
rumah orang tua klien. Keluarga mengatakan klien mengalami gangguan jiwa setelah dia menikah
dan memiliki anak. Klien tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehingga
menyebabkan dia hanya berdiam diri di kamarnya.
III. PEMERIKSAAN FISIK :
Tanda vital : tidak dapat terkaji
Keluhan Fisik : klien pernah mengalami kecelakaan yang membuat kepalanya sakit karena terbentur
mobil.
IV. PSIKOSOSIAL :
a. Genogram :
Klien merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara. Klien tinggal bersama ibu, kakak pertama dan
adiknya. Ayah klien sudah meninggal sejak 10th yang lalu. Ayahnya seorang juragan batik terkenal
di desanya dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Sepeniggal ayahnya klien bekerja sebagai buruh
genteng. Klien sudah berumah tanggal, memiliki satu istri dan satu anak. Pola asuh keluarga kurang
terbuka dibuktikan dengan tidak adanya orang yang diajak bicara dengan klien ketika klien
mengalami masalah. Dalam riwayat keluarga terdapat riwayat gangguan jiwa tiga generasi yaitu dari
kakek klien, paman klien, klien dan adik klien. Dalam riwayat keluarga mengatakan klien pernah
mengalami kecelakaan tertabrak mobil dan kepalanya terbentur.
b. Konsep Diri :
1. Gambaran Diri : tidak dapat terkaji
2. Identitas Diri : tidak dapat terkaji
3. Peran : tidak dapat terkaji
4. Ideal Diri : tidak dapat terkaji
5. Harga Diri : tidak dapat terkaji
c. Hubungan Sosial :
Klien tidak mau bertemu dengan orang lain. Ketika ada orang yang datang menemuinya, klien
langsung pergi atau memposisikan dirinya seperti janin yang sedang tidur. Klien tidak mau
berinteraksi dengan orang lain, baik dengan keluarga maupun orang lain.
d. Spiritual :
Nilai dan keyakinan, klien beragama islam
Kegiatan ibadah, selama mengalami gangguan jiwa klien tidak pernah beribadah.
STATUS MENTAL
1. Penampilan : penampilan klien sangat kotor, tidak memakai baju,hanya memakai celana yang
kotor, tidak pernah mandi, rambut gondrong tidak pernah disisir, berdaki dan bau pesing
2. Pembicaraan : Klien tampak tidak kooperatif, intonasi bicara kecil, tidak bisa memulai
pembicaraan, dan kontak mata tidak ada
3. Aktivitas Motorik : termor
4. Alam Perasaan : Kien tampak bingung dan murung
5. Afek : tumpul
6. Interaksi selama wawancara :Saat interaksi klien tampak tidak koopratif dan saat ditanya klien
tidak mau menjawab ataupun memberikan isyarat, ketika perawat akan mendekati klien, klien
langsung pergi menjauh.
7. Persepsi : tidak dapat terkaji
8. Proses fikir : tidak dapat terkaji
9. Isi Fikir : tidak dapat terkaji
10. tingkat kesadaran : Klien tampak mondar - mandir, saat ditanya klien hanya diam dan pergi.
11. Memori : tidak dapat terkaji
12. Daya tilik diri : tidak dapat terkaji
MEKANISME KOPING
Keluarga klien mengatakan bahwa klien ketika ada masalah hanya berdiam diri dan tidak mau
bertemu orang.
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
20 Oktober 2011
Data Subjektif :
Keluarga klien mengatakan bahwa setelah berumah tangga, klien merasa malu karena bekerja
hanya sebagai seorang buruh
Data Objektif
Kontak mata kurang
Tidak ada insiatif untuk berinteraksi dengan orang lain Gangguan konsep diri : harga diri rendah
20 Oktober 2011
Data Subjektif :
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mandi dan malas merawat diri
Data Objektif :
penampilan klien sangat kotor
klien tidak memakai baju,hanya memakai celana yang kotor
rambut klien gondrong tidak pernah disisir, berdaki dan bau pesing. Deficit perawatan diri
13. ASPEK MEDIS : 14. THERAFI MADIS :Serenaceliquit
15. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN.
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Deficit perawatan diri
16. POHON MASALAH
Deficit perawatan diri ( DPD) ( Efek )
Gangguan persepsi sensori : ( efek )
Halusinasi
A. Latar Belakang
Bencana yang tidak habis-habisnya, baik oleh karena manusia maupun karena kejadian alam
merupakan sumber stressor yang berat yang data mengakibatkan terjadinya berbagai masalah
kesehatan jiwa masyarakat, baik yang ringan sampai yang berat. Masalah kesehatan jiwa yang
ringan berupa masalah psikososial seperti kecemasan, psikosomatis dapat terjadi pada orang
yang mengalami bencana. Bahkan keadaan yang lebih berat seperti depresi dan psikosis dapat
terjadi jika orang yang mengalami masalah psikososial tidak ditangani dengan baik (Keliat dkk,
2007).
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil
riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga
diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh
orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk
dan resiko terjadi harga diri rendah (Rusniati 2008).
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan
dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Konsep diri
sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun
psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah
hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui
dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan
individu dalam membina hubungan interpersonal. Meskipun konsep diri tidak langsung ada,
begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. selain itu
konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang
lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk
persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman
akan situasi tertentu. Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui
rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari
beberapa bagian, yaitu: gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas
(Rusniati, 2008).
Penanganan kesehatan jiwa secara cepat dan tepat memungkinkan hasil yang baik.
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemulihan normal (25 %) dan kemandirian (25%) akan
mencapai jka pasien gangguan jiwa ditangani dengan benar. Dengan fakta seperti ini, bahkan
produktivitas pasien gangguan jiwa masih dapat diharapkan. Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat ( 2005) dilanjutkan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (2006) Departemen Kesehatan
Republik Indonesia menetapkan tatanan pelayanan kesehatan jiwa tersebut dalam bentuk
piramida. Piramida pelayanan kesehatan tersebut menjabarkan, pelayanan kesehatan bersifat
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan renah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negarif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk,
2007). Harga diri juga dapat didefinisikan sebagai kondisi menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
B. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Tanda dan gejala dari harga diri antara lain:
1. Mengkritik diri sendiri.
2. Perasaan tidak mampu.
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktivitas.
5. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, pada pasien dengan harga diri rendah dapat diamati dari
penampilan seseorang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara
lambat dengan nada suara lemah.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan
fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka dapat dirumuskan diagnose keperawatan gangguan
konsep diri: harga diri rendah.
D. Tindakan Keperawatan
Setelah menegakan diagnosa keperawatan, beberapa tindakan keperawatan yang dapat di
lakukan baik pada pasien dan keluarganya antara lain sebagai berikut:
1.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
a)
b)
2)
a)
b)
c)
3)
a)
b)
4)
a)
b)
c)
5)
a)
b)
c)
d)
e)
2.
a.
1)
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS JIWA MASYARAKAT
A. Pengkajian Keperawatan
1.Data Inti (Core)
a. Riwayat
1) Usia penderita:
a) Anak
: 15 20 tahun
b) Orang tua
: 32 tahun
2) Jenis ganguan jiwa yang pernah diderita: gangguan konsep diri: harga diri rendah, memandang
dirinya tidak sebaik teman-temannya di sekolah.
3) Riwayat trauma
: takut yang berlebihan
4) Konflik
: penganiayaan
b. Demografi
1) Vital statistik:
Kelurahan Patimuan terletak di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap. Kelurahan Patimuan
berbatasan langsung dengan 4 Kelurahan. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan
purwodadi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan cinyawang, sebelah timur berbatasan
dengan Kelurahan sidamukti, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Maos. Kelurahan
Patimuan terdapat 5 RW, dan setiap RW ada 5 RT, dan setiap RT terdapat 28 Kepala Keluarga.
2) Agama
3) Budaya
: Islam
: Jawa
bisa menjadi sumber kebisingan juga jarang berlalu-lalang di Kelurahan tersebut, karena warga
di Kelurahan Patimuan lebih banyak menggunakan sepeda untuk beraktifitas sehari-hari.
Jarak antar rumah di Kelurahan Patimuan sangan dekat, hampir tak ada pagar pembatas
untuk tiap-tiap rumah. Kepadatan penduduk di Kelurahan Patimuan sangat padat. Faktor
pengganggu seperti hewan buas ataupun hewan pemangsa tidak ada.
Sebagian besar pendidikan warga masyarakat Kelurahan Patimuan lulusan SD, urutan
yang kedua lulusan SMP dan sisanya lulusan SMA. Untuk yang sekolah sampai sarjana masih
bisa di hitung dengan jari. Sarana pendidikan belum begitu terpenuhi, apalagi terkait sarana
pendidikan jiwa, belum ada. Terkait sarana pendidikan formal terdapat 5 SD di Kelurahan
Patimuan, untuk sekolah SMP ada satu dan SMA juga ada satu.
b. Keamanan & transportasi
Petugas keamanan di Kelurahan Patimuan sistemnya digilir. Jadi setiap malam ronda yang
terpusat di pos kamling kemudian keliling Kelurahan, untuk pembagian jadwalnya diatur oleh
penanggung jawab keamanan di Kelurahan tersebut. Setiap malam ada 2 orang yang bertugas.
Sarana tranportasi yang biasa digunakan adalah sepeda onthel dan sebagian kecil
menggunakan motor sebagai alat transportasinya. Tidak jarang orang bepergian ke kota harus
jalan kaki dahulu keluar Kelurahan, setelah itu naik angkot atau kendaraan umum lainnya. Untuk
keamanan transportasi sendiri masih terjaga, selain karena ada jadwal pos kamling setiap malam,
warga Kelurahan Patimuan orangnya lebih bangga dengan barang-barangnya sendiri. Jadi untuk
situasi keamanan lingkungan masih terjaga. Tidak ada pencurian, perampokan, perkosaan apalagi
perkelahian antar warga. Kelurahan Patimuan walaupun sebagian besar tingkat penghasilan
warganya tergolong menengah kebawah, namun mereka bangga dengan hasil yang halal, untuk
pencurian atau perampokan jarang terjadi.
Keamanan di jalan bisa dipastikan kurang terpenuhi, selain karena jalannya apabila hujan
licin, dan apabila musim kemarau berdebu. Jadi untuk keamanan di jalan kurang terjaga, masih
ada yang terjatuh gara-gara selip ataupun senggolan karena sempitnya gang masuk di Kelurahan
tersebut.
c. Petugas di jalan raya
Petugas dijalan raya di dekat Kelurahan Patimuan sudah bekerja seoptimal mungkin.
Kecelakaan juga jarang terjadi, karena polisi yang bertugas di lalu lintas mewajibkan setiap
pengendara sepeda motor memakai helm, dan untuk pengendara mobil wajib memakai sabuk
pengaman. Jadi walaupun di jalan raya ramai dengan kendaraan, kecelakaan bisa di minimalisir.
Antara Kelurahan Patimuan dengan Kelurahan sebelah dihubungkan dengan jembatan
penyeberangan. Jembatan tersebut terbuat dari bahan bangunan. Jadi untuk keamanan sudah
terpenuhi. Tidak ikut hanyut terbawa sungai, kalaupun itu hujan deras.
d. Politik & pemerintahan
Pemerintah daerah (Pemda) setempat kurang tanggap dengan kejadian gangguan jiwa di
masyarakat. Pemda masih fokus dengan masalah-masalah yang sifatnya medis, misalnya demam
berdarah, diare, kusta, terkait program imunisasi lengkap. Gangguan jiwa masyarakat belum
mendapatkan perhatian khusus. Skrining warga dengan gangguan jiwa juga belum pernah
dilakukan. Aturan pemda tentang jiwa di masyarakat sudah ada, tetapi dalam prakteknya
keluarga pasien yang berinisiatif membawanya berobat ke pelayanan pengobatan terkait.
Perlindungan warga dari pasien jiwa juga kurang optimal. Stigma negatif untuk orang dengan
gangguan jiwa masih melekat dalam kehidupan warga Kelurahan Patimuan.
Situasi politik di Kelurahan Patimuan juga kurang terlihat. Pemerintah setempat lebih
tertarik membiayai pemenuhan sarana dan prasarana di Kelurahan Patimuan, bukan tertarik di
kesehatannya, lebih-lebih tertarik dengan kesehatan jiwa masyarakat. Jadi pengaruhnya dengan
jiwa masyarakat tidak terdeteksi lebih dini. Banyak orang stress dengan semakin meningkatnya
kebutuhan, tetapi tingkat penghasilan minimal. Yang seperti itu kurang mendapatkan perhatian
dari pemerintah setempat.
e. Pelayanan umum dan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat kurang terjangkau. Ada puskesmas
pembantu di Kelurahan Patimuan itupun melayani penyakit yang umum dimasyarakat seperti flu,
batuk, dan panas. Puskesmas di Kecamatan harus menempuh jarak 10 km untuk mengakses
pelayanan kesehatan tersebut. Kalau mau ke rumah sakit harus menempuh jarak +/- 20 km.
Jenis pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan adalah belum begitu berpengaruh dengan
masih tingginya tingkat stress warga di Kelurahan Patimuan. Pelayanan yang biasanya dilakukan
adalah memberikan penyuluhan sederhana terkait steres dan dampaknya jangka panjang.
Dampak pelayanan kesehatan bagi kesehatan jiwa masyarakat bisa diminimalisir untuk kejadian
gannguan jiwa, apalagi yang sampai mengamuk ataupun merusak prasarana Kelurahan. Jadi
deteksi dini jiwa msyarakat perlu dioptimalkan lagi oleh petugas pelayanan kesehatan terutama
kita sebagai perawat. Tidak menungga ada kasus, tetapi kita harus peka dengan kejadian
walaupun itu baru stress masyarakat.
Jenis pelayanan umum untuk masyarakat adalah kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi,
pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sakit umum, seperti flu, batuk, panas. Untuk
penyakit yang serius akan di rujuk di rumah sakit terdekat.
f. Komunikasi
Komunikasi yang digunakan di wilayah kelurahan Patimuan adalah musyawarah yang
dilakukan antar warga dan pejabat kelurahan, serta setiap informasi yang ada sering dilakukan
melalui masjid yang ada. Media komunikasi yang ada di masyarakat Patimuan cukup di mengerti
oleh warga, namun terhadap kesehatan jiwa belum begitu berdampak karena masih sedikit media
yang menjelaskan mengenai kesehatan jiwa.
g. Ekonomi
Kondisi ekonomi yang sedang sulit di sebagian keluarga di kelurahan Patimuan, maka
kesejahteraan masyarakatnya masih rendah. Karena kesejahteraaan ekonomi yang rendah, maka
ada sebagian keluarga yang mengalami sedikit gangguan jiwa seperti seringnya marah-marah
pada anak sehingga anak mengalami gangguan konsep diri. Peluang penghasilan tambahan
masyarakat di kelurahan Patimuan ke banyakan warganya adalah petani, namun karena musim
yang sedang mendukung ada juga sebagian warga menggunakan kendaraan sepeda motornya
untuk mengojeg, dan ada ibu-ibu yang berdagang di depan rumahnya.
Kepadatan kerja masyarakat dan dampak terhadap kesehatan jiwa masyarakat. Karena
kebanyakan warga hanya petani, pada saat musim tidak mendukung untuk bertani maka sebagian
warga beralih ke pekerjaan yang sama seperti mengojeg, sehingga menyebabkan saingan dan
juga pendapatan yang kurang maka para orang tua sering marah pada anaknya sebagai
pelampiasan kekesalannya terhaap kondisi ekonomi.
h. Rekreasi
Sarana rekreasi yang sering digunakan oleh warga yang ada di kelurahan Patimuan adalah
bermain bersama di lapangan bola setiap sore, dan sering berkumpul mengobrol di lingkungan
rumah. Warga yang ada di kelurahan Patimuan biasanya melakukan rekreasi di lapangan pada
sore hari dan banyak yang berkumpul di lingkungan rumah pada saat malam sehabis magrib.
Dampak rekreasi terhdap kesehatan jiwa masyarakat rekreasi yang ada cukup memberikan
dampak positif pada warga, karena semakin terjalinnya kebersamaan dan rasa peduli antar warga
dan sering berdiskusi untuk mengatasi masalah ekonomi yang sulit sehinga kondisi emosional
sebagian warga yang sering marah dapat di kurangi dengan saling berdiskusi pada saat
berkumpul di lingkungan rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional pada remaja di kelurahan Patimuan berhubungan dengan Gangguan
gambaran diri yang dimanifestasikan dengan Akibat dimarahi dan diperlakukan kasar sama
orang tua.
C. Perencanan
1. Tujuan Jangka Panjang
Koping komunitas di kelurahan Patimuan menjadi efektif dalam menjalani masalah.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
D. Tindakan
Dx Tujuan Umum
Dx. Setelah dilakukan
I
tindakan
keperawatan
selama 3
minggudiharapkan
orangtua di
Kelurahan
Patimuan bisa
melakukan
tindakan koping
yang efektif.
Tujuan
Khusus
Rencana
Kegiatan
Strategi
Setelah
Proses
dilakukan
kelompok
tindakan
keperawatan
selama 1
minggu :
Warga
Kelurahan
Patimuan dapat
membentuk
kelompok kerja
kesehatan jiwa
di desa dan
kelompok
pendukung .
Tempat
Waktu
Kriteri
Kader
kesehatan
Tokoh
masyarakat
Mahasiswa
Materi
tentang
kesehatan
jiwa
Aula Kelurahan
Patimuan
Setiap hari
Respon verb
minggu,
dilakukan 2
kali/ minggu.
Latihan
1.
kepemimpinan
(mengadakan training2.
motivasi)
Edukasi (penyuluhan3.
tentang bagaimana
cara memecahkan 4.
masalah)
5.
kader
kesehatan
tokoh
masyarakat
Tokoh
Agama
mahasiswa
materi
tentang
kesehatan
jiwa
Aula Kelurahan
Patimuan
Setiap hari
minggu,
dilakukan 2
kali/ 1
minggu
Respon verb
Setelah
Pemberdayaan
1. Pembinaan keluarga1.
dilakukan
dan kemitraan sehat dan anggota
tindakan
keluarga resiko
2.
keperawatan
gangguan jiwa
selama 3
membahas kasus
3.
minggu warga
terkait manajemen 4.
kelurahan
stress dan di
patimuan dapat
diskusikan.
melakukan studi
2. Pembinaan kelompok
kasus tentang
dan masyarakat
masalah yang
melalui
sering dihadapi
kunjungan Perawat
kader
kesehatan
tokoh
masyarakat
mahasiswa
materi
tentang
kesehatan
jiwa
Aula Kelurahan
Patimuan
Setiap hari
minggu,
dilakukan 2
kali/ 1
minggu
ResponPsiko
r
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2
minggu warga
kelurahan
patimuan dapat
melakukan
demonstrasi
tentang
bagaimana cara
menyelesaikan
suatu masalah
yang baik.
1. Pembentukan
1.
kelompok kerja
kesehatan jiwa di desa2.
2. Pembentukan
kelompok pendukung3.
seperti kelompok
4.
pengajian, kelompok
diskusi kesehatan
jiwa.
Sumber
Pedidikan
kesehatan
Jiwa melalui
Formasi
kepemimpinan
Puskesmas/Komunit
as
3. Kerjasama LP dengan
Dinas Kesehatan
Respon Afek
Kabupaten berupa
pengadaan kegiatan
rutin Life Skill
Education dan LS
berupa pelatihan
kewirausaan dari
Dinas Perikanan.
Setelah
Intervensi 1. Terapi modalitas
1.
dilakukan
profesional
keperawatan berupa 2.
tindakan
pemberian teknik
keperawatan
relaksasi nafas dalam.3.
selama 4
2. Terapi komplementer
minggu warga
berupa manajemen 4.
kelurahan
stress
patimuan dapat
3. Pemberian bimbingan
melakukan studi
keagamaan (spiritual)
kasus tentang
masalah yang
sering dihadapi
Perawat
Tokoh
masyarakat
Tokoh
agama
Mahasiswa
Aula
KelurahanPatimua
n