this delayed expansion on hydration of periclase, long after the cement has hardened, may

disrupt mortar or concrete in a structure. the damage caused by such a delayed expansion due to
MgO hydration was first observed in 1884 on number of bridges and viaducts in France and on
the Town Hall of Cassel in Germany. the cements used contained high magnesia; the French
cements from 16 to 30% and the German cements 27%, as dolomitic limestone has been used in
their manufacture. It was investigations which followed that led to the introduction of limits for
the total MgO content in the cement specifications all over the world. The present specified
maximum limit on MgO content in different national standards on cement is shown in Table 1.
ekspansi ini ditunda pada hidrasi periklas, lama setelah semen telah mengeras, dapat
mengganggu mortar atau beton dalam struktur. kerusakan yang disebabkan oleh suatu
ekspansi tertunda karena MgO hidrasi pertama kali diamati pada tahun 1884 di sejumlah
jembatan dan viaduk di Perancis dan di Balai Kota Cassel di Jerman. semen yang
digunakan mengandung magnesium yang tinggi; semen Perancis 16-30% dan Jerman
semen 27%, sebagai dolomit kapur telah digunakan dalam pembuatan mereka. Itu
investigasi yang diikuti yang menyebabkan pengenalan batas total konten MgO dalam
spesifikasi semen di seluruh dunia. Sekarang batas maksimum yang ditentukan pada MgO
konten di standar nasional yang berbeda pada semen ditunjukkan pada Tabel 1.
the extent of the potential danger of delayed expansion die to MgO hydration is assessed by the
performance of the cement in the autoclave expansion test recommended by ASTM. In this test,
hydration of MgO in the cement is accelerated and completed under conditions of superheated
steam at 21 +- 1 kg/cm2 pressure. In sound (include volume stable) cement, the expansion after
autoclave treatment should not exceed 0,8%. ASTM based this limit showed with synthetic
clinkers made in the laboratory that cements containing more than 5% Mg show large volume
expansion inthe autoclave test. This conclusion has since been confirmed by many workers in
other countries.
tingkat potensi bahaya tertunda ekspansi mati untuk MgO hidrasi dinilai oleh kinerja
semen dalam tes ekspansi autoclave direkomendasikan oleh ASTM. Dalam tes ini, hidrasi
MgO di semen dipercepat dan selesai dalam kondisi superheated steam pada 21 + - 1 kg /

cm2 tekanan. Dalam suara (termasuk volume yang stabil) semen, ekspansi setelah
pengobatan autoclave tidak melebihi 0,8%. Berdasarkan ASTM batas ini menunjukkan
dengan klinker sintetis yang dibuat di laboratorium yang semen yang mengandung lebih
dari 5% Mg menunjukkan ekspansi volume besar inthe tes autoclave. Kesimpulan ini telah
dilakukan sejak dikonfirmasi oleh banyak pekerja di negara-negara lain.
Prevention of Unsoundness due to MgO
The composition of ordinary Portland cement is such that, if one ignores the minor constituents if
the clinker, it can be plotted on the phase diagram for the CaO Al2O3 SiO2 system. The
relevance of this particular diagram however, diminishes as the percentage of MgO increases in
the clinker because with increase in MgO content, the delineation of the phase boundaries
change sharply. This is confirmed by the phase diagrams of the CaO Al2O3 SiO2 system at
5, 10, and 15% MgO levels, published by Cavalier and Sandrer Deudon.
Attempts made from time to time by different workers to overcome unsoundness due to MgO in
high-magnesia cement have the following basic technological approaches.
Pencegahan unsoundness karena MgO
Komposisi semen Portland biasa adalah seperti itu, jika salah satu mengabaikan
konstituen minor klinker, dapat diplot pada diagram fase untuk CaO - sistem SiO2 Al2O3. Relevansi diagram tertentu Namun, berkurang sebagai persentase MgO
meningkatkan di klinker karena dengan meningkatnya kadar MgO, penggambaran batasbatas fase mengubah tajam. Hal ini dikonfirmasi oleh diagram fase CaO - Al2O3 - sistem
SiO2 pada 5, 10, dan 15% tingkat MgO, diterbitkan oleh Cavalier dan Sandrer - Deudon.
Upaya yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh para pekerja yang berbeda untuk
mengatasi unsoundness karena MgO dalam semen tinggi magnesium memiliki pendekatan
dasar teknologi berikut.
1. Adjustment in Raw Meal Composition
Kondo and Wada prepared cement clinkers containing up to 12% MgO by using raw-meal
compositions having the ratio SiO2:Al2O3:Fe2O3 the same but ranging in hydraulic modulus

from 1,70 to 2,10. Their data for compressive strength and autoclave expansion test carried out
for 20 to 1290 min at 139-40oC showed that MgO up to 8% can safely be allowed.
Balthasar used high iron content in the raw meal and a prolonged sintering period at an elevated
temperature to prevent unsoundness due to MgO in high-Magnesia cement. The iron oxide
requirement was calculated as:
%Fe2O3 = 2 + 0,2 x % MgO
The cement produced according to the Balthasar process passed the requirements on soundness
as determined by 28 days water immersion and boiling tests. Investigations made by Kuhl and
Meyer and Eitel, however, showed that high magnesia contents is not safe even under the
conditions defined by Balthasar. Similar doubts on freedom from unsoundness over protracted
period of contact with water were also expressed by Schwoete and Zur Strassen.
Dubuisson investigated the effect of adding 20% MgO (as MgO or MgCo 3) to white cement (no
Fe2O3), Portland cement and Ferrari cement (excess of Fe2O3) compositions at 800 to 1460 oC,
and found that normal and stable cements containing as much as 35,7% MgO could be produced
by using Ferrari cement composition. It was also stated that the MgO could be varied from 20 to
80% when the Fe2O3 content was sufficiently high to assuew complete conversion of C3A to
C4AF. The C4AF was reported to be an excellent stabilizer for MgO, even small amounts
converting considerable quantities of MgO into a non-expansive constituent. Bogue, however
considered that the results of Dubuosson;s investigations were contradictory.
The use of admixtures to the clinker raw meal was tried by Nikiforov et al, who found that
Portland cement containing as much as 6% MgO and satisfying the specifies requirements of
autoclave test can be produced by adding CaF2 or Na2SiF6 to the raw meal. The optimum
amounts found for CaF2 and Na2SiF6 were 0,4-0,5% and 0,64%, respectively.
Keeping in mind that ordinary Portland cement compositions lie close to the ternary CaO
3CaO.SiO2 2CaO.SiO2 invariant point, Rehsi and Majumdar had the following considerations
for selecting base compositions of clinkers having 7,5; 10; and 15% MgO in their investigations
on high-magnesia cements.
(i)

the range and proportions of C3S, C2S, C3A, and C4AF normally present in ordinary

(ii)
(iii)

Portland cement;
specified limits on lime-saturation factor and Al2O3 / Fe2O3 ratio;
the compressive strength of the cement so obtained

At each MgO level, they synthesized several compositions differing considerably in Al2O3 /
Fe2O3 ratios. The variations in the Al2O3 / Fe2O3 ratios in the clinker compositions as reflected
in the variations in C3A / C4AF ratios were found to influence the amount of uncombined MgO
in these clinkers. With increase in Fe2O3 content in clinker composition, the amount of
uncombined MgO decreased. Since unsoundness of cement is, in a way related to its uncombined
MgO cntent, it was considered advantegous to aim at lower C3A / C4AF ratio, include use of
higher Fe2O3 contents in high-magnesia clinkers.
1. Penyesuaian di Meal Baku Komposisi
Kondo dan Wada disiapkan klinker semen yang mengandung hingga 12% MgO dengan
menggunakan komposisi baku-makan memiliki rasio SiO2: Al2O3: Fe2O3 sama tetapi
mulai modulus hidrolik dari 1,70 ke 2,10. Data mereka untuk kuat tekan dan uji ekspansi
autoclave dilakukan untuk 20-1290 menit pada 139-40oC menunjukkan bahwa MgO
hingga 8% aman dapat diizinkan.
Balthasar digunakan kadar besi yang tinggi dalam makanan mentah dan periode sintering
lama pada suhu tinggi untuk mencegah unsoundness karena MgO dalam semen tinggi
Magnesia. Persyaratan oksida besi dihitung sebagai:
%Fe2O3 = 2 + 0,2 x % MgO
Semen diproduksi sesuai dengan proses Balthasar lulus persyaratan tingkat kesehatan
yang ditentukan oleh 28 hari perendaman air dan tes mendidih. Investigasi yang dilakukan
oleh Kuhl dan Meyer dan Eitel, bagaimanapun, menunjukkan bahwa kandungan
magnesium yang tinggi tidak aman bahkan di bawah kondisi yang ditetapkan oleh
Balthasar. Keraguan yang sama tentang kebebasan dari unsoundness selama periode
berlarut-larut dari kontak dengan air juga diungkapkan oleh Schwoete dan Zur Strassen.
Dubuisson menyelidiki efek penambahan 20% MgO (sebagai MgO dan MgCO3) untuk
semen putih (tidak ada Fe2O3), semen Portland dan Ferrari semen (lebih dari Fe2O3)
komposisi 800 untuk 1460oC, dan menemukan bahwa normal dan stabil semen yang
mengandung sebanyak 35,7% MgO dapat diproduksi dengan menggunakan komposisi
semen Ferrari. Hal itu juga menyatakan bahwa MgO dapat bervariasi dari 20 sampai 80%
bila konten Fe2O3 adalah cukup tinggi untuk memastikan konversi lengkap C3A dan
C4AF. The C4AF dilaporkan menjadi stabilizer yang sangat baik untuk MgO, bahkan

jumlah kecil mengubah besaran besar MgO menjadi konstituen non-ekspansif. Bogue,
namun menilai bahwa hasil investigasi Dubuisson ini yang bertentangan.
Penggunaan bahan tambahan untuk makan mentah klinker dicoba oleh Nikiforov et al,
yang menemukan bahwa semen Portland mengandung sebanyak 6% MgO dan
memuaskan menspesifikasikan persyaratan uji autoclave dapat diproduksi dengan
menambahkan CaF2 atau Na2SiF6 untuk makan mentah. Jumlah optimum ditemukan
CaF2 dan Na2SiF6 adalah 0,4-0,5% dan 0,64%, masing-masing.
Perlu diingat bahwa komposisi semen Portland biasa berada dekat dengan terner CaO 3CaO.SiO2 - 2CaO.SiO2 titik invarian, Rehsi dan Majumdar memiliki pertimbangan
sebagai berikut untuk memilih komposisi dasar klinker memiliki 7,5; 10; dan 15% MgO
dalam penyelidikan mereka pada semen tinggi magnesium.
(i) jangkauan dan proporsi C3S, C2S, C3A, dan C4AF biasanya hadir dalam semen
Portland biasa;
(ii) batas faktor kapur jenuh dan rasio Al2O3 / Fe2O3 ditentukan;
(iii) kuat tekan semen sehingga diperoleh
Pada setiap tingkat MgO, mereka disintesis beberapa komposisi berbeda jauh dalam rasio
Al2O3 / Fe2O3. Variasi dalam Al2O3 yang / rasio Fe2O3 dalam komposisi klinker yang
tercermin dalam variasi C3A / rasio C4AF ditemukan untuk mempengaruhi jumlah
uncombined MgO pada klinker ini. Dengan peningkatan Fe2O3 konten dalam komposisi
klinker, jumlah uncombined MgO menurun. Karena unsoundness semen, dengan cara
berhubungan dengan konten MgO uncombined, itu dianggap menguntungkan untuk
tujuan di bawah C3A / C4AF rasio, termasuk penggunaan yang lebih tinggi Fe2O3 isi
klinker tinggi magnesium.
2. Burning Raw Meal at Lower Temperatures
Investigations carried out by Budnikov and Vorobeb, Royak and Meyshlyaeva, Young and
Vorobev and Budnikov showed that sound and stable cemens with MgO content as high as
18,5% can be produced by burning the raw meal at lower temperatures of 1250-1350oC and by
adding to the cement so produced about 1-2% MgCl2 or CaCl2. It was argued that at the lower
temperature of burning, MgO gets combined in the form of intermediate compounds, such as
monticellite (CaO.MgO.SiO2), akermanite (2CaO.MgO.2SiO2), merwinite (3CaO.MgO.2SiO2)

and spinel (MgO(Al,Fe)2O3), and is thus prevented from causing unsoundness. The binding of
MgO in glassy phase and in solid solution with other clinker minerals and its occurrence in fine
crystals of 1 to 2 microns in size were also considered to be responsible for preventing
unsoundness.
Sanada and Miyazawa also noted a decreade in the content of uncombined MgO near 1300oC.
With increase in the temperature of burning, the intermediate compounds dissociate thereby
releasing free MgO, wich later appears as periclase crystals of bigger size and cause
unsoundness.
The addition of MgCl2 MgCl2 or CaCl2 was considered to accelerate the hydration of fine
periclase crystals. The effectiveness CaCl2 was also noticed by Guye, but in his opinion the
disadvantages of CaCl2, such as its hygroscopic nature and its attack on steel in reinforced
concrete, must not be overlooked. Similar fears were also expressed by Dolzsai.
The burning of raw meal at lower temperatures was not, however, found to be effective by Rehsi
and Majumdar in producing sound Portland cement with MgO content above 5 to 6%. In thir
experiments, a high-magnesia clinker (MgO content 7,5%) prepared at 1300 oC was found to dust
extensively. The dusting was less vigorous and the dusting was less vigorous at 1350oC and
totally absent when the clinker was produced at 1400oC and above. Budnikov surprisingly makes
no mention of dusting clinkers produced by him at 1350 or below. As is well known, dusting of a
clinker is caused by inversion of -C2S to -C2S. Since -C2S is non-hydraulic, its formation
adversely affects strength of cement and should be avoided, as far as possible. Besides dusting,
the autoclave expansionof cements oba=tained from clinker samples produced at different
temperatures in the range of 1300 to 1500 oC.was also found to be excessive (between 12 to
13%).
2. Pembakaran Raw Meal di Suhu rendah
Investigasi yang dilakukan oleh Budnikov dan Vorobeb, Royak dan Meyshlyaeva, Young
dan Vorobev dan Budnikov menunjukkan bahwa sound dan stabil semen dengan MgO
konten setinggi 18,5% dapat diproduksi dengan membakar makanan mentah pada suhu
yang lebih rendah dari 1250-1350oC dan oleh menambah semen sehingga menghasilkan
sekitar 1-2% MgCl2 atau CaCl2. Dikatakan bahwa pada suhu yang lebih rendah dari
pembakaran, MgO akan dikombinasikan dalam bentuk senyawa menengah, seperti

monticellite

(CaO.MgO.SiO2),

akermanite

(2CaO.MgO.2SiO2),

merwinite

(3CaO.MgO.2SiO2) dan spinel (MgO (Al, Fe) 2O3), dan dengan demikian dicegah dari
penyebab unsoundness. Pengikatan MgO di fase kaca dan dalam larutan padat dengan
mineral klinker lain dan kejadiannya di kristal halus dari 1 sampai 2 mikron dalam
ukuran juga dianggap bertanggung jawab untuk mencegah unsoundness.
Sanada dan Miyazawa juga mencatat penurunan kandungan uncombined MgO dekat
1300oC. Dengan peningkatan suhu pembakaran, senyawa intermediet memisahkan
sehingga melepaskan bebas MgO, yang kemudian muncul kristal sebagai periklas ukuran
lebih besar dan menyebabkan unsoundness.
Penambahan MgCl2 atau CaCl2 dianggap mempercepat hidrasi kristal periklas baik.
Efektivitas CaCl2 juga diperhatikan oleh Guye, namun menurutnya kerugian dari CaCl2,
seperti sifat higroskopis dan serangan terhadap baja di beton bertulang, tidak boleh
diabaikan. Ketakutan serupa juga diungkapkan oleh Dolzsai.
Pembakaran makanan mentah pada suhu yang lebih rendah tidak, bagaimanapun,
ditemukan efektif oleh Rehsi dan Majumdar dalam memproduksi semen Portland suara
dengan MgO konten di atas 5-6%. Dalam percobaan ini, klinker tinggi magnesium (MgO
konten 7,5%) disiapkan di 1300oC ditemukan debu secara ekstensif. Debu itu kurang kuat
dan debu itu kurang kuat di 1350oC dan benar-benar absen saat klinker yang diproduksi
di temperatur 1400oC dengan lama dan di atas. Budnikov mengejutkan tidak
menyebutkan klinker debu yang dihasilkan oleh dia di 1350 atau di bawah. Seperti
diketahui, debu klinker yang disebabkan oleh inversi -C2S untuk -C2S. Karena -C2S
adalah non-hidrolik, pembentukannya merugikan mempengaruhi kekuatan semen dan
harus dihindari, sejauh mungkin. Selain debu, perluasan autoclave semen diperoleh dari
sampel klinker yang dihasilkan pada temperatur yang berbeda di kisaran 1.300 untuk
1500oC.was juga ditemukan berlebihan (antara 12 sampai 13%).
3. Burning Raw Meal at Melting Temperatures
The possibility of preventing unsoundness due to MgO in high-magnesia cement by burning the
raw meal at melting temperature was examined by Goldshtein and Okorokov and Butt et sl.
Investigations carried out by and produced from clinkers fired at melting temperatures were
sound. The volume stability of high-magnesia ements was attributed to the presences of

uniformly distributed small-sized MgO crystals of MgO in fused clinkers as compared to the
large-sized MgO crystals present in the sintered clinkers. Butt et al. produced clinker samples of
different compositions in a special reverberatory furnace. Their comparison of the mineralogical
composition of molten clinkers and properties of the cements obtained from them vis--vis those
obtained in the usual way showed that (i) MgO in molten clinkers appeared in the form of
dendritic agglomerations or uniformly distributed small round crystals; (ii) the mechanical
strengths of the cements obtained from molten clinker was higher; (iii) the mechanical strengths
of the cements decreased with increasing MgO; (iv) rapid cooling with water enhanced strength;
(v) both volume stability and strength improved with increasing C3S content; and (vi) alternation
of the composition of the aluminate-ferrite phase brought about substantial change in volume
stability of the cements and it increased with increasing Al2O3 content.
3. Pembakaran Raw Meal di Suhu lebur
Kemungkinan mencegah unsoundness karena MgO dalam semen tinggi magnesium
dengan membakar makanan mentah pada suhu leleh diperiksa oleh Gol'dshtein dan
Okorokov dan Butt et sl. Investigasi yang dilakukan oleh dan dihasilkan dari klinker
dipecat pada suhu leleh yang suara. Stabilitas volume ements tinggi magnesium ini
disebabkan oleh kehadiran didistribusikan merata MgO kristal berukuran kecil MgO
pada klinker menyatu dibandingkan dengan kristal MgO berukuran besar hadir dalam
klinker sinter. Butt et al. diproduksi sampel klinker komposisi yang berbeda dalam tungku
reverberatory khusus. Perbandingan mereka dari komposisi mineralogi dari klinker cair
dan sifat dari semen diperoleh dari mereka vis--vis yang diperoleh dengan cara yang
biasa menunjukkan bahwa (i) MgO pada klinker cair muncul dalam bentuk aglomerasi
dendritik atau terdistribusi secara merata kristal bulat kecil ; (ii) kekuatan mekanis dari
semen diperoleh dari klinker cair lebih tinggi; (iii) kekuatan mekanis dari semen menurun
dengan meningkatnya MgO; (iv) pendinginan cepat dengan kekuatan air ditingkatkan; (v)
baik stabilitas volume dan kekuatan meningkat dengan meningkatnya kadar C3S; dan (vi)
pergantian komposisi fase aluminat-ferit membawa perubahan besar dalam stabilitas
volume semen dan peningkatan dengan meningkatnya konten Al2O3.
4. Rapid Cooling of Clinker

Lerch and Taylor studied the effect of rapid cooling of clinker having varying amounts of MgO
on autoclave expansion and found that for cements containing more than 2,5% MgO, the
autoclave expansion could be greatly reduced by rapid cooling of the clinker. These observations
were later confirmed by Gonnerman et al. The data obtained by Gonnerman et al. showed that by
rapid coolinh of clinker, cement containing as much as 5% MgO can be produced to meet the
specified ASTM limits of 0,5% maximum in autoclave expansion. The specified ASTM limits on
autoclave expansion has sinvce been rasied to 0,8%.
Royak and Myshlyaeva, Czarnick, and Ward examined microscopically samples of slowly
cooled and rapidly cooled cement clinkers and found that the size of periclase crystals in the
rapidly cooled clinkers was much smaller than in the slowly cooled clinkers. The decreased size
of periclase crystals was considered to produce lower expansion. Gille confirmed this view by
presenting the following data on the influence of sized perclase grains to a low MgO cement:
Ukuran periclase (Mikron)

Jumlah yang Dibutuhkan untuk Menghasilkan

30-60
15-30
5-15
Di bawah 5
The beneficial effect of rapid cooling of clinker

Ekspansi (%)
1,0
1,5
2,0
4-6
was also reported by Rehsi and Majumdar who

founf that a substantial portion of MhO present in the raw meal got incorporated in the glassy
phase were more suitable for preventing unsoundness due to MgO in high-magnesia cement. The
data obtained by them also showed that as compared to air-cooled clinker (slow cooling), waterquenched clinker (rapid cooling) was relatively easier to grind, had smaller quenched clinker
(rapid cooling) was relatively easier to grind, had smaller MgO crystals and had a highet
proportion of C3S and interstitial phases and a lower C2S content.
While finding considerable fluctuations in the size of MgO crystals between slowly cooled and
rapidlu cooled clinkers, Butt et al. observed that rapidlu cooled (water-quenched) clinker, by and
large, gave higher strength as compared to clinker cooled slowly in air.
4. Cepat pendinginan klinker
Lerch dan Taylor mempelajari efek dari pendinginan cepat dari klinker memiliki jumlah
yang bervariasi dari MgO pada ekspansi autoclave dan menemukan bahwa untuk semen
yang mengandung lebih dari 2,5% MgO, perluasan autoclave bisa sangat dikurangi

dengan pendinginan cepat dari klinker. Pengamatan ini kemudian dikonfirmasi oleh
Gonnerman dkk. Data yang diperoleh oleh Gonnerman dkk. menunjukkan bahwa dengan
coolinh cepat klinker, semen yang mengandung sebanyak 5% MgO dapat diproduksi
untuk memenuhi batas ASTM ditentukan 0,5% maksimum dalam ekspansi autoclave.
Batas ASTM yang ditentukan pada ekspansi autoclave sejak itu telah rasied ke 0,8%.
Royak dan Myshlyaeva, Czarnick, dan Ward memeriksa sampel mikroskopis dari
perlahan-lahan didinginkan dan cepat didinginkan klinker semen dan menemukan bahwa
ukuran kristal periklas di cepat didinginkan klinker jauh lebih kecil daripada di perlahanlahan didinginkan klinker. Ukuran menurun kristal periklas dianggap menghasilkan
ekspansi rendah. Gille dikonfirmasi pandangan ini dengan menghadirkan data berikut
pada pengaruh butir perclase berukuran untuk semen MgO rendah:
Efek menguntungkan dari pendinginan cepat klinker juga dilaporkan oleh Rehsi dan
Majumdar yang menemukan bahwa sebagian besar dari mho hadir dalam makanan
mentah mendapat tergabung dalam fase kaca lebih cocok untuk mencegah unsoundness
karena MgO dalam semen tinggi magnesium. Data yang diperoleh oleh mereka juga
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan berpendingin udara klinker (pendinginan
lambat), air-padam klinker (pendinginan cepat) relatif lebih mudah untuk menggiling,
memiliki padam klinker lebih kecil (pendinginan cepat) relatif lebih mudah untuk
menggiling, memiliki lebih kecil MgO kristal dan memiliki proporsi Highet dari C3S dan
fase interstitial dan konten C2S lebih rendah.
Sementara menemukan fluktuasi yang cukup besar dalam ukuran kristal MgO antara
perlahan-lahan didinginkan dan cepat didinginkan klinker, Butt et al. mengamati bahwa
didinginkan dengan cepat (air-padam) klinker, oleh dan besar, memberi kekuatan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan klinker didinginkan perlahan di udara.
5. Use of Reactive Siliceous Materials in High-magnesia Cements
Th investigations carried out by Rehsi and Majumdar have been quite exhaustive. Their data
showed that the autoclave expansion of high0magnesia cement containing 7,5; 10; and 15%
MgO can be effectively brought below the specified maximum value of 0,8% by incorporating
20; 30; and 35% fly ash, by weight, respectively in the cement.
Kandungan

MgO

dalam Banyaknya

Fly Ash

yang Ekspansi Autoclave (%)

Semen (%)
7,5

Ditambahkan (%)
0

12,64

10

20
0

0,445
17,09

30

0,75

35
0

0,457
21,395

35

0,497

15

40
0,388
As a follow-up of the investigations by Rehsi and Majumdar, high-magnesia cement clinker
(MgO content 10%) was produced by Rehsi and Chopra to establish feasibility of its producyion
on a commercial scale. Subsequently, Rehsi and Garg and Rehsi studied ong-term performance
of the cement obtained from this clinker. The data on compressive strength and volume
expansion obtained during 7 years storage under water at 27 +- 2oC showed that the compressive
strength of cement mixed with 30% fly ash, by weight, continued to rise and it exceeded the
corresponding strength of the cement without fly ash within 230 days. The upward development
of strength in cement containing fly ash clearly establishes the stabilizing influence of fly ash.
further evidence to this effect is provided by the volume expansion data which shows that, in
sharp contrast to the cement without fly ash, which showed volume expansion of 1,186% at 7
years (2556 days) of storage under water, the corresponding volume expansion of the cement
containing 30% fly ash, by weight, was 0,181% only. From thee studies, it would be fair to
conclude that unsoundness due to MgO in high-magnesia cements with MgO content up to 10%
can be effectively prevented and the cement rendered sound by admixing 20% fly ash, by weight.
The use of burnt clay pozzoland in place of fly ash was also found equally effective.
5. Penggunaan Reaktif Bahan silikous di Semen Tinggi magnesia
Investigasi Th dilakukan oleh Rehsi dan Majumdar telah cukup lengkap. Data mereka
menunjukkan bahwa perluasan autoclave tinggi
magnesia semen yang mengandung 7,5; 10; dan 15% MgO dapat dibawa secara efektif di
bawah nilai maksimum yang ditentukan dari 0,8% dengan memasukkan 20; 30; dan 35%
fly ash, berat, masing-masing pada semen.

Sebagai tindak lanjut dari investigasi oleh Rehsi dan Majumdar, klinker semen tinggi
magnesium (MgO konten 10%) diproduksi oleh Rehsi dan Chopra untuk membangun
kelayakan produksi pada skala komersial. Selanjutnya, Rehsi dan Garg dan Rehsi
mempelajari kinerja jangka ong dari semen diperoleh dari klinker ini. Data pada kekuatan
tekan dan ekspansi volume yang diperoleh selama 7 tahun penyimpanan di bawah air pada
27 + - 2oC menunjukkan bahwa kuat tekan semen dicampur dengan 30% fly ash, berat,
terus meningkat dan melebihi kekuatan yang sesuai semen tanpa fly ash dalam 230 hari.
Pengembangan atas kekuatan di semen yang mengandung fly ash jelas menetapkan
pengaruh menstabilkan fly ash. bukti lebih lanjut untuk efek ini disediakan oleh data
ekspansi volume yang menunjukkan bahwa, kontras dengan semen tanpa fly ash, yang
menunjukkan ekspansi volume 1.186% pada 7 tahun (2556 hari) penyimpanan di bawah
air, ekspansi volume yang sesuai semen yang mengandung 30% fly ash, berat, adalah
0.181% saja. Dari penelitian engkau, itu akan adil untuk menyimpulkan unsoundness
bahwa karena MgO dalam high-magnesia semen dengan konten MgO hingga 10% dapat
dicegah secara efektif dan semen yang diberikan suara dengan mencampurkan 20% fly
ash, berat. Penggunaan pozzoland tanah liat yang dibakar di tempat fly ash juga
ditemukan sama-sama efektif.
Mechanism of Stabilization
The first attemot to explain in detail the mechanism by which fly ash stabilities, in other words,
prevents unsoundness due to MgO and renders high-magnesia cement volume stable, was made
by Rosa. In his opinion, which was based on experimental data obtained by optical miccroscopy,
X-ray diffraction, specific surface measurements and particle size determination and its
distribution, a considerable amount of periclase crystals is embedded in the coarse-grained
(about 50 microns) lumps of the anhydrous cement and does not hydrate at ambient temperature.
Incorporation of active silica, in the form of fly ash, in the high-magnesia cement leads to the
formation of increased amount of calcium silicate hydrate at the expense of free Ca(OH)2. The
abundance of this fine-grained gel-like material reduces the size of clinker grains. The possibility
of periclase hydration by diffusion of water is thus considerably reduced. The over-all effect of
this process is an anhydrate clinker particles remaining in the matrix. The second important
peiclase in the clinker grains, which Rosa empathized chrysotile type as indicated by the

appearance and progressive increase of the powder X-ray diffraction maximum at 1,53 during
the hydration of stabilized high-magnesia cement having increasing quantities of active silica.
Subsequent workers have accepted this conclusion without much reservation.
Majumdar and Rehsi investigated the mechanism of stabilization of high-magnesia cement by
reactive silica under autoclave condition. Since they found substantial quality of Mg(OH)2 in
high-magnesia cement fly ash mixtures autoclaved under conditions as of the ASTM test, they
did not consider the process of blocking of periclase in the clinker grains to which Rosa mainly
attributes the effectiveness of room-temperature stabilization, to be fully operative under
autoclave conditions. In their experiments to have further insight into the mechanism of
stabilization, the following aspects were examined in detail:
Mekanisme Stabilisasi
Upaya pertama untuk menjelaskan secara rinci mekanisme yang terbang stabilitas abu,
dengan kata lain, mencegah unsoundness karena MgO dan membuat volume yang tinggi
semen-magnesia stabil, dibuat oleh Rosa. Menurutnya, yang didasarkan pada data
eksperimen diperoleh miccroscopy optik, difraksi sinar-X, pengukuran permukaan spesifik
dan tekad ukuran partikel dan distribusi, sejumlah besar kristal periklas tertanam dalam
kasar-grained (sekitar 50 mikron) benjolan dari semen anhidrat dan tidak hidrat pada
suhu kamar. Penggabungan silika aktif, dalam bentuk abu terbang, di semen tinggi
magnesium mengarah pada pembentukan peningkatan jumlah kalsium silikat hidrat
dengan mengorbankan gratis Ca (OH) 2. Kelimpahan materi seperti gel halus ini
mengurangi ukuran butir klinker. Kemungkinan periklas hidrasi oleh difusi air sehingga
jauh berkurang. Efek over-semua proses ini adalah klinker anhidrat partikel yang tersisa
dalam matriks. The peiclase penting kedua dalam butir klinker, yang Rosa berempati jenis
chrysotile seperti yang ditunjukkan oleh penampilan dan progresif peningkatan bubuk
difraksi sinar-X maksimum pada 1,53 selama hidrasi semen stabil tinggi magnesium
memiliki meningkatnya kuantitas silika aktif . Pekerja berikutnya telah menerima
kesimpulan ini tanpa banyak pemesanan.
Majumdar dan Rehsi menyelidiki mekanisme stabilisasi semen tinggi magnesium silika
reaktif dalam kondisi autoclave. Karena mereka menemukan kualitas besar Mg (OH) 2
dalam semen tinggi magnesium - campuran fly ash diautoklaf dalam kondisi sebagai uji

ASTM, mereka tidak mempertimbangkan proses pemblokiran periklas dalam butir

klinker - yang Rosa terutama atribut efektivitas stabilisasi suhu ruangan, untuk
sepenuhnya operasi di bawah kondisi autoclave. Dalam percobaan mereka untuk memiliki
wawasan lebih lanjut ke dalam mekanisme stabilisasi, aspek-aspek berikut diperiksa
secara rinci:
1. Dilution Effect Due to Replacement of High-Magnesia Cement with Fly Ash
In high-magnesia cement (MgO content 7,2%), without fly ash, an uncombined MgO content of
only 2,5% caused 11,4% autoclave expansion. On the other hand, in another high-magnesia
cement sample (MgO content 14,3%), although the incorporation of 35% fly ash weight reduced
the amount of uncombined MgO from 9,98% to 6,49% the autoclave expansion of the cement
was found to be 0,58% only. The mechanism of stabilization and reduction in autoclave
expansion of high-magnesia cement with fly ash was not, therefore, considered to be due to a
dilution effect upon amount of uncombined MgO.
1. Pengenceran Efek Karena Penggantian Tinggi Magnesia Semen dengan Fly Ash
Dalam semen tinggi magnesium (MgO konten 7,2%), tanpa fly ash, sebuah MgO konten
uncombined hanya 2,5% yang disebabkan ekspansi autoclave 11,4%. Di sisi lain, dalam
sampel semen lain tinggi-magnesia (MgO konten 14,3%), meskipun penggabungan berat
fly ash 35% mengurangi jumlah uncombined MgO dari 9,98% menjadi 6,49% ekspansi
autoclave dari semen ditemukan menjadi 0,58% saja. Mekanisme stabilisasi dan
penurunan ekspansi autoclave semen tinggi magnesium dengan fly ash tidak, oleh karena
itu, dianggap karena efek dilusi pada jumlah uncombined MgO.
2. Chemical Combination of Excess MgO in Hydrated Silicates
In autoclaved mixtures of high-magnesia cement and fly ash, the 11 tobermorit phase is the
principal hydrous silicate present. The amount of Mg2+ which could enter the 11 tobermorite
structure under autoclave test conditions was estimated to be about 2 to 3% expressed as MgO.
MgO reacts very slowly with SiO2 under the conditions of autoclave test. A phase having diffuse
powder X-Ray diffraction maxima at 4,6-4,4 , 2,60-2,45 , and 1,53-1,50 observed in
several runs with MgO-SiO2 mixes having various molar compositions, could not be recognized

as a well-crystallized crysotile due to the absence of the strongest maximum at 7,31 . This line
was consistently absent in all runs. However, the diffraction maxima at 4,6-4,4 , 2,60-2,45 ,
and 1,53-1,50 were indicative of formation of a poorly crystallized hydrous magnesium
silicate in small amount of Mg2+ in the 11 tobermorite structure could not be considered to
provide adequate explanation for the lack of volume expansion in high-magnesia cement - fly
ash mixes under autoclave test conditions.
2. Kimia Kombinasi Kelebihan MgO di terhidrasi Silikat
Dalam campuran diautoklaf semen tinggi magnesium dan fly ash, 11 tobermorite fase
adalah pokok hydrous silicate ini. Jumlah Mg2 + yang bisa masuk struktur tobermorite 11
di bawah kondisi pengujian autoclave diperkirakan sekitar 2 sampai 3% dinyatakan
sebagai MgO.
MgO bereaksi sangat lambat dengan SiO2 bawah kondisi uji autoclave. Sebuah fase
memiliki difus bubuk X-Ray difraksi maxima di 4,6-4,4 , 2,60-2,45 , dan 1,53-1,50
diamati pada beberapa berjalan dengan MgO-SiO2 Mixes memiliki berbagai molar
komposisi, tidak dapat diakui sebagai chrysotile baik mengkristal karena tidak adanya
maksimum terkuat di 7,31 . Baris ini secara konsisten absen di semua berjalan. Namun,
maxima difraksi pada 4,6-4,4 , 2,60-2,45 , dan 1,53-1,50 adalah indikasi dari
pembentukan buruk mengkristal hydrous magnesium silikat dalam jumlah kecil Mg2 + di
struktur tobermorite 11 tidak dapat dianggap untuk memberikan penjelasan yang
memadai untuk kurangnya ekspansi volume semen tinggi magnesium - fly ash campuran
di bawah kondisi pengujian autoclave.
3. Relationship between Free MgO content in Cement Clinker and Autoclave Expansion
A free MgO content of just over 1,2%, as determined by X-Ray diffractometry, causes a very ste
rise in autoclave expansion as shown in figure.

3. Hubungan antara konten gratis MgO di Klinker Semen dan Autoclave Ekspansi
Sebuah MgO konten gratis hanya lebih 1,2%, seperti yang ditentukan oleh X-Ray difraksi,
menyebabkan peningkatan yang sangat ste dalam ekspansi autoclave seperti pada gambar.

4. Uncombined Mg(OH)2 Contents in Autoclaved High-Magnesia Cements Stabilized with

Fly Ash
The quantities of uncombined Mg(OH)2, as determined by differential thermal analysis
technique [61], in autoclaved high-magnesia cement fly ash mixtures were considerably higher
than what could be obtained from 1,2% MgO, yet these cement fly ash mixtures did not show
more than 0,8% volume expansion on autoclaving.
4. uncombined Mg (OH) 2 Isi di diautoklaf Tinggi Magnesia semen stabil dengan Fly Ash
Kuantitas uncombined Mg (OH) 2, sebagaimana ditentukan oleh teknik analisis
termal diferensial [61], di diautoklaf semen tinggi magnesium - fly ash campuran yang jauh
lebih tinggi daripada apa yang bisa diperoleh dari 1,2% MgO, namun semen ini - fly ash
campuran tidak menunjukkan ekspansi volume lebih dari 0,8% pada autoklaf.
5. Microstructure of Autoclaved Hugh-magnesia Cement Samples with and Without Fly Ash
Photomicroghraps taken by scanning electron microscope of freshly fractured surfaces of
autoclaved high-magnesia cement sample without fly ash revealed, lath-like microstructure of
tricalcium silicate hydrate (C3S H1,5). With fly ash in the autoclaved high-magnesia cement, the
bulk of the sample appeared to be featureless. In some cases, however, platy and/ or neddle-like
crystals were seen in the pore spaces.
5. Mikro Sampel Semen diautoklaf Hugh-magnesium dengan dan Tanpa Fly Ash
Photomicrograph diambil dengan memindai mikroskop elektron dari permukaan
baru retak dari diautoklaf sampel semen tinggi magnesium tanpa fly ash mengungkapkan,
mikro reng-seperti trikalsium silikat hidrat (C3S H1,5). Dengan fly ash di diautoklaf semen
tinggi magnesium, sebagian besar sampel tampaknya sifat khusus. Dalam beberapa kasus,
bagaimanapun, platy dan / atau kristal seperti jarum terlihat di ruang pori.
6. Mechanical strength of autoclaved high-magnesia cement containing fly ash
The compressive as well as the tensile strength of the autoclaved high-magnesia cement
(MgO content 10%) increased with an increase in the amount of fly ash in it, reached a
maximum value at 40% fly ash content, and then decreased with further replacement as shown in
figs 7 and 8
6. Kuat mekanis dari diautoklaf tinggi magnesium semen yang mengandung fly ash

Tekan serta kekuatan tarik tinggi magnesia semen diautoklaf (MgO konten 10%)
meningkat dengan peningkatan jumlah fly ash di dalamnya, mencapai nilai maksimum
pada konten fly ash 40%, dan kemudian menurun dengan lebih pengganti seperti yang
ditunjukkan pada gambar 7 dan 8
The data illustrated in figs 7 and 8 show that the compressive strength and the tensile
strength reached the maximum value near the nominal CaO/SiO 2 ratio of 1,25. The principal
phase identified in the autoclaved high-magnesia cement fly ash mixes was 11 tobermorite
(5CaO.6SiO2.5H2O) in a highly crystalline form. This crystallinity oppose to the loose calcium
silicate gel, contribute significantly to the densification of the stabilize cement and was
considered to be the main factor responsible for the high strength of stabilized high-magnesia
cement under autoclaved condition. The nature of this calcium silicate hydrate or its amount, or
both maybe important. Both this factor are influence by CaO or SiO 2 ratio of the starting mixture
and reach thei maxima near the CaO/SiO2 of 1,0. It is quite understandable, therefore that the
autoclaved cement-fly ash mixture also reached their maximum strength at a CaO/SiO 2 ratio near
this value.
Data diilustrasikan dalam buah ara 7 dan 8 menunjukkan bahwa kuat tekan dan
kuat tarik mencapai nilai maksimum dekat nominal CaO / SiO2 rasio 1,25. Tahap utama
yang diidentifikasi dalam semen tinggi magnesium diautoklaf - fly ash campuran adalah 11
tobermorite (5 CaO.6SiO2.5H2O) dalam bentuk yang sangat kristal. Kristalinitas ini
menentang longgar kalsium silikat gel, kontribusi yang signifikan terhadap densifikasi dari
menstabilkan semen dan dianggap faktor utama yang bertanggung jawab untuk kekuatan
tinggi stabil semen tinggi magnesium dalam kondisi diautoklaf. Sifat kalsium silikat hidrat
ini atau jumlahnya, atau keduanya mungkin penting. Kedua faktor ini adalah pengaruh
oleh CaO atau SiO2 rasio campuran mulai dan mencapai thei maxima dekat CaO / SiO2
dari 1,0. Hal ini cukup dimengerti, karena itu campuran abu semen-fly diautoklaf juga
mencapai kekuatan maksimal pada rasio CaO / SiO2 dekat nilai ini.
Considering that (i) most the MgO present in high-magnesia cements hydrated to form
Mg(OH)2 when autoclaved in the presence of active silicate material, such as, fly ash and (ii) the
hydration of mGO occurred in an environment in which large quantities of crystalline
tobermorite pre-dominated, producing very strong cementing action, Majumdar and rehsi

propose a mechanism explaining the phenomenon of the stabilization of high-magnesia cements

with active silicate materials in the autoclaved test. Under this mechanism, the high strength of
matrix id considered to locally absorb and counter act the expansive force due to the hydration of
MgO, resulting their by in the soundness of high-magnesia cement. The small particle size of the
brucite crystals that are form in considered to further help this process to counter acting the effect
of expansive force considerably.
Menimbang bahwa (i) paling hadir MgO dalam high-magnesia semen terhidrasi
untuk membentuk Mg (OH) 2 ketika diautoklaf dengan adanya bahan silikat aktif, seperti,
fly ash dan (ii) hidrasi MgO terjadi di lingkungan di yang jumlah besar kristal tobermorite
pra-didominasi, memproduksi tindakan penyemenan sangat kuat, Majumdar dan rehsi
mengusulkan mekanisme yang menjelaskan fenomena stabilisasi tinggi magnesium semen
dengan bahan silikat aktif dalam tes diautoklaf. Dalam mekanisme ini, kekuatan tinggi
matriks id dianggap lokal menyerap dan kontra bertindak kekuatan ekspansif karena
hidrasi MgO, sehingga mereka dengan di tingkat kesehatan semen tinggi magnesium.
Ukuran partikel kecil dari kristal brucite yang bentuk dalam dianggap lebih membantu
proses ini untuk melawan bertindak efek kekuatan ekspansif jauh.
This mechanism of stabilization under autoclaved condition is also considered to be
operative during hydration of high magnesia cements in the presence of active silicate material at
ambient temperature. While recognizing that the tobermorite-like face may not crystallite well
enough to show 11 line even after many years of hydration at ambient temperature, the
stability of high magnesia cement containing fly ash observed by rosa and rehsi can be
associated with the formation of a calcium silicate hydrate face. The fact that a major portion of
Mgo remain unhydrate at ambient temperature also considerably reduce the tendency toward
expansion. A relatively small increase in strength maybe enough to absorb and counter act the
low level of expansive force generated by whatever little MgO hydrate at ambient tempereature.
Mekanisme stabilisasi dalam kondisi diautoklaf juga dianggap operasi selama hidrasi
magnesium tinggi semen di hadapan bahan silikat aktif pada suhu kamar. Sementara
mengakui bahwa wajah tobermorite-seperti mungkin tidak kristal cukup baik untuk
menunjukkan 11 baris bahkan setelah bertahun-tahun hidrasi pada suhu kamar,

stabilitas magnesium tinggi semen yang mengandung fly ash diamati oleh rosa dan rehsi
dapat dikaitkan dengan pembentukan kalsium silikat hidrat wajah. Fakta bahwa sebagian
besar dari MgO tetap anhidrat pada suhu kamar juga sangat mengurangi kecenderungan
ekspansi. Sebuah peningkatan yang relatif kecil dalam kekuatan yang cukup mungkin
untuk menyerap dan kontra bertindak rendahnya tingkat kekuatan ekspansif yang
dihasilkan oleh apa pun sedikit hidrat MgO pada suhu kamar.