Sunteți pe pagina 1din 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka robek (vulnus laceratum) sering disertai luka lecet (excoriasis), yakni
luka atau rusaknya jaringan kulit luar, akibat benturan dengan benda keras, seperti
aspal jalan, bebatuan atau benda kasar lainnya. Sementara luka tusuk (vulnus
functum), yakni luka yang disebabkan benda tajam seperti pisau, paku dan
sebagainya. Biasanya pada luka tusuk, darah tidak keluar (keluar sedikit) kecuali
benda penusuknya dicabut. Luka tusuk sangat berbahaya bila mengenai organ vital
seperti paru, jantung, ginjal maupu abdomen.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah
satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan
pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat
ditemukan :
1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai
dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan
yang lebih dalam maupun pada organ.
2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit
seperti ekor.
3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga
saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan
dengan lebar senjata yang digunakan.
4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam
sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada
bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang
digunakan.
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk
ireguler dan besar

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta penanganan kegawat daruratan pada
Luka Tusuk Abdomen

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian Luka Tusuk Abdomen
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke
dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit,
misalnya luka tusuk pisau. Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor yaitu
:
1. Lokasi anatomi injury
2. Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang digunakan
untuk menusuk dan arah tusukan.
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar rongga
abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara umum organorgan padat berespon terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga
bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan
isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau
infeksi.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma
perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
B. Etiologi dan Klasifikasi
1. Trauma

tembus

(trauma

perut

dengan

penetrasi

kedalam

rongga

kedalam

rongga

peritonium).Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.


2. Trauma

tumpul

(trauma

perut

tanpa

penetrasi

peritonium).Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi


atau sabuk pengaman (set-belt) (FKUI, 1995).

C. Patofisiologi
Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- :
a. Trauma tumpul abdomen
Kehilangandarah.
Memar/jejas pada dinding perut.
Kerusakan organ-organ.
Nyeri
Iritasi cairan usus
b. Trauma tembus abdomen
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
Respon stres simpatis
Perdarahan dan pembekuan darah
Kontaminasi bakteri
Kematian sel
c. 1 & 2 menyebabkan :
Kerusakan integritas kulit
Syok dan perdarahan
Kerusakan pertukaran gas
Risiko tinggi terhadap infeksi
Nyeri akut (FKUI, 1995).
(pathway terampir)
D. Tanda dan Gejala
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
Respon stres simpatis
Perdarahan dan pembekuan darah
Kontaminasi bakteri
Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Kehilangan darah.
Memar/jejas pada dinding perut. Kerusakan organ-organ

Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).
E. Komplikasi
Segera :hemoragi, syok, dan cedera. Lambat :infeksi (Smeltzer, 2001).
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ;
kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi,
adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran
kencing.
Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang
diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang
disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum
pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran
bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih
dahulu.
Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan
cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga
peritonium (FKUI, 1995).
G. Penatalaksanaan
a. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.
b. menilai urin yang keluar (perdarahan).
c. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi
rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera
melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas
intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut)
(FKUI, 1995)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Data
Dasar Pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera
(trauma)
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi,
hiperventilasi, dll),
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenangatau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus ataumengalami gangguan
fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,perubahan status
mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangg kognitif.Gangguan rentang gerak.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006)
adalah :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan integritas
kulit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,
terapi
pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
C. Implementasi dan Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami
perubahan secara tidak diinginkan.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.R/ mengetahui
sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan
yang tepat.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/
mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
c. Pantau peningkatan suhu tubuh. R/ suhu tubuh yang meningkat dapat
diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering
dan steril, gunakan plester kertas. R/ tehnik aseptik membantu mempercepat
penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
e. jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement. R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar
luas pada area kulit normal lainnya.

f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan. R/ balutan dapat diganti


satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak
terjadi infeksi.
g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. R / antibiotik berguna untuk
mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi
infeksi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan

kulit.

Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.


Kriteria hasil :
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital.R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan
terutama bila suhu tubuh meningkat.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik. R/ mengendalikan
penyebaran mikroorganisme patogen.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter,
drainase luka, dll. R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti
Hb dan leukosit.R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari
normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. R/ antibiotik mencegah
perkembangan mikroorganisme patogen.
3. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial,
digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau
perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang atau hilang
Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi :
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga R/ hubungan yang baik
membuat klien dan keluarga kooperatif
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri R/ tingkat intensitas nyeri
dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri \R/ memberikan penjelasan
akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri
d. Observasi tanda-tanda vital. R/ untuk mengetahui perkembangan klien
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic R/
merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi
untuk memblok stimulasi nyeri.
4. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup
mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi
kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
Kriteria hasil :
perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi dan Implementasi :
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup. R/ mengurangi aktivitas
yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk
aktivitas seperlunya secar optimal.
b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap. R/ tahapan-tahapan yang
diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan
menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
c. Bantu

pasien

dalam

memenuhi

kebutuhan

sesuai

kebutuhan.

R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih


kembali.

d. Setelah

latihan

dan

aktivitas

kaji

respons

pasien.

R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai


akibat dari latihan.
5. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian,
pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
penampilan yang seimbang..
melakukan pergerakkan dan perpindahan.
mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan
karakteristik:
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan,
dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi dan Implementasi :
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan.R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah
karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. R/
menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.R/
mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e. Kolaborasi

dengan

ahli

terapi

fisik

atau

okupasi.

R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan


mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

D. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen adalah :


1. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
2. Infeksi tidak terjadi / terkontrol.
3. Nyeri dapat berkurang atau hilang.
4. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal
III. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin
harus melihat Apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya,
maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika ada
indikasi, Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Muntah darah
b. Breathing
Nafas tersengal-sengal
c. Circulation
Pendarahan,syok,
B. Penanganan Luka Tusuk Di Lapangan

Bila tusukan mengenai organ vital, seperti; paru, jantung, pembuluh darah besar,
usus, ginjal:
1. Benda tajam jangan dicabut.
2. Beda antiseptik di sekitar luka lalu tutup dengan kasa, selanjutnya fiksasi
dengan plester supaya tidak bergerak/ tetap pada posisinya.
3. Bawa ke UGD rumah sakit yang baik dan terdekat untuk
perawatan/pengobatan lebih lanjut.
4. Bawa dengan hati-hati dan tidak menambah beban penderitaan korban.
5. Pastikan denyut jantung korban baik. Pertahankan jangan sampai pingsan
Bila tusukan benda tajam pada tungkai oleh paku atau benda tajam lainya :
1. Paku/benda tajam bisa dicabut

2. Usahakan darah dari luka dikeluarkan dengan cara memijat


3. Bersihkan luka dengan air dan antiseptic
4. Biarkan luka terbuka (tidak ditutup plester), tetapi hindari luka dari terkena
Kotoran yang dapat menyebabkan infeksi
5.

Perhatikan Apakah:

a. paku/benda penusuk (benda baru, benda lama, berkarat


b. Kedalaman tusukan (dalam mm/cm )
c. Bila benda penusuk dicurigai kotor/berkarat, bawa ke UGD rumah sakit
yang terdekat untuk perawatan luka lebih lanjut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke
dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit,
misalnya luka tusuk pisau. Tanda dan gejala luka tusuk abdomen terdiri dari dua yaitu
adanya

Trauma

tembus

(trauma

perut

dengan penetrasi

kedalam

rongga

peritonium) :Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis,
Perdarahan dan pembekuan darah,Kontaminasi bakteri danKematian sel. Kemudian
adanya Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)
berupa Kehilangan darah, memar/jejas pada dinding perut, Kerusakan organ-organ,
nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut dan Iritasi
cairan usus . Adapun pengkajian yang terpenting untuk asuhan kegawat daruratan
adalah Airway : Muntah darah; Breathing: Nafas tersengal-sengal dan Circulation
:Pendarahan,syok.
B. Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat secara
cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat
digunakan setiap hari. Bila memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap unit
keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang di perlukan baik untuk perawat
maupun untuk klien.

DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidayat. 1997, Buku Ajar Bedah, EC, Jakarta.
Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6,
EGC ; Jakarta.
Mansjoer,Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.UI : Media

S-ar putea să vă placă și

  • PDK
    PDK
    Document2 pagini
    PDK
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • BAB II Sip
    BAB II Sip
    Document30 pagini
    BAB II Sip
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Askep Keluuarga
    Askep Keluuarga
    Document30 pagini
    Askep Keluuarga
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Bab I
    Bab I
    Document40 pagini
    Bab I
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Stroke Konsep Penyakit
    Stroke Konsep Penyakit
    Document8 pagini
    Stroke Konsep Penyakit
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Cover Jadi
    Cover Jadi
    Document2 pagini
    Cover Jadi
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Gerontik Stroke
    Gerontik Stroke
    Document22 pagini
    Gerontik Stroke
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Perbaikan Phatway
    Perbaikan Phatway
    Document4 pagini
    Perbaikan Phatway
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document4 pagini
    Daftar Pustaka
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • OPTIMALKAN WSD
    OPTIMALKAN WSD
    Document2 pagini
    OPTIMALKAN WSD
    app_256
    Încă nu există evaluări
  • Bab I
    Bab I
    Document40 pagini
    Bab I
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Document 1
    Document 1
    Document5 pagini
    Document 1
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Senam Dengan Satu Lutut
    Senam Dengan Satu Lutut
    Document1 pagină
    Senam Dengan Satu Lutut
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Metode
    Metode
    Document13 pagini
    Metode
    Mithy Putri Gusemi
    100% (1)
  • Bahan Sop WSD 2
    Bahan Sop WSD 2
    Document4 pagini
    Bahan Sop WSD 2
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • 11
    11
    Document1 pagină
    11
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Koment
    Koment
    Document15 pagini
    Koment
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Senam Dengan Satu Lutut
    Senam Dengan Satu Lutut
    Document1 pagină
    Senam Dengan Satu Lutut
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Flipchart ASI 1
    Flipchart ASI 1
    Document10 pagini
    Flipchart ASI 1
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Senam Dengan Kedua Lutut
    Senam Dengan Kedua Lutut
    Document1 pagină
    Senam Dengan Kedua Lutut
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • 13 PDF
    13 PDF
    Document1 pagină
    13 PDF
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • 13 PDF
    13 PDF
    Document1 pagină
    13 PDF
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • 7
    7
    Document1 pagină
    7
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • 8 PDF
    8 PDF
    Document1 pagină
    8 PDF
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Flipchart
    Flipchart
    Document14 pagini
    Flipchart
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • 7
    7
    Document1 pagină
    7
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Senam Semasa Kehamilan Menurut Depkes RI, 2009 Sebagai Berikut
    Senam Semasa Kehamilan Menurut Depkes RI, 2009 Sebagai Berikut
    Document1 pagină
    Senam Semasa Kehamilan Menurut Depkes RI, 2009 Sebagai Berikut
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Senam Duduk Bersila
    Senam Duduk Bersila
    Document1 pagină
    Senam Duduk Bersila
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări
  • Waktu Yang Paling Tepat Memulai Senam Hamil
    Waktu Yang Paling Tepat Memulai Senam Hamil
    Document1 pagină
    Waktu Yang Paling Tepat Memulai Senam Hamil
    Mithy Putri Gusemi
    Încă nu există evaluări