Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Sedangkan pada
keadaan normal letak plasenta ada di bagian atas uterus.
Frekuensi plasenta previa pada primi gravida yang berumur > 35 tahun kira-kira
10 kali lebih sering dibandingkan dengan primi gravida yang berumur < 25 tahun. Pada
grande multipara yang berumur > 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan
dengan grande multipara yang berumur < 25 tahun, frekuensi plasenta previa pada primi
gravida yang berumur > 35 tahun kira-kira 2 kali lebih besar dibandingkan dengan primi
gravida yang berumur < 25 tahun pada para 3 atau lebih yang berumur < 25 tahun. Selain
menutupi jalan lahir, plasenta previa juga dapat mengakibatkan antepartum bleeding yang
dapat membahayakan ibu dan janin. Adapun etiologi dari plasenta previa itu sendiri tidak
selalu jelas dapat diterangkan, bahwasannya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan
atrofi pada desidua akibat persalinan yang lalu dapat menyebabkan plasenta previa
tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk
sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi. Pemeriksaan yang akurat adalah
dengan USG karena tidak menimbulkan bahaya bagi ibu dan janin dan hasilnya sangat
akurat. Penanganan plasenta previa dengan penanganan konservatif, partus pervaginam
dan seksio sesarea.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan plasenta previa ?
2. Bagaimana klasifikasi dari plasenta previa ?
3. Apa etiologi dari plasenta previa ?
4. Bagaimana patofisiologi dari plasenta previa ?
5. Bagaimana tanda dan gejala dari plasenta previa ?
6. Apa pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakan diagnosa plasenta
pravia ?
7. Bagaimana kriteria diagnosa untuk plasenta previa ?
8. Bagaimana penanganan pada kasus plasenta previa ?
C. Tujuan
1. Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan plasenta previa.
2. Mampu menyebutkan klasifikasi dari plasenta previa.
3. Mampu menyebutkan etiologi dari plasenta previa.
4. Mampu menjelaskan dan memahami patofisiologi dari plasenta previa.
5. Mampu mengetahui tanda dan gejala dari plasenta previa.
6. Dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakan
diagnosa plasenta pravia.
7. Mampu menyebutkan kriteria diagnosa untuk plasenta previa.
8. Mampu mengatahui penanganan pada kasus plasenta previa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Menurut Sarwono Prawiroharjo (2009), plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi
seluruh atau sebagian ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah besarnya
rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan
3
B. Klasifikasi
1. Menurut harry Oxorn & william R. Forte, (2010)
a. Berdasarkan luasnya
Totalis : seluruh plasenta melekat pada miyometrium
Partial : ada satu atau lebih cotyletdon atau sebagian cotyledon yang
melekat.
b. Berdasarkan salamnya
Accreta : plasenta melekat pada miometrium. Tidak ada garis pembelahan.
Increta : vili chorialis menembus otot uterus tapi tidak pada keseluruhan
sebelahnya.
plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan
ditempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim
dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang
dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan
tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhanti karena ada pembekuan kecuali
ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan
berlangsung lebih banyak dan lebih lama , oleh karena pembentukan segmen bawah
rahim itu berlangsung progesif dan bertahap , maka laserasi baru akan akan
mengulang terjadinya perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa
sesuatu sebab lain (causeless). Darah akan keluar berwarna merah segar tanpa rasa
nyeri (pain less) .
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum. Sebaliknya, pada
plasenta previa parsialis atau
mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tapi cenderung
lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Untuk berjaga jaga hal tersebut perlu
dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30
minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan pada 34 minggu ke
atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir
retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin
ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada
plasenta previa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bahwa rahim yang
tipis mudah di invasi oleh pertumbuhan dari trofoblas , akibatnya plasenta melekat
lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta,
bahkan plasenta perkreta yang perkembangan vilinya bisa sampai menembus ke buli
buli dan per rektu bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering
terjadi pada uterus yang pernah bedah sesar. Bawah rahim dan serviks yang rampuh
mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi
ini berpotensi
misalnya pada kala 3 karena plasenta sukar terlepas yang sempurna atau setelah uri
lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi .
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak umur kehamilan 20
minggu, saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Umumnya terjadi pada trimester 3 karena segmen bawah uterus lebih banyak
7
seperti pada plasenta letak normal. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum perdarahanyerjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah
rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum.
Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru terjadi
pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Berhubung tempat perdarahan terletak
dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar
rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan
lebih luas dan melepaskan tromboplastin kedalam sirkulasi maternal. Dengan
demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.
Dalam keadaan normal, desidua basalais terletak diantara miometrium dan
plesenta. Lempeng pembelahan bagi pemisahan plasenta berada dalam lapisan desidua
basalis yang mirip spons. Pada plasenta ancreta, desidua basalis tidak ada sebagian
atau seluruhnya sehingga plasenta melekat langsung pada miometrium. Vili tersebut
bisa tetap superfisial pada otot uterus atau dapan menembus lebih dalam. Keadaan ini
bukan terjadi karena sifat invasif tropoblast yang abnormal melainkan karena adanya
efek pada desidua pada daerah superfisial miometrium tumbuh sejumlah besar seluruh
vena dibawah plasenta. Ruptur sinus-sinus ini yang terjadi ketika plasenta dikeluarkan
secara paksa akan menimbulkan pendarahan dalam jumlah yang banyak.
E. Tanda dan Gejala
Menurut Sarwono Prawirohardjo ciri yang menonjol pada plasenta previa
adalah perdarahan uterus yang keluar dari vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan
biasanya terjadi pada akhir trimester kedua keatas. Perdarahan pertama berlangsung
tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahn kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang
jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi
perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak rendah
perdarahan baru terjadi pada awal mulai persalinan perdarahan bisa sedikit sampai
banyak mirip pada solusio plasenta. Perdarahn diperhebat berhubung segmen bawah
rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian,
perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa juga
bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih
8
rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya
pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retentio plasenta sebagai
komplikasi plasenta ancreta .
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen
sehingga ditemui bagian bawah janin masih tinggi diatas simphisis dengan letak janin
tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa
nyeri dan perut tidak tegang.
1. Kehamilan
a. Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal.
b. Insiden perdarahan antepartum meningkat tapi keadaan ini menyertai keadaan
plasenta previa.
c. Terjadi persalinan prematur tetapi hanya jika ditimbulkan oleh perdarahan.
d. Kadang terjadi ruptur uteri.
2. Persalinan Kala Satu dan Dua.
a. Hampir pada semua kasus ini proses ini berjalan normal
3. Kala Tiga Persalinan.
a. Retentio plasenta menjadi ciri utama.
b. Perdarahan post partum. Jumlah perdarahan tergantung pada derajat perlekatan
plasenta. Pada plasenta ancreta totalis tidak terdapat perdarahan. Pada jenis
parsial perdarahan terjadi dari pembuluh uterina yang ada dibawah daerah
terlepasnya plasenta. Segmen bagian yang masih melekat menghalangi reaksi
uterus yang sempurna. Acapkali pendarahan ditimbulkan oleh dokter
kebidanan ketika ia mencoba mengeluarkan plasenta secara manual.
c. Komplikasi yang serius tapi jarang dijumpai adalah invertio uteri. Keadaan ini
dapat terjadi secara spontan tapi biasanya diakibatkan oleh usaha yang
mengeluarkan plasenta.
d. Ruptur uterus bisa terjadi pada saat berusaha mengeluarkan plasenta.
4. Mekanisme Perdarahan
Gambaran skematis berikutnya menunjukkan bagaimana perdarahan pada
plasenta previa dapat terjadi. Karena sirkulasi retroplasentanya tetap berada di
pembukaan serviks. Setiap gerakan yang akan membentuk segmen bawah rahim pada
trimester ketiga yang menimbulkan pergeseran antara plasenta dan timbulnya
pembukaan kanalis servikalis, maka terjadi perdarahan yang bentuknya bervariasi.
Pembentukan segmen bawah rahim ini terjadi alami dan tidak sakit, oleh karena itu
ciri khas perdarahan plasenta previa adalah tidak sakit. Dari gambar skematis ini
jelas bahwa tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis
kecuali dilakukan dikamar oprasi menejelang tindakan. Dengan demikian pada setiap
perdarahan antepartum trimester ketiga, bidan tidak boleh melakukan pemeriksaan
9
dalam karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan menimbulkan
perdarahan baru.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan in speculo terlebih dulu untuk mengenyampingkan kemungkinan
perdarahan yang disebabkan varices yang pecah dan kelainan cervix.
2. Pemeriksaan fornices dengan hati-hati (pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan
pada presentasi kepala)
3. USG untuk menetukan letak plasenta
4. Pemeriksaan darah : Hb
G. Diagnosa
1. Anamnesis Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri terutama pada multi gravida, banyaknya perdarahan tidak dapat
dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.
2. Pemeriksaan luar Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul
mengelak kesamping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
3. Pemeriksaan Inspekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum,
adanya plasenta previa harus dicurigai.
4. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak
langsung
dapat
dilakukan
radiografi,
radioisotope,
dan
ultrasonagrafi.
Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan
rasa nyeri.
5. Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut
plasenta letak rendah.
6. Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif. Dilakukan dengan PDMO yaitu
melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan
yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan
melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis.
H. Penanganan
10
tinggi untuk mengalami solusio plasenta (rate ratio 13,8), sectio secaria (rate ratio
3,9), kelainan letak janin (rate ratio 2,8), dan pendarahan pasca salin (rate ratio 1,7),
sebelum laporan menganjurkan pemeriksaan maternal serum alfa vetoprotein
(MSAFP) dalam trimester kedua sebagai upaya mendeteksi pasien yang perlu diawasi
dengan ketat. Bila kadar MSAFP naik tinggi lebih dari dua kali median (2.0 multi plus
of the median) pasien tersebut mempunyai peluang 50% memerlukan perawatan
rumah sakit karena perdarahan sebelum kehamilan 30 minggu, harus dilahirkan
prematur sebelum 34 minggu hamil, dan harus dilahirkan atas indikasi hipertensi
dalam kehamilan sebelum kehamilan sebelum 34 minggu. Pada lebih kurang 20%
pasien dengan solusio plasenta datang dengan tanda his. Dalam keadaan janin masih
prematur dopertimbangkan diberikan sulfas magnesikus untuk menekan his untuk
sementara waktu sembari memberi steroit untuk mempercepat pematangan paru janin.
Tokolitik lain seperti betamimetics, calsium chanel blocker tidak dipilih berhubung
pengaruh samping bradikardi dan hipotensi pada ibu. Demikian juga dengan
endometasim tidak diberikan berhubung mempercepat penutupan ductus arteriosus.
Perdarahan pada trimester ketiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring
yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam kedaan yang serius, cukup alasan untuk
merawatnya sampai melahirkan. Serangan perdarahan ulang yang banyak bisa saja
terjadi sekalipun pasien diistirahatkan baringkan. Jika pada waktu masuk terjadi
perdarahan yang banyak perlu dilakukan terminasi, bila keadaan janin viabel. Bila
pendarahanya tidak sampai demikian banyak pasien diistirahatkan sampai kehamilan
36 minggu.
13
5. Kelahiran premature dan gawat janin karena tindakan terminasi kehamilan yang
terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
Menurut Prawirohardjo 2010, ada beberapa komplikasi utama yang bisa
terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa diantaranya ada yang bisa
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melepasnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan
perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia
bahkan menjadi syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah bagian trofoblas dengan kemampuan invasinya
menerobos kedalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi
sebagai sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling
ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi filinya masih
belum masuk kedalam miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan
maternal plasenta mengalami akreta ataui inkreta akan tetapi dengan demikian
terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan pada kala III. Komplikasi ini lebih sering pada uterus yang pernah
seksio cesaria. Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10 % sampai 30% bagi pasien
yang pernah SC 1 kali, naik menjadi 60 samapai 65% bila telah SC 3 kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus
sangat berhati hati pada semua tindakan manual ditempat ini misalnya pada
waktu mengeluarkan anak mmelalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun
waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh
salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara
cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria
uterina, ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon atau ligasi arteria hipogastrika,
maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah
melakukan histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan
komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa
lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
14
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum
aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk
mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat kematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan yang lain
massa perawatan yang lebih lama adalah beresiko tinggi untuk solusio plasenta
(resiko relatif 13,8), seksio cesaria (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8),
perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%),
dan disseminated intavaskular coagulation (DIC) 15,9%.
J.Prognosis
Prognosis ibi dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak
invasif dengan USG disamping ketersediaan tranfusi darah dan infus cairan telah ada
dihampir semua rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan
terutama bagi khusus yang pernah melahirkan dengan sectio secaria secara atau
pertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil
dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program keluarga berencana
menambah penurunan insiden pasien plasenta previa. Dengan demikian banyak
komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasip janin masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena interfensi
sectio secaria. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari
sekalipun tindakan konservasi diberlakukan. Pada satu penelitian yang melibatkan
93.000 persalinan oleh crane dkk (1999) dilaporkan angka kelahiran prematur 43%.
Hubungan ham batan pertumbuhan janin dan kelahiran bawaan dengan plasenta
previa belum terbukti.
15
No. Register
: 340310
Tanggal Pengkajian
Nama Pengkaji
Identitas Istri/Suami
Nama
: Ny M/Tn T
Umur
: 24 tahun/26 tahun
Nikah
: 1 tahun
Suku
: Jawa/Jawa
Agama
: Islam/Islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan
: IRT/Wiraswasta
Alamat
: Jalan Tamalate
HPL : 09 06 2015
d.
Riwayat menstruasi
Menarche
: 15 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 6-7 hari
2.
Selama hamil
3.
BAB
4.
Personal higien
Selama hamil
: mandi 2 x/hari, ganti baju + celana dalam 2x/hari, Gosok gigi 2x/hr,
keramas 3x/minggu.
Pemeriksaan fisik.
Keadaan umum: Baik
kesadaran: Composmetis
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 96x/menit
P : 24x/menit
S : 36,5 0C
17
BB selama hamil : 60 Kg
TB
: 165 cm
Status present.
- Rambut
- Muka
- Mata
- Hidung
- Telinga
- Mulut
- Leher
- Dada
- Jantung
: Normal
- Paru
: Normal
6.
B.
DATA OBYEKTIF
18
1.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Kesadaran
: baik
: CM
Status emosional
Tanda vital sign
Tekanan darah
Pernapasan
2.
: stabil
: 100/70 mmHg
: 22x/ menit
Nadi
: 88x/ menit
suhu
: 370 C
berat badan
tinggi badan
LILA
: 60kg
: 157 cm
: 24 cm
Pemeriksaan fisik
Rambut: lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok keadaan bersih.
Mata: bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva pucat,
Hidung: bentuk simetris, keadaan bersih, dan tidak ada pembesaran polip.
Mulut : tidak ada kelalinan , tidak terdapat stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak
Leher: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limpa, dan tidak ada
Dada: pernafasan baik tidak ada rochi dan wheezing, payudara menonjol
: TFU terpegang antara Px dengan pusat, pada fundus teraba keras bundar
: Perut ibu sebelah kiri teraba lebar dan memberikan tahanan yang besar berarti
punggung janin. (PUKI) perut sebelah kanan teraba bagian-bagian janin yang kecil berarti
extremitas.
Leopold III
: Pada bagian terbawah janin teraba ada satu bantalan yang mengganjal pada
Leopold IV
DJJ: 110x/menit
TFU : 30cm, TBJ= (30-12)x 155=2790 gram
Genetalia : ada pengeluaran darah pervaginam banyaknya 200cc. tidak varises dan tidak
oedema.
Ektermitas : bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema, dapat berfungsi dengan
baik.
Anus: tidak ada hemoroid.
3.
Pemeriksaan penunjang
USG : pada USG terlihat ada bagian yang menutupi jalan lahir yaitu plasenta. Tanggal
04/04/2011 jam 15.15 WIB.
Pemeriksaan Hb: 7 % gr tanggal 04/04/2011 jam 15.30 WIB
4.
Data penunjang
Tidak ada
II.
INTERPRETASI DATA
A.
Diagnose kebidanan
Seorang ibu Ny.J umur 24 tahun G1P0A0Ah0 umur kehamilan 30+4 minggu
janin
tunggal, hidup intrauteri, PUKI, presentasi bokong, belum masuk PAP dengan plasenta
previa totalis.
Data dasar
Data subjektif :
:
: baik
20
Kesadaran
: CM
Status emosional
Tanda vital sign
: Stabil
:
Tekanan darah
Pernapasan
: 100/70 mmHg
: 22x/ menit
Nadi
: 88x/ menit
suhu
: 370C
berat badan
tinggi badan
LILA
: 60kg
: 157 cm
: 24 cm
- Ada pengeluaran darah pervaginam sebanyak 200cc atau 2 pembalut yang bercampur
stosel secara tiba-tiba
-
Pada saat palpasi dirasakan ada suatu bantalan yang mengganjal pada segmen bawah
rahim
-
Leopold II : PUKI
Hb : 7 gram%
HPHT
HPL
B.
: 02/09/2010
: 09/06/2011
Diagnosa masalah
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan terjadinya perdarahan pervaginam karena
Kebutuhan
III.
1.
2.
3.
4.
5.
IUFD
Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat
V. PERENCANAAN
1.
2.
KIE Observasi banyaknya perdarahan pervaginam dan tanda-tanda vital, ganti pembalut
Jelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi
harus secara operasi (seksio sesarea) karena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
VI.
1.
PELAKSANAAN
Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan tentang kondisinya saat ini, kehamilan ibu
Mengobservasi banyaknya perdarahan dan tanda-tanda vital, segera ganti pembalut bila
sudah basah, dan selalu memantau gerakan janin. Jika ada perubahan seperti tidak ada
gerakan atau gerakan kurang aktif seperti biasanya maka lakukan tindakan.
3.
Menjelaskan pada ibu untuk beristirahat total atau tiram baring, beritahu ibu untuk tidak
melakukan pekerjaan yang berat, seperti mencuci pakaian, mengangkat air, mengepel,
menyapu, dll. Dan menjelaskan kepada ibu untuk lebih sering miring ke kiri pada saat tidur
untuk memberikan oksigenisasi penuh kepada janinnya.
4.
Mengajarkan ibu untuk teknik relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan
22
Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil, menganjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang, memberikan ibu tablet Fe dengan
dosis 2x sehari selama 14 hari dan vitamin C dengan dosis 3 x sehari, jika nafsu makan
berkurang maka makan dengan cara porsi sedikit tapi sering agar pemasukan cairan dan
nutrisi seimbang karena adanya perdarahan.
6.
Menjelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal
tetapi harus secara seksio sesarea karena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
VII.
1.
EVALUASI
Ibu mengerti tentang kondisi kehamilannya saat ini, bahwa ibu mengalami sebuah
komplikasi dalam kehamilannya dimana plasenta atau uri berada pada bagian bawah rahim
ibu hamil 32 minggu, TFU pertengahan pusat-Px, DJJ (+), bagian terbawah janin belum
masuk PAP
2.
Ibu mengerti apa yang ia lakukan jika terjadi perdarahan atau komplikasi kembali dan
Ibu mengerti tentang pentingnya istirahat total atau tirah baring untuk mengurangi
terjadinya perdarahan
4.
Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi dan gizi bagi ibu hamil
5.
nutrisi
6.
seksio sesarea
23