Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
: a.
bahwa
peningkatan
jumlah
korban/pasien
yang
penanganan
korban/pasien
gawat
darurat
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
Menteri
Kesehatan
tentang
Sistem
: 1.
-2-
2.
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009 tentang
Undang-Undang
Nomor
44
Tahun
2009 tentang
Undang-Undang
Pemerintahan
Nomor
Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang
Republik
2015
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
6.
Sistem
Rujukan
Pelayanan
Kesehatan
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Kementerian
: PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
TENTANG
SISTEM
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
tindakan
medis
segera
untuk
segera
untuk
menyelamatkan
nyawa
dan
pencegahan kecacatan.
3.
Korban/Pasien
terintegrasi
dan
Gawat
berbasis
call
Darurat
center
yang
dengan
Kode
Akses
Telekomunikasi
119,
yang
selanjutnya
menggunakan
konsep
pusat
panggilan
pusat
panggilan
kegawatdaruratan
bidang
7.
ancaman
kematian
dan
kecacatan
yang
-4-
8.
memegang
kekuasaan
pemerintahan
negara
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
Jenderal
adalah
direktur
jenderal
yang
meningkatkan
akses
dan
mutu
pelayanan
kegawatdaruratan; dan
b.
mempercepat
waktu
penanganan
(respon
time)
b.
-5-
c.
(2)
(3)
(1)
Pusat
Komando
Nasional
(National
Command
Center); dan
b.
(2)
PSC
dimaksud
pada
ayat
(1)
huruf
(1)
(2)
ayat
(1)
merupakan
menyelenggarakan SPGDT.
jejaring
PSC
yang
-6-
Bagian Kedua
Sistem Komunikasi Gawat Darurat
Paragraf 1
Umum
Pasal 7
(1)
Sistem
komunikasi
gawat
darurat
sebagaimana
Sistem
komunikasi
dimaksud
pada
gawat
ayat
(1)
darurat
harus
sebagaimana
dilakukan
secara
Center),
PSC,
dan
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan.
Paragraf 2
Pusat Komando Nasional (National Command Center)
Pasal 8
(1)
fungsi
sebagai
pemberi
informasi
dan
memilah
panggilan
gawat
darurat/non
gawat
darurat;
b.
c.
Masyarakat
yang
kegawatdaruratan
mengetahui
medis
dapat
dan
melaporkan
mengalami
dan/atau
-7-
Paragraf 3
PSC
Pasal 10
(1)
(2)
PSC
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
PSC
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dapat
kebakaran
tergantung
kekhususan
dan
kebutuhan daerah.
(4)
kesehatan
yang
pelayanan
kegawatdaruratan
berfungsi
dengan
melakukan
menggunakan
pemberi
dan/atau
pelayanan
pelapor
Korban/Pasien
melalui
proses
Gawat
triase
Darurat
(pemilahan
c.
d.
-8-
b.
melaksanakan
pelayanan
kegawatdaruratan
dengan
d.
memberikan
informasi
tentang
fasilitas
pelayanan
kesehatan; dan
e.
Penyelenggaraan
PSC
dalam
SPGDT
membutuhkan
ketenagaan.
(2)
koordinator;
b.
tenaga kesehatan;
c.
d.
tenaga lain.
Pasal 15
b.
-9-
Pasal 16
(1)
dan
tenaga
bidan
yang
terlatih
kegawatdaruratan.
(2)
memberikan
pertolongan
gawat
darurat
dan
mengevakuasi
korban
ke
fasilitas
pelayanan
sesuai
dengan
tingkat
kegawatdaruratanya.
Pasal 17
(1)
(2)
dengan
pembagian
waktu
sesuai
dengan
kebutuhan.
(3)
b.
c.
-10-
Bagian Ketiga
Sistem Penanganan Korban/Pasien Gawat Darurat
Pasal 19
Sistem penanganan korban/pasien gawat darurat terdiri dari:
a.
b.
c.
(1)
Penanganan
sebagaimana
prafasilitas
pelayanan
dimaksud
merupakan
dalam
tindakan
Pasal
kesehatan
19
pertolongan
huruf
terhadap
(3)
(4)
(1)
Penanganan
sebagaimana
intrafasilitas
dimaksud
pelayanan
dalam
Pasal
kesehatan
19
huruf b
-11-
(2)
Penanganan
intrafasilitas
pelayanan
kesehatan
sistem
dengan
pendekatan
multidisiplin
dan
multiprofesi.
Pasal 22
Penanganan antarfasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf c merupakan tindakan
rujukan terhadap Korban/Pasien Gawat Darurat dari suatu
fasilitas pelayanan kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan
lain yang lebih mampu.
Pasal 23
(1)
(2)
Dalam
hal
keadaan
bencana,
penyelenggaraan
SPGDT
(2)
Sistem
transportasi
gawat
darurat
sebagaimana
Standar
dan
pelayanan
ambulans
gawat
darurat
-12-
BAB III
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Pasal 26
Pemerintah
Pusat,
Pemerintah
Daerah
Provinsi,
dan
Pasal
26,
Pemerintah
Pusat
bertugas
dan
bertanggungjawab:
a.
b.
c.
melaksanakan
pemantauan
penyelenggaraan
SPGDT
dan
yang
evaluasi
dilaksanakan
di
daerah;
d.
e.
f.
(2)
SPGDT
antar
kabupaten/kota
di
wilayahnya;
b.
melakukan
koordinasi
dengan
pemangku
kepentingan lainnya;
c.
peningkatan
kapasitas
serta
kemampuan
-13-
e.
(3)
melaksanakan
kebijakan/program
SPGDT
di
wilayahnya;
b.
membentuk PSC;
c.
d.
e.
daya
manusia
dan
pendanaan
untuk
pembentukan
dan
penyelenggaraan SPGDT;
f.
melaksanakan
kegiatan
melakukan
pendataan
penyelenggaraan
SPGDT
tingkat kabupaten/kota;
BAB IV
PENDANAAN
Pasal 28
(1)
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah
untuk
Daerah
harus
penyelenggaraan
Sumber
pendanaan
pendanaan
lain yang
sah
sesuai
dengan
-14-
BAB V
PELAPORAN
Pasal 29
(1)
(2)
Pencatatan
sebagaimana
dilaporkan
secara
bupati/walikota
dimaksud
berkala
melalui
pada
setiap
kepala
ayat
tahun
dinas
(1)
kepada
kesehatan
kabupaten/kota.
(3)
(4)
ayat
(3)
melakukan
kompilasi
laporan
dan
Menteri,
gubernur,
dan
bupati/walikota
melakukan
(3)
(2)
dilakukan
kesinambungan,
untuk
dan
mewujudkan
efektifitas
sinergi,
pelaksanaan
kebijakan/program SPGDT.
(4)
langsung
terhadap
kebijakan/program SPGDT.
pelaksanaan
dalam
-15-
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31
Pada
saat
Peraturan
Menteri
ini
mulai
berlaku,
Menteri
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
-16-
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 April 2016
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NILA FARID MOELOEK
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Mei 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
-17-
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2016
SISTEM
PENANGGULANGAN
DARURAT TERPADU
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU
Alur Penyelenggaraan SPGDT
GAWAT
-18-
Adapun alur Penyelenggaraan SPGDT melalui call center 119 dan PSC adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Selanjutnya
penanganan
gawat
darurat
yang
dibutuhkan
akan
7.
8.
kejadian
untuk
mobilisasi
ataupun
merujuk
pasien
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NILA FARID MOELOEK
guna