Sunteți pe pagina 1din 15

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN GANGGUAN JIWA : KEHILANGAN

Disusun Oleh:
Aulia Widya Rochmana

(P1337420614001)

Isni Martiyani Putri

(P133742614002)

Desi Waluyaningtyas

(P1337420614004)

Latifah Lely S

(P1337420614005)

Khotimatul Mualifah

(P1337420614006)

Dina Rizqiyana Dewi

(P1337420614007)

Veronika Sibarani

(P1337420614008)

Jurusan DIV Keperawatan Semarang


Program Studi Keperawatan Semarang
Politeknik Kementrian Kesehatan Semarang
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan
berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau
nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada
keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat
menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.
Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus
pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial
yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi
ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi
mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama
kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:
1. Tujuan umum
a. Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehila.ngan dan berduka disfungsional
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui jenis-jenis kehilangan.
b. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kehilangan

1. Definisi kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan
adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang
berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
mendadak,

bisa

tanpa

kekerasan

atau

traumatik,

diantisispasi

atau

tidak

diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
a. Arti dari kehilangan
b. Sosial budaya
c. kepercayaan / spiritual
d. Peran seks
e. Status social ekonomi
f. kondisi fisik dan psikologi individu

2. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
3. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa
dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan
ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau
anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan
dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki
tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
4. Rentang Respon Kehilangan
a. Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu memberi
makna positif melakukan kompensasi dengan kegiatan positif perbaikan
(beradaptasi dan merasa nyaman).
b. Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu memberi
makna merasa tidak berdaya marah dan berlaku agresif diekspresikan ke dalam
diri muncul gejala sakit fisik.
c. Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu memberi
makna merasa tidak berdaya marah dan berlaku agresif diekspresikan ke luar

diri individu kompensasi dengan perilaku konstruktif perbaikan (beradaptasi dan


merasa nyaman).
d. Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu memberi
makna merasa tidak berdaya marah dan berlaku agresif diekspresikan ke luar
diri individu kompensasi dengan perilaku destruktif merasa bersalah
ketidakberdayaan.
Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan adalah
pemberian makna (personal meaning) yang baik terhadap, kehilangan (husnudzon) dan
kompensasi yang positif (konstruktif).
5. Tahap Kehilangan
Denial> Anger> Bergaining> Depresi> Acceptance

a. Fase denial
1) Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
2) Verbalisasi; itu tidak mungkin, saya tidak percaya itu terjadi .
3) Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.
b. Fase anger / marah
1) Mulai sadar akan kenyataan
2) Marah diproyeksikan pada orang lain
3) Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
4) Perilaku agresif.
c. Fase bergaining / tawar- menawar.
1) Verbalisasi; kenapa harus terjadi pada saya ? kalau saja yang sakit bukan saya
seandainya saya hati-hati .
d. Fase depresi
1) Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
2) Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
e. Fase acceptance
1) Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
2) Verbalisasi ; apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh, yah,
akhirnya saya harus operasi
B. Berduka
1. Definisi berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang


dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu
status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat
individu

kehilangan

secara

aktual

maupun

potensial,

hubungan,

objek

dan

ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau


kesalahan/kekacauan.
2. Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan
teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk
mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap
perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
a. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
1) Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis,
mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
2) Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
3) Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari
seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

4) Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.
5) Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
b. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti Tidak, tidak
mungkin seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada saya! umum dilontarkan
klien.
2) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih pada setiap
orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini
orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini
merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan
menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
3) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat
orang lain.
4) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
5) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial

berlanjut.

Kubler-Ross

mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi


kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
c. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan

bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang
mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
d. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
1) Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
2) Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam
dan dirasakan paling akut.
3) Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
ENGEL (1964)
KUBLER-ROSS
MARTOCCHIO RANDO (1991)
Shock dan tidak percaya
Berkembangnya kesadaran
Restitusi

(1969)
Menyangkal
Marah

(1985)
Shock and disbelief Penghindaran
Yearning
and

Tawar-menawar

protest
Anguish,

Konfrontasi

disorganization and
Idealization

despair
Identification

Depresi

bereavement
Reorganization and Akomodasi

Reorganization / the out come Penerimaan

restitution
BAB III
ASKEP BERDUKA DISFUNGSIONAL
A. Pengkajian
Data yang biasa diperoleh adalah:
1. Perasaan sedih, menangis

in

2. Perasaan putus asa, kesepian


3. Mengingkari kehilangan
4. Kesulitan mengekspresikan perasaan
5. Konsentrasi menurun
6. Kemarahan yang berlebihan
7. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
8. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
9. Reaksi emosional yang lambat
10. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
B. Diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan yang mungkin muncul:
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
a. Tujuan Umum :
1) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
b. Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.
2) Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah
3) Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
4) Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.
5) Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi
dengan orang lain.
c. Rencana tindakan keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien. R/ Rasa percaya merupakan dasar
dari hubungan terapeutikyang mendukung dalam mengatasi perasaannya.
2) Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan perasaannya. R/
Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
3) Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. R/ Dengan mengetahui penyebab
diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.
4) Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi. R/
Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak
terlibat secara emosi.
5) Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya. R/
Meningkatkan harga diri.
6) Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan aktivitasnya.
R/ Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.
7) Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang R/. Mengikut sertakan klien dalam
aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan harga diri klien.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu
tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
a. Tujuan :
1) Klien merasa harga dirinya naik.

2) Klien mengunakan koping yang adaptif.


3) Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
b. Intervensi : Merespon kesadaran diri dengan cara :
1) Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan. Bekerja dengan klien pada
tingkat kekuatan ego yang dimilikinya. Memaksimalkan partisipasi klien dalam
hubungan terapeutik. R/. Kesadaran diri sangat diperlukan dalam membina
hubungan terapeutik perawat klien.
2) Menyelidiki diri dengan cara : Membantu klien menerima perasaan dan
pikirannya. Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya
dengan orang lain melalui keterbukaan.Berespon secara empati dan menekankan
bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien. R/. klien yang dapat memahami
perasaannya memudahkan dalam penerimaan Terhadap dirinya sendiri.
3) Mengevaluasi diri dengan cara : Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.
Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya. R/.
Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah secara
konstruktif.
4) Membuat perencanaan yang realistik. Membantu klien mengidentifikasi alternatif
pemecahan masalah. Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang
realistik. R/. Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi
permasalahannya dengan cara menentukan perencanaan yang realistik.
5) Bertanggung jawab dalam bertindak. Membantu klien untuk melakukan tindakan
yang penting untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon
koping yang adaptif. R/. Penggunaan koping yang adaptif membantu dalam
proses penyelesaian masalah klien.
6) Mengobservasi tingkat depresi. Mengamati perilaku klien. Bersama klien
membahas perasaannya. R/. Dengan mengobservasi tingkat depresi maka rencana
perawatan selanjutnya disusun dengan tepat.
7) Membantu klien mengurangi rasa bersalah. Menghargai perasaan klien.
Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya.
Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul. R/. Individu dalam keadaan
berduka sering mempertahankan perasaan bersalahnya terhadap orang yang
hilang.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
a. Tujuan Umum : Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.

b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.
2) Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.
3) Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.
4) Klien dapat merawat kukunya sendiri.
c. Intervensi :
1) Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan. R/. Sosialisasi bagi klien
sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.
2) Menganjurkan klien untuk mandi. R/. Pengertian yang baik dapat membantu
klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri.
3) Menganjurkan pasien untuk mencuci baju. R/. Diharapkan klien mandiri.
4) Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri. R/. Diharapkan klien
mandiri.
5) Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi. R/. Diharapkan klien mandiri

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Berduka merupakan respon normal pada semua
kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka
diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk
empati. Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5
katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri
sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal. Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51,

membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar,
depresi dan penerimaan.

B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa yang
diakibatkan oleh kehilangan dan berduka yang telah dipaparkan pada makalah ini,
diharapkan sebagai perawat, kita mampu melakukan asuhan keperawatan yang baik
kepada klien tersebut, tanpa memandang bahwa klien gangguan jiwa adalah orang yang
terpinggirkan. Sehingga kesembuhan klien gangguan jiwa tersebut dapat tercapai dengan
baik dan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan
Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk
Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
stikes.fortdekock.ac.id
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
cre : 06 PSIK USK
https://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/
http://arrul19.blogspot.co.id/2014/10/keperawatan-jiwa-asuhan-keperawatan.html
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk
Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Iyus yosep,skep.,m.si. keperawatan jiwa
penerbit refika aditama edisi refisi tahun 2007
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

S-ar putea să vă placă și