Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PRAKTIKUM HEMATOLOGI
OLEH :
MAHASISWA SEMESTER IV
Hari, tanggal
Tempat praktikum
I.
TUJUAN
a. Tujuan Umum
- Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan dan pewarnaan
sediaan hapusan darah.
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa dapat membuat sediaan hapusan darah.
- Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan sediaan hapusan darah.
II.
METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode hapusan
darah (Blood Smear).
III.
PRINSIP
Darah + antikoagulan diteteskan pada objek glass dan dibuat hapusan
menyerupai lidah, kemudian sediaan diwarnai dengan warna Giemsa atau
Wright lalu dibaca pada mikroskop.
IV.
DASAR TEORI
4.1
Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu
plasma darah dan sel darah. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan
45% sisanya terdiri dari sel darah. Volume darah secara keseluruhan
adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter (Dwijastuti,
Sri.2015).
Darah tersusun dari beberapa komponen yaitu sel darah, plasma
darah, dan serum.
1. Sel darah, terdiri dari :
a. Sel darah merah (eritrosit)
dan
tidak
berinti.
Eritrosit
mengandung
Jika darah didiamkan dalam waktu yang cukup lama atau dapat
diputar dengan sentrifuge, maka zat protein tersebut akan
mengendap, sisa berupa cairan bening/jernih yang disebut serum.
(Susilo, Reki Usman. 2014).
IV.2 Sediaan Hapusan Darah
Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya
pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah tepi adalah
suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan di
laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan
meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, kemudian
dilakukan pengecatan dan diperiksa dibawah mikroskop (Anonim. 2011)
Guna pemeriksaan apusan darah:
1. Evaluasi morfologi dari sel darah tepi (eritrosit, trombosit, dan
leukosit)
2. Memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit
3. Identifikasi parasit (misal : malaria. Microfilaria,
dan
Trypanosoma)
(Anonim. 2011)
IV.3 Jenis apusan darah :
Terdapat 2 jenis sediaan hapusan darah, yaitu sediaan hapusan
darah tipis dan sediaan hapusan darah tebal.
1. Sediaan darah tipis
Ciri- ciri apusan sediaan darah tipis yaitu lebih sedikit
membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan
sediaan apus darah tebal morfologinya lebih jelas. bentuk parasit
plasmodium berada dalam eritrosit sehingga didapatkan bentuk
parasit yang utuh dan morfologinya sempurna. Serta lebih mudah
untuk menentukan spesies dan stadium parasit dan perubahan pada
eritrosit yang dihinggapi parasit dapat dilihat jelas.
2. Sediaan darah tebal
Ciri- ciri apusan sediaan darah tebal yaitu membutuhkan darah
lebih banyak untuk pemeriksaan dibanding dengan apusan darah
tipis, sehingga jumlah parasit yang ditemukan lebih banyak dalam
satu lapang pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih mudah
ditemukan. Sediaan ini mempunyai bentuk parasit yang kurang
utuh dan kurang begitu lengkap morfologinya.
(Anonim.2011)
V.
Pipet tetes
Beaker glass
Rak pewarna
Botol semprot
Pipet ukut
Ball Pipet
Stop watch
b. Bahan
- Sampel darah EDTA
- Tissue
- Buffer Phospfat pH 7,0
- Giemsa pekat
- Methanol p.a
- Alkohol 70%
- Aquadest
VI.
CARA KERJA
a. Pembuatan Sediaan Hapusan Darah
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan dipastikan
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
VII.
HASIL PENGAMATAN
objek glass
a. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek glas, panjang sampai
2/3
panjang kaca.
b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bangian itu eritrosit
tersebar rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan
c. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis.
d. Penebalan eritrosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen
(Anonim.2012)
Sediaan hapusan darah tepi dapat digunakan untuk berbagai macam
pemeriksaan, misalnya evaluasi morfologi dari sel darah tepi (eritrosit, trombosit,
dan leukosit), memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit, maupun identifikasi
parasit (misal : malaria. Microfilaria, dan Trypanosoma) (Anonim. 2011).
Setelah mendapat sediaan yang bagus (tidak tebal dan tipis), maka
sediaan hapusan darah dibiarkan kering dalam suhu ruang. Setelah itu, dilakukan
proses pewarnaan. Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan Giemsa dan
Wright pada sediaan hapusan darah. Pada pewarnaan Giemsa, mula-mula
diteteskan methanol ke atas sediaan hingga bagian yang terlapisi darah tertutup
semuanya. Fungsi methanol adalah untuk memfiksasi darah sehingga darah tetap
menempel pada objek glass sehingga tidak hilang saat diamati. Fiksasi juga
berfungsi untuk mempertahankan struktur dari sel darah agar tetap normal. Proses
fiksasi ini dilakukan selama 5 menit. Selanjutnya sediaan diteteskan dengan
larutan giemsa yang sebelumnya telah diencerkan dengan buffer pH 7 dengan
perbandingan 1:4, dimana 1 mL Giemsa dilarutkan dalam 4 mL buffer pH 7.
Fungsi giemsa adalah untuk mewarnai darah sehingga mudah dibedakan dan
dapat terlihat jelas saat diamati. Waktu perendaman ini sebaiknya jangan terlalu
lama karena darah bisa tidak terlihat akibat pewarnaan yang terlalu pekat.
Sedangkan dalam pewarnaan Wright, mula-mula sediaan hapusan darah
difiksasi dengan methanol selama 5 menit pada sediaan. Sebenarnya, fiksasi tidak
perlu dilakukan karena dalam larutan Wright sudah terdapat metil alkohol dalam
konsentrasi tinggi. Kemudian diteteskan Wright sebanyak 20 tetes dan didiamkan
selama 2 menit. Setelah itu diteteskan buffer pH 7 hingga menutupi seluruh
hapusan dan dibiarkan selama 20 menit lalu dibersihkan cat warna dengan air
yang mengalir.
Berdasarkan penelitian perbedaan hasil pewarnaan giemsa dan wright
terhadap morfologi eritrosit dan kualitas cat pada preparat darah apus didapatkan
hasil bahwa cat giemsa memiliki kualitas pewarnaan lebih baik dibandingkan cat
wright. Baik pewarnaan giemsa maupun wright keduanya tidak mempengaruhi
morfologi eritrosit pada preparat darah apus (Carascallo, Maryo Vegas.2013)
Dalam praktikum ini, terdapat beberapa kesalahan dalam pembuatan
sediaan hapusan darah. Diantaranya adalah darah yang diteteskan terlalu banyak
sehingga sediaan hapusan darah menjadi terlalu tebal sehingga sel-sel eritrosit
menutupi satu sama lain sehingga mempersulit proses pengamatan. Selain itu, saat
mendorong atau spreading, praktikan sering ragu-ragu sehingga terbentuk sediaan
yang bergaris-garis, berlubang, dan terkadang terdapat ekor pada bagian ujung
hapusa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya latihan dan teknik yang dimiliki oleh
praktikan.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengencerkan
Giemsa, dimana dari air pengencer yang digunakan harus jernih dan tidak berbau.
Selain itu, derajat keasaman pengencer hendaknya berada 6,8 - 7,2 perubahan, hal
ini berguna karena pH pada larutan giemsa berpengaruh pada sel-sel darah. Dalam
praktikum kali ini digunakan buffer pH 7 untuk mengencerkan Giemsa.
IX.
SIMPULAN
Berdasarkan praktikum mengenai pembuatan dan pewarnaan sediaan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. METODE PEMBUATAN HAPUSAN DAN PENGECATAN
PREPARAT
MALARIA
(BLOOD
SMEAR).
[online].
http://habibi.staff.ub.ac.id/files/2012/11/blood-smear.pdf.
Tersedia:
[Diakses:
27
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
[online].
Tersedia:
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA.[online].
Tersedia:
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-maryovegas-6908. [Diakses: 27
Maret 2016; 15.40 WITA].
Dwijastuti, Sri.2015.Preparasi Sampel Darah dan Urin.[online].Tersedia :
http://dokumen.tips/documents/preparasi-sampel-darah-dan-urine.html.
(diakses : 8 Maret 2016. 09:30 wita)
Susilo, Reki Usman. 2014. Flebotomi. Denpasar: Pustaka Rasmedia Yogyakarta
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Pembimbing III
Pembimbing IV
Pembimbing V