Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Telah disetujui untuk dilakukan studi kasus untuk asuhan keperawatan komunitas pada
keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita TBC Paru
Pada
Hari
Tanggal
: Kamis
: 12 Mei 2011
Oleh
Pembimbing
Imelda Manek Laku,S.Kep.Ns.
NIP : 19860918 201001 2 033
Mengetahui
Direktur Akademi Keperawatan Kabupaten Belu
Djulianus Tes Mau,S.Kep.Ns,M.Kes
NIP : 19670729 198903 1 010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan
rahmat- Nya proposal Asuhan Keperawatan Komunitas pada Keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita TBC ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya walaupun
masih dalam bentuk yang sederhana.
Proposal ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk melakukan studi kasus yang
merupakan salah satu persyaratan yang haruss dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan ahli
Madya Keperawatan pada Akademi Keperawatan Kabupaten Belu. Penulis menyadari dalam
penyusunan proposal ini banyak mendapatkan masukan dan bantuan dari berbagai pihak oleh
karena itu penulis tidak lupa mengucapkan limpah terima kasih kepada ;
1. Drs.Joachim Lopez,selaku Bupati Belu yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan.
2. dr.Lau Fabianus,selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu yang telah
mengijinkan peneliti untuk melanjutkan pendidikan diploma III.
3. Djulianus Tes Mau,S.Kep,Ns,M.Kes,selaku Direktur Akademi Keperawatan
Kabupaten Belu yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengeyam
pendidikan di Akademi Keperawatan ini.
4. Kepala Puskesmas Haliwen dan staf Puskesmas Haliwen yang telah menerima dan
mengijinkan penulis melakkn studi kasus di wilayah kerjanya.
5. Imelda Manek Laku,S.Kep,Ns. selaku pembimbing penulis yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing dan memberikan masukan bagi penulis dalam penyusunan
proposal ini.
6. Petugas perpustakaan yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
mendapatakan sumber bacaan yang berkaitan dengan proposal ini.
7. Kedua orang tua dan adik adik ku serta keluarga besarku yang selalu mendukung
penulis selama melalui proses ini.
8. Teman teman progsus keperawatan sekelas yang selalu memberikan warna dan
inspirasi perjuangan tersendiri bagi penulis selama melalui proses ini.
Penulis berupaya semaksimal mungkin agar proposal ini bisa menjadi baik dan layak untuk
sesama,namun penulis menyadari kesempurnaan masilah jauh dari proposal ini. Maka saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak demi perbaikan proposal ini sangatlah
diharapkan dan akan diterima dengan lapang dada. Kiranya semua bantuan yang telah penulis
dapatkan dibalaskan oleh Yang Maha Kuasa.
Atambua,
Peneliti.
April 2011
DAFTTAR ISI
Halaman
Halaman
Judul
i
Lembar
Persetujuan.
ii
Kata
Pengantar
. iii
Daftar Isi
..
v
Daftar
Tabel.
. vii
Daftar
Gambar
viii
Daftar
Lampiran..
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
2. Rumusan Masalah. 4
3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan
Umum. 4
2. Tujuan
Khusus 4
3. Manfaat Penulisan
.. 4
4. Metode Penulisan
5
5. Sistematika
Penulisan. 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Dasar Teori
1. Keperawatan Komunitas
1. Pengertian Keperawatan Komunitas.. 6
2. Tujuan Keperawatan Komunitas.. 7
3. Sasaran Keperawatan Komunitas. 7
4. Strategi intervensi Keperawatan Komunitas.. 8
5. Keluarga
1. Pengertian
keluarga..
8
2. Ciri ciri
Keluarga
9
3. Tipe
Keluarga
.. 9
4. Tahap Perkembangan
Keluraga.. 10
5. Fungsi
Keluarga
.. 13
6. Struktur
Keluarga..
14
6. Penyakit TBC Paru
1. Pengertian
TBC..
14
2. Anatomi sistem
pernapasan.. 15
3. Etiologi
.. 19
4. Patofisiologi
.. 20
5. Manifestasi
klinis 22
6. Pemeriksaan
diagnostik.. 22
7. Klasifikasi pasien
TBC 25
8. Manajemen
terapi 26
9. Komplikasi
. 30
2. Konsep dasar Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan Keluarga dalam Komunitas
1. Pengkajian
.. 31
2. Perumusan diagnosa
Keperawatan 36
3. Penyusunan rencana
Kperawatan.. 40
4. Implementasi
. 41
5. Evaluasi
43
2. Asuhan Keperawatan Penyakit TBC
1. Pengkajian
.. 44
2. Diagnosa
Keperawaatan. 46
3. Intervensi
Keperawatan.. 46
4. Implementaasi
Keperawatan. 53
5. Evaluasi
.. 55
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1
. 11
Tabel 2
Tabel 3
. 29
Tabel 4
. 29
Tabel 5
. 30
Tabel 6
. 30
Table 7
. 38
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1
16
Gambar 2
Trakea.
17
Gambar 3
18
Gambar 4
Paru paru.
19
Gambar 5
Mycobakterium tuberkulosis.
20
Gambar 6
23
Gambar 7a
Gambar 7b
25
25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Pathway TBC
Lampiran
II
Lampiran
III
Lembar Konsul
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat
kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat akan tercipta komunitas yang sehat pula.
Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi komunitas
setempat bahkan dapat pula mempengaruhi komunitas global. Sebagai contoh apabila ada
seorang anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah,nyamuk sebagai vector
penularan dan penyebab dapat menggigit anggota keluarga lain dan juga tetangga,dimana hal
tersebut dapat mempengaruhi system keluarga dan juga komunitas tempat keluarga tersebut
tinggal. Membangun Indonesa sehat seharusnya dimulai dengan membangun keluarga yang
sehat sesuai dengan budaya keluarga ( Sudiharto,2007: 22). Peningkatan kesehatan yang
dipusatkan pada peningkatan kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat tidak mungkin
terwujud tanpa perbaikan dan peningkatan pelayanan kesejahteraan serta penanggulangan
penyakit, untuk itu perawatan kesehatan keluarga pun dibutuhkan. Perawatan kesehatan
keluarga adalah perawatan kesehatan yang ditujukan ke masyarakat atau keluarga sebagai
unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan
sebagai sarana. Keluarga dikatakan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan
mempengaruhi keluarga-keluarga sekitar atau masyarakat umum (Nasrul Effendi, 1989). Oleh
karena itu, dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas pada keluarga yang menjadi
prioritas utama adalah keluarga dengan masalah kesehatan yang rentan (menular atau
menjangkiti) anggota keluarga lainnya, seperti pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya menderita penyakit TBC Paru.
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang dan tahan asam dapat berupa organisme pathogen
dan saprovit ( Sylvia,A.Price.2005: 825). Tanda dan gejala yang sering dijumpai atau
dikeluhkan berupa batuk batuk berlendir atau tidak berlendir lebih dari 3 minggu, keringat
berlebihan pada malam hari,napsu makan berkurang,berat badan menurun,serta kelelahan dan
kelemahan.
WHO melaporkan angka kesakitan dan kematian akibat kuman mycobakterium tuberkulosis
masih tinggi pada saat ini.Tahun 2009 jumlah penderita yang meninggal karena TBC
sebanyak 1,7 juta orang (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus TB
baru didunia pada tahun 2009 juga. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB
dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15 55 tahun). Dinegara negara
miskin kematian akibat tuberkulosis menempatkan 25 % dari seluruh kematian yang terjadi.
Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari bagian TBC global yakni
sekitar 38 % dari kasus tuberkulosis di dunia. Di Indonesia pada tahun 2009 WHO mencatat
jumlah penderita tuberkulosis menurun ke peringkat lima dunia dengan jumlah penderita
429.000 orang. Kesakitan dan kematian akibat TBC mempunyai konsekuensi yang sangat
signifikan terhadap permasalahan ekonomi baik secara individu,keluarga maupun
masyarakat. Strategi DOTS ( Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy) yang
direkomendasikan oleh WHO merupakan pendekatan yang paling tepat saat ini dan harus
dijalankan secara sungguh(www.depkes.go.id). Menurut WHO seseorang yang menderita
tuberkulosis akan kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar tiga sampai empat bulan.
Di kabupaten Belu berdasarkan data yang diambil dari bagian pemberantasan penyakit
menular ( P2M) Dinas Kesehatan Kabupaten Belu tahun 2008 penderita tuberkulosis paru
berjumlah 443 orang ( laki laki 233 orang dan perempuan 210 orang), pada tahun 2009
berjumlah 599 orang( laki laki 307 orang dan perempuan 292 orang) dan pada tahun 2010
berjumlah 508 orang(laki laki 262 orang sedangkan perempuan 246 orang). Sedangkan di
Puskesmas Haliwen berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola program tuberkulosis
paru pada tahun 2008 penderita tuberkulosis berjumlah 24 orang,tahun 2009 berjumlah 17
orang. Pada tahun 2010 jumlah penderita dengan tuberkulosis paru di puskesmas haliwen
meningkat menjadi 37 orang dan hingga triwulan I pada tahun 2011 ini( periode januari
maret) jumlah penderita tuberkulosis paru di puskesmas haliwen sebanyak 8 orang.
Penyakit tuberkulosis paru atau lazim yang dikenal masyarakat umum dengan TBC paru
dapat diobati dengan obat paket TB kombipak/OAT yang pada saat ini bisa didapat di
puskesmas dengan gratis. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan tempat
tinggal atau rumah,mengupayakan ventilasi rumah yang cukup dan baik sehingga pertukaran
udara didalam rumah dan luar rumah lancar,menghindari tempat yang berdebu, atau yang
banyak polusinya saat beraktivitas,mengupayakan agar rumah tempat tinggal mendapatkan
penyinaran yang cukup sehingga rumah tidak lembab karena rumah yang lembab merupakan
salah satu tempat terbaik untuk berkembang biaknya mycobakterium tuberkulosis,
meningkatkan asupan makanan bergizi bagi keluarga pun dapat membantu menigkatkan daya
tahan tubuh untuk melawann infeksi bakteri ini saat kita tertular atau beresiko
tertular,mengurangi merokok terutama bila terdapat bayi dan balita dalam rumah. Pada bayi
dapat diberikan imunisai BCG untuk mencegah penyakit TBC yang bisa didapatkan di
posyandu. Apabila ditemukan tanda dan gejala seperti batuk-batuk yang tidak sembuh selama
lebih dari 3(tiga) minggu,berkeringat pada malam hari serta disertai napsu makan yang
berkurang sebaiknya dibawa ke sarana kesehatan yang terdekat untuk dilakukan pemeriksaan
BTA untuk mengetahui apakah terinfeksi bakteri mycobakterium tuberkulosis. Bila hasil
pemeriksaan BTA positif maka penderita akan mendapatkan pengobatan dengan obat paket
tuberkulosis OAT secara berkelanjutan.
Karena kesembuhan seorang penderita tuberkulosis paru bukanlah dengan usaha secara
individu,namun dukungan dari keluarga dan pengawasan terhadap ketepatan konsumsi obat
serta melihat penyakit TBC Paru yang penderitanya semakin bertambah serta mengingat
penyakit ini dapat dicegah maka penulis tertarik untuk mengambil Asuhan Keperawatan
Komunitas pada Keluarga dengan TBC Paru sebagai judul karya tulis.
1. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana melakukan Asuhan Keperawatan komunitas pada keluarga dengan salah satu
anggota keluarga menderita TBC paru ?
1. TUJUAN PENULISAN
1. Tujun Umum
Agar mahasiswa memahami dan dapat mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan
asuhan keperawatan komunitas keluarga dengan salah satu anggota keluarganya menderita
TBC paru melalui pendekatan proses keperawatan.
1. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat atau mampu melakukan :
a)
b)
Merumuskan diagnosa keperawatan dan melakukan pengskoringan dengan skala
priortas masalah.
c)
d)
e)
f)
Mengetahui bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan TBC paru dan mengetahui
cara pencegahannya dalam konteks keluarga dari segi fisik,mental dan sosial budaya serta
ekonomi dan lingkungan.
1. Bagi Penulis
a)
Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tentang penerapan asuhan keperawatan
komunitas pada keluarga dengan TBC paru.
b)
Mendapatkan pengalaman nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan tuberculosis paru dalam konteks keluarga.
1. Bagi Institusi
a)
Sebagai salah satu bahan acuan atau referensi dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien TBC paru diperpustakaan.
b)
Puskesmas Haliwen
Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya penanganan dan penanggulangan kasus TBC paru.
1. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiiah ini adalah metode
deskriptif yaitu melalui studi kepustakaan terhadap buku buku yang berhubungan dengan
TBC paru dan studi kasus pada pasien dengan TBC paru di keluarga dalam komunitas.
1. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I
Bab III
: Tinjauan Kasus.
Bab IV
: Pembahasan.
Bab V
2)
Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health general community)
dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi keluarga,individu dan kelompok.
1. Sasaran keperawatan komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,keluarga,dan
kelompok baik yang sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang beresiko tinggi
mengalami masalah kesehatan dalam masyarakat sebagai berikut:
1)
Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai satu kesatuan utuh dari aspek biologi,psikososial
dan spiritual.
2)
Keluarga
Keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis sebab keluarga merupakan
unit terkecil masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya yang
berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena ikatan darah dan ikatan perkawinan.
3)
Kelompok Khusus
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing masing yang merupakan
bagian dari keluarga ( Friedman 1998 dikutip Suprajitno,2004)
Menurut Salvicion G.Bailon dan Aradies maglaya ( 1989) keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang tergabung karena hubungan darah,hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga,berinteraksi satu sama
lain dan memiliki peran masing masing,menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
tertentu( Mubarak,Wahid Iqbal,2006: 285)
Keluarga ( BKKBN,1999) adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah,mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak.
Bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan maasyarakat serta lingkungannya
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih karena ikatan perkawinan yang sah,memiliki hubungan darah dan atau
adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah saling berinteraksi satu sama lain dalam
lingkungan dan menjalankan perannnya masing masing.
1. Ciri ciri keluarga
Keluarga memiliki ciri ciri sebagai berikut;
1)
Organisasi
Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsinya dan tugasnya masing masing.
3)
Setiap anggota kelurga mempunyai peranan dan fungsinya masing masing. ( Effendy
Nasrul,1998:33)
1. Tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokannya. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua yaitu :
1. Keluarga Inti ( Nuclear Familly) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar ( Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (Kakek-nenek,paman- bibi)
Carter Mc Goldrick
(Family therapi perspective, 1989)
Duvall
Sosialogical perspective (1985)
1. Keluarga lansia
1. Keluarga lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang
saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat, dan
merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan)
2. Tahap 2; menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi
berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga) memberi
waktu untuk individu, pasangan dan keluarga.
3. Tahap 3; keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua, 2,5 tahun sampai
dengan 6 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara lain ruang
atau kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak, menyatukan
keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga.
4. Tahap 4; keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12
tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan
anak-anak termasuk membantu anak-anak membina hubungan dengan teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, dan
memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing anggota keluarga.
5. Tahap 5; keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13 sampai
20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membagi kebebasan
remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan dan melakukan komunikasi
yang terbuka diantara orangtua dengan anak-anak remaja.
6. Tahap 6; keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran
anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa,
menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses
penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.
7. Tahap 7; keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah mempertahankan kontak antara anak dan cucu; memperkuat
hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promisi kesehatan.
8. Tahap 8; keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap-tahap
ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan
kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan
perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan kontak dengan
masyarakat serta melakukan review masa lalu dan beradaptasi dengan
perubahan kekuatan fisik ( Suprajitno,2004 : 4 6).
1. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Freidman ( 1998) adalah sebagai berikut:
Hidung
Struktur hidung terdiri dari lapisan luar(kulit dan jaringan yang menonjol dari wajah),lapisan
tengah(lapisan tulang rawan dan otot otot),lapisan dalam (selaput lendir yang berlipat
lipat yaitu konka nasalis) yang berjumlah tiga yaitu konka nasalis inferior,konka nasalis
media,dan konka nasalis superior. Hidung didukung oleh tulang hidung nasal prosesus dari
maksilaris dan tulang rawan yang membentuk dinding dan septum hidung. Dihidung juga
terdapat sinus paranalis yang terdiri dari sinus frontal,sinus ethmoid,sinus spenoid dan sinus
maksilaris. Sinus ini memproduksi mukus untuk melembabkan jalan napas atas dan
memberikan resonansi selama vokal.Fungsi hidung yaitu 1) sebagai saluran udara
pernapasan,2) filter udara pernapasan oleh silia,3) menghangatkan dan melembabkan udara
pernapasan oleh mukosa dan 4) resepsi odor sebagai indera pencium.
2)
Faring
Faring adalah tabung mukular berukuran 12,5 cm yang membentang dari bagian dasar tulang
tengkorang sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring,orofaring dan laringofaring.
Semua area faring dipersyarafi oleh nervus vasial. Secara langsung nasofaring berada
disamping nasal caviti dan menyambungkan hidung dengan 2 nares posterior Tuba eustakia
berasal dari telinga tengah ke nasofaring. Orofaring terletak dibagian posterior dari oral caviti
dimana terdapat ovula,palatum molle dan 2 tonsil. Laringofaring terdapat diantara laring dan
esofagus serta merupakan bagian akhir dari faring dimana terdapat epiglotis yang melindungi
jalan napas saat menelan makanan.
3)
Laring
Laring menghubungkan jalan napas atas ke trakea dan pita suara. Laring merupakan tube atau
saluran tabung pendek berbentuk seperti kotak tringular dan ditopang oleh sembilan cincin
kartilago dan juga ditopang oleh mukosa dan ligamen. Pada laring juga terdapat epiglotis
yang berfungsi menutup trakea saat menelan untuk mencegah aspirasi makanan. Laring
mempunyai lapisan mukosa yang sangat sensitif terhadap stimuli partikel asing. Terdapat dua
cabang nervus vagus pada sebelah dalam laring yang memberikan gerakan penghantar
rangsangan. Semua rangsangan dari saraf laringeal superior mensuplai beberapa gerakan
pada semua rangsangan sensorik dan stimuli terakhir dari saraf ini adalah timbulnya refleks
batuk.
4) Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin yang terdiri dari tulang
kartilago yang berbentuk huruf C dan didalamnya terdapat epitelium serta diselingi oleh
sel goblet(untuk produksi mukus). Silia berfungsi untuk mendorong benda asing kearah
laring dan faring yang masuk bersama sama udara pernapasan. Karina terletak diantara T5
dan merupakan tanda titik dimana trakea dibagi menjadi dua cabang bronkus.
Gambar 2. Trakea
5)
Bronkus
Bronkus dekstra 5 cm lebih pendek dari bronkus sinistra dan lebih dekat ke ventrikal
tubuh,sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan ramping dan letaknya lebih horisontal.
Didalam lobus pulmonal dekstra bronkus terbagi menjadi 3 cabang. Pada lobus pulmonal
sinistra terbagi menjadi dua cabang. Bronkus akan bercabang cabang lagi menjadi 19
segmen bronkus pulmonari yaitu lobus kanan 10 segmen dan lobus kiri 9 segmen. Segmen
bronkus ini akan terbagi lagi menjadi subsegmental bronkiolus.
gambar 3.bronkus dan bronkiolus
6)
Bronkiolus
Struktur bronkiolus berbeda dengan saluran pernapassan besar. Bronkiolus tidak memiliki
kartilago dan mukosanya tidak mempunyai sel goblet. Pada akhir bronkiolus subsegmental
akan bersambungan dengan bronkiolus terminali yang akan menyalurkan udara ke saluran
alveolar. Bronkiolis terminal mengandung epitelium dan sel sel darah. Pada kedua paru
paru terdapat 35.000 bronkiolus yang lebih lanjut akan membagi ke dalam unit terminal
respiratori yang merupakan tempat terjadinya pertukaran gas.
7)
Paru paru.
Paru paru adalah organ berbentuk piramid seperti spon dan berisi udara,terletak dalam
rongga thoraks. Paru kanan memiliki tiga lobus dan paru kiri memiliki dua lobus. Setiap paru
memiliki apeks yang mencapai bagian atas iga pertama,bagian dasar terletak di atas
diafragma,permukan medial yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum dan permukaan
kostal terletak di atas kerangka iga. Pada permukaan medial paru memiliki hilus(akar) yang
merupakan tempat masuk dan keluarnya pambuluh darah bronki pulmonal dan bronkial dari
paru. Pada paru terdapat unit pertukaran gas yang terdiri dari respiratori bronkialis/kantong
alveoli (gelembung hawa) dan alveoli (terminal kantong udara) dan memiliki acini yang
memiliki jaringan arteri dan vena pulmonal. Kantong alveolar terbentuk oleh 5 lapisan sel
membran ephitelium yang terdiri dari 2 tipe cell. Dimana sel sel ini mengandung sekret
surfaktan dan lipoprotein yang berfungsi untuk menentukan tegangan alveoli sehingga paru
akan mudah memompa udara.
gantikan oleh makrofag. Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan
menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah
bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga makrofag yang mengadakan
infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila
terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon
yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru atau pun basil
dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus (Sylvia.A Price:2006;754).
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus rongga.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak lepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
(Syilvia.A Price:2006;754)
Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea dan
saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk darah masif
yaitu 600-1000cc/24 jam.Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan oleh terjadinya
ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas. ( Soeparman,1990: 821)
1. Manifestasi klinis
Gejala akibat infeksi mycobakterium tuberkulosis adalah batuk produktif yang
berkepanjangan( lebih dari 3 minggu),nyeri dada dan hemoptisis. Gejala sistemik termasuk
demam menggigil, keringat malam, kelemahan,hilangnya napsu makan dan penurunan berat
badan. Seseorang yang dicurigai menderita TB harus dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan fisik,tes tuberkulin mantoux,foto toraks dan pemeriksaan bakteriologi atau
histologi (Price,Sylvia.A,2006:854)
Sedangkan menurut Corwin(2000:416) gambaran klinis tuberkulosis mungkin belum muncul
pada infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah muncul apabila tidak terjadi infeksi aktif.
Apabila timbul infeksi aktif,pada pasien biasanya terlihat demam yang biasanya pada pagi
hari,malaise,keringat malam,napsu makan hilang dan terjadi penurunan berat badan,batuk
purulen produktif disertai nyeri dada.
1. Pemeriksaan diagnostik
1)
Laboratorium
1. Diagnosis TB ditegakkan dengan pemeriksaan 3 specimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu sewaktu Pagi Sewaktu (SPS)
b)
c)
Gambar 7.a) gambar rontgen paru kavitis. b) gambar rontgen paru dengan TBC
b)
Kelainan pada hilus dan mediastrum disebabkan oleh pembesaran kelenjar limfe
c)
Sekalipun tes tuberkulin yang dilakukan dengan baik sangatlah bermanfaat untuk mengukut
prevalensi tuberkulosis pada suatu masyarakat, tetapi pada banyak negara miskin, tes ini
kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik. Hal ini disebabkan oleh hasil tes yang bisa
negatif, akibat keadaan gizi buruk atau adanya penyakit lain sekalipun pasien menderita TB
aktif.
Tes yang kuat positif tentunya merupakan indikasi pada tuberkulosis, tetapi tes negatif belum
berarti tidak ada tuberkulosis.(Crofton, Jhon. 2002 : 98 104)
1. Klasifikasi Pasien TBC
Klasifikasi TB dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor
determinan untuk menetapkan strategi terapi. Klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut :
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria :
1)
2)
BTA positif : Mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3)
1)
2)
1)
2)
Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3)
Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif. Menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
2)
Ethambutol 1000 mg
3)
Isoniazid 400 mg
1. Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 69 bulan.
1. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam
pemeriksaan sputum BTA dengan kombinasi obat :
1)
Rifampicin
2)
Isoniazid (INH)
3)
Ethambutol
4)
Pyridoxin (B6)
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mencegah kematian, mencegah
kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah rifampisin, INH,
pirasinamid, streptomisin dan ethambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah kanamisin,
kuinolon, maurolide dan amoksilin + asam klavulanat, derivat rifampisin/INH
Obat obatan yang digunakan dalam pengobatan TBC ( Price,Sylvia A.2005:859) :
Nama obat
Obat lini pertama
Dosis Anak
Dosis Dewasa
Efek samping
Isoniazid (INH)
PO : 300 mg
PO: 300 mg
Kemerahan,hepatitis,neuropati
perifer,efek pada SSP ringan
Rifampisin (RIF)
Pirazinammid
(PZA)
PO: 450 mg
PO: 450 mg
10 mg/kgbb/hr
10-20
mg/kgbb/hr
PO : 500 mg
PO : 500 mg
Hepatitis,hiperurisemia,
15 30
mg/kgbb/hr
15 30
mg/kgbb/hr
PO : 400 mg
Gangguan pencernaan,
perdarahan, kemerahan,gagal
ginjal dan demam
15-25
mg/kgbb/hr
IM 15-30 Ig
IM 15 20
mg/ml
IM 15 20
mg/ml
IM,IV,PO
IM 15 30
mg/ml
IM 15 20
mg/ml
IM 15 20
mg/ml
PO 4- 6 g/hr
15 mg/kg/hr
Terdapat 5 jenis obat yang sekarang dikenal sebagai obat esenssial dalam pengobatan
tuberkolosis yaitu : isoniasid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), streptomyzin S), dan
etambutol (E). dalam menangani pasien TBC ini pengobatannya dikategorikan dalam 3
kategori.
Kategori I
Kategori II
Kategori III
PRINSIP PENGOBATAN :
Obat diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dalam jumlah cukup dan dosis
tepat selama 6 8 bulan supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosisi tahap intensif dan dosisi
tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya saat perut kosong.( Depertemen
Kesehatan RI,pedoman nasional penanggulangan tuberculosis,2006:40 420)
Tahap
pengobatan
Lamanya
pengobatan
Dosis/hari/kali
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
isoniasid rifampisin pirasinamid etambutol
@ 300 mg @ 450 mg @ 500 mg @ 250 mg
Tahap intensif
(dosis harian)
2 bulan
60
Tahap lanjutan
(dosis 3 x
seminggu)
4 bulan
54
Tahap
Lamanya
Tablet
Tablet
Tablet
Etambutol
Streptomisin Jumlah
Injeksi
hari/kali
menelan
obat
Tablet Tablet
@ 250 @ 250
mg
mg
Tahap
intensif
(dosis
harian)
2 bulan
0,75gr
60
1 bulan
30
Tahap
lanjutan
(dosis 3 x
seminggu)
5 bulan
66
KATEGORI III :
Tahap
pengobatan
Lamanya
pengobatan
Dosis/hari/kali
Tablet
Tablet
Tablet
isoniasid rifampisin pirasinamid
@ 300 mg @ 450 mg @ 500 mg
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tahap intensif
(dosis harian)
2 bulan
60
Tahap lanjutan
(dosis 3 x
seminggu)
4 bulan
54
Tahap
pengobatan
Lamanya
pengobatan
Dosis/hari/kali
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
isoniasid rifampisin pirasinamid etambutol
@ 300 mg @ 450 mg @ 500 mg @ 250 mg
Tahap intensif
(dosis harian)
1 bulan
30
1. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru apabila tidak ditangani dengan benar dan sampai sembuh dapat
mengakibatkan komplikasi yang dikelompokkan menjadi dua yaitu komplikasi dini dan
komplikasi lanjutan.
1)
2)
Komplikasi lanjutan yaitu obstruksi jalan napas soft(sindrom obstruksi pasca
tuberkulosis) kerusakan parenkim paru yang berat/fibrosis
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. (Nursalam. 2001:17).
Pada pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan:
1. Membina hubungan yang baik
Hubungan yang baik antara perawat klien (keluarga) merupakan modal utama pelaksanaan
asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi
terapeutik yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien untuk
memenuhi kebutuhan kesehatannya.
1. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.
1. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap
sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. (Suprajitno.
2004:39)
Yang termasuk dalam tahap pengkajian yakni, pengumpulan data dari keluarga dapat
dilakukan dengan metode :
1. Wawancara
Berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya,
ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya.
1. Pengamatan
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu dipertanyakan karena sudah dianggap cukup
melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya
ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.
1. Studi dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya melalui Kartu Menuju
Sehat (KMS), Kartu Keluarga dan catatan-catatan lainnya.
1. Pemeriksaan fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan,
berkaitan dengan keadaan fisik, misalnya : kehamilan, kelainan organ tubuh dan tanda-tanda
penyakit. (Effendy, Narsul. 1998:47).
Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji dalam keluarga adalah:
1. Data umum
1)
Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,
komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan kk, umur,
pendidikan dan status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga serta genogram.
2)
Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga.
3)
Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.
4)
Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
5)
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
6)
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktifitas rekreasi.
1. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga
1)
Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendalanya
3)
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota dan sumber pelayanan yang digunakan
keluarga.
1. Pengkajian lingkungan
1)
Karakteristik rumah
Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaat ruangan, peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
2)
Karakteristik tetangga
Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4)
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu
yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
5)
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat.
1. Struktur keluarga
1)
3)
Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
4)
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
1. Fungsi keluarga
1)
Fungsi afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2)
Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.
3)
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian dan perlindungan terhadap anggota
yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga yakni : mengenal masalah kesehatan yang tepat,
merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah yang sehat,
menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat.
4)
Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5)
Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
1. Stres dan koping keluarga
1)
Yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaiaan dalam waktu 6 bulan
dan jangka panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
2)
3)
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga atau masyarakat
yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab melaksanakannya.
(Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:290)
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian komponen diagnosis keperawatan meliputi :
- Problem atau masalah (P)
- Etiologi atau penyebab (E)
- Sign atau tanda (S)
Tipologi dari diagnosis keperawatan terdiri dari ;
1. Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai gejala dari gangguan kesehatan dimana
masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani
dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan
etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam 4 kategori meliputi :
- Patofisiologi (biologi dan psikologi)
- Tindakan yang berhubungan
- Situasional (lingkungan, personal)
- Maturasional
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi diagnosis keperawatan keluarga
adalah adanya : ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi),
ketidaktahuan (sikap dan motivasi), dan ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap
suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, sistem
pendukung, lingkungan fisik dan psikologis)
1. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim
kesehatan atau keperawatan.
1. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau Wellness)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:290-291).
Setelah data dianalisa kemungkinan perawat kesehatan masyarakat dalam satu keluarga
dapat menemukan lebih dari satu masalah kesehatan dan keperawatan keluarga yang mana
masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaliguss mengingat kondisi dan sumber daya yang
dimiliki oleh keluarga atau petugas kesehatan. Mengingat situasi tersebut maka perawat
kesehatan masyarakat atau perawat keluarga dapat menyusun masalah kesehatan keluarga
sesuai dengan prioritasnya. Proses skoring yang biasa digunakan menggunakan skala yang
dirumuskan oleh Baylon dan Maglaya (1979)
Kriteria Prioritas Masalah :
No
1
Kriteria
Skor
Bobot
Sifat masalah
1
Tidak / kurang sehat
3
Ancaman kesehatan
Menonjolnya masalah
1
Masalah berat, harus ditangani
2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera
ditangani
1. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh
bobot. (Mubarak, Wahid Iqbal.2006:292-293)
Ada 4 kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :
1. Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat diberikan
bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan
biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
1. Kemungkinan masalah dapat diubah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan
(intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan
masalah dapat diperbaiki adalah :
1)
Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
masalah.
2)
Sumber-sumber dari keperawatan misalnya : dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan
dan waktu.
3)
Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga.
4)
Sumber-sumber dimasyarakat misalnya : dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi
masyarakat, dukungan sosial masyarakat.
1. Potensi masalah bila dicegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau dicegah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah bisa
dicegah adalah :
1)
Kepelikan dari masalah yang berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah.
2)
Lamanya masalah yang berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut
3)
Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan.
1. Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya masalah serta
mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor
pada kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat
masalah. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:293-294)
1. 3.
Penyusunan Perencanaan
Tujuan
2)
Kriteria
Standart
Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:297).
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
(Effendy, Nasrul. 1998:100). Dalam kondisi untuk membangkitkan minat keluarga dalam
berperilaku hidup sehat, maka harus memahami teknik-teknik motivasi tindakan keperawatan
keluarga yang mencakup hal-hal yang terdiri dari :
a)
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
1)
Memberikan informasi
2)
3)
b)
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :
1)
2)
3)
c)
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara :
1)
2)
3)
1)
2)
e)
1)
2)
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. (Mubarak, Wahid
Iqbal. 2006:297)
Evaluasi
3)
4) Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang
diperlukan.
5)
Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk
evaluasi.
6)
Identifikasi penyebab atau masalah penampilan yang tidak optimal atau pelaksanaan
yang kurang memuaskan.
7)
Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin
tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang
tidak dapat diatasi.
Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan yang
telah dikerjakan.
2)
Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga
(3) dimensi yang saling terkait yaitu :
- Struktur atau sumber
Struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan.
- Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah
nutrisi.
- Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga dalam melaksanakan
tugas-tugas kesehatan. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:298-299).
1. ASUHAN KEPERAWATAN TBC
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien (tergantung dari tahap penyakit dan derajat yang terkena)
Aktivitas/istirahat
Gejala `:
buruk.
Tanda
Integritas ego
Makanan / cairan
Nyeri/kenyamanan
Pernapasan
Gejala
Tanda
Keamanan
Interaksi sosial
Gejala : perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam
tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB. Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk. Gagal untuk
membaik/kambuhnya TB. Tidak berpartisipasi dalam terapi.
(Doengoes,M.E,1999:240-241)
1. Diagnosa keperawatan
1)
Resiko tinggi penularan kepada orang lain berhubungan dengan kerusakan pertahanan
primer tidak adekuat,penurunan kerja silia/stasis sekret atau kerusakan jaringan atau
tambahan infeksi.
2)
3)
Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
efektivitas paru,ateletaksis atau kerusakan membran alveola- kapiler.
4)
5)
Kurang pengetahuan mengenai kondisi,aturan tindakan dan pencegahan berhubungan
dengan kurang terpajannya informasi.
1. Rencana keperawatan
1. Dx I
: Resiko tinggi penularan kepada orang lain berhubungan
dengan kerusakan pertahanan primer tidak adekuat,penurunan kerja silia/stasis
sekret atau kerusakan jaringan atau tambahan infeksi.
Goal
Obyektif
2)
R/ Orang orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah
penyebaran/terjadinya infeksi.
3) Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dengan mengeluarkannya pada tisu atau tempat
penampung yang berisi cairan desinfektan,sabun hindari meludah. Kaji pembuangan tisu dan
teknik mencuci tangan yang tepat.
R/ Perilaku yang diperlukn untuk mencegah penyebaran infeksi.
4)
Kaji tindakan kontrol infeksi sementara,seperti penggunaan masker dan isolasi
pernapasan.
R/ Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial
sehubungan dengan penyakit menular.
Kolaborasi :
5)
R/ Pasien yang mengalami 3 usapan negatif,perlu mentaati program obat dan asimtomatik
akan diklasifikasikan menyebar.
1. Dx.II
Efektif.
Obyektif
: setelah mendapatkan perawatan 2 x 60 menit
klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Rasional
Intervensi dan
1)
Kaji fungsi pernapasan,contoh bunyi napas,kecepatan,irama dan kedalaman serta
penggunaan otot aksesori.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea,pengisapan dilakukan sesuai dengan keperluan.
Berikan obat obatan sesuai indikasi. Agen mukolitik, contoh asetil sistein.
R/ Agen mukolitik menurunkan kekebalan dan perrlengketan sekret paru untuk memudahkan
pembersihan.
8)
Kortikosteroid ( prednison)
R/ Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respon inflamasi
mengancam hidup.
9)
R/ Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB dengan odema laring atau
perdarahan paru akut.
1. Dx.III
: Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru,ateletaksis,atau kerusakan membran alveolar
kapiler.
Goal
: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal atau bebas dari gejala distres pernapasan.
Obyektif
R/ Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan
ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.
1. Dx. IV
dengan anoreksia.
Goal
Obyektif
: Setelah mendapatkan perawatan selama 3 x 24 jam klien akan menunjukkan
perubahan asupan nutrisi,kenaikan BB dan nilai laboratorium normal.
Intervensi dan Rasional:
1)
Catat status nutrisi pasien pada saat penerimaan,catat keadaan turgor kulit,berat badan
dan derajat kekurangan BB,integritas mukosa oral.
R/ Berguna dalam mendefenisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
2)
Pastikan pola diet biasa pasien yang disukai dan yang tak disukai.
Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
R/ Memaksimalkan masukan nurisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari
makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.
Kolaborasi:
7)
R/ Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik dan diet.
8)
Konsul dengan terapi pernapasan untuk jadwal pengobatan 1 2 jam sebelum/sesudah
makan.
R/ Dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan dengan obat atau
efek pengobatan pernapasan pada perut yang penuh.
9)
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan TBC Paru brdasarkan rencana
tindakan yang telah disusun adalah sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan 1 :melakukan pengkajian perjalanan/ patologi penyakit dan
menggolongkan apakah masuk fase aktif atau tidak aktif. Mengidentifikasi anggota keluarga
serumah yang beresiko untuk tertular penyakit sehingga bisa mendapatkan pengobatan untuk
mencegah penyebaran. Mengajarkan pada pasien untuk batuk atau bersin dengan
mengeluarkannya pada tisu sekali pakai atau tempat penampung yang sudah diberi air sabun.
Mengingatkan dan menganjurkan pasien untuk tidak meludah di sembarang tempat.
Mengkaji cara pasien dan keluarga mencuci tangan apakah sudah sesuai dengan teknik yang
benar atau belum dan ajarkan pada pasien dan keluarga cara yang benar. Mengajarkan pada
pasien dan keluarga cara memakai masker yang baik dan benar serta menjelaskan pada
keluarga manfaat menggunakan masker. Mengajarkan pada pasien cara mengkonsumsi obat
yang benar dan keuntungan mengkonsumsi obat sesuai anjuran.
Diagnosa keperawaatan 2 : mengkaji fungsi pernapasan pasien (Frekuensi normal 16 24
x/menit,Irama teratur) kedalaman pernapasan,penggunaan otot bantu pernapasan. Mengkaji
kemampuan pasien mengeluarkan sekret, mengajarkan cara batuk efektif pada pasien.
Melakukan observasi pada keadaan sekret/ sputum pasien (jumlah,warna,bau dan sifat sekret)
serta perhatikan adanya hemoptisis. Menganjurkan pada pasien (keluarga) untuk minum air
hangat 2500 l/hari dan menjelaskan pada keluarga dan pasien air hangat dapat membantu
mengencerkan dahak sehingga mempermudah untuk dikeluarkan. Mengajarkan pada keluarga
cara mengatur posisi semifowler atau fowler pada pasien untuk mengurangi beban kerja paru
sehingga dapat mengurangi sesak napas. Mengajarkan pada pasien teknik napas dalam.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pengobatan yang sedang dijalani saat ini ( efek
samping,dosis dan waktu untuk minum,akibat konsumsi yang tidak teratur).
Diagnosa keperawatan 3 : melakukan observasi atau mengkaji keadaan
dispnea,takipnea,adanya bunyi napas tambahan yang abnormal. Melakukan observasi dan
penilaian tingkat kesadaran pasien, mengobservasi ada tidaknya sianosis pada mukosa mulut
dan ujung jari tangan/kaki. Menjelaskan pada pasien dan keluarga pentingnya tirah baring
dan mengurangi aktivitas selama sakit yang menunjang proses penyembuhan.
Diagnosa keperawatan 4 : menimbang BB pasien pada saat kunjungan pertama,catat pula
keadaan turgor kulit,derajat kekurangan BB menggunakan standar yang berlaku sehingga
dapat digunakan sebagai data pembanding. Melakukan pemeriksaan pada mukosa oral untuk
memastikan ada tidaknya luka sehingga dapat diberikan perawatan. Mengkaji adanya
anoreksia,mual dan muntah yang dialami apakah berhubungan dengan obat obatan yang
dikonsumsi saat ini. Menganjurkan dan menjelaskan pada pasien untuk makan dalam porsi
sedikit tetapi sering. Mengkaji kebiasaan diit yang disukai dan yang tidak disukai oleh pasien.
Menjelaskan pada keluarga dan pasien tentang pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi
untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh pasien dan anggota keluarga lain dalam
menghadapi infeksi kuman TBC.
Diagnosa keperawatan 5 : mengkaji tingkat pemahaman keluarga tentang sakit yang dialami
oleh anggota keluarganya. Mengkaji cara perawatan yang sudah diberikan oleh keluarga
selama ini dan mengajarkan cara yang benar seperti penggunaan masker saat merawat
anggota keluarga yang sakit tersebut. Mengenalkan pada pasien dan keluarga tanda tanda
bahaya yang harus segera di laporkan pada perawat atau tim kesehatan yang lain seperti
adanya hemoptisis,nyeri dada,kesulitan bernapas dan vertigo. Memberikan penyuluhan
tentang penyakit TBC,cara mencegah penyakit TBC dan cara minum obat yang benar.
Menganjurkan pada pasien(keluarga) untuk mengurangi merokok atau tidak merokok.
1. Evaluasi
Evaluasi pada asuhan keperawatan keluarga dalam komunitas dengan TBC Paru adalah
sebagai berikut:
1)
Pasien dapat atau mampu mengeluarkan sekret atau sputum tanpa bantuan, Pasien
menunjukkan perubahan perilaku seperti mencuci tangan yang benar,bisa menggunakan
masker dan mengurangi merokok.
2) Tidak didapatkan tanda tanda distres pernapasan (dispnea,takipnea,adanya bunyi
napas tambahan yang abnormal dan sianosis).
3)
Pasien menunjukkan perubahan asupan makanan bergizi dan ada perubahan BB. Tidak
didapatkan anoreksia,mual muntah.
4)
Keluarga dan pasien dapat menyebutkan dan menjelaskan apa itu penyakit TBC Paru
dan menunjukkan perubahan perilaku dalam merawat anggota keluarga yang sakit seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien,menjaga kebersihan rumah tangga.
( Doengoes,M.E.1999: 240-247 )
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer,2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Auskultasi.
Chandrasoma, Parakrama, 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta : EGC.
Crofton. John, 2002. Tuberkulosis Klinis. Jakarta : Widya Medika.
Corwin,Elizabeth J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta. EGC
Depertemen Kesehatan RI,2006. Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulois. Jakarta.
Effendy, Nasrul, 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
Mubarak,Iqbal Wahid. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas.Jakarta. Sagung seto.
Mubarak,Iqbal Wahid.2006. BA.Ilmu Keperawatan Komunitas 2 : Teori & Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta. Sagung Seto.
Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan; Konsep dan Praktek. Jakarta :
Selamba Medika.
Price, Sylvia Anderson, 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Robbins, Stanley L, 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta : EGC.
Sloane,Ethel.2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat Pemula. Jakarta. EGC
Soeparman, 1990. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta : FKUI.
Sudiharto, 2007. Asuhan Keperawatan Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural.
Jakarta : EGC.
Suprajitno, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC