Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan
yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat
darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien
gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan
yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RSUD Kajen khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat
di IGD RSUD Kajen harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RSUD Kajen.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
-
B. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama
pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan
fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
Kecelakaan di sekolah
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
3
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit )
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 6 ), sedangkan kegagalan
sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
C. Landasan Hukum
1. Undang undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE /
VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
Nomor
Nama Jabatan
Kualifikasi
Keterangan
Formal
Ka Ru IGD
D III
Bersertifikat
Keperawatan
Dokter Umum
BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat ACLS/ATLS
D III
Bersertifikat
Dokter IGD
Keperawatan
Dokter Umum
BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat ACLS/ATLS
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
a.
b.
c.
Kategori :
1 orang Ka tim
3 orang Pelaksana
C. Pengaturan Jaga
I. Pengaturan Jaga Perawat IGD
Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Ruang (Karu) IGD
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana IGD setiap satu bulan..
Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Karu IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu IGD,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti,
Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka
KaRu IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu
libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama.
Apabila ada tenaga perawat tiba tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu IGD akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama. Apabila perawat
7
pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD
sesuai SOP terlampir).
II. Pengaturan Jaga Dokter IGD
Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat
Darurat
Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di
mulai.
Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta
dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
o Untuk
yang
tidak
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
yang
tidak
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang
pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai
SOP terlampir).
III. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen
Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga di mulai.
Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum
tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen
pengganti.
o Untuk
yang
tidak
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
1. SPGDT ( Sistim penanggulangan gawat darurat terpadu)
2. AMBULANCE antar jemput 24 jam
10
3. LABORATORIUM 24 jam
4. FARMASI 24 jam
5. VISUM
I. Fasilitas & Sarana
IGD RSUD Kajen berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri dari ruangan
Triase, ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah dan ruangan
observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan bedah terdiri
dari dua (2 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 4 ( empat ) tempat
tidur, ruangan observasi terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur
II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien
Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung
seperti monitor dan defribrilator
a. Alat alat untuk ruang resusitasi :
1. Mesin suction ( 1 set )
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )
4. Spuit semua ukuran ( masing masing 10 buah )
5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang ( 1 buah )
8. Gunting besar (1 buah )
9. Defribrilator ( 1 buah )
10. Monitor EKG ( 1 buah )
11
11. Trolly Emergency yang berisi alat alat untuk melakukan resusitasi ( 1 buah )
12. Papan resusitasi ( 1 buah )
13. Ambu bag ( 1 buah )
14. Stetoskop ( 1 buah )
15. Tensi meter ( 1 buah )
16. Thermometer ( 1 buah )
17. Tiang Infus ( 1 buah )
b. Alat alat untuk ruang tindakan bedah
1.
Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set )
2.
4 x 5 em ( 5 buah )
- 4 x10 em ( 5 buah )
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kassa ( 1 tromel )
9.
10.
11.
12.
13.
12
- 2.5 cc ( 5 buah )
14.
15.
16.
17.
Stetoskop ( 1 buah )
18.
Tensimeter ( 1 buah )
19.
Thermometer ( 1 buah )
20.
21.
Otoscope ( 1 buah )
4. Nebulizer ( 1 buah )
5. Mesin EKG ( 1 buah )
6. Infus set ( 1 buah )
7. IV catheter semua nomer ( 1 set )
13
- 5 cc ( 5 buah )
- 10 cc ( 5 buah )
- 20 cc ( 3 buah )
- 50 cc ( 3 buah )
9. Tensimeter ( 1 buah )
10. Stetoskop ( 1 buah )
11. Thermometer ( 1 buah )
12. Tiang infus ( 1 buah )
d. Alat alat untuk ruang observasi
1. Tensi meter ( 1 buah )
2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )
3. Termometer ( 1 buah )
4. Stetoskop ( 1 buah )
5. Standar infus ( 1 buah )
6. Infus set ( 1 set )
7. IV catheter segala ukuran ( 1 set )
8. Spuit sesuai kebutuhan
- 1 cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah )
- 5 cc ( 5 buah )
- 10 cc ( 5 buah )
- 20 cc ( 3 buah )
- 50 cc ( 3 buah )
Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RSUD Kajen
II. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGD RSUD Kajen
14
15
Nama Obat
Satuan
Jumlah
1.
Ampul
10
10
3
5
5
5
30
5
5
preparations
Anti spasmodics
Anti spasmodics
Other Anti hypertensives
Minor Transquillizer
Asnastetic lokal & general
Diuretics
Anastetic local
Anti emetic
Neuroprotector
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Atropin sulfat
Catapres
Diazepam
Ephineprin
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Jenis Obat
b. Tablet
No
1.
2.
Nama Obat
Adalat 5 mg
Adalat 10 mg
Satuan
Tablet
Tablet
Jumlah
Jenis Obat
10
Anti hypertensi/
10
Betabloker
Anti hypertensi /
Betabloker
17
3.
4.
ISDN 5 mg
Tablet
Tablet
8
10
Anti angina
Nitrogliserida
c. Cairan Infus
No
1.
2.
3.
4
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15
16.
17.
Nama Obat
Asering
Dextrose 5 % 250 ml
Dextrose 5 % 500 ml
Dextrose 10 % 500ml
Dextrose In Saline 0,225
Dextrose 0,5 Darrow
Kaen 3 B
Kaen 3 A
Larutan 2 A
Manitol 250 cc
Nacl 0,9 % 250 ml
Nacl 0,9 % 500 ml
Nacl 3 %
Ringer Dextrose
Ringer Lactat
Ringer Solution
Dex 40 % 25 ml
Satuan
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolh
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Flalon
Jumlah
Jenis Obat
4
2
8
5
2
3
1
1
7
2
1
5
1
6
13
2
6
d. Suppositoria
No
1.
2.
3.
4.
Nama Obat
Suprafenid supp
Dulcolac supp
Stesolid supp 5 mg
Stesolid supp 10 mg
Satuan
Supp
Supp
Supp
Supp
2
3
1
1
Satuan
Jumlah
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
5
5
5
5
Anti analgetik
Laxantia
Anti kejang
Anti kejang
2. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
No
1.
2.
3.
4.
Nama Obat
Ondancentron
Ranitidin
Hiosin L bromida
Novaldo
18
Jenis Obat
Antiemetik
Sukralfat
Anti spasmodic
Anagetik Antipiretik
5.
6.
7.
8
9.
10.
11
12
13
14
15
16
Neurosanbe
Ketorolac
Furosemid
Asam tranexamat 250mg
Citicolin 250mg
Citicolin 500 mg
Piracetam 1 gr
Piracetam 3 gr
ATS 1500 iu
ABU
Cefotaxim 1 gr
Domperidon
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Vial
Vial
Vial
Ampul
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
5
5
Satuan
Jumlah
Vitamin
Analgetik
Diuretik
Haemostatic
Neuroprotector
Neuroprotector
Anti tetanus
Anti bias ular
Antibiotik
Anti emetic
b. Obat tablet
No
Nama Obat
Jenis Ob
at
1.
Aspilet
Tablet
19
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN
a. Petugas Penanggung Jawab
Petugas Admission
a. Perangkat Kerja
Status Medis
a.
Tata
Laksana
Pendaftaran
Pasien IGD
2.
3.
Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti
untuk mencari identitas pasien
20
4.
5.
Pesawat telpon
Hand phone
Perangkat Kerja
Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan
pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung
21
dari IGD dengan menggunakan kode PIN yang dimiliki oleh dokter jaga atau
melalui bagian operator
3.
4.
Stetoscope
- Tensimeter
-
Status medis
22
23
Perawat IGD
Supir Ambulan
24
Perawat Admission
Stetoscope
Tensi meter
Alat Tulis
25
26
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang
menangani pasien terkait
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli
diberikan pada pihak kepolisian
II.
Petugas Satpam
Perangkat Kerja
Senter
Stetoscope
EKG
Surat Kematian
27
II.
Perawat IGD
Perangkat Kerja
Ambulan
Handphone
2.
Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta menyiapkan
hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari petugas
ambulan.
II.
Dokter IGD
Perawat IGD
Perangkat Kerja
Ambulan
Formulir rujukan
29
Alih Rawat
Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
mengenai keadaan umum pasein
Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi
sopir ambulance sesuai kondisi pasien
2. Pemeriksaan Diagnostik
3.
Spesimen
Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas
laboratorium
Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju
30
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A.
Pengertian
Asesmen resiko
31
B.
Tujuan
32
Karena keberuntungan
Karena pencegahan
Karena peringanan
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
33
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
C. TATA LAKSANA
a.
Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I.
Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.
34
Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua
penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui
Kewaspadaan Umum atau Universal Precaution yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi Petugas Kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
II.
Tujuan
a.
b.
35
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
36
Indikator mutu yang digunakan di RSUD Kajen dalam memberikan pelayanan adalah
angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah penderita yang
dilayani > 5 menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang sama
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri
dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan
37