Sunteți pe pagina 1din 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Amandemen adalah perubahan dokumen resmi atau catatan tertentu


terutama untuk memperbagusnya. Perubahan ini dapat berupa penambahan atau
penghapusan catatan yang salah yang dianggap tidak sesuai lagi. Kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada perubahan pada konstitusi sebuah negara
(Amandemen Konstitusional). Konstitusional merupakan prinsip-prinsip dasar
politik serta hukum yang mencangkup struktur, prosedur, serta kewenangan/hak
serta kewajiban. Karena itu, konstitusional sangat berhubungan erat dengan
amandemen, karena bertujuna untu memperbaiki suatu catatan/dokumen pwnting
suatu negara yang mecangkup bentuk, struktur, prosedur agar lebih baik dari
sebelumnya.
Tujuan dari perubahan Undang-Undang Dasar tersebut adalah untuk
menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara, kedaulatan rakyat, hak
asasi manusia, pembagian kekuasaan, kesejahteraan sosial, eksitensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lainny yang disesuaikan denan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 sebagai agenda utama era reformasi mulai
dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1999. Pada
sidang Tahunan MPR 1999, seluruh fraksi di MPR membuat kesepakatan tentang
arah perubahan UUD 1945, yaitu :
1. Sepakat untuk tidak mengubah pembukaan UUD 1945
2. Sepakat untuk mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia
3. Sepakat untuk mempertahankan sistem presidensil
4. Sepakat untuk memindahkan hal-hal normatif yang ada dalam penjelasan
UUD 1945 ke dalam pasal-pasal UUD 1945
5. Sepakat untuk menempuh cara adendum dalam melakukan amandemen
terhadap UUD 1945
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi
salah satu agenda sidang tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan
keempat pada sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan
kesepakataan dibentuknya Kominu Konstitusi yang bertugas melakukan
pengkajian secara komprehensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan
ketetapan MPR No.I/MPR/2002 tentang pembentukan Komisi Konstitusi.
Perubahan pertamana dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 1999
yang arahnya adalah membatasi kekuasaan Presiden dan memperkuat

kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.


Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000 meliputi
masalah wilayah negara dan pembagian pemerintahan daerah,
menyempurnakan perubahan pertama dalam hal memperkuat kedudukan DPR,
dan ketentuan-ketentuan yang terperinci tentang HAM. Perubahan ketiga yang
ditetapkan pada sidang tahunan MPR Tahun 20001 yang meliputi ketentuan
Asas-asas landasan bernegara, kelembagaan negara dan Hubungan antar
lembaga negara dan ketentuan-ketentuan tentang pemilihan umum.
Perubahan keenpat dilakukan dalam sidang tahunan MPR Tahun 2002.
Materi perubahan pada Perubahan keempat adalah ketentuan tentang
kelembagaan negara dan hubungan anter lembaga negara, penghapusan
Dewan Pertimbangan Agung (DPA), ketentuan tentang pendidikan dan
kebudayaan, ketentuan tentang perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan
aturan peralihan serta aturan tambahan.
Perubahan-perubahan tersebuat diatas meliputi hampir keseluruhan materi
UUD 1945. Jika naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, maka setelah
empat kali mengalami perubahan, materi muatan UUD 1945 mencakup 199
butir ketentuan. Namun sesuai dengan kesepakatan MPR yang kemudian
menjadi lampiran dari ketetapan MPR No.IX/MPR/1999, Pembukaan UUD
1945 tidak akan diubah. Pembukaan UUD 1945 memuat cita-citabersama
sebagai puncak abstraksi yang mencerminkan kesamaan-kesamaan
kepentingan di antara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya
harus hidup di tengan pluralisme atau kemajemukan. Pembukaan UUD 1945
juga memuat tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasanya juga disebut
sebagai falsafah kenegaraan ayau staatsidee (cita negara) yang berfungsi
sebagai filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa di
antara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara. Inilah
yang oleh William G. Andrews disebut sebagai kesepakatan (consesus)
pertama.

1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan saya bahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana sejarah amandemen UUD 1945 ?
2. Apakah tujuan dari perubahan amandemen UUD 1945 ?
3. Apakah kedudukan HAM di Indonesia sebelum amandemen ?
4. Bagaimana mekanisme perlindungan HAM ?

1.3

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah Amandemen UUD 1945, yaitu :

1. Mengetahui dan memahami bagaimana sejarah perubahan amandemen


1945.
2. Mengetahui dan memahami apa tujuan dari perubahan amandemen
UUD 1945.
3. Mengetahui apa hubungan pancasila dengan amandemen 1945.
4. Memberi sedikit wawasan kepada para pembaca tentang mekanisme
kedudukan dan perlindungan HAM dalam amandemen UUD 1945
5. Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Sejarah Amandemen UUD 1945

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk


pada tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945.
Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni
1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang Dasar Negara yang diberi
nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk
Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang
akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak
kalimat dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemelukpemeluknya maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD
1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945.
Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata
Indonesia karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada
BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal
18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia.

Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949


Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada
tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan
legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November
1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel (Semi-Parlementer) yang
pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem
pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 17 Agustus


1950
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.Bentuk
pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang
didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara
bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam
negerinya.

Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 5 Juli 1959


Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer
yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet

selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar,


masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau
golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem
Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun,
maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem
Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila
dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan
ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa
dan negara serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959
mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya
kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950

Periode
kembalinya
ke
UUD
1945
5
Juli
1959-1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak
saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan
UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno
mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan
kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan UndangUndang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:


Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta
Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara,MPRS menetapkan Soekarno
sebagai presiden seumur hidup,Pemberontakan Partai Komunis Indonesia
melalui Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia.

Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadu konstitusi yang sangat
sakral, di antara melalui sejumlah peraturan :
a. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yag menyatakan MPR
berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak
berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya.
b. Ketetapan MPR Nomoi IV/MPR/1983 tentang Refrendum
yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak
mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta
pendapat rakyat.

c. Undang Undang Nomor V Tahun 1985 tetang Referendum


yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor
IV/MPR/1983.

Periode 21 Mei 1998 19 Oktober 1999, pada masa ini dikenal sebagai
masa transisi. Yaitu sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie
sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

Periode UUD 1945 Amandemen Salah satu tuntutan Reformasi 1998


adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar
belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa
Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya
bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden,
adanya pasal-pasal yang terlalu luwes (sehingga dapat menimbulkan
multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya
lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR :
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan
Pertama UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan
Kedua UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan
Ketiga UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan
Keempat UUD 1945

2.2

Tujuan Perubahan Amandemen UUD 1945

Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, wakil ketua


MPR dari F-PP, adalah :
1.

untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat


lebih mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar
mengenai jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat.

2.

memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham


demokrasi.

3.

menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar


sesuai dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi
syarat negara hukum.

4.

menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan


modern melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances yang
lebih ketat dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru
untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan jaman.

5.

menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan


kewajiban negara memwujudkan kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan
bangsa, menegakkan etika dan moral serta solidaritas dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara kesejahteraan.

6.

melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting


bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi.

7.

menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa


sesuai dengan perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan
negara Indonesia ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun
waktu yang akan datang.

2.3

Pancasila dalam Amandemen 1945

Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan


masyarakat Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan
kepribadian, bangsa perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan.
Karena itu pancasila di jadikan idiologi negara.Pancasila merupakan kesadaran
cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur yang memiliki suasana kejiwaan serta
watak bangsa Indonesia, melandasi prolamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Menurut penjelasan UUD 1945 pokok-pokok pikiran tersebut meliputi
suasana kebatinan dari undang-undang negara Indonesia, dan mewujudkan citacita hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum negara baik hukum yang tertulis
maupun tidak tertulis. Pokok-pokok pikiran itu dijelmakan dalam pasal-pasal dan
UUD itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suasana kebatianan
UUD1945 dan cita-cita hukum UUD 1945 tidak lain adalah bersumber kepada

atau dijiwai dasar falsafah negara pancasila. Disinilah arti dan fungsi Pancasila
sebagai dasar Negara.
Atau dengan kata lain bahwa pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar
falsafah negara pancasila, merupakan satu kesatuan nilai dan norma yang terpadu
yang tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian pasal-pasal dan batang tubuh UUD
1945. hal inilah yang harus kita ketahui, dipahami dan dihayati oleh setiap orang
Indonesia.
Jadi pancasila itu disamping termuat dalam pembukaan UUD 1945
(rumusannya dan pokok-pokok pikiran yang terkandung didalamnya) dijabarkan
secara pokok dalam wujud pasal-pasal batang tubuh UUD 1945.
Jadi pancasila adalah jiwa, ini sumber dan landasan UUD 1945. secara
teknis dapat dikatakan bahwa pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam
pembukaanUUD 1945 adalah garis besar cita- yang terkandung dalam pancasila.
Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-pokok nilai-nilai pnacasila yang
disusun dalam pasal-pasal.
Kedua bagian (kompenan) UUD 1945 tersebut dijelaskan dalam penjelasan
otentik Seperti telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan undang-undang
dasar adalah hukum dasar yang tertulis.hal ini mengandung pengertian bahwa
sebagai hukum,maka undang-undang dasar adalah mengikat perintah,mengikat
tembaga negara dan lembaga masyarakat dan juga mengikat semua negara
Indonesia dimana saja dan setiap penduduk warga Indonesia.dan sebagai
hukum,maka undang-undang dasar berisi norma-norma,aturan-aturan atau
ketentuan-ketantuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.
Dalam kedudukan yang demikianlah,UUD dalam kerangka tata urutan atau
tata tingkatan norma hukum yang berlaku,merupakan hukum yang berlaku yang
menempati kedudukan yang tinggi.sehubungan dengan undang-undang dasar juga
berfungsi sebagai alat control untuk mengecek apakah norma hukum yang sedah
yang berlaku sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang dasar.
Selain dari apa yang diuraikan dimuka dan sesuai pula dengan penjelasan
undang-undang dasar 1945, pembukaan undang-undang dasar 1945 mempuyai
fungsi atau hubungan langsung dengan batang tubuh undang-undang dasar1945
itu sendiri.ialah bahwa pembukaan undang-undang dasar 1945mengandung
pokok-pokok pikiran itu diciptakan oleh undang-undang dasar 1945 dalam pasalpasalnya.
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dan dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang
memuat dasar falsafah negara pancasal dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma
yang terpadu. UUD 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan
perwujudan dari pokok-pokok pikiranterkandung dalam UUD1945 yang tidak lain
adlah pokok pikiran: persatuan Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan dan ketuhanan
Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak
lainadalah sila dari pancasila, sedangkan pancasila itu sendiri memancarkan nilainilai luhur yang telah mampu memberikan semangat kepada dan terpancang
dengan khidmat dalam perangkat UUD 1945. semangat dan yang disemangati
pada hakikatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjadi supaya sistem
Undang-Undang dasar jangan sampai ketinggalan zaman. Yang penting dalam
pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat para pemimpin
pemerintahan. Yaitu semangat yang dinamis, positif dan konstuktif seperti yang
dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945.
Pancasila adalah dasar negara dan ideology yang terlengkap. UUD 1945
merupakan sukber hukum tertinggi dan setiap produk hukum seperti UU,
peraturan atau keputusan presiden haruslah berlandaskan dan bersumber pada
pancasila sebagai dasar negara yang pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan
pada ketentuan-ketentuan UUD 1945 dalah kerangka tata aturan/ tata tingkatan
norma hukum yanh berlaku, jadi jiwa dan ruh, inti sumber dan landasan UUD
1945 tak lain adalah Pancasila yang tersirat dan tersurat dalam pembukaan UUD
1945 sebagai norma dasar dan dijabarkan dalam pasal-pasal sehingga dalam
mengamandemen UUD 1945 harus tetap bersumber dan tidak boleh keluar dari
Pancasila sebagai dasr negara dan ideology bangsa.
Bagian UUD 1945 yang dapat diubah atau diamandemen adalah Batang
Tubuh (pasal dan penjelasan). Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah, karena
pembukaan UUD 1945 merupakan cita-cita hukum dan cita-cita moral . selain itu
juga pada pembukan UUD 1945 terdapat rumusan Pancasila.
Dalam melakukan amandemen UUD 1945 merupakan hal yang istimewa.
Kenapa dikatakan istimewa? Hal ini dikarenakan UUD 1945 bersifat kaku (rigid).
Namum kaku disini, bukan berarti tidak bisa dirubah/di amandemen. Tetapi harus
melalu prosedur yang khusus dan istimewa sebagaimana tercantum dalam pasal
37 ayat 1-4.

2.4

HAM sebelum Amandemen UUD 1945

UUD 1945 sebelum Perubahan bahkan tidak memuat secara eksplisit dan
lengkap pengaturan tentang hak asasi manusia. Sejak dideklarasikannya sejumlah
hak-hak asasi manusia dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau biasa
disebut DUHAM 1948 (Universal Declaration of Human Rights) yang kemudian
diikuti oleh sejumlah kovenan maupun konvensi internasional tentang hak asasi
manusia, maka secara bertahap diadopsi oleh negara-negara sebagai bentuk
pengakuan rezim normatif internasional yang dikonstruksi untuk menata
hubungan internasional
Meskipun demikian, dalam konteks sejarah dan secara konsepsional,
Undang-Undang Dasar 1945 yang telah lahir sebelum DUHAM memiliki
perspektif hak asasi manusia yang cukup progresif, karena sebagaimana
ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alinea 1:
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
DUHAM 1948 kemudian banyak diadopsi dalam Konstitusi RIS maupun
UUD Sementara 1950, dimana konstitusi-konstitusi tersebut merupakan konstitusi

yang paling berhasil memasukkan hampir keseluruhan pasal-pasal hak asasi


manusia yang diatur dalam DUHAM. Di tahun 1959, Soekarno melalui Dekrit
Presiden telah mengembalikan konstitusi pada UUD 1945, dan seperti pada
awalnya disusun, kembali lahir pengaturan yang terbatas dalam soal hak-hak asasi
manusia. Dalam sisi inilah, demokrasi ala Soekarno (demokrasi terpimpin
atau guided democracy) telah memperlihatkan adanya pintu masuk
otoritarianisme, sehingga banyak kalangan yang menganggap demokrasi menjadi
kurang sehat.
Di saat rezim Orde Baru di bawah Soeharto berkuasa, konsepsi jaminan hak
asasi manusia dalam UUD 1945 justru sama sekali tidak diimplementasikan.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dikebiri atas nama stabilisasi politik dan ekonomi, dan hal tersebut
jelas nampak dalam sejumlah kasus seperti pemberangusan simpatisan PKI di
tahun 1965-1967, peristiwa Priuk, dan penahanan serta penculikan aktivis partai
pasca kudatuli. Sementara penyingkiran hak-hak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan terlihat menyolok dalam kasus pembunuhan aktivis
buruh Marsinah, pengusiran warga Kedungombo, dan pembunuhan 4 petani di
waduk Nipah Sampang serta kasus Semanggi 1998. Praktis, pelajaran berharga di
masa itu, meskipun jaminan hak asasi manusia telah diatur jelas dalam konstitusi,
tidak
serta
merta
di
tengah
rezim
militer
otoritarian
akan
mengimplementasikannya seiring dengan teks-teks konstitusional untuk
melindungi hak-hak asasi manusia.

2.5 Mekanisme Perlindungan Hak Asasi Manusia


Dalam pasal 28I ayat (4) UUD 1945 pasca amandemen jelas menunjukkan
tanggung jawab negara dalam HAM. Sedangkan dalam pasal 28I ayat (5)
menegaskan penegakan dan perlindungan hak asasi manusia yang sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Rumusan kata dalam pada pasal 28I ayat (5), ....dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan memberikan arti bahwa hak
asasi manusia tidak hanya diatur dengan suatu perundang-undangan khusus,
melainkan dalam segala perundang-undangan yang tidak sekalipun mengurangi
substansi hak asasi manusia dalam konstitusi. Konsep yang demikian haruslah
dipahami oleh Negara sebagai konsep pentahapan maju kewajiban hak asasi
manusia dan perlindungan hak-hak konstitusional melalui strategi legislasi
(progressive realization).
Sejak amandemen konstitusi, dalam konteks kebijakan dan legislasi, salah
satu mekanisme tambahan selain gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) (Hadjon 1987) dan Mahkamah Agung, yang bisa memberikan
perlindungan hak-hak konstitusional adalah Mahkamah Konstitusi (MK) yang
memiliki wewenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya

bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar


(pasal 24C ayat 1). Wewenang MK yang bisa menjadi benteng perlindungan
ketika hak-hak konstitusional dilanggar, adalah sangat penting dalam kehidupan
demokrasi yang menegaskan keseimbangan kekuasaan, dalam konteks ini antara
kekuasaan legislasi dan kekuasaan yudisial. Pertarungan politik legislasi, pesanan
paket perundangan tertentu, atau mungkin kelemahan sumberdaya manusia di
parlemen dalam membentuk suatu produk hukum, yang kesemuanya setiap saat
bisa terjadi, bisa dikoreksi maupun dibatalkan melalui gugatan ke MK. Meskipun
demikian, perlindungan hak-hak konstitusional belum tentu benar-benar bisa
dijamin melalui mekanisme tersebut, karena sangat bergantung dengan otoritas
penafsiran mayoritas melalui putusan sembilan hakim.
Misalnya, Putusan MK No. 012/PUU-I/2003, tertanggal 28 Oktober
2004, judicial reviewUU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, mayoritas
hakim MK berpendapat liberalisasi outsourcing bukanlah persoalan yang
bertentangan hak asasi manusia atau hak konstitusional. Begitu juga Putusan MK
No. 006/PUU-IV/2006 dan No. 020/PUU-IV/2006, judicial review UU No. 27
Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, mayoritas hakim MK
berpendapat membatalkan keseluruhan isi undang-undang tersebut, tanpa melihat
aspek dampak terhadap korban dan keluarga korban yang kian tidak jelas proses
rehabilitasi dan kompensasinya, termasuk pertanggungjawaban pelaku kejahatan
hak asasi manusia. Putusan tersebut dirasakan memperkuat pelanggengan
impunitas yang sudah pekat terjadi di Indonesia. Menurut catatan Elsam,
setidaknya putusan MK tersebut berdampak pada: (i) Hilangnya kerangka hukum
bagi narasi korban: terbukanya kembali ruang pengingkaran tanggung jawab
negara atas kekerasan masa lalu Hilangnya roh pengungkapan kebenaran dan
keberlangsungan praktek impunitas.
Meskipun demikian, dalam sistem ketatanegaraan, eksistensi Mahkamah
Konstitusi haruslah diperkuat sebagai lembaga yang bisa menyeimbangkan
kekuasaan Negara, baik kekuasaan legislatif maupun kekuasaan eksekutif.
Beberapa Putusan MK juga perlu diapresiasi sebagai bentuk perlindungan hakhak konstitusional, seperti salah satunya dalam Putusan MK No. 011-017/PUUI/2003, judicial review UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR,
DPD dan DPRD. Dalam putusan ini, mayoritas hakim MK mengabulkan gugatan
pemohon dengan substansi pemulihan hak-hak kewarganegaraan (hak-hak sipil
dan politik) para anggota/simpatisan PKI.
Dalam rangka membangun mekanisme yang melindungi secara lebih kuat
hak-hak konstitusional warga negara, perlu diatur dalam konstitusi tentang hak
gugat konstitusional (constitutional complaint), yang kewenangan untuk
memutuskannya ada di tangan MK. UUD 1945 pasca amandemen belum
memberikan jaminan constitutional complaint, padahal bagi warga negara yang
hak-hak dasarnya dilanggar (constitutional injury) senantiasa berhadapan dengan
mekanisme apa yang bisa digunakan.

Belajar dari praktek ketatanegaraan di Jerman, constitutional


complaint memiliki fungsi ganda: Pertama, fungsi suatu pemulihan di luar
kebiasaan (extraordinary remedy), yang memberikan hak bagi warga negara untuk
mempertahankan hak-hak konstitusionalnya; Kedua, fungsi untuk menegakkan
tujuan hukum dasar, dan menjalankan penafsiran dan pembangunannya. Yang
perlu dipertimbangkan dalam mengusulkan mekanisme ini adalah hukum acara
yang berlaku haruslah rinci dan jelas, agar tidak berbeturan dengan mekanisme
hukum lainnya.

BAB III
KESIMPULAN
3.1

Simpulan

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah saya bahas pada bab


sebelumnya. Maka saya menyimpulkan:
A. Tujuan dari amandemen UUD 1945 adalah untuk menyempurnakan UUD
1945 yang memang sudah ada agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Adapun amandemen yang dilakukan bertujuan untuk membawa bangsa ini
menuju perubahan yang baik dalam berbagai bidang dan senantiasa
mementingkan kepentingan rakyat.
B. Pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu
memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam
perangkat UUD 1945.
C. Dalam melakukan amandemen terhadap UUD 1945 harus sesuai dan
berdasar pada pancasila.
D. Bagian UUD 1945 yang dapat diamandemen adalah bagian Batang Tubuh.
E. HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen sangat
berbeda. Perbaikan isi UUD 1945 atau amandemen UUD 1945 membuat
Hak Hak asasi manusia masyarakat Indonesia sangat di perhatikan dan
menjadi faktor utama kenapa pasal 28 tentang HAM isinya diamandemen.
F. Perubahan UUD 1945 tentang Hak Asasi Manusia setelah diamandemen
itu membuat Hak Asasi Manusia Indonesia dijamin dan di lindungi oleh
Negara. Meskipun begitu, kadang HAM di Indonesia kurang dipedulikan
sehingga masih banyak saja terjadi pelanggaran HAM di Indonesia pada
saat ini.

3.2

Saran

Menurut saya, masih banyak hal-hal di Indonesia yang perlu


diperbaiki demi terciptanya negara Indonesia yang di cita-citakan. Bidang-bidang
dasar seperti politik,ekonomi,sosial,dan budaya serta hukum harus banyak

mengalami perubahan mengarah kepada yang baik. Amandemen UUD 1945


amatlah penting, karna dari itu kita harus memahami amandemen UUD 1945
dengan baik dan menanamkan pengamalan nilai-nilai pancasila demi terciptanya
Negara Indonesia yang lebih maju dan serta dengan adanya perlindungan setiap
hak-hak asasi masyarakat Indonesia dari berbagai aspek dalam konstitusi UUD
1945, maka diharapkan adanya upaya tiap-tiap elemen pemerintah dalam
penegakan Hak Asasi Manusia (HAM), agar tidak terulang lagi atau dapat
meminimalisir kasus pelanggaran HAM.
Saya percaya walaupun secangih-cangihnya perkembangan zaman yang di
ikuti dengan perkembangan teknologi yang sangat maju, apabila kita tidak bisa
menjaga nilai-nilai, menaati peraturan hukum, serta mempunyai rasa saling
meghormati antar rakyat negara kita tidak akan bisa mendapatkan kehidupan
negara yang baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Tohib, 2011, Ketatanegaraan Indonesia pasca
Amandemen UUD 1945, Jakarta; pintu online
Ika Wikasari, 2013, Amandemen UUD 1945, Jakarta;pustaka
yidustia
http://www.ricardosiregar.com/
http://www.academia.edu/7135801/Paper_Pancasilamakalah_amandemen_UUD_1945

S-ar putea să vă placă și