Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh:
Sofiatul Ma`fuah., S.Kep.
122311101042
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus berikut dibuat oleh:
Nama : Sofiatul Ma`fuah., S.Kep.
NIM
: 122311101042
Tanggal:
TIM PEMBIMBING
Pembimbing Klinik,
NIP
NIP
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Anatomi dan Fisiologi Pernapasan
Manusia bernapas melalui saluran pernapasan yang meliputi rongga nasal,
faring, laring, trachea, bronkus, bronkiolus dan alveolus (di paru-paru). Paruparu manusia terdiri dari dua buah paru yakni kanan dan kiri. Paru-paru kanan
memiliki 3 lobus sedangkan paru-paru kiri memiliki 4 lobus. Paru-paru kanan
letaknya lebih tinggi daripada paru-paru kiri, hal ini disebabkan adanya organ
hati pada hipkondrium kanan. Paru-paru manusia dilapisi oleh sebuah
pelindung yang disebut pleura. Pleura dibagi menjadi dua macam, yakni
pleura visceral (melapisi paru bagian dalam) dan pleura parietal (melapisi
paru bagian luar atau dekat dengan dinding costa. Pleura berisi kurang lebih
5-15 ml cairan yang berfungsi untuk menahan paru dari goncangan. Pada
kondisi
tertentu
pleura
dapat
berisi
udara,
misalnya
pada
kasus
digunakan
untuk
menentukan
kemampuan
paru-paru
dalam
inspirasi,
dan
udara
suplementer/
cadangan
ekspirasi
(KV=VT+UK+UC)
6. Kapasitas Residual Fungsional (KRF): jumlah volume udara tidal dan
udara suplementer/cadangan ekspirasi (KRF=UP+UK)
7. Kapasitas Inspirasi (KI): jumlah volume udara tidal dan udara udara
komplementer/ cadangan inspirasi (KI=UP+UC)
8. Kapasitas Total Paru (KTP): jumlah kapasitas vital dan volume udara
residual (KTP=KV+UR)
Pernapasan yang normal dapat diidentifikasi dari suara paru yang
terdengar saat diauskultasi pada lapang paru. Adapun macam-macam suara
pernapasan normal adalah sebagai berikut:
1. Tracheal: suara yang dihasilkan saat udara melewati glottis, lokasi diatas
trakea (inspirasi=ekspirasi)
2. Bronkial: udara yang melewati bronkus, lokasi diatas menubrium
(Inspirasi>Ekspirasi)
3. Bronkio-vesikular: suara yang dihasilkan saat udara melewati bronkus
kecil dan bronkeoli. Terdengar jelas pada anterior (percabngan bronkus,
trakes ICS 2) dan posterior (diantara scapula) (Inspirasi=ekspirasi)
4. Vesikuler: udara saat melewati ductus alveolar dan alveoli. Terdengar di
seluruh lapang paru. Suaranya halus dan rendah (Inspirasi>Ekspirasi).
b. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi
Gangguan kebutuhan dasar oksigenasi adalah gangguan dalam proses
penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (O2)
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Hasil proses oksigenasi berupa karbon
dioksida, energi, dan air. Penambahan CO2 lebih dari batas normal pada tubuh
akan memberikan dampak cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Mubarak,
2007).
Menurut Potter & Perry (2005) proses oksigenasi mencakup tiga hal yang
meliputi:
1. Ventilasi: proses menggerakkan udara ke dalam dan keluar paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastik dan
persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi yang utama adalah
diafragma.
2. Perfusi: proses mengalirkan darah ke dan dari membran kapiler alveoli
sehingga terjadi pertukaran gas.
3. Difusi: proses gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang
lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan
terjadi dalam membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipengaruhi oleh ketebalan membran.
Adapun beberapa gangguan dalam oksigenisasi antara lain:
1. Hiperventilasi
Hiperventilasi merupakan kondisi ventilasi yang berlebih, dimana ventilasi
dibutuhkan untuk mengeliminasi CO2 normal di vena yang diproduksi
melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan beberapa hal
seperti ansietas, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basa, dan hipoksia
yang berkaitan dengan embolus paru/ syok. Tanda gejala: takikardi, napas
pendek, nyeri dada, pusing, disorientasi, penglihatan kabur.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi karena ventilasi alveolar yang inadekuat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh dan mengurangi karbon dioksida secara
adekuat.
3. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi oksigenasi yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan. Penyebabnya antara lain: penurunan kadar Hb; penurunan
konsentrasi oksigen yang diinspirasi; ketidakmampuan jaringan dalam
mengambil oksigen darah, misal keracunan sianida; penurunan difusi oksigen
dari alveoli ke darah, misal pneumonia; perfusi darah yang mengandung
oksigen di jaringan buruk, misal syok dan kerusakan ventilasi misal fraktur
costae multiple atau trauma dada. Tanda gejala: pusing, letargi, penurunan
kemampuan mengikuti instruksi, nyeri kepala (daerah oksipital saat terjaga).
Pada beberapa kondisi gangguan oksigenasi diperlukan pemberian oksigen
tambahan dari luar agar jumlah oksigen untuk proses pernapasan menjadi
adekuat. Adapun beberapa terapi oksigen yang dapat diberikan kepda pasien
dengan gangguan oksigenasi antara lain:
1. Nasal Canul: volume udara yang diberikan adalah 4-6 lpm. Membantu
memberikan oksigen dengan fraksi (FiO2) = 24-44%
2. Simple Mask: volume udara yang diberikan adalah 5-8 lpm. Membantu
memberikan oksigen dengan fraksi (FiO2) = 44-60%
3. Non Rebreathing Mask (NRM): volume udara yang diberikan adalah 1012 lpm. Membantu memberikan oksigen dengan fraksi (FiO2) = 60-80%
4. Rebreathing Mask (RM): volume udara yang diberikan adalah 8-10 lpm.
Membantu memberikan oksigen dengan fraksi (FiO2) = 80-100%
Sedangkan cara menghitung kebutuhan oksigen pada pasien dewasa adalah
sebagai berikut, Contoh:
c. Epidemiologi
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang
menjadi
masalah
diantaranya
besar
adalah
di
dunia
penyakit
khususnya
pneumonia,
Indonesia
TBC,
dan
Tangga
(SKRT)
pada
tahun
2001,
pneumonia
dan
obat-obatan
menyebabkan
intake
nutrisi
/Fe
kelainan pulmonal
dan
jantung. Hal
ini
dapat
Batuk
pada
pagi
hari
dengan
sputum
berbaring
sinusitis.Batuk
setelah
dapat
makan
menandakan
adanya
menunjukkan
adanya
menusuk,
persisten
5. Mengi
dan
intermitten/
pekak,
sakit,
dan
(kecepatan,
irama,
kedalaman),
warna
kulit
bersihan
jalan
napas
suara
napas
Gangguan
pertukaran gas
Gangguan
ekspansi paru
Sesak
napas
Pemanjang
an fase
Ketidakefektifa
n Pola napas
Gangguan difusi,
distribusi dan transport o2
Peumpukan udara (air trapping) di
alveoli
Udara inspirasi
terjebak dalam
alveoli
Hipersekresi
mucus pada
Kerusakan
dinding
alveolar
Kerusakan jaringan ikat parenkim
Produksi
protease paru
Pelepasan faktor neutrofil IL-8
dan TNF
Aktivasi makrofag alveolar
Inflamasi bronkus
Penumpukan radikal
bebas pada bronkus
Asap rokok/polusi udara
terhirup
Ketidakefektifa
n bersihan
jalan napas
Adanya suara
napas tambahan
Akumulasi
eksudat di jalan
napas
g. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan medis
edema
bronkus
hipersekresi,
adalah menghilangkan
bronkopasme
dan
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
Ketidakefektifan
pola napas
Intervensi
NOC
Respiratory status:
ventilation
Respiratory status:
Airway patency
Kriteria hasil:
1) Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara napas bersih,
tidak ada sianosis
dan dispneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernapas dengan
mudah, tidak ada
purse lips)
2) Menunjukkan jalan
napas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal).
NIC
Airway management:
1) Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2) Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara tambahan
3) Lakukan fisoterapi
dada jika perlu
4) Keluarkan secret
dengan melatih batuk
efektif
5) Kolaborasikan untuk
pemberian
bronkodilator
NOC
Respiratory status:
ventilation
Respiratory status:
airway patency
Vital Sign Status
Kriteria hasil:
1) Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara napas bersih,
tidak ada
2) Menunjukkan jalan
napas paten (klien
tidak merasa
tercekik, irama
napas, frekuensi
napas dalam
NIC
Oxygen Therapy:
1) Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
2) Pertahankan jalan
napas yang paten
3) Pertahankan
posisi pasien
4) Atur peralatan
oksigenasi
5) Monitor aliran
oksigen
6) Observasi tandatanda
hipoventilasi
7) Monitor adanya
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal
3) Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernapasan)
Gangguan
pertukaran gas
kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
Vital Sign Monitor:
1) Monitor TD,
suhu, nadi dan
RR
2) Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
3) MonitorTTV
sebelum dan
sesudah
beraktivitas
4) Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
5) Monitor sianosis
perifer
Respiratoty status: NIC
Airway management:
gas exchange
1)
Posisikan pasien
Respiratory status:
untuk
ventilation
memaksimalkan
Vital sign status
ventilasi
Kriteria hasil:
2)
Auskultasi suara
1) Mendemonstrasikan
napas, catat adanya
peningkatan ventilasi
suara tambahan
dan oksigenasi yang
3) Lakukan fisoterapi
adekuat
dada jika perlu
2) Memelihara
4)
Keluarkan secret
kebersihan paru dan
dengan melatih batuk
bebas dari tanda
efektif
distress pernapasan
5) Kolaborasikan untuk
3) Mendemonstrasikan
pemberian
batuk efektif dan suara
bronkodilator
napas bersih, tidak ada
Respiratory
monitoring
sianosis dan dispneu
1) Monitor rata-rata,
4) Tanda-tanda vital
kedalaman, irama dan
dalam rentang normal
usaha retraksi
2) Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
pengggunaan otot
bantu pernapasan
3) Monitor suara napas
seperti dengkur
4) Auskultasi suara
napas, catat area
adanya suara
tambahan
DAFTAR PUSTAKA
Ethel, S. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Mubarak, W.I. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia: Teori & Aplikasi
dalam praktek, Jakarta: EGC.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Nurarif & Kusuma.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction
Publishing.
Smeltzer, Susanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Alih bahasa olehWaluyo Agung. Jakarta: EGC.