Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh:
Ambarisqia Dining Dwifa
21010112130069
1. PENDAHULUAN
Kata geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo berarti bumi dan Politik
berasal dari bahasa Yunani politeia, poli berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri
(negara) dan teia yang berarti urusan. Sementara dalam Bahasa Inggris, politics adalah suatu
rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita
atau tujuan tertentu. Dalam Bahasa Indonesia, politik dalama arti politics mempunyai makna
kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas,
prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang
dikehendaki.
Timbulnya pengetahuan geopolitik berpangkal pada tinjuan para ahli pikir dan sarjana
tentangperanan faktor geografis terhadap kehidupan makhluk dan kebudayaan, bahwa
keadaan alam disekitarnya adalah penting untuk setiap makhluk hidup. Kehidupan harus
menyesuaikan diri dengan keadaan alamiah. Manusia sebagai makhluk sosial budaya tidak
hanya dikelilingi oleh situasi sosiokultural semata tetapi pada hakikatnya tergantung pula
serta diliputi oleh siituasi alamiah.
Perintis aliran geopolitik adalah Frederich Ratzel, yang menyatakan dalam bukunya
Political Geography (1897) bahwa negara merupakan organism yang hidup dan supaya
hidup subur dan kaut maka memerlukan ruangan untuk hidup, dalam Bahasa Jerman disebut
Lebensraum. Geopolitik sebagai suatu istilah adalah singkatan dari Geographical Politic
yang dicetuskan oleh seorang sarjana ilmu politik Swedia bernama Rudolp Kjellen pada
1900, dalam rangka mengemukakan suatu sistem politik yang menyeluruh, meliputi
demopolitik ekonomipolitik, sosiopolitik, kratopolitik, termasuk juga geopolitik. Kjellen
melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme, yang menegaskan bahwa negara adalah
suatu organism yang dianggap sebagai prinsip dasar.
Namun konsep Kjellen tidak dapat diterima oleh Bangsa Indonesia karena sangat
bertentangan dengan filsafat hidup Bangsa Indonesia. Sesuai dengan ajaran Pancasila
geopolitik adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi
geografis suatu negara dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis tersebut untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan nasiona dan penentuan-penentuan kebijaksanaan
secara ilmiah berdasarkan realita yang ada dengan cita-cita bangsa.
Geopolitik Indonesia dinamakan wawasan nusantara, yang secara umum didefinisikan
sebagai cara pandang dan sikap Bangsa Indonesia tentang dirinya yang bhineka, serta
lingkungan geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Adapun tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek
kehidupan nasional, dan turut serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua
itu dalam rangka mencapai Tujuan Nasional. Oleh karena itu, hakikat tujuan Wawasan
Nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam kebhinekaan, yang mengandung arti sebagai
berikut:
1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi, posisi, dan potensi
geografi, serta kebhinekaan budaya.
2. Pedoman dan pola tindak serta pola pikirnya kebijaksanaan nasional.
3. Hakekat Wawasan Nusantara dasar persatuan dan kesatuan dalam kebihnekaan.
2. PERMASALAHAN
Indonesia dikaruniai kurang lebih 18.110 buaah pulau dengan berbagai sumber day
alam didalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Hal tersebut ini merupakan
kenikmatan yang sangat besar untuk disyukuri oleh masyarakat Indonesia, seperti tersurat
dalam naskah pembukaan UUD 1945 alinea ke-3; Atas berkar rahmat Allah Yang Maha
Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Untuk mempertahankan kehidupan dan eksistensinya, masyarakat harus memahami
konsep geopolitik Indonesia, sehingga proses pembangunan nasional dapat berlangsung guna
kesejahteraan nasional. Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan
sebgai wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional yang
titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi atau wilayah suatu negara. Geopolitik
bertumpu kepada geografi sosial (hukum geografi) mengenai kondisi atau konstelasi geografi
dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi suatu negara.
Karakteristik yang sangat nampak dari Indonesia yaitu Indonesia sebagai Negara Kepulauan
dengan berbagai masalah di wilayah perbatasan dan daerah terpencil yang menyebabkan
mundurnya implementasi geopolitik Indonesia di era globalisasi.
Salah satu permasalah geopolitik yang terjadi di Indonesia adalah pemerataan
pendidikan perbatasan dan daerah terpencil di Indonesia. Pemerataan pendidikan telah
mendapat perhatian sejak lama terutama di negara-negara berkembang. Hal ini tidak terlepas
dari makin tumbuhnya kesadaran bahwa pendidikan merupakan peran penting dalam
pembangunan bangsa.
Pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia yang diwacanakan oleh pemrintah pun
ternyata belum membuat semua lapisan masyarakat Indonesia khususnya daerah perbatasan
dan pedalaman menikmati pendidikan dengan selayaknya. Contohnya di Pulau Kalimantan,
Pulau Irian Jaya, Pulau NTB, Pulau NTT, dsb. Kondisi ini membuat masyarakt di daerah
perbatasan dan pedalaman Indonesia tidak dapat meningkatkan kompetensi pendidikannya
karena tidak adanya pemerataan pendidikan yang seimbang. Harus ada langkah proaktif
pemerintah pusat maupun daerah untuk membangun pendidikan yang merata ke semua
daerah sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu di segala lini
daerah yang aada di Indonesia.
Sumber daya alam yang sangat besar di daerah-daerah Indonesia ternyata tidak ada
korelasinya terhadap pendidikan, sehingga membuat masyarakat kita hanya sebagai penonton
di negeri sendiri melihat semua unsur birokrasi pemerintah hingga pengelolaan sumber daya
alam dikuasai oleh para pendatang dari negeri lain.
Pemerataan pendidikan ini selanjutnya berdampak kepada kualitas ketenagakerjaan di
Indonesia. Berdasarkan data Kemenakertrans per Agustus 2012, dari 118,05 juta tenaga kerja
yang terdaftar, 82,10 juta merupakan lulusan sekolah dasar, 38,57 juta lulusan sekolah
menengah pertama, mengikuti 27,65 juta lulusan sekolah menengah atas, dan 13,54 juta
lulusan sekolah menengah kejuruan. Hanya 3,87 juta lulusan diploma dan 8,17 juta lulusan
sarjana.
Tenaga kerja akan menjadi masalah yang semakin besar sejak ditetapkannya
kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tanggal 31 Desember 2015. Tujuan
ditetapkannya integrasi MEA ini adalah untuk meningkatkan daya saing kawasan di pasar
dunia, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat negara anggota
ASEAN. Hal ini akan menciptakan suatu kondisi keseimbangan baru dalam perekonomian
suatu negara secara luas yang tentunya akan mempengaruhi kondisi sosial, geografis, dan
kondisi lainnya secara berangsur-angsur.
Data yang dirilis Bank Dunia pada tahun 2013 menunjukkan jumlah angkatan tenaga
kerja di Indonesia pada tahun 2012 berjumlah sekitar 118 juta jiwa atau naik sebesar 1,7%
dari tahun sebelumnya, Malaysia sekitar 13 juta jiwa atau naik sebesar 2,6%, Singapura
sekitar 3 juta jiwa atau naik sebesar 4%, dan Vietnam sekitar 53 juta jiwa atau naik sebesar
1,8%. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki jumlah tenaga kerja yang
terbanyak, namun hal tersebut tidak didukung dengan kualitas tenaga kerja yang tinggi yang
salah satunya dipengaruhi oleh latar pendidikan pekerja.
3. PEMBAHASAN
3.1. Karakteristik Pulau Terpencil
Karakter geografis Indonesia yang bersifat kepulauan berpengaruh signifikan
bagi perkembangan suatu daerah. Faerah yang berada dalam lintasan ekonomi
utama akan menjadi cepat berkembang dan maju, sebaliknya daerah yang bukan
berada dalam lintasa ekonomi utama lambat perkembangannya seperti yang
dikatakan oleh Paul Krugman.
Potensi pulau-pulau kecil di Indonesia diperkirakan mencapai 10.000 pulau
dari sejumlah 17.508 pulau (Kusumastanto,2003). Wilayah gugusan pulau-pulau
terpencil tersebut secara ekonoms mempunyai potensi yang sangat kaya akan lahan
yang cukup luas, sumber laut, sumber daya tambang, dan pariwisata. Padahal jika
berhasil dikembangkan secara optimal dan berkelanjutan, pulau-pulau terpencil ini
bukan saja akan menjadi sumber pertumbuhan baru, malinkan sekaligus akan
mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah dan kelompok sosial.
Wilayah tertinggal adalah suatu wilayah yang relatif kurang berkembang
dibandingkan dengan wilayah lainnya dalam skala nasional berdasarkan kondisi
dan fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek alam, aspek manusianya maupun
prasarana pendukungnya (Direktorat Pengembangan Kasawan Khusus dan
Tertinggal, Bappenas). Daerah minus (tertinggal/suram/muram) t=yaitu daerah
dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat terbatas sehingga
sulit untuk berkembang (Kamus Istilah Penataan Ruang dan Pengembangan
Wilayah, Kimpraswil). Tipologi kawasan tertinggal, berdasarkan tipologi yang
disusun oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas
adalah sebagai berikut:
1. Pedalaman/terisolir: daerah yang kurang atau tidak memiliki akses ke
daerah atau wilayah lain yang relatif maju.
2. Kepulauan/pulau terpencil/pulau-pulau kecil: gugusan pulau yang
berpenduduk dan memiliki kesulitan akses ke daerah lain yang relatif
lebih maju.
3. Perbatasan: wilayah tertinggal yang terletak di sepanjang perbatasan antar
negara.
dan
pemerintah
daerah
wajib
menjamin
tersedianya
dana
guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
lima belas tahun. Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik segi mutu
dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945
mengamanatkan bahsa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Sejak Juni 2015 kemarin sudah diberlakukan Program Wajib Belajar 12 tahun
sesuai dengan janji kabinet kerja. Dengan adanya program wajib belajar 12 tahun,
semua anak Indonesia wajib masuk sekolah dan pemerintah wajib membiayai serta
menyediakan segala fasilitasnya. Terwujudnya wajib belajar 12 tahun sudah
dirintis oleh Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2012. Sebagai
langkah awal, siswa SMA/SMK juga bakal mendapatkan kucuran dana bantuan
operasional sekolah seperti yang selama ini diberikan kepada siswa jenjang
pendidikan dasar SD dan SMA.
Program Wajib Belajar 12 tahun memiliki tantangan terbesar di daerah-daerah
terpencil yang belum sepenuhnya terjamah pendidikan berkualitas. Sarana dan
prasarana serta tenaga guru masih menjadi masalah besar yang menghambat
program ini. Dibutuhkan banyak dukungan, terutama dalam hal dana untuk
mewujudkan hal terebut, setidaknya Rp 69 triliun untuk dapat melakukan
pembenahan menyeluruh di berbagai lini pendidikan Indonesia. Selain itu program
wajib belajar 12 tahun tidak mempunyai landasan hukum agar semua daerah mau
mengalokasikan sumber dayanya, terutama anggaran, untuk menjamin akses
ppendidikan hingg jenjang pendidikan menegah atau SMA/SMK. Selama ini
pelaksanaan wajib belajar 12 tahun tidak maksimal di banyak daerah karena tidak
ada kewajiban bagi daerah untuk memastikan akses hingga pendidikan menengah.
Landasan hukum yang saat ini digunakan untuk melaksanankan wajib belajar
12 tahun adalah peraturan presiden. Namun sepertinya peraturan itu tidak mengikat
pemerintah karena hanya legal ormal di level eksekutif. Untuk itu perlu ada
peraturan pemerintah pengganti undang-undang sebagai payung hukum yang sah
untuk wajib belajar 12 tahun. Selain itu perlu ada Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional yang baru atau revisi dan ini bisa diperjuangkan oleh DPR
dan dalam UU revisi itu bisa disebutkan wajib belajar menjadi 12 tahun.
Untuk pendidikan tinggi persoalannya menyangkut pemerataan kesempatan
dalam memperoleh pendidikan tinggi bagi warga negara dalam kelompok usia 1924 tahun. Biaya yang diperlukan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi
memang sangat besar, sehingga hanya anak-anak yang berasal dari keluarga
mampu saja yang memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
Kebutuhan biaya baik langsung maupun tidak langsung yang cukup besar inilah
yang menyebabkan rendahnya pertisipasi pendidikan pada jenjang perguruan
tinggi. Selain itu penyebaran geografis lembaga pendidikan tinggi unggulan di
Indonesia juga tidak merata. Berbagai universitas terkemuka dipusatkan berada di
Pulau Jawa, sehingga masyarakat yang berada di pulau lain harus meninggalkan
kampung halamannya demi melanjutkan pendidikan tinggi.
Di samping menghadapi permasalahan dalam meningkatkan akses dan
pemerataan pendidikan di jalur formal, pembangunan pendidikan juga menghadapi
permasalahan dalam peningkatan akses dan pemerataan pendidikan non formal.
hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para
wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang
diinginkan.
Tapi perlu diingat bahwa hal ini dapat memunculkan resiko ketenagakerjaan
bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih
kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan
Thailand serta pondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia
masih berada pada peringkat keempat di ASEAN. Permasalahan yang ada dari sisi
tenaga kerja tidak terlepas dari kualitas yang rendah, seperti tingkat pendidikan dan
keahlian yang belum memadai. Dari data yang dilansir Tempo, jumlah tenaga kerja
di Indonesia pada Februari 2014 sebesar 125,3 juta dengan jumlah pekerja 11,2
orang. Namun ini tidak dapat diimbangi dengan kualitas pendidikan yang dimiliki
oleh pekerjanya. Mayoritas tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan sekolah
dasar dan lebih banyak bekerja di sektor informal.
MEA juga mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya
menghalangi perekrutan tenaga kerj asing. Sehingga MEA akan lebih membuka
peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di
Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asingnya.
4.
PENUTUP
Geografis Indonesia adalah sebuah kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah. Namun potensi tersebut juga menjadi ancaman karena masalah pemerataan dan
kesenjangan. Pemerataan tersebut baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun
pembangunan. Namun berdasarkan kebijakan yang baru saja dikeluarkan mengenai
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mengancam ketenagakerjaan lokal. Rendahnya
kualitas tenaga kerja Indonesia salah satu faktornya disebabkan oleh pendidikan yang tidak
merata.
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah melaksanakan program wajib belajar 12
tahun. Namun lagi-lagi letak geografis Indonesia menjadi bom besar bagi program tersebut,
sehingga program tersebut masih belum bisa efektif dilaksanakan di daerah-daerah terpencil.
Untuk memajukan kesejahteraan Indonesia kita harus sadar bahwa Indonesia bukan
hanya terletak di Jakarta dan Pulau Jawa. Masih banyak daerah-daerah lain yang seharusnya
lebih diprioritaskan kesejahteraannya.
DAFTAR PUSTAKA