Sunteți pe pagina 1din 12

TUGAS KEWARGANEGARAAN

GEOPOLITIK INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

Disusun Oleh:
Ambarisqia Dining Dwifa
21010112130069

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

1. PENDAHULUAN
Kata geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo berarti bumi dan Politik
berasal dari bahasa Yunani politeia, poli berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri
(negara) dan teia yang berarti urusan. Sementara dalam Bahasa Inggris, politics adalah suatu
rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita
atau tujuan tertentu. Dalam Bahasa Indonesia, politik dalama arti politics mempunyai makna
kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas,
prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang
dikehendaki.
Timbulnya pengetahuan geopolitik berpangkal pada tinjuan para ahli pikir dan sarjana
tentangperanan faktor geografis terhadap kehidupan makhluk dan kebudayaan, bahwa
keadaan alam disekitarnya adalah penting untuk setiap makhluk hidup. Kehidupan harus
menyesuaikan diri dengan keadaan alamiah. Manusia sebagai makhluk sosial budaya tidak
hanya dikelilingi oleh situasi sosiokultural semata tetapi pada hakikatnya tergantung pula
serta diliputi oleh siituasi alamiah.
Perintis aliran geopolitik adalah Frederich Ratzel, yang menyatakan dalam bukunya
Political Geography (1897) bahwa negara merupakan organism yang hidup dan supaya
hidup subur dan kaut maka memerlukan ruangan untuk hidup, dalam Bahasa Jerman disebut
Lebensraum. Geopolitik sebagai suatu istilah adalah singkatan dari Geographical Politic
yang dicetuskan oleh seorang sarjana ilmu politik Swedia bernama Rudolp Kjellen pada
1900, dalam rangka mengemukakan suatu sistem politik yang menyeluruh, meliputi
demopolitik ekonomipolitik, sosiopolitik, kratopolitik, termasuk juga geopolitik. Kjellen
melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme, yang menegaskan bahwa negara adalah
suatu organism yang dianggap sebagai prinsip dasar.
Namun konsep Kjellen tidak dapat diterima oleh Bangsa Indonesia karena sangat
bertentangan dengan filsafat hidup Bangsa Indonesia. Sesuai dengan ajaran Pancasila
geopolitik adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi
geografis suatu negara dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis tersebut untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan nasiona dan penentuan-penentuan kebijaksanaan
secara ilmiah berdasarkan realita yang ada dengan cita-cita bangsa.
Geopolitik Indonesia dinamakan wawasan nusantara, yang secara umum didefinisikan
sebagai cara pandang dan sikap Bangsa Indonesia tentang dirinya yang bhineka, serta

lingkungan geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Adapun tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek
kehidupan nasional, dan turut serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua
itu dalam rangka mencapai Tujuan Nasional. Oleh karena itu, hakikat tujuan Wawasan
Nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam kebhinekaan, yang mengandung arti sebagai
berikut:
1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi, posisi, dan potensi
geografi, serta kebhinekaan budaya.
2. Pedoman dan pola tindak serta pola pikirnya kebijaksanaan nasional.
3. Hakekat Wawasan Nusantara dasar persatuan dan kesatuan dalam kebihnekaan.

Dalam kehidupan nasional, Wawasan Nusantara dijelaskan peranannya untuk:


1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan, yang serasi dan selaras pada
segenap aspek kehidupan nasional.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungannya. Peranan ini
berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan ketergantungan
antara bangsa dan ruang hidupnya. Oleh karena itu pemanfaatan lingkungan harus
bertanggung jawab. Jika tidak maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang
pada akhirnya akan merugikan bangsa.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. Kepentingan nasional
menjadi dasar hubungan antar bangsa. Apabila suatu bangsa kepentingan nasionalnya
sejalan atau paralel dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu
akan mudah terjalin hubungan persahabatan.
4. Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.

2. PERMASALAHAN
Indonesia dikaruniai kurang lebih 18.110 buaah pulau dengan berbagai sumber day
alam didalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Hal tersebut ini merupakan
kenikmatan yang sangat besar untuk disyukuri oleh masyarakat Indonesia, seperti tersurat
dalam naskah pembukaan UUD 1945 alinea ke-3; Atas berkar rahmat Allah Yang Maha
Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Untuk mempertahankan kehidupan dan eksistensinya, masyarakat harus memahami
konsep geopolitik Indonesia, sehingga proses pembangunan nasional dapat berlangsung guna
kesejahteraan nasional. Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan
sebgai wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional yang
titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi atau wilayah suatu negara. Geopolitik
bertumpu kepada geografi sosial (hukum geografi) mengenai kondisi atau konstelasi geografi
dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi suatu negara.
Karakteristik yang sangat nampak dari Indonesia yaitu Indonesia sebagai Negara Kepulauan
dengan berbagai masalah di wilayah perbatasan dan daerah terpencil yang menyebabkan
mundurnya implementasi geopolitik Indonesia di era globalisasi.
Salah satu permasalah geopolitik yang terjadi di Indonesia adalah pemerataan
pendidikan perbatasan dan daerah terpencil di Indonesia. Pemerataan pendidikan telah
mendapat perhatian sejak lama terutama di negara-negara berkembang. Hal ini tidak terlepas
dari makin tumbuhnya kesadaran bahwa pendidikan merupakan peran penting dalam
pembangunan bangsa.
Pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia yang diwacanakan oleh pemrintah pun
ternyata belum membuat semua lapisan masyarakat Indonesia khususnya daerah perbatasan
dan pedalaman menikmati pendidikan dengan selayaknya. Contohnya di Pulau Kalimantan,
Pulau Irian Jaya, Pulau NTB, Pulau NTT, dsb. Kondisi ini membuat masyarakt di daerah
perbatasan dan pedalaman Indonesia tidak dapat meningkatkan kompetensi pendidikannya
karena tidak adanya pemerataan pendidikan yang seimbang. Harus ada langkah proaktif
pemerintah pusat maupun daerah untuk membangun pendidikan yang merata ke semua
daerah sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu di segala lini
daerah yang aada di Indonesia.

Sumber daya alam yang sangat besar di daerah-daerah Indonesia ternyata tidak ada
korelasinya terhadap pendidikan, sehingga membuat masyarakat kita hanya sebagai penonton
di negeri sendiri melihat semua unsur birokrasi pemerintah hingga pengelolaan sumber daya
alam dikuasai oleh para pendatang dari negeri lain.
Pemerataan pendidikan ini selanjutnya berdampak kepada kualitas ketenagakerjaan di
Indonesia. Berdasarkan data Kemenakertrans per Agustus 2012, dari 118,05 juta tenaga kerja
yang terdaftar, 82,10 juta merupakan lulusan sekolah dasar, 38,57 juta lulusan sekolah
menengah pertama, mengikuti 27,65 juta lulusan sekolah menengah atas, dan 13,54 juta
lulusan sekolah menengah kejuruan. Hanya 3,87 juta lulusan diploma dan 8,17 juta lulusan
sarjana.
Tenaga kerja akan menjadi masalah yang semakin besar sejak ditetapkannya
kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tanggal 31 Desember 2015. Tujuan
ditetapkannya integrasi MEA ini adalah untuk meningkatkan daya saing kawasan di pasar
dunia, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat negara anggota
ASEAN. Hal ini akan menciptakan suatu kondisi keseimbangan baru dalam perekonomian
suatu negara secara luas yang tentunya akan mempengaruhi kondisi sosial, geografis, dan
kondisi lainnya secara berangsur-angsur.
Data yang dirilis Bank Dunia pada tahun 2013 menunjukkan jumlah angkatan tenaga
kerja di Indonesia pada tahun 2012 berjumlah sekitar 118 juta jiwa atau naik sebesar 1,7%
dari tahun sebelumnya, Malaysia sekitar 13 juta jiwa atau naik sebesar 2,6%, Singapura
sekitar 3 juta jiwa atau naik sebesar 4%, dan Vietnam sekitar 53 juta jiwa atau naik sebesar
1,8%. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki jumlah tenaga kerja yang
terbanyak, namun hal tersebut tidak didukung dengan kualitas tenaga kerja yang tinggi yang
salah satunya dipengaruhi oleh latar pendidikan pekerja.

3. PEMBAHASAN
3.1. Karakteristik Pulau Terpencil
Karakter geografis Indonesia yang bersifat kepulauan berpengaruh signifikan
bagi perkembangan suatu daerah. Faerah yang berada dalam lintasan ekonomi
utama akan menjadi cepat berkembang dan maju, sebaliknya daerah yang bukan
berada dalam lintasa ekonomi utama lambat perkembangannya seperti yang
dikatakan oleh Paul Krugman.
Potensi pulau-pulau kecil di Indonesia diperkirakan mencapai 10.000 pulau
dari sejumlah 17.508 pulau (Kusumastanto,2003). Wilayah gugusan pulau-pulau
terpencil tersebut secara ekonoms mempunyai potensi yang sangat kaya akan lahan
yang cukup luas, sumber laut, sumber daya tambang, dan pariwisata. Padahal jika
berhasil dikembangkan secara optimal dan berkelanjutan, pulau-pulau terpencil ini
bukan saja akan menjadi sumber pertumbuhan baru, malinkan sekaligus akan
mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah dan kelompok sosial.
Wilayah tertinggal adalah suatu wilayah yang relatif kurang berkembang
dibandingkan dengan wilayah lainnya dalam skala nasional berdasarkan kondisi
dan fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek alam, aspek manusianya maupun
prasarana pendukungnya (Direktorat Pengembangan Kasawan Khusus dan
Tertinggal, Bappenas). Daerah minus (tertinggal/suram/muram) t=yaitu daerah
dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat terbatas sehingga
sulit untuk berkembang (Kamus Istilah Penataan Ruang dan Pengembangan
Wilayah, Kimpraswil). Tipologi kawasan tertinggal, berdasarkan tipologi yang
disusun oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas
adalah sebagai berikut:
1. Pedalaman/terisolir: daerah yang kurang atau tidak memiliki akses ke
daerah atau wilayah lain yang relatif maju.
2. Kepulauan/pulau terpencil/pulau-pulau kecil: gugusan pulau yang
berpenduduk dan memiliki kesulitan akses ke daerah lain yang relatif
lebih maju.
3. Perbatasan: wilayah tertinggal yang terletak di sepanjang perbatasan antar
negara.

4. Enclave: wilayah yang merupakan enclave di wilayah yang relatif


berkembang maupun wilayah-wilayah yang mempunyai fungsi khusus
(seperti wilayah penyangga hutan lindung atau wilayah budaya khas).
Data daerah tertinggal di Indonesia tahun 2015 terdapat 123 kabupaten dan 43
kabupaten sebagai daerah perbatasan berdasarkan data untuk penerima Beasiswa
LPDP. Data tersebut belum termasuk daerah-daerah tertinggal di Pulau Jawa yang
tidak menjadi prioritas LPDP.
3.2. Pendidikan Nasional
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Bahkan warga negara yang memiliki
kelaian fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus. Demikian pula warga negara di daerah terpencil atau
terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus.
Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah
wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah
pusat

dan

pemerintah

daerah

wajib

menjamin

tersedianya

dana

guna

terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
lima belas tahun. Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik segi mutu
dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945
mengamanatkan bahsa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Sejak Juni 2015 kemarin sudah diberlakukan Program Wajib Belajar 12 tahun
sesuai dengan janji kabinet kerja. Dengan adanya program wajib belajar 12 tahun,
semua anak Indonesia wajib masuk sekolah dan pemerintah wajib membiayai serta
menyediakan segala fasilitasnya. Terwujudnya wajib belajar 12 tahun sudah
dirintis oleh Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2012. Sebagai
langkah awal, siswa SMA/SMK juga bakal mendapatkan kucuran dana bantuan

operasional sekolah seperti yang selama ini diberikan kepada siswa jenjang
pendidikan dasar SD dan SMA.
Program Wajib Belajar 12 tahun memiliki tantangan terbesar di daerah-daerah
terpencil yang belum sepenuhnya terjamah pendidikan berkualitas. Sarana dan
prasarana serta tenaga guru masih menjadi masalah besar yang menghambat
program ini. Dibutuhkan banyak dukungan, terutama dalam hal dana untuk
mewujudkan hal terebut, setidaknya Rp 69 triliun untuk dapat melakukan
pembenahan menyeluruh di berbagai lini pendidikan Indonesia. Selain itu program
wajib belajar 12 tahun tidak mempunyai landasan hukum agar semua daerah mau
mengalokasikan sumber dayanya, terutama anggaran, untuk menjamin akses
ppendidikan hingg jenjang pendidikan menegah atau SMA/SMK. Selama ini
pelaksanaan wajib belajar 12 tahun tidak maksimal di banyak daerah karena tidak
ada kewajiban bagi daerah untuk memastikan akses hingga pendidikan menengah.
Landasan hukum yang saat ini digunakan untuk melaksanankan wajib belajar
12 tahun adalah peraturan presiden. Namun sepertinya peraturan itu tidak mengikat
pemerintah karena hanya legal ormal di level eksekutif. Untuk itu perlu ada
peraturan pemerintah pengganti undang-undang sebagai payung hukum yang sah
untuk wajib belajar 12 tahun. Selain itu perlu ada Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional yang baru atau revisi dan ini bisa diperjuangkan oleh DPR
dan dalam UU revisi itu bisa disebutkan wajib belajar menjadi 12 tahun.
Untuk pendidikan tinggi persoalannya menyangkut pemerataan kesempatan
dalam memperoleh pendidikan tinggi bagi warga negara dalam kelompok usia 1924 tahun. Biaya yang diperlukan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi
memang sangat besar, sehingga hanya anak-anak yang berasal dari keluarga
mampu saja yang memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
Kebutuhan biaya baik langsung maupun tidak langsung yang cukup besar inilah
yang menyebabkan rendahnya pertisipasi pendidikan pada jenjang perguruan
tinggi. Selain itu penyebaran geografis lembaga pendidikan tinggi unggulan di
Indonesia juga tidak merata. Berbagai universitas terkemuka dipusatkan berada di
Pulau Jawa, sehingga masyarakat yang berada di pulau lain harus meninggalkan
kampung halamannya demi melanjutkan pendidikan tinggi.
Di samping menghadapi permasalahan dalam meningkatkan akses dan
pemerataan pendidikan di jalur formal, pembangunan pendidikan juga menghadapi
permasalahan dalam peningkatan akses dan pemerataan pendidikan non formal.

Pada jalur pendidikan nonformal juga menghadapi permasalahan dalam hal


perluasan dan pemerataan akses pendidikan bagi setiap warga masyarakat. Sampai
dengan tahun 2006, pendidikan nonformal yang berfungsi baik sebagai transisi dari
duni sekolah ke dunia kerja maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat
belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Pada saat yang sama, kesadaran
masyarakat khususnya yang berusia dewasa untuk terus-menerus meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya masih sangat rendah.
3.3. Keterkaitan Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Sudah terbukti dalam beberapa penelitian ekonomi pendidikan bahwa
pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui upaya pengembangan sumber daya manusia.
Pertumbuhan ekonomi itu sendiri memiliki aitan langsung dengan penciptaan
kesempatan kerja baru (employment opportunity) yang dapat menyerap tenaga
kerja terdidik dan terlatih. Pendidikan dan pelatihan memiliki peranan dalam
pengembangan kualitas tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan kesempatan kerja
baru yang tercipta tadi.
Pendidikan dan pelatihan yang relevan akan memiliki kontribusi yang sangat
besar terhadap produktivitas sektoral dan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal
tersbut disebabkan karena sistem pendidikan dan pelatihan merupakan saran
terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan kata lain, semakin
tinggi tingkat relevansi program pendidikan dan pelatihan, semakin besar
kemungkinannya bahwa sistem tersebut akan dapat mempersiapkan tenaga kerja
terdidik dan terlatih yang produktif. Tenaga kerja produktif adalah mereka yang
memiliki keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja
baik dipandang dari jenis lapangan usaha maupun jenis jabatan.
Kondisi ketenagakerjaan Indonesia didominasi oleh profesi burh/pegawai yang
jumlahnya mencapai 37.771.890 jiwa pada Agustus 2011. Sektor pertanian juga
masih menjadi sektor utama yang mamput menyerap tenaga kerja dalam jumlah
terbesar hingga saat ini. Sebab seperti yang diketahui sektor pertanian membuthkan
banyak tenaga buruh kasar produk-produk pertanian. Jadi sebagian besar tenaga
buruh yang jumlahnya besar di Indonesia diserap oleh sektor pertanian dan sektorsektor lain seperti pertambangan dan perindustrian. Kondisi tersebut merupakan
bentuk nyata bahwa memang terdapat keterkaitan erat antara tingkat pendidikan
dengan penyerapan tenaga kerja. Tingkat pendidikan menentukan seberapa besar

probabilitas sukses seseorang untuk memasuki pasar tenaga kerja. Semakin


profesional dan berdaya saing seseorang di bidang yang digelutinya, maka akn
semakin tinggi bergaining position mereka di pasar tenaga kerja, sehingga upah
yang diterima juga lebih baik dan secar umum kesejahteraan hidup juga akan terus
meningkat. Skill, competitivenes, dan paradigma berpikir yang makin baik dari
seseorang hanya akan terbentuk dari proses pendidikan. Itulah mengapa semakin
tinggi pendidikan seseorang maka peluang kerja dan peluang karirnya akan
semakin baik.
Kondisi pendidikan yang masih memprihatinkan di Indonesia tentu akan
berimbas pada kondisi ketenagakerjaannya. Penduduk Indonesia yang sangat
massif sebenarnya adalah potensi tersendiri yang mampu didayagunakan secara
maksimal. Namun tenaga kerja terkadang tidak selalu mengenai kuantitas namun
lebih kepada kualitas. Mayoritas tenaga kerja Indonesia masuk dalam kategori
tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, sebab sebagian besar dari mereka
belum menamatkan pendidikan dasarnya. Daya saing tenaga kerja ini sangat
rendah dan tidak mampu memenuhi kualifikasi perusahaan atau kantor-kantor
pemerintah. Sehingga banyak dari mereka yang memilih menjadi buruh kasar,
bekerja di sektor informal atau akhirnya menjadi pengangguran dan menambah
angka pengangguran terbuka di tanah air.
3.4. Pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terhadap Ketenagakerjaan.
MEA adalah sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang
bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalisasi hambatan-hambatan di dalam
melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan, misalnya dalam perdagangan barang,
jasa, dan investasi. Hal ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa
menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing
di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan
MEA ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan
mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan
semakin ketat.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat bear bagi para
pencari kerja karena tersedia banyak lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan
akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu akses untuk pergi keluar negeri
dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada

hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para
wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang
diinginkan.
Tapi perlu diingat bahwa hal ini dapat memunculkan resiko ketenagakerjaan
bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih
kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan
Thailand serta pondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia
masih berada pada peringkat keempat di ASEAN. Permasalahan yang ada dari sisi
tenaga kerja tidak terlepas dari kualitas yang rendah, seperti tingkat pendidikan dan
keahlian yang belum memadai. Dari data yang dilansir Tempo, jumlah tenaga kerja
di Indonesia pada Februari 2014 sebesar 125,3 juta dengan jumlah pekerja 11,2
orang. Namun ini tidak dapat diimbangi dengan kualitas pendidikan yang dimiliki
oleh pekerjanya. Mayoritas tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan sekolah
dasar dan lebih banyak bekerja di sektor informal.
MEA juga mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya
menghalangi perekrutan tenaga kerj asing. Sehingga MEA akan lebih membuka
peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di
Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asingnya.

4.

PENUTUP
Geografis Indonesia adalah sebuah kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang

melimpah. Namun potensi tersebut juga menjadi ancaman karena masalah pemerataan dan
kesenjangan. Pemerataan tersebut baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun
pembangunan. Namun berdasarkan kebijakan yang baru saja dikeluarkan mengenai
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mengancam ketenagakerjaan lokal. Rendahnya
kualitas tenaga kerja Indonesia salah satu faktornya disebabkan oleh pendidikan yang tidak
merata.
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah melaksanakan program wajib belajar 12
tahun. Namun lagi-lagi letak geografis Indonesia menjadi bom besar bagi program tersebut,
sehingga program tersebut masih belum bisa efektif dilaksanakan di daerah-daerah terpencil.
Untuk memajukan kesejahteraan Indonesia kita harus sadar bahwa Indonesia bukan
hanya terletak di Jakarta dan Pulau Jawa. Masih banyak daerah-daerah lain yang seharusnya
lebih diprioritaskan kesejahteraannya.

DAFTAR PUSTAKA

Rezeki, Eka.2007.Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia.Universitas Muhammadiyah


Malang,Malang
LPDP.2015.Daftar Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (Perbatasan) Tahun
2015.Kementrian Keuangan Republik Indonesia.Jakarta
https://www.academia.edu/8035975/Pengertian_geopolitik
http://pendidikankewarganegaraans.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-geopolitik-danwawasan.html
http://www.kompasiana.com/ronaldsianipar/indonesia-dan-masyarakat-ekonomi-aseantelaah-tenaga-kerja-bidang-konstruksi_54f43ff4745513792b6c88b2
http://print.kompas.com/baca/2015/10/30/Payung-Hukum-Wajib-Belajar-12-TahunMendesak-Dibua
http://edukasi.kompas.com/read/2015/01/13/01183401/Puan.Maharani.Wajib.Belajar.12.Tah
un.Dimulai.Juni.2015
http://ww.mediaindonesia.com/misore/read/4467/Wajib-Belajar-12-Tahun-MasihMengalami-Hambatan/2015/11/16
http://www.gajimu.com/main/tips-karir/peluang-dan-tantangan-dalam-menghadapimasyarakat-ekonomi-asean

S-ar putea să vă placă și