Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
SPONDILITIS TB
2. Epidemiologi
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia
serta kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan
sumber morbiditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan sedang
berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk masih
menjadi merupakan masalah utama. Pada negara-negara yang sudah berkembang atau
maju insidensi ini mengalami penurunan secara dramatis dalam kurun waktu 30 tahun
terakhir. Perlu dicermati bahwa di Amerika dan Inggris insidensi penyakit ini
mengalami peningkatan pada populasi imigran, tunawisma lanjut usia dan pada orang
dengan tahap lanjut infeksi HIV (Medical Research Council TB and Chest Diseases
Unit 1980). Selain itu dari penelitian juga diketahui bahwa peminum alkohol dan
pengguna obat-obatan terlarang adalah kelompok beresiko besar terkena penyakit ini.
Di Amerika Utara, Eropa dan Saudi Arabia, penyakit ini terutama mengenai
dewasa, dengan usia rata-rata 40-50 tahun sementara di Asia dan Afrika sebagian
besar mengenai anak-anak (50% kasus terjadi antara usia 1-20 tahun). Pola ini
Keperawatan Anak/L4AB/Sarini Hafid (C12114721).
Page
dengan
baik
melalui
cara
yang
Page
Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan
lumbal atas, sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosa traktus
urinarius, yg penyebarannya melalui pleksus Batson pada vena paravertebralis.
Meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis tidak semudah tertular
flu. Penularan penyakit ini memerlukan waktu pemaparan yg cukup lama dan intensif
dengan sumber penyakit (penular). Menurut Mayoclinic, seseorang yg kesehatan
fisiknya baik, memerlukan kontak dengan penderita TB aktif setidaknya 8 jam sehari
selama 6 bulan, untuk dapat terinfeksi. Sementara masa inkubasi TB sendiri, yaitu
waktu yg diperlukan dari mula terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6
bulan. Bakteri TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. Tetapi dalam
tempat yg lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidup selama
beberapa jam. Dalam tubuh, kuman ini dapat tertidur lama (dorman) selama beberapa
tahun.
4. Patofisiologi
Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya
sekunder dari TBC tempat lain di dalam tubuh. Penyebarannya secara hematogen,
diduga terjadinya penyakit ini sering karena penyebaran hematogen dari infeksi
traktus urinarius melalui pleksus Batson. Infeksi TBC vertebra ditandai dengan proses
destruksi tulang progresif tetapi lambat di bagian depan (anterior vertebral body).
Penyebaran dari jaringan yang mengalami perkejuan akan menghalangi proses
pembentukan tulang sehingga berbentuk tuberculos squestra. Sedang jaringan
granulasi TBC akan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses paravertebral yang dapat
menjalar ke atas atau bawah lewat ligamentum longitudinal anterior dan posterior.
Sedangkan diskus intervertebralis karena avaskular lebih resisten tetapi akan
mengalami dehidrasi dan penyempitan karena dirusak oleh jaringan granulasi TBC.
Kerusakan progresif bagian anterior vertebra akan menimbulkan kifosis (Savant,
2007).
Perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa terdiri dari lima stadium yaitu:
a. Stadium implantasi
Setelah bakteri berada dalam tulang, apabila daya tahan tubuh penderita menurun,
bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8
minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anakanak pada daerah sentral vertebra.
b. Stadium destruksi awal
Selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra dan penyempitan yang ringan pada
diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
Keperawatan Anak/L4AB/Sarini Hafid (C12114721).
Page
Page
Page
Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal dengan
keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis
spinalis tanpa keterlibatan tulang (tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina,
prosesus transversus dan spinosus, serta lesi artikuler yang berada di sendi
intervertebral posterior. Insidensi tuberkulosa yang melibatkan elemen
posterior tidak diketahui tetapi diperkirakan berkisar antara 2%-10%.
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis spondilitis tuberkulosa yaitu:
a. Badan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun.
b. Suhu subfebril terutama pada malam hari dan sakit (kaku) pada punggung. Pada
anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari.
c. Pada awal dijumpai nyeri interkostal, nyeri yang menjalar dari tulang belakang ke
garis tengah atas dada melalui ruang interkostal. Hal ini disebabkan oleh
tertekannya radiks dorsalis di tingkat torakal.
d. Nyeri spinal menetap dan terbatasnya pergerakan spinal
e. Deformitas pada punggung (gibbus)
f. Pembengkakan setempat (abses)
g. Adanya proses tbc (Tachdjian, 2005).
Kelainan neurologis yang terjadi pada 50 % kasus spondilitis tuberkulosa karena proses
destruksi lanjut berupa:
a.
Paraplegia, paraparesis, atau nyeri radix saraf akibat penekanan medula spinalis
b.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada spondilitis tuberkulosa yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis dan LED meningkat.
2) Uji mantoux positif tuberkulosis.
3) Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium.
4) Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.
5) Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel.
6) Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah.
7) Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein).
8) Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasi.
9) Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay) tetapi
menghasilkan negatif palsu pada penderita dengan alergi.
Keperawatan Anak/L4AB/Sarini Hafid (C12114721).
Page
Page
injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan
(90 kali).
b) Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg, dan Etambutol 1250
mg 3 kali seminggu selama 5 bulan (66 kali).
Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita
bertambah baik, LED menurun dan menetap, gejala-gejala klinis berupa nyeri
dan spasme berkurang, serta gambaran radiologis ditemukan adanya union
b.
pada vertebra.
Terapi operatif
1)
Apabila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau
malah semakin berat. Biasanya 3 minggu sebelum operasi, penderita diberikan
obat tuberkulostatik.
2)
Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara
3)
Page
Page
Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada klien,
keluarga maupun orang terdekat dengan klien. Pemeriksaan fisik di lakukan
dengan cara , inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS
dan diagnosa medis.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada
punggung bagian bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah
sakit. Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada
atau perut. Nyeri dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah
berat terutama pada saat pergerakan tulang belakang. Selain adanya
keluhan utama tersebut klien bisa mengeluh, nafsu makan menurun, badan
terasa lemah, sumer-sumer (Jawa) , keringat dingin dan penurunan berat
badan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa biasany pada klien
di dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis
paru.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa salah satu
penyebab timbulnya adalah klien pernah atau masih kontak dengan
penderita lain yang menderita penyakit tuberkulosis atau pada lingkungan
keluarga ada yang menderita penyakit menular tersebut.
5) Riwayat psikososial
Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga
kan kelihatan sedih, dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
pengobatan dan perawatan terhadapnya maka penderita akan merasa takut
dan bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak stabil dan
mempengaruhi sosialisai penderita.
6) Pola - pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan
mempengaruhi persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri ,
yang dikarenakan tidak semua klien mengerti benar perjalanan
penyakitnya.Sehingga
menimbulkan
salah
persepsi
dalam
Page
hospitalisasi
akan
menyebabkan
masalah
dalam
Page
Page
hasil pemeriksaan radiologi maupun laboratorium. Dari hasil analisa data dapat
disimpulkan masalah yang di alami oleh klien.
c. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang
nyata ataupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang
pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk
melakukannya.
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:
1) Gangguan mobilitas fisik.
2) Nyeri.
3) Perubahan konsep diri : Body image.
4) Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan
yang akan di laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan I
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
dan nyeri.
Tujuan : Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
Kriteria hasil :
1) Klien dapat ikut serta dalam program latihan
2) Mencari bantuan sesuai kebutuhan
3) Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
Rencana tindakan :
1) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan
kerusakan.
2) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
3) Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :
- Mattress
- Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa
yang
tidur.
4) Mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;
- Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri ( bersandar
pada tembok ) maupun posisi menelungkup dengan cara
mengangkat ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas
bawah secara bersamaan.
Keperawatan Anak/L4AB/Sarini Hafid (C12114721).
Page
menit.
Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas
pernapasan.
5) Monitor tanda tanda vital setiap 4 jam.
6) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau
lecet.
7) Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
8) Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap
efek samping : bisa tak nyaman pada lambung atau diare.
Rasional :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
paraspinal.
Untuk mendeteksi perubahan pada klien.
Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.
Cairan membantu menjaga faeces tetap lunak.
Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan
dan dapat menimbulkan efek samping.
Diagnosa Keperawatan II
Nyeri berhubungan dengan adanya peradangan sendi.
Tujuan :
1) Rasa nyaman terpenuhi
2) Nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil :
1) Klien melaporkan penurunan nyeri.
2) Menunjukkan perilaku yang lebih relaks
3) Memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan
peningkatan keberhasilan.
Rencana tindakan :
1) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan
nyeri ke daerah yang baru.
2) Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya
terhadap nyeri.
3) Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.
4) Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk
meningkatkan rasa nyaman.
Keperawatan Anak/L4AB/Sarini Hafid (C12114721).
Page
Page
sampingnya.
Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri
dan mobilitas.
6) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.
Page