Sunteți pe pagina 1din 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi

merupakan

bentuk

yang

paling

sering

dari

gangguan

persepsi.Bentukhalusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung,


tapi yang palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih
atau yangdialamatkan pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara
dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam
mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau
bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari
setiaptubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan
misalnyabersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal,
juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan
olehstimulus yang diterima.Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka
kemampuanuntuk menilai realita dapat terganggu.Persepsi mengacu pada respon
reseptorsensoris

terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan

pengertianemosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi


pada prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat
ditemukanpada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan
kondisi

yangberhubungan

dengan

penggunaan

alcohol

dan

substansi

lingkungan.Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa Medan


ditemukan85% pasien dengan kasus halusinasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi ?
1

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa saja etiologi halusinasi ?


Apa saja tanda dan gejala halusinasi?
Bagaimana proses terjadinya halusinasi?
Apa mekanisme koping halusinasi?
Apa saja penatalaksanaan halusinasi?
Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada halusinasi?
Bagaimana diagnosa keperawatan asuhan keperawatan pada halusinasi?
Bagaimana rencana keperawatan asuhan keperawatan pada halusinasi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan halusinasi
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi halusinasi
3. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala halusinasi
4. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya halusinasi
5. Untuk mengetahui apa saja mekanisme koping halusinasi
6. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan halusinasi
7. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada halusinasi
8. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa keperawatan asuhan keperawatan pada
halusinasi
9. Untuk mengetahui bagaimana rencana keperawatan asuhan keperawatan pada
halusinasi

BAB II
PEMBAHASAN
2

I.

Konsep Teori
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh
proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat
meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan
genetic. (Yosep, 2009)
a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan

mengalami

hambatan

dan

hubungan

interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan


kecemasan.
b. Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan

dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti


buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien
dalam mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran,
tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya. Menurut Rawlins dan Heacock,
1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan

penyebab

halusinasi

berupa

perintah

memaksa

dan

menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang
menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
e. Dimensi spiritual
4

Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, rutinitas tidak


bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri.
C. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :
1. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
2. Melihat seseorang yang sudah meninggal.
3. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
4. Bicara atau tertawa sendiri.
5. Marah-marah tanpa sebab.
6. Menutup mata.
7. Mulut komat-kamit
8. Ada gerakan tangan
9. Tersenyum
10. Gelisah
11. Menyendiri
12. Melamun
D. Proses Terjadinya Halusinasi
Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
1. Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat
ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi
mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta
mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
2. Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat
kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu
individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin
merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
3. Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat
ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi
penguasa. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang

yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan


membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
4. Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat
ansietas panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah
pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa
hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan
mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping
menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam
(represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement),
mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis
(rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan
ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

F. Penatalaksanaan
1. Medis (Psikofarmako)
a. Chlorpromazine
1) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat
norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsifungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan
6

perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social
dan melakukan kegiatan rutin.
2) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak,
khususnya system ekstra pyramidal.
3) Efek samping
Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar.
Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik,
seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan
irama jantung.
Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia
syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg.
Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi
1x100mg pada malam hari saja.
b. Haloperidol (HLP)
1) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat
dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
2) Mekanisme kerja

Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system
pyramidal.
3) Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor
Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk
injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan
pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
c. Trihexyphenidil (THP)
1) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit
parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan
oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas).
Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
2) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat
depreson, dan antikolinergik lainnya.
3) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
4) Kontra indikasi

Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil


(THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis,
hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg
sebagai anti parkinson.
2. Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi
berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.

II.

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medic
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak
adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya
mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan
yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang
lain dan menyebabkan ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,
alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
9

7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan
adalah:
1. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data
objektif dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien.
Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis halusinasi
1. Halusinasi
dengar

Data objektif
Bicara atau tertawa

Data subjektif
Mendengar
suara

atau

sendiri
Marah-marah

kegaduhan
Mendengar

yang

tanpa

sebab
Menyedengkan
telinga

2. Halusinasi
Penglihatan

kearah

tertentu
Menutup telinga
Menunjuk-nunjuk
kearah tertentu
Ketakutan
pada
sesuatu yang tidak

3. Halusinasi
penghidu

4. Halusinasi
pengecapan
5. Halusinasi
Perabaan

jelas
Menghidu

bercakap-cakap
Mendengar suara menyuruh
melakukan

bauan tertentu
Menutup hidung
Sering meludah
Muntah
Menggaruk-garuk
permukaan kulit

sesuatu

yang

bayangan,

sinar,

berbahaya
Melihat
bentuk

geometris,

bentuk

kartoon, melihat hantu atau


monster

seperti Membaui

sedang membaui bau-

suara

bau-bauan

sperti

bau darah, urin, feces, kadangkadang bau itu menyenangkan


Merasakan rasa seprti darah,
urin atau feces
Mengatakan ada

serangga

dipermukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik

2. Isi halusinasi
10

Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.
3. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi,
siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya
halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi terjadinya
apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan
untuk menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
4. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri

C. Rencana Keperawatan
Diagnosa

Tujuan

Kriteria

Intervensi

Rasional

11

Keperawatan
Persepsi
sensorik

TUM

: Setelah

Evaluasi
1.Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling 1. Dengan adanya
bersahabat,

percaya

antara

hubungan saling

dengan

percaya menjadi

halusinasi

diberikan

menunjukkan

perawat

penglihatan.
DS :
Pasien

tindakan

rasa

senang,

pasien. (Sapa pasien

dasar interaksi

keperawata

ada

kontak

dengan

perawat dengan

mengatakan

n selama 3

mata,

melihat

hari, pasien

berjabat

bayangan

dapat

tangan,

hantu

laki- mengontrol

laki
DO :
Pasien
pernah
dirawat
sebelumnya
namun
kurang
berhasil
karena putus
obat

mau

mau

perkenalkan

nama,

tanyakan

nama

pasien.

pasien, buat kontrak,

menyebutkan

tanyakan

halusinasi.

nama,

pasien.

TUK

menjawab

mau

ramah,

perasaan

2. Adakan kontak secara

1.Pasien

salam,

dapat

duduk

terbinanya

membina

berdampingan

hubungan saling

hubungan

dengan

percaya dan waktu

saling

perawat,

percaya
2.Pasien

mau

sering dan singkat

dan

2. Agar lebih

yang singkat agar

mau

pasien tidak cepat

mengutarakan

bosan.

dapat
masalah yang 3. Observasi

tingkah

mengenal
dihadapinya.

laku

pasien

terkait 3. Agar mengetahui

halusinasi
2.Pasien
nya
3.Pasien

dapat

dengan halusinasinya.

menyebutkan

perilaku yang pasien


lakukan

dapat

waktu, isi, dan 4. Diskusikan

mengontr

frekuensi

pasien

ol

timbulnya

dirasakan

dengan

apa
dan

yang 4. Agar mengetahui


beri

apa yang dirasakan


12

halusinasi

halusinasi

kesempatan

nya
4.Pasien

pasien

pasien

mengungkapkan
3.Pasien

dapat

perasaannya.

dapat
mendemonstra
memanfa
sikan

cara 5. Diskusikan

dengan

atkan
mengontrol

pasien

halusinasi

dilakukan

apa

yang 5. Agar dapat

obat
untuk

mengetahui

dengan
menghadapi

tindakan yang

baik.
4.Pasien

dapat

halusinasi
5.1 Identifikasi

dilakukan dalam
cara

mendemonstra

mengontrol
yang

dilakukan

sikan

halusinasinya
jika

terjadi

kepatuhan
minum
untuk
mencegah

obat

halusinasi
5.2 Diskusikan
caramengontrol
halusinasi
5.3 Bantu
pasien

halusinasi
memilih
yang

cara
sudah

diajarkan
5.4 Beri kesempatan
untuk melakukan
cara yang dipilih
5.5 Jika berhasil beri
pujian
6. Diskusikan

dengan

pasien manfaat dan


kerugian tidak minum
13

obat.
6.1 Pantau
saat

pasien

penggunaan
6. Meningkatkan

obat
6.2 Beri pujian jika

pengetahuan pasien

pasien

tentang fungsi obat

menggunakan

6.1 Agar tidak salah

obat dengan benar


6.3 Diskusikan akibat

meminumnya.
6.2 Meningkatkan

berhenti

minum

harga diri pasien

obat
6.3 Agar
mengetahui
daampak tidak
minum obat.

Perawatan
diri

1. Pasien

1. Menunjukkan 1.Bina hubungan saling

1. Bina

dapat

tanda-tanda

percaya antara perawat

hubun

mandiri

percaya

dengan pasien. (Sapa

gan

dalam

kepada

pasien dengan ramah,

saling

perkenalkan nama,

percay

tanyakan nama pasien,

buat kontrak, tanyakan

sebaga

perasaan pasien

perawatan

perawat :
- Wajah

diri
2. Pasien dapt

cerah,

membina
-

tersenyum
Mau

hubungan
saling
percaya

berkenalan 2.Diskusikan dengan


Ada kontak
pasien penyebab
mata
2. Pasien dapat
pasien tidak merawat

dasar

intera
ksi
14

dengan

menyebutkan:
- Penyebab

perawat
3. Pasien

diri, manfaat menjaga

peraw

perawatan diri, tanda-

at dan

tanda perawatan diri

klien.

tidak

mengetahu

merawat
yang baik

i
-

diri
Manfaat

pentingny
menjaga

3.Diskusikan frekuensi

2. Memb
perawatan

menjaga perawatan

perawatan
diri
4. Pasien

antu
-

diri
Tanda-tanda

diri selama mandi,


pasien
gosok gigi, keramas,

bersih dan

agar

mengetahu

berpakaian, berhias,

rapih
i cara-cara 3. Pasien

gunting kuku

menge
rti apa

melakukan

menyebutkan

frekuensi

perawatan

menjaga dan

itu
4.Diskusikan cara praktek
diri
5. Pasien

kebers

perawatan diri yang

ihan

baik dan benar


4.1 Berikan pujian

diri

dapat
menjelaskan

dapat

denga
cara

melaksana

positif
4.2 Bantu pasien saat

perawatan
kan

perawatan diri

penjel

mandi, gosok

asan-

gigi, keramas,

penjel

ganti pakaian,

asan

berhias, gunting

yang

diri
perawatan
:Frekuensi
diri
gosok gigi,
dengan
Frekuensi
bantuan
berhias/berda
perawat
6. Pasien

ndan,

kuku
4.3 Beri pujian

singka
t dan

dapat

Frekuensi

setelah pasien
muda
15

melaksana

gunting kuku

kan
perawatan 4. Pasien

melaksanakan

perawatan diri

dimen

5.Pantau pasien dalam

gerti.

diri secara

mempraktekk

melaksanakan

mandiri

an perawatan

perawatan diri mandi,

Meng

diri dengan

gosok gigi, keramas,

etahui

bantuan oleh

ganti pakaian, berhias,

potens

perawat:

gunting kuku

gosok gigi,

3.

6.Beri pujian saat pasien

penget

berhias/berda

melaksanakan

ahuan

ndan, gunting

perawatan diri secara

klien

kuku.

mandiri
tentan

5. Pasien
melaksanaka

n praktek

kebers

perawatan

ihan

diri secara

diri

mandiri :
- Gosok

memb
antu

gigi

pasien

bangun

untuk

pagi dan

menge

sesudah
-

rti

makan.
Berhias/b

menge

erdandan

nai

16

sehabis

kebers

mandi
Gunting

ihan
diri

kuku
4. Mend
setelah
orong
mulai
motiv
panjang
asi
pasien
dalam
meraw
at
diriny
a

5. Meng
etahui
tindak
an
yang

17

dilaku
kan
dalam
meraw
at
diriny
a.

6. Menin
gkatka
n rasa
percay
a diri
pasien

18

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Saat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Halusinasi
ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu melakukan pendekatan secara
terus menerus, membina hubungan saling percaya yang menciptakan suasana yang
terapiutik dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan
Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien khususnya dengan
halusinasi, pasien dapat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung
yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat atau
petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data
yang diperlukan dan membina kerjasama memberi Asuhan Keperawatan pada pasien.
B. Saran
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan hendaknya perawat mengikuti
langkah- langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan
tertulis agar tindakan berhasil dan optimal.
Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan pendekatan
secara bertahap dan terus-menerus untuk membina hubungan saling percaya antara

19

perawat dan klien sehingga tercipta suasana terapiutik dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan yang diberikan.
Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien di rumah sakit,
sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat
membantu perawat bekerjasama dalam pemberian Asuhan Keperawatan kepada klien.

20

S-ar putea să vă placă și