Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi
merupakan
bentuk
yang
paling
sering
dari
gangguan
yangberhubungan
dengan
penggunaan
alcohol
dan
substansi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan halusinasi
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi halusinasi
3. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala halusinasi
4. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya halusinasi
5. Untuk mengetahui apa saja mekanisme koping halusinasi
6. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan halusinasi
7. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada halusinasi
8. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa keperawatan asuhan keperawatan pada
halusinasi
9. Untuk mengetahui bagaimana rencana keperawatan asuhan keperawatan pada
halusinasi
BAB II
PEMBAHASAN
2
I.
Konsep Teori
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh
proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat
meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan
genetic. (Yosep, 2009)
a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan
mengalami
hambatan
dan
hubungan
penyebab
halusinasi
berupa
perintah
memaksa
dan
menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang
menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
e. Dimensi spiritual
4
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan
mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping
menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam
(represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement),
mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis
(rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan
ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).
F. Penatalaksanaan
1. Medis (Psikofarmako)
a. Chlorpromazine
1) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat
norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsifungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan
6
perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social
dan melakukan kegiatan rutin.
2) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak,
khususnya system ekstra pyramidal.
3) Efek samping
Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar.
Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik,
seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan
irama jantung.
Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia
syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg.
Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi
1x100mg pada malam hari saja.
b. Haloperidol (HLP)
1) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat
dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
2) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system
pyramidal.
3) Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor
Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung.
4) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
5) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk
injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan
pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
c. Trihexyphenidil (THP)
1) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit
parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan
oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas).
Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
2) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat
depreson, dan antikolinergik lainnya.
3) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
4) Kontra indikasi
II.
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan
adalah:
1. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data
objektif dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien.
Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis halusinasi
1. Halusinasi
dengar
Data objektif
Bicara atau tertawa
Data subjektif
Mendengar
suara
atau
sendiri
Marah-marah
kegaduhan
Mendengar
yang
tanpa
sebab
Menyedengkan
telinga
2. Halusinasi
Penglihatan
kearah
tertentu
Menutup telinga
Menunjuk-nunjuk
kearah tertentu
Ketakutan
pada
sesuatu yang tidak
3. Halusinasi
penghidu
4. Halusinasi
pengecapan
5. Halusinasi
Perabaan
jelas
Menghidu
bercakap-cakap
Mendengar suara menyuruh
melakukan
bauan tertentu
Menutup hidung
Sering meludah
Muntah
Menggaruk-garuk
permukaan kulit
sesuatu
yang
bayangan,
sinar,
berbahaya
Melihat
bentuk
geometris,
bentuk
seperti Membaui
suara
bau-bauan
sperti
serangga
dipermukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
2. Isi halusinasi
10
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.
3. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi,
siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya
halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi terjadinya
apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan
untuk menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
4. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Kriteria
Intervensi
Rasional
11
Keperawatan
Persepsi
sensorik
TUM
: Setelah
Evaluasi
1.Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling 1. Dengan adanya
bersahabat,
percaya
antara
hubungan saling
dengan
percaya menjadi
halusinasi
diberikan
menunjukkan
perawat
penglihatan.
DS :
Pasien
tindakan
rasa
senang,
dasar interaksi
keperawata
ada
kontak
dengan
perawat dengan
mengatakan
n selama 3
mata,
melihat
hari, pasien
berjabat
bayangan
dapat
tangan,
hantu
laki- mengontrol
laki
DO :
Pasien
pernah
dirawat
sebelumnya
namun
kurang
berhasil
karena putus
obat
mau
mau
perkenalkan
nama,
tanyakan
nama
pasien.
menyebutkan
tanyakan
halusinasi.
nama,
pasien.
TUK
menjawab
mau
ramah,
perasaan
1.Pasien
salam,
dapat
duduk
terbinanya
membina
berdampingan
hubungan saling
hubungan
dengan
saling
perawat,
percaya
2.Pasien
mau
dan
2. Agar lebih
mau
mengutarakan
bosan.
dapat
masalah yang 3. Observasi
tingkah
mengenal
dihadapinya.
laku
pasien
halusinasi
2.Pasien
nya
3.Pasien
dapat
dengan halusinasinya.
menyebutkan
dapat
mengontr
frekuensi
pasien
ol
timbulnya
dirasakan
dengan
apa
dan
halusinasi
halusinasi
kesempatan
nya
4.Pasien
pasien
pasien
mengungkapkan
3.Pasien
dapat
perasaannya.
dapat
mendemonstra
memanfa
sikan
cara 5. Diskusikan
dengan
atkan
mengontrol
pasien
halusinasi
dilakukan
apa
obat
untuk
mengetahui
dengan
menghadapi
tindakan yang
baik.
4.Pasien
dapat
halusinasi
5.1 Identifikasi
dilakukan dalam
cara
mendemonstra
mengontrol
yang
dilakukan
sikan
halusinasinya
jika
terjadi
kepatuhan
minum
untuk
mencegah
obat
halusinasi
5.2 Diskusikan
caramengontrol
halusinasi
5.3 Bantu
pasien
halusinasi
memilih
yang
cara
sudah
diajarkan
5.4 Beri kesempatan
untuk melakukan
cara yang dipilih
5.5 Jika berhasil beri
pujian
6. Diskusikan
dengan
obat.
6.1 Pantau
saat
pasien
penggunaan
6. Meningkatkan
obat
6.2 Beri pujian jika
pengetahuan pasien
pasien
menggunakan
meminumnya.
6.2 Meningkatkan
berhenti
minum
obat
6.3 Agar
mengetahui
daampak tidak
minum obat.
Perawatan
diri
1. Pasien
1. Bina
dapat
tanda-tanda
hubun
mandiri
percaya
gan
dalam
kepada
saling
perkenalkan nama,
percay
sebaga
perasaan pasien
perawatan
perawat :
- Wajah
diri
2. Pasien dapt
cerah,
membina
-
tersenyum
Mau
hubungan
saling
percaya
dasar
intera
ksi
14
dengan
menyebutkan:
- Penyebab
perawat
3. Pasien
peraw
at dan
klien.
tidak
mengetahu
merawat
yang baik
i
-
diri
Manfaat
pentingny
menjaga
3.Diskusikan frekuensi
2. Memb
perawatan
menjaga perawatan
perawatan
diri
4. Pasien
antu
-
diri
Tanda-tanda
bersih dan
agar
mengetahu
berpakaian, berhias,
rapih
i cara-cara 3. Pasien
gunting kuku
menge
rti apa
melakukan
menyebutkan
frekuensi
perawatan
menjaga dan
itu
4.Diskusikan cara praktek
diri
5. Pasien
kebers
ihan
diri
dapat
menjelaskan
dapat
denga
cara
melaksana
positif
4.2 Bantu pasien saat
perawatan
kan
perawatan diri
penjel
mandi, gosok
asan-
gigi, keramas,
penjel
ganti pakaian,
asan
berhias, gunting
yang
diri
perawatan
:Frekuensi
diri
gosok gigi,
dengan
Frekuensi
bantuan
berhias/berda
perawat
6. Pasien
ndan,
kuku
4.3 Beri pujian
singka
t dan
dapat
Frekuensi
setelah pasien
muda
15
melaksana
gunting kuku
kan
perawatan 4. Pasien
melaksanakan
perawatan diri
dimen
gerti.
diri secara
mempraktekk
melaksanakan
mandiri
an perawatan
Meng
diri dengan
etahui
bantuan oleh
potens
perawat:
gunting kuku
gosok gigi,
3.
penget
berhias/berda
melaksanakan
ahuan
ndan, gunting
klien
kuku.
mandiri
tentan
5. Pasien
melaksanaka
n praktek
kebers
perawatan
ihan
diri secara
diri
mandiri :
- Gosok
memb
antu
gigi
pasien
bangun
untuk
pagi dan
menge
sesudah
-
rti
makan.
Berhias/b
menge
erdandan
nai
16
sehabis
kebers
mandi
Gunting
ihan
diri
kuku
4. Mend
setelah
orong
mulai
motiv
panjang
asi
pasien
dalam
meraw
at
diriny
a
5. Meng
etahui
tindak
an
yang
17
dilaku
kan
dalam
meraw
at
diriny
a.
6. Menin
gkatka
n rasa
percay
a diri
pasien
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Halusinasi
ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu melakukan pendekatan secara
terus menerus, membina hubungan saling percaya yang menciptakan suasana yang
terapiutik dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan
Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien khususnya dengan
halusinasi, pasien dapat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung
yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat atau
petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data
yang diperlukan dan membina kerjasama memberi Asuhan Keperawatan pada pasien.
B. Saran
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan hendaknya perawat mengikuti
langkah- langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan
tertulis agar tindakan berhasil dan optimal.
Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan pendekatan
secara bertahap dan terus-menerus untuk membina hubungan saling percaya antara
19
perawat dan klien sehingga tercipta suasana terapiutik dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan yang diberikan.
Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien di rumah sakit,
sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat
membantu perawat bekerjasama dalam pemberian Asuhan Keperawatan kepada klien.
20