Sunteți pe pagina 1din 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fascia adalah suatu balutan jaringan pengikat yang mengelilingi struktur (seperti
pelapis pada otot), dapat menyebabkan peningkatan spasia (space) jaringan yang
potensial dan jalur yang menyebabkan penyebaran infeksi.
Spasia wajah adalah ruangan potensial yang dibatasi, ditutupi, atau dilapisi oleh
lapisan jaringan ikat. Lapisan-lapisan pada fascia menghasilkan spasia pada wajah
yang kesemuanya terisi dengan jaringan pengikat longgar areolar
Spasia wajah adalah area fascia-lined yang dapat dikikis atau membengkak
berisi eksudat purulent. Spasia ini tidak tampak pada orang yang sehat namun
menjadi berisi ketika orang sedang mengalami infeksi. Ada yang berisi struktur
neurovascular dan disebut kompartemen, dan ada pula yang berisi loose areolar
connective tissue disebut cleft.
Infeksi odontogenic dapat berkembang menjadi spasia-spasia wajah. Proses
pengikisan (erosi) pada infeksi menembus sampai ke tulang paling tipis hingga
mengakibatkan infeksi pada jaringan sekitar (jaringan yang berbatasan dengan
tulang). Berkembang atau tidaknya menjadi abses spasia wajah, tetap saja hal ini
dihubungkan dengan melekatnya tulang pada sumber infeksi. Kebanyakan infeksi
odontogenik menembus tulang hingga mengakibatkan abses vestibular. Selain itu
terkadang dapat pula langsung mengikis spasia wajah dan mengakibatkan infeksi
spasia wajah. Penyakit odontogenik yang paling sering berlanjut menjadi infeksi
spasia wajah adalah komplikasi dari abses periapikal. Pus yang mengandung bakteri
pada abses periapikal akan berusaha keluar dari apeks gigi, menembus tulang, dan
akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah spasia wajah. Gigi mana yang
terkena abses periapikal ini kemudian yang akan menentukan jenis dari spasia wajah
1 | S p a s i a Fa s i a l i s

yang terkena infeksi. Tulang hyoid merupakan struktur anatomis yang paling
penting

pada

leher

yang

dapat

membatasi

penyebaran

infeksi.

Spasia

diklasikfikasikan menjadi spasia primer dan spasia sekunder. Spasia primer


diklasifikasikan lagi menjadi spasia primer maxilla dan spasia primer mandibula.
Spasia primer maxilla terdapat pada canine, buccal, dan ruang infratemporal.
Sedangkan spasia primer mandibula terdapat pada submental, buccal, ruang
submandibular dan sublingual. Infeksi juga dapat terjadi di tempat-tempat lain yang
disebut sebagai spasia sekunder, yaitu pada Masseteric, pterygomandibular,
superficial dan deep temporal, lateral pharyngeal, retropharyngeal, dan prevertebral

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah Pengertian dari Spasia Wajah?
2. Apa saja macam-macam spasia wajah?

2 | S p a s i a Fa s i a l i s

3. Bagaimana Letak anatomi dan apa saja gangguan yang disebabkan oleh spasia
wajah?
4. Bagaimana kah terapi Infeksi Pada wajah?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa Kedokteran Gigi Harus Mengetahui Pengertian dari spasia wajah
2. Mahasiswa Kedokteran Gigi harus Mengetahui macam-macam spasia wajah
3. Mahasiswa Kedokteran Gigi harus mengetahui Letak anatomi dan gangguan
yang melibatkan spasia wajah
4. Mahasiswa kedokteran Gigi harus mengetahui Terapi apa yang harus dilakukan
akibat infeksi pada wajah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian spasia Fasialis
Spasia fasialis adalah suatu area yang tersusun atas lapisan-lapisan fasia di
daerah kepala dan leher berupa jaringan ikat yang membungkus otot-otot dan berpotensi
untuk terserang infeksi serta dapat ditembus oleh eksudat purulen (Peterson, 2002).

3 | S p a s i a Fa s i a l i s

Pengetahuan tentang lokasi anatomis ruang atau spasia sebagai tempat penyebaran
infeksi

odontogenik

sangat

penting

dalam

menegakkan

diagnosa.

Spasia

diklasifikasikan menjadi 2, yaitu spasia primer dan spasia sekunder.

2.2 Macam-macam spasia Fasialis


Spasia diklasikfikasikan menjadi spasia primer dan spasia sekunder. Spasia
primer

diklasifikasikan lagi menjadi spasia primer maxilla dan spasia primer

mandibula. Spasia primer maxilla terdapat pada canine, buccal, dan ruang
infratemporal.
Sedangkan spasia primer mandibula terdapat pada submental, buccal, ruang
submandibular dan sublingual. Infeksi juga dapat terjadi di tempat-tempat lain yang
disebut sebagai spasia sekunder, yaitu pada Masseteric, pterygomandibular, superficial
dan deep temporal,

dan

spasium servikal terbagi atas lateral pharyngeal,

retropharyngeal, dan prevertebral.

2.3 Letak Anatomi dan Gangguan Melibatkan Spasia Wajah


2.3.1 Spasia Kanina
Spasia kanina merupakan ruang tipis di antara levator angulioris dan M.
labii superioris. Spasia kanina terbentuk akibat dari infeksi yang terjadi pada
gigi caninus rahang atas. Gigi caninus merupakan satu-sarunya gigi dengan akar
yang cukup panjang untuk menyebabkan pengikisan sepanjang tulang alveolar
superior hingga otot atau facial expression. Infeksi ini mengikis bagian superior

4 | S p a s i a Fa s i a l i s

hingga ke dasar M. levator anguli oris dan menembus dasar M. levator labii
superior.
Ketika spasia ini terinfeksi, gejala klinisnya yaitu pembengkakan pipi
bagian depan dan swelling pada permukaan anterior menyebabkan lipatan
nasolabial menghilang. Penyebaran lanjut dari infeksi canine spaces dapat
menyerang daerah infraorbital dan sinus kavernosus
2.3.2

Spasia Bukal
Spasia bukalis terikat pada permukaan kulit muka pada aspek lateral dan
M.buccinators dan berisi kelenjar parotis dan n. facialis. Spasia dapat terinfeksi
akibat perpanjangan infeksi dari gigi maxilla dan mandibula. Penyebab utama
infeksi spasia bukal adalah gigi-gigi posterior, terutama Molar maxilla. Spasia
bukal menjadi berhubungan dengan gigi ketika infeksi telah mengikis hingga
menembus tulang superior hingga perlekatan M. buccinators.
Gejala infeksi yaitu edema pipi dan trismus ringan. Keterlibatan spasia
bukal dapat menyebabkan pembengkakan di bawah lengkung zygomatic dan
daerah di atas batas inferior dari mandibula. Sehingga baik lengkung zygomatic
dan batas inferior mandibula Nampak jelas pada infeksi spasi bukal.

2.3.3

Spasia infratemporal

5 | S p a s i a Fa s i a l i s

Salah satu gejala penting dari abses ini adalah rasa sakit pada palpasi
antara ramus dan tuber diatas lipatan mukosa, rasa sakit yang menusuk di
2.3.4

telinga.
Spasia mastikasi (masseter, pterygoid, temporal)
Jika infeksi spasia primer tidak ditangani secara tepat, infeksi dapat
meluas ke arah posterior hingga melibatkan spasia facial sekunder. Ketika spasia
sekunder telah ikut terlibat, infeksi menjadi lebih berat, dapat menyebabkan
komplikasi hingga kematian, dan lebih sulit untuk ditangani. Hal ini dikarenakan
spasia sekunder dikelilingi oleh jaringan ikat fascia yang sedikit sekali mendapat
suplai darah Sehingga infeksi pada spasia ini sulit ditangani tanpa prosedur
pembedahan untuk mengeluarkan eksudat purulen.
Spasia masseter Spasia masseter berada di antara aspek lateral
mandibula dan batas median m. masseter. Infeksi ini paling sering diakibatkan
penyebaran infeksi dari spasia bukalis atau dari infeksi jaringan lunak di sekitar
Molar ketiga mandibula. Ketika spasia masseter terlibat, area di atas sudut
rahang dan ramus menjadi bengkak. Inflamasi m. masseter ini dapat
menyebabkan trismus
Spasia pterygomandibular Spasia pterygomandibular berada ke arah median
dari mandibula dan ke arah lateral menuju m. pterygoid median. Area ini
merupakan area tempat penyuntikan larutan anastesi local disuntikan ketika
dilakukan block pada saraf alveolar inferior. Infeksi pada area ini biasanya
merupakan penyebaran dari infeksi spasia sublingual dan submandibula.
Infeksi pada area ini juga sering menyebabkan trismus pada pasien, tanpa
disertai pembengkakan. Ini lah yang menjadi dasar diagnosa pada infeksi ini
Spasia temporal Spasia temporal berada pada posterior dan superior
dari spasia master dan pterygomandibular. Dibagi menjadia dua bagian oleh m.
temporalis. Bagian pertama yaitu bagian superficial yang meluas menuju m.

6 | S p a s i a Fa s i a l i s

temporalis, sedangakn bagian kedua merupakan deep portion yang berhubungan


dengan spasia infratemporal. infeksi ini, baik superficial maupun deep portion
hanya terlihat pada keadaan infeksi yang sudah parah. Ketika infeksi sudah
melibatkan spasia temporalis, itu artinya pembengkakan sudah terjadi di
sepanjang area temporal ke arah superior menuju arcus zygoamticus dan ke
posterior menuju sekeliling mata.
Spasia masseter, pterygomandibular, dan temporal juga dikenal sebagai
spasia matikator. Spasia ini saling berhubungan, sehingga ketika salah satunya
mengalami infeksi maka spasia lainnya berkemungkinan juga terkena infeksi
2.3.5

Spasia Submandibula dan sublingual


Terletak posterior dan inferior dari m. mylohyoid dan m. platysma.
Infeksi berasal dari gigi molar mandibula dengan ujung akar di bawah m.
mylohyoid dan dari pericoronitis. Gejala infeksi berupa pembengkakan pada
daerah segitiga submandibula leher disekitar sudut mandibula, perabaan terasa
lunak dan adanya trismus ringan.
Kedua spasia ini terbentuk dari perforasi lingual dari infeksi molar
mandibula, dan dapat juga disebabkan infeksi pada premolar. Yang membedakan
infeksi tersebut apakah submandibula atau siblingual adalah perlekatan dari M.
mylohyoid pada ridge mylohyoid pada aspek medial mandibula. Jika infeksi
mengikis medial aspek mandibula di atas garis mylohyoid, artinya infeksi terjadi
pada spasia lingual (sering terjadi pada gigi premolar dan molar). Sedangkan
jika infeksi mengikis aspek medial dari inferior mandibula hingga mylohyoid
line , spasia submandibular pun dapat terkena infeksi.
Molar ketiga mandibula paling sering menjadi penyebab spasia primer
mandibula. Sedangkan molar kedua mandibula dapat mengakibatkan baik spasia
sublingual maupun submandibular.

7 | S p a s i a Fa s i a l i s

Spasia sublingual berada di antara mucosa oral dasar mulut dan m.


mylohyoid. Batas posteriornya terbuka hingga berhubungan langsung dengan
spasia submandibular dan spasia sekunder mandibula hingga aspek posterior.
Secara klinis, pada infeksi spasia sublingual sering terlihat pembengkakan
intraoral, terlihat pada bagian yang terinfeksi pada dasar mulut. Infeksi biasanya
menjadi bilateral dan lidah menjadi terangkat (meninggi)
Spasia submandibula berada di antara m. mylohyoid dan lapisan kulit di
atasnya serta fascia superficial. Batas posterior spasia submandibula
berhubungan dengan spasia sekunder dari bagian posterior rahang. Infeksi pada
submandibular menyebabkan pembengakakan yang dimulai dari batas inferior
mandibula hingga meluas secara median menuju m. digastricus dan meluas ke
arah posterior menuju tulang hyoid.
Ketika bilateral submandibula, sublingual dan submentalis terkena
infeksi, inilah yang disebut dengan Ludwigs angina. Infeksi ini menyebar
dengan cepat kea rah posterior menuju spasia sekunder mandibula. Sulit
menelan hampir selalu terjadi pada infeksi ini, disertai dengan elevasi dan
displacement lidah serta pengerasan superior submandibula hingga tulang hyoid
Pasien yang mengalami infeksi ini biasanya mengalami trismus,
mengeluarkan saliva, kesulitan menelan bahkan bernafas yang dapat
berkembang menjadi obstruksi nafas atas yang dapat menyebabkan kematian.

8 | S p a s i a Fa s i a l i s

2.3.6

Spasia submental
Spasia submental
berada di antara
anterior

bellies

dari m. digastricus dan di antara m. mylohyoid dengan kulit di atasnya. Spasia


ini biasanya terjadi karena infeksi dari incisor mandibula. Incisor mandibula
cukup panjang untuk dapat

menyebabkan infeksi mengikis bagian labial dari

tulang apical hingga perlekatan m.mentalis.


Gejala infeksi berupa bengkak pada garis midline yang jelas di bawah
dagu. Infeksi juga dapat terjadi pada batas inferior mandibula hingga ke m.
2.3.7

submentalis
Sapasia Laterofaringeal
Batas anatomi Spasia ini perluasan dari dasar tengkorak di tulang
sphenoid menuju tulang hyoid di inferior dan terletak antara otot pterygoid
medial di aspek lateral dan superior faringeal konstriktor aspek medial. Di
bagian depan dibatasi oleh pterygomandibular raphe dan meluas ke bagian
posteriomedia fascia prevertebral. Prosessus styloid, associated muscles, dan
facia membagi spasia ini menjadi kompartemen anterior yang mengandung
selubung carotid dan beberapa nervus cranial.
Gejala dan tanda klinis infeksi Tanda klinis yang terlihat ialah trismus
yang cukup berat yang merupakan keterlibatan otot pterygoid media;

9 | S p a s i a Fa s i a l i s

pembengkakan

leher

lateral,

terutama

sudut inferior

mendibula;

dan

pembengkakan dinding faringeal lateral.ke arah midline. Pasien dengan kasus ini
biasanya sulit menelan dan demam.

2.3.8

Spasia Retrofaringeal
Batas anatomi Spasia ini terletak di belakangan jaringan lunak aspek
posterior faring. Di bagian depan dibatasi oleh konstriktor faringeal superior;
bagian muka dan posterior oleh alar layer fascia prevetebral. Spasia ini berawal
dari dasar tengkoran dan meluas ke arah inferior di vertebra C7 atau T1, di mana
fascia alar menyatu dengan fascia buccopharyngeal ,Gejala dan tanda klinis
infeksi :
1. Obstruksi jalan nafas atas yang serius sebagai hasil dari displacement
anterior dari dinding faringeal posterior ke arah faring
2. Rupturnya abses spasia retrofaringeal dengan masuknya pus ke paru-

paru.
2.4 Terapi Infeksi pada wajah
Ada lima hal yang ditempuh dalam dalam mengatasi infeksi spasia ini,
diantaranya adalah:

10 | S p a s i a F a s i a l i s

1. Medical support untuk mengoreksi pertahanan imun, termasuk di dalamnya


pemberian analgesic.
2. Pemberian antibiotik yang tepat, yakni dosis tinggi bakterisidal yang diberikan
secara intravena.
3. Surgical removal
4. Surgical drainage
5. Evaluasi konstan dari perawatan infeksi

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

11 | S p a s i a F a s i a l i s

Spasia fasialis adalah suatu area yang tersusun atas lapisan-lapisan fasia di
daerah kepala dan leher berupa jaringan ikat yang membungkus otot-otot dan berpotensi
untuk terserang infeksi serta dapat ditembus oleh eksudat purulen (Peterson, 2002).
Spasia diklasikfikasikan menjadi spasia primer dan spasia sekunder. Spasia
primer

diklasifikasikan lagi menjadi spasia primer maxilla dan spasia primer

mandibula. Spasia primer maxilla terdapat pada canine, buccal, dan ruang
infratemporal. Sedangkan spasia primer mandibula terdapat pada submental, buccal,
ruang submandibular dan sublingual. Infeksi juga dapat terjadi di tempat-tempat lain
yang disebut sebagai spasia sekunder, yaitu pada Masseteric, pterygomandibular,
superficial dan deep temporal, dan spasium servikal terbagi atas lateral pharyngeal,
retropharyngeal, dan prevertebral. Letak anatomi dari spasia facialis

berbeda dan

macam macam gangguan infeksi yang melibatkan spasia wajah.


Terapi infeksi pada wajah ada lima yaitu: Medical sport, pemberian antibiotic,
Surgical removal, Surgical drainage dan Evaluasi konstan dari perawatan infeksi.
3.2 Saran
Mahasiswa harus tau macam-macam spasia Wajah Karena Dan dimana letak
anatomi nya. mahasiswa harus tau juga Gigi mana yang terkena abses periapikal ini
kemudian yang akan menentukan jenis dari spasia wajah yang terkena infeksi dan harus
cepat menagani nya agar infeksi tidak menyebar.

12 | S p a s i a F a s i a l i s

DAFTAR PUSTAKA
R. Toeti, dkk. (1988). Ilmu Bedah Mulut.. Cahaya Sukma
Ratna,Ika. (2013). Abses dan Perjalanan Abases. [Online].
http://drgikaratnaspbm.wordpress.com/2013/04/22/abses-dan-penjalaran-abses/.
Diakses: 12 November 2013
Tuhu, Nida. (2013). Spasaia. [online]..http://www.scribd.com/doc/149960563/
spasia#download. Diakses: 12 november 2013
Hidayati, Arina. (2012) Infeksi Odontogenik. [online]. http://www.scribd.com/
doc/36309063/infeksi-odontogenik#download. Diakses: 12 November 2013

13 | S p a s i a F a s i a l i s

S-ar putea să vă placă și