Sunteți pe pagina 1din 15

A.

Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
1. Perdarahan hebat
2. Kecelakaan
3. Pembedahan
4. Persalinan
5. Pecah pembuluh darah
6. Penyakit Kronik (menahun)
7. Perdarahan hidung
8. Wasir (hemoroid)
9. Tumor ginjal atau kandung kemih
10. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
11. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
12. Kekurangan zat besi
13. Kekurangan vitamin B12
14. Kekurangan asam folat
15. Kekurangan vitamin C
16. Penyakit kronik
17. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
18. Pembesaran limpa
19. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
20. Penyakit sel sabit
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan

nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat efek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar:
1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya,

seperti

yang

terlihat

hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

Viskositas darah menurun

Resistensi aliran darah perifer

dalam

biopsy dan

ada

tidaknya

Penurunan transport O2 ke jaringan

Hipoksia, pucat, lemah

Beban jantung meningkat

Kerja jantung meningkat

Payah jantung
D. Manifestasi Klinis
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat maka dapat menimbulkan
manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
a.

Kecepatan kejadian anemia

b.

Durasi

c.

Kebutuhan metabolisme klien bersangkutan

d.

Adanya kelainan lain atau kecacatan

e.

Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta kondisi yang menyebabkan anemia.


Karena jumlah sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit oksigen yang

dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang cepat sebanyak 30% dapat


menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama. Namun penurunan hemoglobin
dan hematokrit tanpa gejala yang tampak atau ketidakmampuan yang jelas secara
bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%.

Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui :


a.

Peningkatan curah jantung dan pernapasan, karena itu menambah pengiriman


oksigen ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah.

b.

Meningkatkan pelepasan oksigen dan hemoglobin.

c.

Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan.

d.

Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.

Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama dengan
kadar hemoglobin antara 9 11 g/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada
gejala sama sekali selain takikardi ringan selama latihan. Takikardi menggambarkan
beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Dispnea pada latihan biasanya terjadi
bila kadar hemoglobin dibawah 7,5 g/dl yang merupakan manifestasi berkurangnya
pengiriman oksigen. Kelemahan hanya terjadi bila kadar hemoglobin dibawah 6 g/dl.
Dispnea istirahat bila dibawah 3 g/dl dan gagal jantung hanya pada kadar sangat rendah
2-2,5 g/dl, hal ini disebabkan karena otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat
menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Ini
diakibatkan berkurangnya volume darah, hemoglobin dan vasokontriksi untuk
memperbesar pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Warna kuku, telapak tangan,
memban mukosa mulut dan konjungtiva dapat digunakan untuk menilai kepucatan.
E. Pemeriksaan Diasnotik
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik) MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
3. Jumlah retikulosit bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED, Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal:
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
8. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
9. Jumlah trombosit : menurun aplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
10. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
11. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

12. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
13. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
14. TBC serum : meningkat (DB)
15. Feritin serum : meningkat (DB)
16. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
17. LDH serum : menurun (DB)
18. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
19. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
20. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan ph dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
21. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik).
22. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI.
F. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Transpalasi sel darah merah.


Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :


Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti
ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan

Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.


1. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
2. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
3. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan
dan transfusi darah.
G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak.
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru
Pengkajian pasien dengan anemia meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum, Kehilangan produktivitas, penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat,
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik. Ekstremitas (warna) pucat pada kulit

dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien
kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik) atau
kuning lemon terang. Sklera biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku mudah patah, berbentuk
seperti sendok (koilonikia). Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature.
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.

4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya .
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah parestesia tangan/kaki klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik hemoragis retina, Epitaksis perdarahan dari lubang-lubang.

Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis .
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru, Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, Riwayat terpajan pada radiasi baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore. Hilang libido (pria dan
wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
INTERVENSI
Diagnosa 1 : Hipetermic b/d reaksi tranfusi
Hasil yang diharapkan: mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
INTERVENSI
Mandiri:

Pantau suhu pasien (derajat dan

pola)
Pantau suhu lingkungan, batasi/
tambahkan linen tempat tidur,

sesuai indikasi.
Berikan kompres mandi hangat

RASIONAL

Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah


untuk mempertahankan suhu mendekati

normal.
Dapat membantu mengurangi demam.

Digunakan

untuk

mengurangi

demam

dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.


Kolaborasi:

Berikan

asetaminofen.
Berikan selimut pendingin.

antipiretik,

misalnya

Digunakan untuk mengurangi demam.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia


Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang
Tepat.
INTERVENSI
Mandiri

RASIONALISASI

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan

Mengidentifikasi defisiensi, menduga

yang disukai.
Tibang berat badan tiap hari
Berikan makan sedikit dan frekuensi

kemungkinan intervensi
Mengawasi penurunan barat badan.
Makan sedikit dapat menurunkan

sering dan atau makan diantara waktu

kelemahan

makan

pemasukan juga mencegah distensi

Berikan dan bantu hygiene mulut yang

baik sebelum dan sesudah makan,


gunakan

sikat

gigi

halus

gaster.
Meningkatkan

nafsu

pemasukan

oral,

pertumbuhan

untuk

dan

bakteri

meningkatkan

makan

dan

menurunkan
meminimalkan

kemungkinan infeksi.

penyikatan lembut.
Kolaborasi

Konsul pada ahli gizi

Membantu dalam membuat rencana


diet

Pantau pemeriksaan laboraturium mis,

untuk

individual.
Meningkatkan

memenuhi
efektifitas

kebutuhan
program

Hb, albumin, protein.

Berikan

diet

pengobatan,

halus,

rendah

serat,

sumber

nutrisi yang dibutuhkan.


Bila ada lesi oral, nyeri

diet
dapat

membatasi tipe makanan yang dapat

menghindari makanan panas, pedas

termasuk

atau terlalu asam sesuai indikasi


Berikan suplemen nutrisi mis. Ensure,

ditoleransi pasien.
Meningkatkan masukan protein dan
kalori.

isocal.

Diagnosa 3 : Intoleran aktifitas b/d ketidakseibangan suplai dan kebutuhan O2


Hasil yang diharapkan : menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis. Nadi,
pernapasan dan TD masih dalam rentang normal dan Klien dapat mentoleransi aktivitas &
melakukan ADL dgn baik.
INTERVENSI
Toleransi aktivitas

Menentukan

RASIONALISASI
penyebab

intoleransi

aktivitas&menentukan

apakah

penyebab dari fisik, psikis/motivasi


Kaji kesesuaian aktivitas & istirahat

klien sehari-hari
Tingkatkan aktivitas secara bertahap,
biarkan klien berpartisipasi dapat
perubahan

posisi,

perawatan diri
Pastikan klien

berpindah

mengubah

membantu

pucat,

pusing,

kesadaran&tanda vital
Lakukan latihan ROM jika klien tidak

dapat

lama

bedrest

dapat

kontribusi

pada

intoleransi aktivitas
Peningkatan aktivitas membantu
tonus
Bedrest

dalam

posisi

menyebabkan

syncope.
TV & HR

supinasi
volume

plasmahipotensi

berdiri,
gangguan

penyebab

mempertahankan kekuatan otot,

klien

Terlalu
memberi

posisi

observasi gejala intoleransi spt mual,

Monitor gejala intoleransi aktivitas


ketika

Menentukan

membnatu menentukan intoleransi

&

secara bertahap.

postural

respon

ortostatis sangat beragam.

&

terhadap

dapat menoleransi aktivitas

Ketidakaktifan

berkontribusi

terhadap kekuatan otot&struktur


sendi

Diagnosa 4 : Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan konsentrasi Hb dalam darah


Hasil yang diharapkan : menunjukan perfusi adekuat, mis. TTV stabil, membrane mukosa warna
merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urin adekuat, mental seperti biasa.
INTERVENSI
Mandiri:

Awasi tanda vita, kaji pengisian


kapiler,

RASIONALISASI

warna

kulit/membrane

informasi

tentang

derajat keadekuatan perfusi jaringan

mukosa, dasar kuku.


Tinggikan kepala tempat tidur sesuai

dan

toleransi

memberikan

membantu

menentukan

kebutuhan intervensi.
Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk

Awasi upaya pernapasan; auskultasi


bunyi

napasperhatikan

bunyi

kebutuhan seluler.
Dispena, gemericik

GJK karena regangan jantung lama,

adventus.

peningkatan

menunjukan

Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi

kompensasi

jantung.
Iskemia

seluler

jaringan

miokardial/

curah

mempengaruhi
potensial

resiko infark.
Kolaborasi:

Awasi pemeriksaan laboraturium,

mis. Hb dan jumlah SDM, GDA.

Berikan

SDM

darah

lengkap/

Mengidentifikasi
kebutuhan

defisiensi

pengobatan

dan
respon

terhadap terapi.
Meningkatkan jumlah sel pembawa

packed.

Produk

darah

sesuai

oksigen.memperbaiki

indikasi.

Awasi

ketat

untuk

untuk

komplikasi tranfusi.
Berikan oksigen tambahan sesuai

indikasi.
Siapkan

intervensi

pembedahan

defisiensi

menurunkan

risiko

perdarahan.
Memaksimalkan transport oksigen

ke jaringan.
Transplantasi susum tulang.

sesuai indikasi.

Diagnosa 5 : Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh yang tidak adekuat


Hasil yang diharapkan : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/ menurunkan risiko infeksi.
INTERVENSI
Mandiri:

RASIONALISASI

Tingkatkan cuci tangan yang baik

mencegah

oleh pemberi perawatan dan pasien.


Pertahankan teknik aseptic ketat

kolonisasi bacterial.
Menurunkan risiko

pada prosedur/ perawatan luka.


Pantau/ batasi pengunjung.

infeksi bakteri.
Membatasi pemajanan pada bakteri/

infeksi.
adanya proses inflamasi/ infeksi

Pantau suhu. Catat adanya menggigil

kontaminasi

silang/

kolonisasi/

membutuhkan evaluasi pengobatan.

dan takikardia dengan atau tanpa


demam.
Kolaborasi:

Ambil

specimen

untuk

kultur/

Berikan antiseptic topical; antibiotic


sistemik.

adanya

infeksi,

mengidentifikasi pathogen khusus

sensitivitas sesuai indikasi.

Membedakan
dan

mempengaruhi

pengobatan.
Mungkin
digunakan
propilaktik

untuk

pilihan
secara

menurunkan

kolonisasi atau untuk pengobatan


proses infeksi local.

Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit anemia b/d tidak mengenal
sumber informasi.
Hasil yang diharapkan : Ps mampu Menjelaskan kembali tentang proses penyakit, mengenal
kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas.
INTERVENSI
Mandiri:

RASIONALISASI

Berikan informasi tentang anemia

spesifik.

Memberikan

daras

pengetahuan

sehingga px atau keluarga dapat

Tinjau tujuan dan persiapkan untuk

membuat pilihan yang tepat.


Ansietas/
takut
tentang
ketidaktahuan meningkatkan tingkat

pemeriksaan diagnostic.

stress, meningkatkan beban jantung.


Pengetahuan

Jelaskan bahwa darah diambil untuk

tentang

apa

yang

diperkirakan menurunkan ansietas.


Ini sering merupakan kekuatiran
yang tidak diungkapkan yang dapat

pemeriksaan laboraturium tidak akan

memperkuat ansietas pasien.


Kelebihan dosis obat besi dapat

memperburuk anemia.
Diskusikan
pentingnya

meminum obat yang diresepkan.


Sarankan minum obat dengan

menjadi toksik.
Besi paling baik diabsorpsi pada

makanan atau segera setelah makan.


Pemberian obat dengan Z-track.
Gunakan jarum terpisah untuk

lambung kosong.
Mencegah ekstrakvasasi(kebocoran)

dengan nyeri yang menyertai.


Obat dapat mewarnai kulit.

mengambil obat dan injeksi.

hanya

2. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perebcanaan yang telah
disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan
diantaranya peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari
perawat ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter yang menentukan diaknosa
medis.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1). Pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2). Infeksi tidak terjadi.
3). Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4). Peningkatan perfusi jaringan.
5). Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.2002.Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah.Penerbit Buku
Kedokteran:Jakarta.
Http://www.google.co.id/images.hl=id&source=imghp&biw=1366&bih=521&q=anatomi.
Diposkan oleh kristian Aarisandy di 08:30

S-ar putea să vă placă și