Sunteți pe pagina 1din 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman babilonia dan
zaman mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada
kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh
dunia dan tidak terkecuali penduduk di indonesia. Angka kejadian penyakit ini
tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara berkembang, banyak
dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai
penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status
gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di amerika serikat 5-10% penduduknya
menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12%
penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan salah satu
dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih
dan pembesaran prostat benigna .
Di indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi
terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti
dari penyakit ini di indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari data dalam
negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita batu
ginjal yang mendapat tindakan di rsupn-cipto mangunkusumo dari tahun ke tahun
mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002,
peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu
ginjal non-invasif eswl (extracorporeal shock wave lithotripsy) yang secara total
mencakup 86% dari seluruh tindakan (eswl, pcnl, dan operasi terbuka).
Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang sering muncul
pada semua jenis batu dan oleh karena itu menjadi bagian penting perawatan
medis pada pasien dengan batu saluran kemih. Dengan perkembangan teknologi
kedokteran terdapat banyak pilihan tindakan yang tersedia untuk pasien, namun
pilihan ini dapat juga terbatas karena adanya variabilitas dalam ketersediaan
sarana di masing-masing rumah sakit maupun daerah.

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan


gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara
epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh
yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batu
ureter, batu buli-buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada umumnya
mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesiumamonium-fosfat (map), xanthyn, dan sistin, silikat dan senyawa lainnya. Semua
tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu staghorn, namun
pada 75% kasus, komposisinya terdiri dari matriks struvit-karbonat-apatit atau
disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi, atau
batu urease.

B. Tujuan dan manfaat penulisan


Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menguraikan hal-hal yang
berkenaan dengan batu saluran kemih serta penanggulangan dan pencegahannya.
Pembaca diharapkan dapat memahami dan mengetahui penatalaksanaan batu
saluran kemih, serta penanggulangan dan pencegahannya sehingga diharapkan
dapat melakukan usaha-usaha promosi, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif
terutama di bidang bedah.

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam ginjal, ureter, atau
kandung kemih yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat,
asam urat dan magnesium. Batu dapat menyebabkan obstruksi, infeksi atau oedema
pada saluran perkemihan, kira-kira 75% dari semua batu yang terbentuk terdiri atas;
kalsium
Faktor resiko batu ginjal meliputi;stasis perkemihan,infeksi saluran perkemihan,
hiperparatiroidismempenyakit infeksi usus, gout, intake kalsium dan vit d berlebih,
immobilitas lama dan dehidrasi.
B. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaankeadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
a. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing . Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah ph urine
menjadi alkali.
b. Stasis dan obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing.
c. Jenis kelamin
Pria lebih banyak daripada wanita
d. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada
daerah lain, daerah bantu di afrika selatan hampir tidak dijumpai penyakit
batu saluran kemih.
e. Keturunan

Di duga diturunkan dari orang tuanya..


f. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan
kadar semua substansi dalam urine meningkat
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas
bsk berkurang .penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita bsk ( buli-buli dan urethra ).
C. Patofisiologi
batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah
retensi urine atau keluhan miksi yang lain, sedangkan saluran kemih bagian atas
dapat menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis. Batu yang dibiarkan
disaluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis
dan akhirnya terjadi kerusakan ginjal yang permanen (gagal ginjal).
D. Manifestasi klinis
tanda dan gejala klinis penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh
letaknya, besarnya dan morfologi dari batu. Walaupun demikian, penyakit ini
mempunyai tanda umum, yaitu hematuria, baik hematuria nyata ataupun
mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih, dapat juga
ditemukan kelainan endapan urin, bahkan mungkin demam atau tanda sistemik
lain. Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena

distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu
saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Keluhan
yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu,
dan penyulit yang telah terjadi.
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang.
Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik
terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.
Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran
kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic
junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang
(flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter
distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin
didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit
akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika
disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.
E. Pemeriksaan diagnostik.
1. Urinalisa
warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan
sdm, sdp, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam
:kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukan isk, bun/kreatinin serum dan urine;
abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap
hb,ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon parathyroid

mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( pth. Merangsang reabsobsi


kalsiumm dari tulang, meningkatkan sirkulasi s\erum dan kalsium urine.
4. Foto rntgen
menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang urewter.
5. Ivp
memberukan konfirmasi

cepat

urolithiasis

seperti

penyebab

nyeri,abdominal atau panggul.menunjukan abnormalitas pada struktur


anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan
batu atau efek obstruksi.
7. Usg ginjal
untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
F. Penatalaksanaan
1. Menghilangkan obstruksi
2. Mengobati infeksi
3. Menghilangkan rasa nyeri.
4. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi.
G. Komplikasi:
1. infeksi
2. obstruksi
3. hidronephrosis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian
pengkajian data dasar pada pasien dengan batu saluran kencing
1. Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien
terpapar suhu tinnggi,keterbatasan aktivitas ,misalnya karena penyakit yang

kronis atau adanya cedera pada medulla spinalis.


2. Sirkulasi
Kaji

terjadinya

peningkatan

tekanan

darah/nadi,

yang

disebabkan

;nyeri,ansietas atau gagal ginjal.daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit)


merah atau pucat.
3. Eliminasi
Kaji adanya riwayat isk kronis.obstruksi sebelumnya(kalkulus)
Penurunan haluaran urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat bak.
Keinginan /dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau
perubahan pola berkemih.
4. Makanan / cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup
minum, terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus.
5. Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar ke
punggung, abdomen, dan turun ke lipat pahagenetalia, nyeri dangkal konstan
menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas
adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan
pada area ginjal pada palpasi .
6. Keamanan
Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau menggigil.
7. Riwayat penyakit :
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, isk kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin D.

B. Diaknosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah ;


1) nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uroteral,trauma
jaringan, pembentukan oedema, iskemia seluler.
2) perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau ureteral, inflamsi atau obstruksi mekanik.
3) resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d mual muntal, diuresis
paska obstruksi.
4) kurang pengetahuan tentang diet, kebutuhan pengobatan b/d tidak
mengenal sumber informasi.

C. Rencana asuhan keperawatan


No.

1.

Diagnosa

Tujuan-kriteria

keperawatan

yang diharapkan

Intervensi

Rasionala

Nyeri akut b/d Nyeri hilang dengan Catat lokasi,lamanya Evaluasi


peningkatan

spasme terkontrol.

frekuensi

intensitas,penyebara
n,perhatikan

/dorongan

Kriteria ;

kontraksi

Pasien

obstruksi dan kemajuan

tanda- gerakan kalkulus

tanda

non

tampak verbal,misalnya

ureteral,trauma

rileks.

merintih,mengaduh

jaringan,pemben -

Pasien

mampu dan gelisahansietas.

tukan

tidur/istirahat

Jelaskan

dengan tenang

nyeri dan perubahan meningkatkan

edema,

iskemia seluler.
-

Tidak

tempat

penyebab Membantu

gelisah, karakteristik nyeri.

tidak merintih

kemampuan

dalam
koping

pasien serta menurunkan


ansietas
Berikan

tindakan Meningkatkan

nyaman,misalnya

relaksasi,menurunkan

pijatan

tegangan otot,

punggung,ciptakan
lingkungan

yang

tenang.
Bantu atau dorong Mengarahkan
penggunaan

nafas perhatiandan membantu

berfokus

dalam relaksasi otot.

Bantu

dengan Meningkatkan lewatnya

ambulasi sering s/d batu,mencegah


indikasi

kembali

stasis

tingkatkan urine,mencegah

pemasukan

cairan pembentukan

sedikitnya

3-4 selanjutnya.

lt/hariatau

s/d

batu

indikasi.
Perhatikan

keluhan Obstruksi lengkap ureter

peningkatan/meneta

dpt.menyebabkan

pnya nyeri abdomen.

ferforasi,dan ekstravasasi

Berikan

kompres urine

hangat

ke

dalam

area

pada perirenal.

punggung
.
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai
dengan indikasi

Dipakai selama episode

akut, untuk menurunkan

Narkotik

kolik ureter dan relaksasi


Antispasmodik

otot.
.menurunkan

refleks

spasme shg. Mengurangi


-

Kortikosteroid

nyeri dan kolik.


Menurunkan

edema

jaringan ,shg. Membantu


Pertahankan patensi gerakan batu.
kateter

bila Mencegah

digunakan.

stasis

urine,menurunkan resiko
peningkatan

tekanan

ginjal dan infeksi.


2.

Perubahan
eliminasi
b/d

Perubahan eliminasi Awasi


urine urine tidak terjadi

stimulasi

kandung kemih Kriteria :


Haematuria tidak

ginjal,

ada.

atau

ureter, obstruksi -

Piuria

mekanik

terjadi

atau
-

Rasa

fungsi

ginjal

dan

pengeluaran dgn.memerhatikan tanda-

serta

karakteristik tanda

urine

oleh batu, iritasi -

inflamsi.

.
pemasukan Evaluasi

komplikasimisalnya
infeksi,atau perdarahan.

Tentukan

pola Kalkulus

tidak berkemih normal.

dpt.menyebabkan
eksitabiliats

terbakar

saraf,yg.menyebabkan

tidak ada.

kebutuhan

Dorongan ingin Dorong

berkemih .segera.

berkemih

Membilas

berkurang.

terus meningkatkan
pemasukan cairan

sensasi

bakteri,darah.dan
debris,membantu

Catat
pengeluaran

adanya lewatnya batu.


dalam Identifikasi tipe batudan

urinek/p kirim ke lab alternatif terapi


untuk dianalisa.
Observasi

keluhan Retensi

kandung

urine,menyebabkan

kemih,palpasi

dan distensi

perhatikan

jaringan.,potensial resiko

output,dan edema.

infeksi dan ggk.

Obserevasi

Ketidakseimbangan

perubahan

status elektrolit

dpt.menjadi

mental.,prilaku atau toksik pada ssp.


tingkat kesadaran.
Kolaborasi ;

Peninggian bun,indikasi

Monitoring

disfungsi ginjal.

pem.lab,bun.kreatini
n
Ambil urine untuk Evaluasi adanya isk.atau
kultur

dan penyebab komplikasi.

sensitivitas
Berikan obat sesuai
dgn program;
-

Diamox,

Meningkatkan

alupurinol

menurunkan

ph.urine

pembentukan batu asam.


-

Esidrix, higroton

Mencegah stasis urine

Amonium

Menurunkan

klorida,kalium,,a

pembentukan batu fosfat

tau
natrium,fosfat,.
-

Agen

antigon, Menurunkan

produksi

(ziloprim)

asam urat

Antibiotik

Adanya isk potensuial

pembentukan batu.
-

Nabic

Mencegah pembentukan
beberapa kalkuli.

Asam askorbat

Mencegah

berulangnya

pembentukan
-

Pertahankan

alkalin.

patensi kateter.

Mencegah

batu
retensi,dan

komplikasi.
Irigasi dgn. Asam Mengubah
atau larutan alkalin.
3.

Resiko

cairan adekuat

karakteristik,

volume

cairan

frekuensi.

b/d

mual, Kriteria :

Tingkatkan

dan kejadian abdominal lain.

muntah, diuresis -

Intake dan output pemasukan cairan

pasca obstruksi.

seimbang
-

mencegah pembentukan

batu.
Catat insiden muntah Mengesampingkan

tinggi Keseimbangan

kekurangan

ph.urine

3-4 lt / hari dalam Mempertahankan

Tanda vital stabil toleransi jantung.

keseimbangan cairan dan

(td

homeostasis.

120/80

mmhg. Nadi 60- Awasi tanda vital,


100,
-

rr16-20, evaluasi nadi, turgor

suhu 36.5-37c)

kulit dan membran Penurunan

-membran

mukosa.

lfg.merangasang

mukosa lembab
-

Turgor
baik.

produksi

renin,

yg.

kulit Timbang berat badan Bekerja meningktakan td.


tiap hari

Peningkatan

bb.yang

Kolaborasi:

cepat,waspada retensi

Awasi

Mengkaji

hb,ht,elektrolit,

kebutuhan intervensdi.

hidrasi,

Berikan cairan iv
Mempertahankan volume
Berikan

diet sirkulasi

tepat,cairan

Mempertahnakan

jernih,makanan

keseimbangan nutruisi.

lembut s/d toleransi


Berikan

obat

s/d

indikasi antiemetik, Menurunkan


(misal compazin )
4.

Kurang

Pasien

pengetahuan

memahami

tentang diet, dan diet,dan


kebutuhan

mual

muntah

dapat Kaji ulang proswes Memberikan


tentang penyakit

dan pengetahuan

program harapan masa datang

pengobatan

dasar,membuat

pilihan

berdasarkan informasi

pengobatan

Kaji ulang program Pemahaman


Kriteria :

diet, sesuai dengan diet,memberikan

indikasi

Berpartisipasi
dalam

kesempatan

program

memilih

untuk
sesuai

dgn.

pengobatan

Informasi,mencegah

Menjalankan diet Diskusikan tentang:

kekambuhan.

Pemberian

diet Menurunkan pemasukan

rtendah

purin, oral thd.prekursor asam

(membatasi

daging urat

berlemak,kalkun,tum
buhan
polong,gandum,alko
hol)
Pemberian

diet

rendah

ca. Menurunkan

(membatasi

resikopembentukan batu

susu,keju,sayur

kalsium.

hijau,yogurt.)
Pemberian
rendah

diet
oksalat Menurunkan

membatasi konsumsi pembentukan


coklat,minuman

batu

oksalat.

kafein,bit,bayam.
Diskusikan program
obat-obatan ,hindfari Obat
obat

yang

bebas
labelnya.

dan

yang

dijual untuk

mengasamkan

baca urin,atau
mengalkalikan,menghind

Tunjukan perawatan ari


yang

diberikan

tepat kontraindikasi.

produk

thd.insisi/kateter bila
ada.

D. Implementasi
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi
yang membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi
keperawatan dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan
psikomotor (teknis).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal, pada
prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tandatanda vital, mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik
relaksasi untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan
darah lengkap sesuai program serta melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang
dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam
catatan keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan, respon
klien dan nama lengkap perawat yang melakukan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan
apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan
untuk

meningkatkan

kualitas

keperawatan,

perawat

harus

mengevaluasi

keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari ungkapan secara


subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan.
Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria
hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam
batas normal dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal meningkat.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolithiasis merupakan
penyakit yang salah satu tanda gejalanya adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih.
Factor-faktor

yang

mempengaruhi

pembentukan

batu:

Idiopatik,gangguan

saluran,kemih,gangguan metabolism,Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya


membuat urease (Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asin, multifaktor, jaringan mati (nekrosis
papil). Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.

DAFTARPUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC,
Jakarta
Doengoes,Merilynn, E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga, penerbit buku
kedokteran.
Junaidi,

EGC.1999.

Purnawan,

dkk

Scholtmeijer.R.J.
Schrock,

kapita
1987.

Theodore

R.

selecta

kedokteran,
Urologi.

Ilmu

edisi

kedua,

EGC.
Bedah,

EGC.

FKUI.1982.
Jakarta.
Jakarta.

Soeparman & Waspadji, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 3, FKUI, Jakarta.

S-ar putea să vă placă și