Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
SOSIALISASI
A. LATAR BELAKANG
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang
lain (Gail W. Stuart, 2007). Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu yang
menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
(Rowlins, 1993). Dimana individu yang mempunyai mekanisme koping adaptif,
maka peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan. Sedangkan individu yang
mempunyai mekanisme koping maladaptif (skizofrenia), bila tidak segera
mendapatkan terapi atau penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah
yang lebih banyak dan lebih buruk. (Keliat dan Akemat, 2005) menjelaskan bahwa
untuk peningkatan sosialisasi pada klien skizofrenia bisa dilakukan dengan
pemberian Terapi Aktifitas Kelompok sosialisasi. Namun kenyatannya pada saat ini
di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pengaruh TAK sosialisasi masih diragukan, hal
ini disebabkan karena jumlah klien dengan riwayat menarik diri masih relatif banyak
meskipun TAK sosialisasi sudah dilakukan.
Hampir di seluruh dunia terdapat sekitar 450 juta (11%) orang yang mengalami
skizofrenia (ringan sampai berat) (WHO, 2006). Hasil survey Kesehatan Mental
Rumah Tangga di Indonesia menyatakan bahwa 185 orang per 1000 penduduk di
Indonesia mengalami skizofrenia (ringan sampai berat). Berdasarkan survey di rumah
sakit jiwa, masalah keperawatan yang paling banyak ditemukan adalah menarik diri
(17,91 %), halusinasi (26,37 %), perilaku kekerasan (17,41 %), dan harga diri rendah
(16,92 %) (Pikiran Rakyat Bandung, 2007).
Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancngan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.Fokus
terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awareness),peningakatan hubunan
interpersonal,membuat perubahan atau ketiganya.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi, klien dibantu untuk melakukan sosialisasi
dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dilakukan secara bertahap, dari
interpersonal ( satu dan satu ), kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan
sosialisasi dalam kelompok.
B. LANDASAN TEORI
Terapi Aktivitas
Kelompok
(TAK):
Sosialisasi
(TAKS)
adalah
upaya
b. Waktu
:
c. Alokasi Waktu
:
d. Tempat
:
e. Jumlah klien
:
2. Tim Terapi
a. Leader :
Uraian tugas :
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
b. Co-Leader :
Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantika leader jika terhalang tugas
c. Observer :
Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
I.
J. SETTING TEMPAT
K.
1.
PROSES PELAKSANAAN
SESI 1 : Kemampuan memperkenalkan diri
1) Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri
dengan
menyebutkan
nama
lengkap,
nama
panggilan, asal dan hobi.
2) Setting
a. Klien dan terapis/leader duduk bersama dalam lingkaran.
b. Ruangan nyaman dan tenang
3) Alat
a. Laptop
b. Musik
c. Bola pimpong
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
4) Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran/simulasi
5) Langkah kegiatan
a. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu isolasi sosial
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a) Memberi salam terapeutik : salam dari terapis
b) Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri
Menjelaskan aturan main/terapi :
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok harus minta izin
kepada terapis
diri
secara
verbal
dan
nonverbal
dengan