Sunteți pe pagina 1din 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

POSTED ON 26 MEI 2015


LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Jika sebuah sel hidup, yang memiliki konsentrasi solut yang signifikan, diletakkan
dalam cawan berisi air murni, tekanan osmotik akan menyebabkan air dari cawan
masuk ke dalam sel dan membuat sel itu membesar dan bisa saja pecah.
Sebaliknya, jika sel tersebut diletakkan dalam sebuah cawan yang berisi air
dengan konsentrasi solut yang lebih tinggi daripada sel, air akan keluar dari sel
menuju larutan dan menyebabkan sel tersebut mengerut dan mati. Jika sel
tersebut diletakan dalam sebuah cawan berisi larutan isotonik, maka tidak akan
ada perpindahan air.
Sudah sifat alamiah dari osmosis bahwa identitas solut tidak menjadi masalah.
Jadi, garam, gula, dan senyawa terlarut lain bisa mengatur tekanan osmotik.
Semuanya bisa digunakan untuk membuat larutan isotonik.
Tonisitas merupakan hal yang penting dalam ilmu biologi dan kedokteran karena
pengaruhnya pada sel-sel hidup. Sel hanya akan tumbuh dalam larutan isotonik,
dan setiap obat yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui cairan infus harus
disesuaikan agar secara efektif bersifat isotonik dengan darah manusia. Larutan
0,9% sodium klorida dianggap isotonik dengan darah meskipun pada
kenyataannya tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi.

I. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu.
jika sel memiliki jumlah yang sama persis zat terlarut dengan larutan sekitarnya
sehingga memiliki tekanan osmotik yang sama, ini disebut larutan isotonik.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yangtetap dalam merespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang terdiri sendiri jarang terjadi dalam
kelebihan dan kekurangan

(Tarwoto dan Martonah.2005:29)


II. Fisiologi
Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan intravena(IV)
dan di distribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler. Cairan interstitial adalah cairan yang terletak di antara
sel. Sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
intraokuler dan sekresi saluran cerna. Intravaskuler 5% berat badan, interstitial
15% berat badan dan transseluler 40% berat badan.
Cairan intravaskuler dan interstitrial bersama-sama disebut extrasel (ECF) . ECF
adalah cairan tubuh dengan laju tinggi dikeluarkan melalui urine kg/hari serta
keringat dan uap panas (700/m/hari).
(Tarwanto dan wartonah ,2003)
III. Pengatur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan
cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air,
pengatur konsentrasi garam dan darah, pengatur keseimbangan cairan asam
basa darah, dan pengatur ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan
bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaing cairan. Rata-rata setiap 1 liter
darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 %
disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrar glomerulus), kemudian mengalir
melalui tubuh renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan.
Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dalam proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriolakutan dengan cara
vasodilatasi dan vasokontriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui
pembuluh darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian


saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan dengan
melepaskan air yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan
kelenjar keringat dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, dan melalui
kondisi tubuh yang panas.
Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran, yaitu
dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara
konduksi dan konveksi. Cara konduksi adalah pengalihan panas ke benda benda
yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu mengalirkan udara yang telah
panas ke permukaan yang lebih dingin.
Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan
insensible water loss 400 ml/hari. Proses pengel

IV. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia


Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia secara psikologis
memiliki proporsi 90% dari total berat badan. Sisanya merupakan zat padat dari
tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan dalam tubuh berbeda berdasarkan
usia
~ bayi baru lahir: 75%
~ Dewasa:
1. Pria 60%
Wanita 55%
Usia lanjut 45%
Dari total berat badan
Bergantung lemak dalam tubuh
Jika lemak sedikit maka cairan tubuh pun lebih besar.
Jenis kelamin
Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia
dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam
kondisi normal intake cairan sama dengan kehilangan cairan dalam tubuh yang
terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh. Maka tubuh
akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi .
penguapan kulit, ginjal, ekskresi pada metabolisme.

Intake cairan adalah selama aktivitas dan temperatur sedang seorang dewasa
minum kira-kira 1500ml/hari sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira
2500ml/hari sehingga kekurangan 1000ml perhari diperoleh dari makanan dan
oksidasi selama proses metabolisme.
Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang di perlukan berdasarkan umur dan
berat badan.
USIA KEBUTUHAN AIR
Jumlah Air Dalam 24 Jam Ml/kg Berat Badan
3 Hari 250-300

80-100

1 Tahun

1150-1300 120-135

2 Tahun

1350-1500 115-125

4 Tahun

1600-1800 100-110

10 Tahun

2000-2500 70-80

14 Tahun

2200-2700 50-60

18 Tahun

2200-2700 40-50

Dewasa

2400-2600 20-30

V. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan


Tekanan Cairan
Proses difusi dan osmoosis melibatkan adanya tekanan cairan. Dalam proses
osmosis, tekanan osmosis merupakan kemampuan partikel pelarut untuk
menarik larutan melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan perbedaan
konsentrasi maka larutan yang konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak
dapat bergabung disebut koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan yang
sama dan dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut kristaloid. Sebagai
contoh ; koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma, sedangkan
larutan kristaloid adalah larutan garam. Secara normal, perpindaha cairan
menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini
sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya larutan yang
sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena
mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke intrasel. Larutan intravena yang
hipotonik, yaitu latutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibandingkan
dengan konsentrasi plasa darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotik plasma
akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial karena
konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibanding cairan interstisinal dan
molekul protein lebih besar, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit untuk
menembus membran semipermeabel.

Membran Semipermeabel
Merupakan penyaringan agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.
Membran ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat
diseluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)
VI. Jenis-Jenis Cairan dan Elektrolit
Jenis Cairan
Cairan zat gizi (Nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 setiap hari . cairan
nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen,
dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat
berkisar antara 200-1500 kalori per liter.
Blood volume expanders: jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume
darah sesudah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien
mengalami perdarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan
jumlah volume darah. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum
albumin dan dextran dengan

C. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN


KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Riwayat keperawatan
-

Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)

Tanda umum masalah elektrolit

Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane


mukosa kering, konsentrasi urine dan urine output.
Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB
meningkat.

Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status


cairan
-

Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial

2. Pengukuran klinik
Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan :
+/- 2 % : ringan
+/- 5 % : sedang
+/- 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah,
nadi dan pernapasan. Tingkat kesadaran.
Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan
parenteral termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung mengandung air,
irigasi kateter atau NGT.
Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan),
feses (jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase, IWL.
-

Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200 cc.

3. Pemeriksaan fisik
Integumentum : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani, dan sensasi rasa.
Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung
Mata : cekung, air mata kering
Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah ,
diare dan bising usus
4. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat
jeins urine dan analisis gas darah. Hct, Hb, BUN, CVP, Darah vena (sodium,
potassium, klorida, kalsium, magnesium, pospat, osmolalitas serum), Ph Urine.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
No

Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Defisit volume cairan b.d. kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan
mekanisme pengaturan.
NOC : keseimbangan cairan,
dengan kriteria hasil:
v Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
v Nadi perifer dapat teraba
v Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
v Tidak terdapat rasa haus yang abnormal
v Elektrolit serum dan hematokrit dbn
NIC : Manajemen cairan
- Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
- Pasang kateter urin, jika ada.
- Monitor status hidrasi (misalnya kelembaban membran mukosa, nadi, dan
tekanan darah ortostatik).
- Monitor hasil laboratorium yang berhubungan dengan retensi cairan
- Monitor TTV
- Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
- Berikan cairan
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
2
Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme
pengaturan.
NOC : Keseimbangan cairan, dengan kriteria hasil:
v Tekanan darah dalam batas normal
v Berat badan stabil

v Tidak terdapat asites


v Tidak terdapat distensi vena jugularis
v Tidak terdapat edema perifer
v Elektrolit serum dalam batas normal
NIC : Manajemen cairan
- Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
- Monitor hasil laboratorium yang berhubungan dengan kelebihan cairan
- Kaji lokasi dan luas edema
- Lakukan pemberian diuretik sesuai resep
- Monitor TTV
- Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
- Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na <
130 mEq/l
3
Risiko kekurangan volume cairan
NOC: Keseimbangan cairan, dengan kriteria hasil:
v Tekanan darah dalam batas normal
v Nadi perifer dapat teraba
v Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
v Tidak terdapat suara nafas tambahan
v Tidak terdapat rasa haus yang abnormal
v Hidrasi kulit adekuat
v Membran mukosa lembab
v Elektrolit serum dan hematokrit dalam batas normal
NIC : Manajemen cairan
- Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
- Pasang kateter urin, jika ada.
- Monitor status hidrasi (misalnya kelembaban membran mukosa, nadi, dan
tekanan darah ortostatik).

- Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan.


- Monitor indikasi terjadinya retensi cairan (bunyi nafas crackles, peningkatan
CVP, dan peningkatan osmolalitas urin)
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2005. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: teori dan
aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta
North American Nursing Diagnosis Association. 2005. Panduan Diagnosa
Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika
Tarwoto dan Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Manusi & Proses Keperawatan.
Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta
Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.

S-ar putea să vă placă și