Sunteți pe pagina 1din 37

ASKEP DIABETES MELITUS

OLEH
KELOMPOK II
1.

Kadek Ariasa

(11.322.2145)

2.

Made Dodiek

(11.322.2146)

3.

Made Juliartadana

(11.322.2147)

4.

I Putu Hariwan Sahisnu

(11.322.2148)

5.

I Putu Merta

(11.322.2149)

6.

Heri Yudha

(11.322.2150)

7.

Eriva

(11.322.2151)

8.

I. B Putra Ambara

(11.322.2152)

9.

Adi Kusuma Raharja

(11.322.2153)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang
dilepaskan oleh pankreas yang bertanggung jawab dalam
mempertahankan kadar gula darah yang normal insulin
memasukan gula ke dalam sel sehingga bisa menghabiskan energi
atau disimpan sebagai cadangan energi (Soegondo S,2005).
Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes mellitus
yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering
disebut penyakit gula. Hal ini mungkin disebabkan minimnya
informasi di masyarakat tentang diabetes terutama tentang gejalagejalanya. Sebagian besar kasus diabetes adalah diabetes tipe 2
yang disebabkan oleh faktor keturunan. Diabetes tipe 2 ini sering
terjadi pada orang yang mengalami obesitas akibat gaya hidup
yang dijalaninya (Soegondo S, 2005).
Hal itu dibuktikan dengan banyaknya jumlah penduduk di
Indonesia yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 (tidak
tergantung insulin) hingga mencapai kurang lebih 90% hingga 95%
pasien (Smeltzer dan Bare, 2001). Peneliti Departemen Kesehatan
menyatakan bahwa di Indonesia menempati urutan ke empat di
dunia setelah India, China, Amerika Serikat dan Indonesia
(Harjosubroto, 2007). Jumlah penderita diabetes mellitus terus
meningkat secara seknifikan, karena dipicu oleh faktor-faktor
seperti gaya hidup dan kurang gizi.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mempelajari asuhan
keperawatan Diabetes Mellitus tipe 2.

2. Tujuan khusus
Setelah mempelajari teori dan konsep Asuhan keperawatan
Diabetes Mellitus tipe 2,mahasiswa mampu mengaplikasikanya
di dalam kasus pemicu tentang:
a. Perlengkapan data pada pengkajian.
b. Penyusunan diagnosa keperawatan
penyakit anak usia sekolah

keluarga

c. Penentuan prioritas diagnosa keperawatan


d. Penyusunan rencana,intervensi keperawatan

dengan

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Noer, 2003). Diabetes mellitus adalah penyakit
dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam
tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula
sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan
(FKUI, 2001). Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering
dijumpai sebagai akibat dari defisiensi insulin atau penurunan
efektivitas insulin (Brooker, 2001).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

B. Klasifikasi
Jenis diabetes
1. Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)
Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di
negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya
biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada
masa akil balig. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa.
2. Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)
DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih
dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40 dengan catatan
pada dekade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4
kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain

Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik


fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi,
sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang
berkaitan dengan DM.
4. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul
selama kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena
dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan
benar.

C. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peran yang sangat
penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin
adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta di Pankreas.
1. Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang disebut
pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta
mngeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa
darah. Selain sel beta ada juga srl alfa yang memproduksi
glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu
meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang
mngeluarkan somastostatin.
2. Kerja Insulin
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu
masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel,
glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga.
3. Patofisiologi DM Tipe 1
Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh
karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan
karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini

menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang


disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta)
dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan
hancurnya sel beta.
4. Patofisiologi DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih
banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan
sel kurang. Reseptor inulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci
pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang
kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin)
banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan
kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah akan
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada
DM Tipe 1. Perbedaanya adalah DM Tipe 2 disamping kadar
glukosa tinggi,juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini
disebut resistensi insulin.
Faktor-faktor yang
resistensi insulin:

banyak

berperan

sebagai

penyebab

1. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)


2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3. Kurang gerak badan
4. Faktor keturunan (herediter)

D. Etiologi
1.

Diabetes tipe I:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik
ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Factor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

E. Gambaran Klinik
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang
sukar sembuh dengan pengobatan lazim (Ikram, 1996).

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang


sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang
ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai
gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus
pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak
bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi
polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa
terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba,

apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang


tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan
dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan
ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa
lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada
DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit
kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan
gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan
metabolisme serebral tampak lebih jelas.
Type
Umur (th)
Keadaan
klinik
diagnosis
Kadar insulin
Berat badan

DM tipe I
DM Juvenil
saat Berat

Pengobatan

DM tipe II
DM dewasa
Ringan

Tak ada insulin


Insulin cukup/tinggi
Biasanya
Biasanya kurus
gemuk/normal
Insulin,
diet, Diet, olahraga, tablet,
olahraga
insulin

F. Pemeriksaan penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
Table kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring.
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena
Darah kapiler

Bukan DM

blm pastin DM

DM

< 100
<80

100-200
80-200

>200
>200

<110
<90

110-120
90-110

>126
>110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya


2 kali pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post
prandial (pp) > 200 mg/dl
Cara pemeriksaan TTGO :
a. Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa
b. Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak
c. Puasa semalam, selama 10-12 jam
d. Glukosa darah puasa diperiksa
e. Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan
diminum selama / dalam waktu 5 menit
f. Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah
beban glukosa
g. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak

3. Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes
diagnostic, tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi
komplikasi.
4. Tes saring
Tes tes saring pada DM adalah :
a. GDP, GDS
b. Tes glukosa urin

Tes konvensional (metode reduksi/benedict)

Tes carik celup

5. Tes Diagnostik
Tes tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP,
Glukosa jam ke-2 TTGO
6. Tes monitoring terapi
Tes tes monitoring terapi DM adalah :
-

GDP : plasma darah, darah kapiler

GD2 PP : plasma vena

A1c : darah vena, darah kapiler

7. Tes untuk mendeteksi komplikasi


Tes tes untuk medeteksi komplikasi adalah :
-

Mikroalbuminuria : urin

Ureum, kreatinin, asam urat

Koleterol total : plasma vena (puasa)

Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)

Trigliserida : plasma vena (puasa)

G. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut
dan komplikasi kronik (Carpenito, 2000).
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus
yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar
glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut
adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)

Merupakan komplikasi metabolik yang paling serius pada


DM tipe 1. Hal ini bisa juga terjadi pada DM tipe 2. Hal ini
terjadi karena kadar insulin sangat menurun, dan pasien
akan mengalami hal berikut:

Hiperglikemia

Hiperketonemia

Asidosis metabolic

Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis,


peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak
bebas disertai pembentukan benda keton (asetoasetat,
hidroksibutirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam
plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton
meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat
mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi
dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi
dan mengalami syok.
Akhirnya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak,
pasien akan mengalami koma dan meninggal. Koma dan
kematian akibat DKA saat ini jarang terjadi, karena pasien
maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya
komplikasi ini dan pengobatan DKA dapat dilakukan sedini
mungkin.3

Tanda dan Gejala Klinis dari Ketoasidosis Diabetik7

1. Dehidrasi

8. Poliuria

2. Hipotensi (postural atau supine)

9. Bingung

3. Ekstremitas Dingin/sianosis perifer

10. Kelelahan

4. Takikardi

11. Mual-muntah

5. Kusmaul breathing

12. Kaki kram

6. Nafas bau aseton


kabur

13.

Pandangan

7. Hipotermia

14. Koma (10%)

b. Koma Diabetik
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini
timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan
biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang
sering timbul adalah: Nafsu makan menurun (biasanya
dabetisi mempunyai nafsu makan yang besar). Minum
banyak, kencing banyak. Kemudian disusul rasa mual,
muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta
berbau aseton. Sering disertai panas badan karena biasanya
ada infeksi dan penderita koma diabetik harus segara
dibawa ke rumah sakit
c. Hypoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar,
gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita
koma hipoglikemik harus segera dibawa ke rumah sakit
karena perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse
glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik
(masih sadar), atau koma hipoglikemik, biasanya disebabkan
oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu
tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga
karena latihan fisik yang berlebihan. Hypoglikemia (Kadar
gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kalau kadar
glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin
atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit.
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik).
Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu (Long 1996) :
a. Mikrovaskuler
1) Ginjal

Salah satu akibat utama dari perubahanperubahan


mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan
fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat,
maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress
yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam
urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala
penglihatan sampai kebutaan. Keluhan penglihatan
kabur tidak selalui disebabkan retinopati (Sjaifoellah,
1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia
yang
berkepanjangan
yang
menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long,
1996 : !6).
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer,
sistem saraf otonom, Medsulla spinalis, atau sistem
saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan
perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi
myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat
menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 :
17)
b. Makrovaskuler (Long, 1996 : 17)
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes
melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang
menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko
penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
2) Pembuluh darah kaki

Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf saraf


sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya
trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah
celah kulit yang mengalami hipertropi, pada selsel
kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki
yang menebal, dan kalus, demikian juga pada
daerahdaerah yang terkena trauma.
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
a) Grade 0 : tidak ada luka
b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d) Grade III : terjadi abses
e) Grade IV : gangren pada kaki bagian distal
f) Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah
distal
3) Pembuluh darah otak
Pada
pembuluh
darah
otak
dapat
terjadi
penyumbatan sehingga suplai darah ke otak
menurun.
H. Penatalaksanaan
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu
perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik, dan
penyuluhan.
1. Perencanaan makan (meal planning)
Menurut
Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia
(PERKENI), telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan
adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa
karbohidrat (60-70%), protein (10-15%). Lemak (20-25%).
Apabila diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat
sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama

untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan


dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan
kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah
kandungan kolesterol <300 mg/ hari. Jumlah kandungan serat
25 g/ hari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam
dibatasai bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan
secukupnya.
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu
selama 0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIEPE ( continous,
rhytmical, interval, progressive, endurance training). Latihan
yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, renang,
bersepeda, dan mendayung.
3. Obat berkhasiat hipoglikemik
a. Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin
yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin,
meningkatkan sekresi insulin sebagai aklibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada
pasien yang beratnya sedikit lebih.
b. Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah
metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk (indeks
masa tubuh/ IMT > 30) sebagai obat tunggal.
c. Inhibitor glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca
prandial.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes
mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi :
1. Data Demografi
a. Nama Klien

b. Tempat Tanggal lahir

c. Umur
:
Umumnya
manusia
mengalami perubahan fisiologis yang secara drastic
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes
sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan
tersebut, terutama mereka yang berat badannya berlebih
karena tubuh tidak peka terhadap insulin, semakin
bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes (Setiono,
2005 :24).
d. Jenis Kelamin
: Wanita pada umumnya
cenderung mudah terserang Diabetes Mellitus bila
dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih
banyak mempunyai factor yang mendorong terjadinya DM
seperti obesitas saat kehamilan, strees, kelelahan, serta
makanan yang tidak terkontrol.
e. Alamat

f. Status Perkawinan

g. Agama

h. Suku

i. Pendidikan
:
Tingkat
pendidikan
mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan

yang rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik


dalam pengelolaan penderita Diabetes Mellitus dan
akibatnya serta pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan.
j. Pekerjaan
: Penghasilan yang tidak
seimbang mempengaruhi keluarga dalam melakukan
perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus. Salah satu penyebab
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan dan perawatan adalah tidak seimbangnya
sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnnya
keuangan (Effendy,1998).
k. Tanggal masuk RS

l. Tanggal Pengkajian

2. Pengkajian berdasarkan 11 Pola Kesehatan Fungsional Gordon


a. Pola Persepsi Kesehatan atau Penanganan Kesehatan
Data Subjektif

Data Objektif
Pengamatan Umum

1. a. Alasan masuk rumah sakit


b.Riwayat keluhan utama,
2. Faktor Pencetus:
( ) Genetik :............
( ) Non Genetik :.....
3. Lamanya Keluhan
4. Faktor

yang

memperberat

(Mis.Latihan yang tidak terkontrol,


ketidakseimbangan
makanan.)

intake

5. Upaya

yang

di

lakukan

untuk

mengatasinya:(Pengobatan,
pemberian hormon, diet)
6. Riwayat Medik
7. Persepsi klien tentang status
kesehatan dan kesejahteraan

b. Pola Nutrisi Metabolik

Data Subjektif
Data Subjektif
1. Intake Makanan dan Minuman /24 1. Diet yang di anjurkan
jam

2. Kemampuan menelan

2. Hilang nafsu makan

3. Intake

3. Ada Masalah yang berhubungan

makanan

,Cairan

intravena

dengan

4. Kuku,Mulut,bibir,gigi,gusi.

makan,menelan,pencernaan.

5. Nutrisi Parenteral total

4. Mual/Muntah

6. Suhu ,TB,BB,turgor Kulit,

5. Penggunaan alkohol

7. Edema

6. Makanan kesukaan

8. Kekakuan,distensi abdomen.

7. Peningkatan masukan glukosa

9. Hasil Lab : Nilai elektrolit

8. Penurunan berat badan lebih


dari

periode

hari/minggu
9. Haus

c. Pola Eliminasi

beebrapa

,albumin, serum, gula darah


sewaktu,
puasa,dll.

gula

darah

Data Subjektif
Kandung Kemih :

Data Subjektif

1. Frekuensi Buang Air Kecil (Poliuria,


nokturia,

bisa

menjadi

oliguria.

anuria jika terjadi hipovalemi berat)

Kandung Kemih
1. Jumlah

Urine,Warna

,dan

Bau

2. Karakteristik Urine (urine encer,


pucat, kuning, berkabut keruh, bau 2. Berat Jenis Urine
busuk bisa akibat infeksi)
3. Masalah

Berkemih

(nyeri,

rasa

terbakar, dll)
4. Infeksi

Saluran

Kemih

baru/berulang

3. Penggunaan Keteter,kondom
4. Distensi Kandung Kemih
5. Eskoriasis Kulit

Usus :
1. Frekuensi dan karakteristik feaces
2. Penggunaan laksatif atau pelunak
feaces
3. Masalah dengan konstipasi atau
diare

6. Intake dan output cairan


7. Hasil

Lab

Pemeriksaan

Urine (proteinuria, hematuria,


glukosaria, dll)

Usus :
1. Jumlah

Feces,warna

dan

konsistensi
2. Abdomen

lemas,

distensi

(adanya asites) dan nyeri


tekan.
3. Bising

Usus

menurun

lemah

dan

d. Pola Aktivitas/latihan

Data Subjektif
Bernafas :

Data Subjektif

1. Nafas pendek atau rasa nyeri pada


saat latihan / aktivitas
2. Kesulitan

bernafas

1. Frekuensi, kedalaman dan


atau

merasa

kekurangan oksigen
3. Riwayat

irama

pernafasan

(Tachipnea,

asma,bronchitis

atau

emfisema
4. Riwayat

Bernafas :

kussmaul,

ronchi, wheezing dan sesak


nafas)

Penyakit

paru

dalam

Keluarga

2. Bunyi

5. Kebiasaan merokok

nafas

Diameter

anteriorposterior ( A-P )

Sirkulasi :
1. Riwayat

penyakit

jantung

atau

3. Penggunaan

otot

bantu

irama

apical

pernafasan

hipertensi dalam keluarga


2. Infark miokard,riwayat stroke.
3. Kesemutan pada ekstremitas bawah

4. Batuk

4. Penggunaan Obat-obatan
Mobilitas :
1. Pola latihan yang biasa di lakukan Sirkulasi :
sehari-hari

1. Frekuensi,

2. Aktivitas di waktu luang


3. Keterbatasan
(Keluhan

aktifitas

lemah

sehari-hari

,letih

,sulit

bergerak /berjalan,Kram otot,dll)


4. Kecukupan energi untuk beraktifitas
5. Aktifitas sejak sakit

Tekanan Darah, nadi perifer,


suhu

ekstremitas

bawah,

tekanan vena sentral


2. Warna Kulit merah, kering
dan

luka

yang

sukar

sembuh,

dan

bola

mata

cekung.
3. Kehilangan rambut
4. Hasil

Lab

faktor

pembekuan,SGOT, LDH ,
CPK, dll.
Mobilitas :
1. ROM
2. Penurunan Kekuatan otot,
Postur tubuh, genggaman
tangan,

refleks,

masalah

berjalan, dll.
3. Kemampuan merawat diri
sendiri

(Kemampuan

melakukan Activity Daily :


mandi, makan ,BAB/BAK ,
tidur ,mobilitas , berpakaian)

e. Pola istirahat/Tidur

Data Subjektif
1. Kebiasaan lama Tidur
2. Istirahat untuk aktifitas sehari-hari

Data Subjektif
1. Waktu tidur

siang,sering

menguap
2. Penggunaan

sedative,dan

hipnotik
3. Keluhan mengantuk

3. Lingkaran gelap di bawah


mata,ptosis kelopak mata

4. Mengeluh letih dan lemah

4. Rentang perhatian
5. Takikardia dan takipnea pada

5. Waktu tidur rutin

keadaan
6. Mengalami gangguan tidur/istirahat
(sering terbangun malam hari ,tidak

istirahat

atau

dengan aktivitas.
6. Letargi/diorientasi atau koma

lelap tidur atau bahkan tidak dapat


tidur/istirahat)

f. Pola Kognitif/Perseptual

Data Subjektif
1. Ada
Masalah
perseptual

Sensori

penglihatan,

Data Subjektif
dan 1. Kemampuan

pendengaran,

sensasi,

penciuman

dan pengecapan.
nyeri

mendengar, mencium

dan

merasakan.
2. Aktifitas kejang

2. Tingkat Pendidikan Terakhir


3. Persepsi

melihat,

dan

3. Kemampuan

penanganan

nyeri

(Bahasa yang di ucapkan)


4. Kemampuan

4. Perubahan Memori

berbicara
mengambil

keputusan

5. Pemakaian alat bantu dengar atau 5. Tingkat kesadaran


lihat
6. Kehilangan
fungsinya

6. Pemeriksaan neurologist
bagian

tubuh

atau 7. Orientasi tempat waktu dan


orang

7. Merasa cemas, gelisah, bingung, 8. Abdomen


palpitasi

tegang

nyeri(sedang/berat)
9. Test kekakuan sendi

10. Wajah

meringis

palpitasi

,tampak

dengan
sangat

berhati-hati.

g. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri

Data Subjektif
Data Subjektif
1. Sikap dan perasaan tentang diri saat 1. Postur Tubuh ( mis. BB,TB,
sedang

mengalami

masalah

kesehatan ( sakit)

dll )
2. Kontak Mata

2. Dampak sakit terhadap diri (stress, 3. Ekspresi wajah


masalah finansial ,dll)
3. Keinginan

untuk

4. Ansietas , peka rangsang.

mengubah

diri

(mis. pola diet dan latihan)


4. Perasaan

tidak

berdaya

dengan

sakit yang di derita (bergantung


pada

orang

lain,

merasa

tidak

berguna , dll )
5. Perasaan yang di alami tentang
pengaruh obat dalam hidup.

h. Pola peran /Hubungan

Data Subjektif

Data Subjektif

1. Interaksi yang terjadi


1. Pengaruh sakit terhadap Pekerjaan
2. Keefektifan hubungan dengan orang

2. Tingkah laku yang pasif


3. Masalah finansial/keuangan

terdekat
3. Efek

perubahan

peran

terhadap

hubungan
4. Riwayat

Diabetes melitus dalam

keluarga atau

masalah kesehatan

lainnya yang berhubungan dengan


kelenjar pankreas.

i. Pola seksualitas/Reproduksi

Data Subjektif

Data Objektif

1. Dampak sakit terhadap seksualitas 1. Pemeriksaan payudara


(pada pria terjadi impoten pada
wanita adanya peradangan pada
daerah vagina )
2. Riwayat haid
3. Pruritus

2. Pemeriksaan Testis
3. Pemeriksaan genitalia
4. Pemeriksaan Lab : Biakan
(pada
seksual)

4. Riwayat penyakit hubungan seksual


( gonorhea ,sifilis,dll)

penyakit

menular

5. Perubahan

perhatian

terhadap

aktifitas seksual.

j. Pola Koping /Toleransi Stres

Data Subjektif
1. Stressor sebelumnya

Data Objektif

2. Metode Koping yang di gunakan


(orientasi ego ,dll
3. Sistem

pendukung

dalam

mengatasi stres
4. Efek penyakit terhadap stres
5. Nada Suara

k. Pola Nilai/kepercayaan

Data Subjektif
1. Agama,Spiritual
2. Kegiatan keagamaan dan budaya

1. Usaha

untuk

mencari

bantuan spiritual (kunjungan


3. Ada

yang

mengatasi

membantu
masalah

dalam

pendeta, ibadah dll)

kesehatan

(saudara,keluarga ,perawat)

2. Bukti melaksanakan nilai dan


kepercayaan (berdoa di tiap
kesempatan)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik, kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah,
masukan dibatasi, kacau mental.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral :
anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula
darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,
peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi /
tidak mengenal sumber informasi.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

diuresis osmotik.

Kehilangan gastrik berlebihan : diare,muntah

Masukan di batasi : mual.kacau mental

Yang di tandai/di buktikan dengan :

Peningkatan haluaran urine, urine encer

Kelemahan ,haus, penurunan berat badan

Kulit/membran mukosa kering, turgor kulit buruk

Hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam


diharapkan Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal,
turgor kulit normal.
Kriteria Hasil : pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan
cairan, dengan kriteria ; pengeluaran urine yang adekuat (batas
normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit
baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.
N
o
1

Intervensi
Pantau tanda-tanda vital, catat
adanya perubahan tekanan darah
ortestastik.
Kaji pola napas dan bau napas.

Rasional

Hipovolemia
dapat
dimanifestasikan
oleh
hipotensi dan takikardia.
Paru-paru
mengeluarkan
asam
karbonat
melalui
pernapasan
yang
menghasilkan
kompensasi
alkosis respiratoris terhadap
keadaan ketoasidosis.
Kaji suhu, warna dan kelembaban Demam,
menggigil,
dan
kulit.
diaferesis merupakan hal
umum terjadi pada proses
infeksi. Demam dengan kulit
yang kemerahan, kering,
mungkin
gambaran
dari
dehidrasi.
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Merupakan indikator dari
turgor kulit dan membran mukosa.
tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat.
Pantau intake dan output. Catat memeberikan
perkiraan
berat jenis urine.
kebutuhan
akan
cairan
pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang
diberikan.
Ukur berat badan setiap hari.
memberikan hasil pengkajian
yang terbaik dari status
cairan
yang
sedang
berlangsung dan selanjutnya
dalam memberikan cairan

pengganti.
Kolaborasi pemberian terapi cairan tipe dan jumlah dari cairan
sesuai indikasi
tergantung
pada
derajat
kekurangan
cairan
dan
respon
pasien
secara
individual.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakcukupan insulin ( penurunan ambilan dan


penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan
peningkatan metababolisme protein /lemak )

Penurunan
masukan
oral,anoreksia,mual,lambung
penuh,nyeri abdomen,perubahan kesadaran

Status
hipermetabolisme.pelepasan
hormon
stres
(epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan).proses
infeksius.

Kelemahan otot dan kehausan

Yang di tandai/dibuktikan oleh :

Masukan tidak adekuat,kurang nafsu makan,

Penurunan berat badan ,kelemahan, kelelahan ,tonus otot


buruk
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24jam
diharapkan berat badan dapat meningkat dengan nilai
laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Kriteria Hasil :

pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang


penyalahgunaan zat, penurunan jumlah intake (diet pada
status nutrisi).

mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk


meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi / Implementasi :
No Intervensi
1
Timbang berat badan setiap hari sesuai
indikasi
2
Tentukan program diet dan pola
makanan pasien dibandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan
pasien.
3
Auskultasi bising usus, catat adanya
nyeri
abdomen/perut
kembung,
mual,muntah,
pertahankan
puasa
sesuai indikasi.
4
Observasi tanda-tanda hipoglikemia,
seperti perubahan tingkat kesadaran,
dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar
dan pusing.
5
Kolaborasi dalam pemberian insulin,
pemeriksaan gula darah dan diet.

Rasional
Mengetahui pemasukan makan
yang adekuat.
Mengindentifikasi
penyimpangan dari kebutuhan.

mempengaruhi
intervensi.

pilihan

secara
potensial
dapat
mengancam kehidupan, yang
harus dikali dan ditangani
secara tepat.

3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan

Hyperglikemia ( kadar glukosa tinggi ),

penurunan fungsi leukosit, gangguan sirkulasi

Infeksi pernafasan yang ada sebelumnya,atau Isk ( infeksi


saluran kemih )

Gangguan intregritas kulit

Penyembuhan luka yang lama

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam


diharapkan Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :

mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi


untuk mengurangi potensial infeksi.

pertahankan lingkungan aseptik yang aman.

Intervensi / Implementasi
N
o
1

Intervensi

Rasional

Observasi tanda-tanda infeksi dan


peradangan
seperti
demam,
kemerahan, adanya pus pada luka,
sputum purulen, urin warna keruh dan
berkabut.

pasien masuk mungkin


dengan
infeksi
yang
biasanya telah mencetus
keadaan ketosidosis atau
dapat mengalami infeksi
nosokomial.
Tingkatkan
upaya
pencegahan mencegah
timbulnya
dengan melakukan cuci tangan yang infeksi nosokomial.
baik, setiap kontak pada semua
barang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasien nya sendiri.
Pertahankan teknik aseptik pada Kadar glukosa yang tinggi
prosedur invasif (seperti pemasangan dalam darah akan menjadi
infus, kateter folley, dsb).
media
terbaik
bagi
pertumbuhan kuman.
Pasang kateter / lakukan perawatan Mengurangi
risiko
perineal dengan baik.
terjadinya infeksi saluran
kemih.
Berikan perawatan kulit dengan sirkulasi
perifer
bisa
teratur
dan
sungguh-sungguh. terganggu
yang
Masase daerah tulang yang tertekan, menempatkan pasien pada
jaga kulit tetap kering, linen kering penigkatan risiko terjadinya
dantetap kencang (tidak berkerut).
kerusakan pada kulit /
iritasi dan infeksi
Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
penenganan awal dapat
membantu
mencegah
timbulnya sepsis.
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,
peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.

Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam


diharapkan Rasa lelah berkurang / Penurunan rasa lelah
Kriteria Hasil :

menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan


tenaga.

mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap


kelelahan.

Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi


dalam aktivitas.

Intervensi / Implementasi :
No Intervensi
1
Diskusikan dengan pasien kebutuhan
aktivitas. Buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi
aktivitas
yang
menimbulkan
kelelahan.
2
Berikan aktivitas alternatif denagn
periode istirahat yang cukup / tanpa
terganggu.
3
Pantau tanda-tanda vital sebelum
atau sesudah melakukan aktivitas.
4

Diskusikan cara menghemat kalori


selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya
Tingkatkan partisipasi pasien dalam
melakukan
aktivitas
sehari-hari
sesuai kemampuan / toleransi pasien

Rasional
pendidikan dapat memberikan
motivasi untuk meningkatkan
aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
mencegah
berlebihan.

kelelahan

yang

mengidentifikasi
tingkat
aktivitas
yang
ditoleransi
secara fisiologi.
dengan penghematan energi
pasien dapat melakukan lebih
banyak kegiatan.
meningkatkan
kepercayaan
diri / harga diri yang positif
sesuai tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi pasien.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan
berhubungan
dengan
salah
interpretasi
informasi/tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam


diharapkan pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi,
efek prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil :

melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan


alasan dari suatu tindakan.

memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut


serta dalam regimen perawatan.

Intervensi / Implementasi :
N
o
1

3
4

Intervensi

Rasional

Kaji tingkat pengetahuan klien dan megetahui


seberapa
jauh
keluarga tentang penyakitnya.
pengalaman dan pengetahuan
klien
dan
keluarga
tentang
penyakitnya.
Berikan penjelasan pada klien dengan mengetahui penyakit dan
tentang
penyakitnya
dan kondisinya sekarang, klien dan
kondisinya sekarang.
keluarganya akan merasa tenang
dan mengurangi rasa cemas.
Anjurkan klien dan keluarga untuk diet dan pola makan yang tepat
memperhatikan diet makanan nya. membantu proses penyembuhan.
Minta
klien
dan
keluarga mengetahui
seberapa
jauh
mengulangi
kembali
tentang pemahaman klien dan keluarga
materi yang telah diberikan
serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
D. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan
kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus
adalah :
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.

2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal


dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3. Infeksi tidak terjadi
4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang
prosedur dan proses pengobatan.

kondisi, efek

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbulpada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif.
2. Diabetes Melitus Tipe 1
a. Melalui proses imunologik
b. Idiopatik
3. Diabetes Melitus Tipe 2 (bervariasi mulai yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin).
4. Diabetes Melitus Tipe Lain: Defek genetik funsi sel-, Defek
genetik kerja insulin, Endokrinopati, Sindroma genetik lain, dll.

5. Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1), Obesitas (terutama


yang bersifat sentral), Pola makan yang salah, Diet tinggi
lemak dan rendah karbohidrat, Proses penuaan, Hipertensi
(TD 140/90 mm Hg) Dyslipidemia HDL kolesterol < 40 mg/dL
atau TG > 150 mg/dL, danStress.
6. Perbedaan antara DM tipe 1 dan DM tipe 2 adalah DM tipe 1
disebabkan karena kerusakan sel- sehingga tidak dapat
memproduksi insulin sedangkan Dm tipe 2 disebakan karena
resistensi insulin sehingga walaupun insulin banyak di dalam
peredaran darah namun tidak dapat berikatan dengan
reseptornya.
7. Manifestasi DM adalah gejala Khas: polidipsi, poliuria,
polifagia, penurunan berat badan sedangkan gejala tidak khas:
lemas, kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal,
penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, dll.
8. Komplikasi metabolik akut adalah ketoasidosi diabetik, HHNK,
dan hipoglikemia.
9. Komplikasi kronik jangka panjang adalah mikrovaskular:
retinopati,
nefropati,
neuropati
perifer,
sedangkan
makrovaskular: infak mikard, TIA, strok, dll.
10. Penatalaksanaan
nonfarmakologi
adalah:
edukasi,
perencanaan makan, latihan jasmani, pemantauan gula darah
sendiri.
11. Penatalaksanaan farmakologi adalah sulfonilurea, glinid,
biguanid, tiazolidindion, dan penghambat glukosasidase alfa.
12. Usaha pencegahan primer meliputi: penyuluhan mengenai
perlunya pengaturan gaya hidup sehat sedini mungkin.
13. Usaha pencegahan sekunder adalah mencegah penyulit lebih
lanjut.
14. Usaha pencegahan tersier dilalakukan untuk mencegah lebih
lanjut terjadinya kecacatan kalau penyulit sudah terjadi.

B. Saran dan Kritik


Dengan kerendahan, kelompok sadar bahwa dalam makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan
keritik yang bersifat membangun dari pembaca, penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah-makalah dimasa-masa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.


Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif,
ed. 2. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC :
Jakarta.
Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid.II Ed.3. FKUI :
Jakarta.
Haznam. 1991. Endokrinologi. Angkasa Offset : Bandung
NANDA. (2005). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 20052006. Philadelphia: NANDA International.

Noer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare.2002.Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y.
Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta :
EGC
Soegondo S, dkk. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu,
cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta

S-ar putea să vă placă și