Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
OLEH
KELOMPOK II
1.
Kadek Ariasa
(11.322.2145)
2.
Made Dodiek
(11.322.2146)
3.
Made Juliartadana
(11.322.2147)
4.
(11.322.2148)
5.
I Putu Merta
(11.322.2149)
6.
Heri Yudha
(11.322.2150)
7.
Eriva
(11.322.2151)
8.
I. B Putra Ambara
(11.322.2152)
9.
(11.322.2153)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang
dilepaskan oleh pankreas yang bertanggung jawab dalam
mempertahankan kadar gula darah yang normal insulin
memasukan gula ke dalam sel sehingga bisa menghabiskan energi
atau disimpan sebagai cadangan energi (Soegondo S,2005).
Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes mellitus
yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering
disebut penyakit gula. Hal ini mungkin disebabkan minimnya
informasi di masyarakat tentang diabetes terutama tentang gejalagejalanya. Sebagian besar kasus diabetes adalah diabetes tipe 2
yang disebabkan oleh faktor keturunan. Diabetes tipe 2 ini sering
terjadi pada orang yang mengalami obesitas akibat gaya hidup
yang dijalaninya (Soegondo S, 2005).
Hal itu dibuktikan dengan banyaknya jumlah penduduk di
Indonesia yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 (tidak
tergantung insulin) hingga mencapai kurang lebih 90% hingga 95%
pasien (Smeltzer dan Bare, 2001). Peneliti Departemen Kesehatan
menyatakan bahwa di Indonesia menempati urutan ke empat di
dunia setelah India, China, Amerika Serikat dan Indonesia
(Harjosubroto, 2007). Jumlah penderita diabetes mellitus terus
meningkat secara seknifikan, karena dipicu oleh faktor-faktor
seperti gaya hidup dan kurang gizi.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mempelajari asuhan
keperawatan Diabetes Mellitus tipe 2.
2. Tujuan khusus
Setelah mempelajari teori dan konsep Asuhan keperawatan
Diabetes Mellitus tipe 2,mahasiswa mampu mengaplikasikanya
di dalam kasus pemicu tentang:
a. Perlengkapan data pada pengkajian.
b. Penyusunan diagnosa keperawatan
penyakit anak usia sekolah
keluarga
dengan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Noer, 2003). Diabetes mellitus adalah penyakit
dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam
tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula
sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan
(FKUI, 2001). Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering
dijumpai sebagai akibat dari defisiensi insulin atau penurunan
efektivitas insulin (Brooker, 2001).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
B. Klasifikasi
Jenis diabetes
1. Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)
Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di
negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya
biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada
masa akil balig. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa.
2. Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)
DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih
dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40 dengan catatan
pada dekade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4
kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
C. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peran yang sangat
penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin
adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta di Pankreas.
1. Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang disebut
pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta
mngeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa
darah. Selain sel beta ada juga srl alfa yang memproduksi
glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu
meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang
mngeluarkan somastostatin.
2. Kerja Insulin
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu
masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel,
glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga.
3. Patofisiologi DM Tipe 1
Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh
karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan
karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini
banyak
berperan
sebagai
penyebab
D. Etiologi
1.
Diabetes tipe I:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik
ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Factor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
E. Gambaran Klinik
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang
sukar sembuh dengan pengobatan lazim (Ikram, 1996).
DM tipe I
DM Juvenil
saat Berat
Pengobatan
DM tipe II
DM dewasa
Ringan
F. Pemeriksaan penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
Table kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring.
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena
Darah kapiler
Bukan DM
blm pastin DM
DM
< 100
<80
100-200
80-200
>200
>200
<110
<90
110-120
90-110
>126
>110
3. Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes
diagnostic, tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi
komplikasi.
4. Tes saring
Tes tes saring pada DM adalah :
a. GDP, GDS
b. Tes glukosa urin
5. Tes Diagnostik
Tes tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP,
Glukosa jam ke-2 TTGO
6. Tes monitoring terapi
Tes tes monitoring terapi DM adalah :
-
Mikroalbuminuria : urin
G. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut
dan komplikasi kronik (Carpenito, 2000).
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus
yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar
glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut
adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Hiperglikemia
Hiperketonemia
Asidosis metabolic
1. Dehidrasi
8. Poliuria
9. Bingung
10. Kelelahan
4. Takikardi
11. Mual-muntah
5. Kusmaul breathing
13.
Pandangan
7. Hipotermia
b. Koma Diabetik
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini
timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan
biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang
sering timbul adalah: Nafsu makan menurun (biasanya
dabetisi mempunyai nafsu makan yang besar). Minum
banyak, kencing banyak. Kemudian disusul rasa mual,
muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta
berbau aseton. Sering disertai panas badan karena biasanya
ada infeksi dan penderita koma diabetik harus segara
dibawa ke rumah sakit
c. Hypoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar,
gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita
koma hipoglikemik harus segera dibawa ke rumah sakit
karena perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse
glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik
(masih sadar), atau koma hipoglikemik, biasanya disebabkan
oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu
tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga
karena latihan fisik yang berlebihan. Hypoglikemia (Kadar
gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kalau kadar
glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin
atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit.
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik).
Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu (Long 1996) :
a. Mikrovaskuler
1) Ginjal
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes
mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi :
1. Data Demografi
a. Nama Klien
c. Umur
:
Umumnya
manusia
mengalami perubahan fisiologis yang secara drastic
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes
sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan
tersebut, terutama mereka yang berat badannya berlebih
karena tubuh tidak peka terhadap insulin, semakin
bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes (Setiono,
2005 :24).
d. Jenis Kelamin
: Wanita pada umumnya
cenderung mudah terserang Diabetes Mellitus bila
dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih
banyak mempunyai factor yang mendorong terjadinya DM
seperti obesitas saat kehamilan, strees, kelelahan, serta
makanan yang tidak terkontrol.
e. Alamat
f. Status Perkawinan
g. Agama
h. Suku
i. Pendidikan
:
Tingkat
pendidikan
mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan
l. Tanggal Pengkajian
Data Objektif
Pengamatan Umum
yang
memperberat
intake
5. Upaya
yang
di
lakukan
untuk
mengatasinya:(Pengobatan,
pemberian hormon, diet)
6. Riwayat Medik
7. Persepsi klien tentang status
kesehatan dan kesejahteraan
Data Subjektif
Data Subjektif
1. Intake Makanan dan Minuman /24 1. Diet yang di anjurkan
jam
2. Kemampuan menelan
3. Intake
makanan
,Cairan
intravena
dengan
4. Kuku,Mulut,bibir,gigi,gusi.
makan,menelan,pencernaan.
4. Mual/Muntah
5. Penggunaan alkohol
7. Edema
6. Makanan kesukaan
8. Kekakuan,distensi abdomen.
periode
hari/minggu
9. Haus
c. Pola Eliminasi
beebrapa
gula
darah
Data Subjektif
Kandung Kemih :
Data Subjektif
bisa
menjadi
oliguria.
Kandung Kemih
1. Jumlah
Urine,Warna
,dan
Bau
Berkemih
(nyeri,
rasa
terbakar, dll)
4. Infeksi
Saluran
Kemih
baru/berulang
3. Penggunaan Keteter,kondom
4. Distensi Kandung Kemih
5. Eskoriasis Kulit
Usus :
1. Frekuensi dan karakteristik feaces
2. Penggunaan laksatif atau pelunak
feaces
3. Masalah dengan konstipasi atau
diare
Lab
Pemeriksaan
Usus :
1. Jumlah
Feces,warna
dan
konsistensi
2. Abdomen
lemas,
distensi
Usus
menurun
lemah
dan
d. Pola Aktivitas/latihan
Data Subjektif
Bernafas :
Data Subjektif
bernafas
merasa
kekurangan oksigen
3. Riwayat
irama
pernafasan
(Tachipnea,
asma,bronchitis
atau
emfisema
4. Riwayat
Bernafas :
kussmaul,
Penyakit
paru
dalam
Keluarga
2. Bunyi
5. Kebiasaan merokok
nafas
Diameter
anteriorposterior ( A-P )
Sirkulasi :
1. Riwayat
penyakit
jantung
atau
3. Penggunaan
otot
bantu
irama
apical
pernafasan
4. Batuk
4. Penggunaan Obat-obatan
Mobilitas :
1. Pola latihan yang biasa di lakukan Sirkulasi :
sehari-hari
1. Frekuensi,
aktifitas
lemah
sehari-hari
,letih
,sulit
ekstremitas
bawah,
luka
yang
sukar
sembuh,
dan
bola
mata
cekung.
3. Kehilangan rambut
4. Hasil
Lab
faktor
pembekuan,SGOT, LDH ,
CPK, dll.
Mobilitas :
1. ROM
2. Penurunan Kekuatan otot,
Postur tubuh, genggaman
tangan,
refleks,
masalah
berjalan, dll.
3. Kemampuan merawat diri
sendiri
(Kemampuan
e. Pola istirahat/Tidur
Data Subjektif
1. Kebiasaan lama Tidur
2. Istirahat untuk aktifitas sehari-hari
Data Subjektif
1. Waktu tidur
siang,sering
menguap
2. Penggunaan
sedative,dan
hipnotik
3. Keluhan mengantuk
4. Rentang perhatian
5. Takikardia dan takipnea pada
keadaan
6. Mengalami gangguan tidur/istirahat
(sering terbangun malam hari ,tidak
istirahat
atau
dengan aktivitas.
6. Letargi/diorientasi atau koma
f. Pola Kognitif/Perseptual
Data Subjektif
1. Ada
Masalah
perseptual
Sensori
penglihatan,
Data Subjektif
dan 1. Kemampuan
pendengaran,
sensasi,
penciuman
dan pengecapan.
nyeri
mendengar, mencium
dan
merasakan.
2. Aktifitas kejang
melihat,
dan
3. Kemampuan
penanganan
nyeri
4. Perubahan Memori
berbicara
mengambil
keputusan
6. Pemeriksaan neurologist
bagian
tubuh
tegang
nyeri(sedang/berat)
9. Test kekakuan sendi
10. Wajah
meringis
palpitasi
,tampak
dengan
sangat
berhati-hati.
Data Subjektif
Data Subjektif
1. Sikap dan perasaan tentang diri saat 1. Postur Tubuh ( mis. BB,TB,
sedang
mengalami
masalah
kesehatan ( sakit)
dll )
2. Kontak Mata
untuk
mengubah
diri
tidak
berdaya
dengan
orang
lain,
merasa
tidak
berguna , dll )
5. Perasaan yang di alami tentang
pengaruh obat dalam hidup.
Data Subjektif
Data Subjektif
terdekat
3. Efek
perubahan
peran
terhadap
hubungan
4. Riwayat
keluarga atau
masalah kesehatan
i. Pola seksualitas/Reproduksi
Data Subjektif
Data Objektif
2. Pemeriksaan Testis
3. Pemeriksaan genitalia
4. Pemeriksaan Lab : Biakan
(pada
seksual)
penyakit
menular
5. Perubahan
perhatian
terhadap
aktifitas seksual.
Data Subjektif
1. Stressor sebelumnya
Data Objektif
pendukung
dalam
mengatasi stres
4. Efek penyakit terhadap stres
5. Nada Suara
k. Pola Nilai/kepercayaan
Data Subjektif
1. Agama,Spiritual
2. Kegiatan keagamaan dan budaya
1. Usaha
untuk
mencari
yang
mengatasi
membantu
masalah
dalam
kesehatan
(saudara,keluarga ,perawat)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik, kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah,
masukan dibatasi, kacau mental.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral :
anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula
darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,
peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi /
tidak mengenal sumber informasi.
diuresis osmotik.
Intervensi
Pantau tanda-tanda vital, catat
adanya perubahan tekanan darah
ortestastik.
Kaji pola napas dan bau napas.
Rasional
Hipovolemia
dapat
dimanifestasikan
oleh
hipotensi dan takikardia.
Paru-paru
mengeluarkan
asam
karbonat
melalui
pernapasan
yang
menghasilkan
kompensasi
alkosis respiratoris terhadap
keadaan ketoasidosis.
Kaji suhu, warna dan kelembaban Demam,
menggigil,
dan
kulit.
diaferesis merupakan hal
umum terjadi pada proses
infeksi. Demam dengan kulit
yang kemerahan, kering,
mungkin
gambaran
dari
dehidrasi.
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Merupakan indikator dari
turgor kulit dan membran mukosa.
tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat.
Pantau intake dan output. Catat memeberikan
perkiraan
berat jenis urine.
kebutuhan
akan
cairan
pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang
diberikan.
Ukur berat badan setiap hari.
memberikan hasil pengkajian
yang terbaik dari status
cairan
yang
sedang
berlangsung dan selanjutnya
dalam memberikan cairan
pengganti.
Kolaborasi pemberian terapi cairan tipe dan jumlah dari cairan
sesuai indikasi
tergantung
pada
derajat
kekurangan
cairan
dan
respon
pasien
secara
individual.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penurunan
masukan
oral,anoreksia,mual,lambung
penuh,nyeri abdomen,perubahan kesadaran
Status
hipermetabolisme.pelepasan
hormon
stres
(epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan).proses
infeksius.
Intervensi / Implementasi :
No Intervensi
1
Timbang berat badan setiap hari sesuai
indikasi
2
Tentukan program diet dan pola
makanan pasien dibandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan
pasien.
3
Auskultasi bising usus, catat adanya
nyeri
abdomen/perut
kembung,
mual,muntah,
pertahankan
puasa
sesuai indikasi.
4
Observasi tanda-tanda hipoglikemia,
seperti perubahan tingkat kesadaran,
dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar
dan pusing.
5
Kolaborasi dalam pemberian insulin,
pemeriksaan gula darah dan diet.
Rasional
Mengetahui pemasukan makan
yang adekuat.
Mengindentifikasi
penyimpangan dari kebutuhan.
mempengaruhi
intervensi.
pilihan
secara
potensial
dapat
mengancam kehidupan, yang
harus dikali dan ditangani
secara tepat.
Intervensi / Implementasi
N
o
1
Intervensi
Rasional
Intervensi / Implementasi :
No Intervensi
1
Diskusikan dengan pasien kebutuhan
aktivitas. Buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi
aktivitas
yang
menimbulkan
kelelahan.
2
Berikan aktivitas alternatif denagn
periode istirahat yang cukup / tanpa
terganggu.
3
Pantau tanda-tanda vital sebelum
atau sesudah melakukan aktivitas.
4
Rasional
pendidikan dapat memberikan
motivasi untuk meningkatkan
aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
mencegah
berlebihan.
kelelahan
yang
mengidentifikasi
tingkat
aktivitas
yang
ditoleransi
secara fisiologi.
dengan penghematan energi
pasien dapat melakukan lebih
banyak kegiatan.
meningkatkan
kepercayaan
diri / harga diri yang positif
sesuai tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi pasien.
Intervensi / Implementasi :
N
o
1
3
4
Intervensi
Rasional
kondisi, efek
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbulpada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif.
2. Diabetes Melitus Tipe 1
a. Melalui proses imunologik
b. Idiopatik
3. Diabetes Melitus Tipe 2 (bervariasi mulai yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin).
4. Diabetes Melitus Tipe Lain: Defek genetik funsi sel-, Defek
genetik kerja insulin, Endokrinopati, Sindroma genetik lain, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Noer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare.2002.Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y.
Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta :
EGC
Soegondo S, dkk. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu,
cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta