Sunteți pe pagina 1din 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN HEMORRHOID

PENGERTIAN
Hemorrhoid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Literatur
lain menyebutkan bahwa hemorrhoid adalah varices vena eksternal dan / atau internal dari
kanal anus yang disebabkan oleh adanya tekanan pada vena-vena anorektal.
Hemorrhoid adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoridalis yang tidak merupakan
keadaan patologik
Apabila menyebabkan keluhan atau penyulit perlu diberikan tindakan
ETIOLOGI
1.
1. Kehamilan
2. Konstipasi (karena diit rendah serat atau rering menahan buang air besar)
3. Mengangkat benda berat
4. Berdiri atau duduk yang lama.

PATHOFISIOLOGI
Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus, karena vena-vena
ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban, namun bila distensi terjadi
terus menerus akan timbul gangguan.
Salah satu faktor predisposisi yang dapat menimbulkan distensi vena adalah peningkatan
tekanan intra abdominal. Kondisi ini menyebabkan peningkatan tekanan vena porta dan
tekanan vena sistemik, yang kemudian akan ditransmisi ke daerah anorektal. Elevasi tekanan
yang berulang-ulang akan mendorong vena terpisah dari otot disekitarnya sehingga vena
mengalami prolaps. Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya elevasi yang berulang
antara lain adalah obstipasi / konstipasi, kehamilan dan hipertensi portal. Hemorrhoid dapat
menjadi prolaps, berkembang menjadi trombus atau terjadi perdarahan.

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal.
Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik
Klasifikasi hemorrhoid:

A. Hemorrhoid interna
Tidak dapat dilihat melalui inspeksi perianal, terletak di atas spincter ani.
adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa
Merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan jaringan submukosa pada rektum sebelah
bawah
Terdapat pada 3 posisi primer yaitu kanan depan, kanan belakang dan kiri lateral

Derajat hemorrhoid interna


HEMOROID INTERNA
Derajat
Berdarah
Menonjol
I
+
II
+
+
III
+
+
IV
+
Tetap

Reposisi
Spontan
Manual
Tidak dapat

B. Hemorrhoid externa
Terletak di bawah spincter ani, sehingga dengan jelas dapat dilihat melalui inspeksi pada
anus.
Merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal
garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus
Hemorrhoid ekterna yang mengalami trombosis
Merupakan trombosis vena hemorhoidalis eksterna

Terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut akibat mengangkat barang berat, batuk,
bersin, mengedan atau partus
Ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri sekali, tegang,
berwarna kebiru biruan, berukuran beberapa milimeter sampai 1 2 cm. dapat unilobular
atau bebrapa benjolan. Ruptur dapat erjadi pada dinding vena
Pada awal sangat nyeri kemudian berkurang dalam waktu 2 3 hari. Ruptur spontan dapat
diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat terjadi tanpa terapi setelah 2 4 hari
Faktor predisposisi
Mengedan saat defekasi
Konstipasi menahun
Kehamilan
Obesitas
Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau diare, sering mengejan,
kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rectum.
TANDA DAN GEJALA
Perdarahan; merupakan tanda pertama hemorrhoid interna akibat trauma oleh feces yang
keras. Warna darah merah segar dan tak bercampur dengan feces, segaris atau menetes.
Akibat perdarahan yang berulang dapat menyebabkan anemia.
Penonjolan/prolaps akibat pembesaran hemorroid secara perlahan, pada awalnya terjadi
pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium lanjut
prolaps perlu didorong agar kembali masuk ke anus.
Pada tahap lanjut prolaps menetap dan tidak dapat didorong lagi
ciri ciri prolaps menetap:
keluar mukus dan terdapat feces pada bagian dalam
terdapat iritasi kulit perianal yg menimbulkan gatal atau pruritus anus, disebabkan oleh
karena kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus
Nyeri timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udema dan radang
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Colok dubur
Anuskopi/rectoscopy

Proktosigmoidoscopi, untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses


radang atau keganasan
Pemeriksaan feces terhadap adanya darah samar
DIAGNOSA BANDING
Karsinoma kolorektum
Divertikulum
Polip usus
Colitis ulcerative
PENATALAKSANAAN
Tujuannya untuk menghilangkan keluhan
Hemorhoid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai
nasehat tentang makan (sebaiknya makanan berserat tinggi)
Suppositoria dan salep anus untuk efek anestetik dan astrigen
Hemorrhoid interna yang mengalami prolaps dapat dimasukkan kembali secara perlahan
dan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan
Rendam duduk dengan cairan hangat dapat meringankan nyeri
Bila penyakit radang usus yang mendasari terapi medik harus diberikan
Skleroterapi : penyuntikan diberikan submukosa di dalam jaringan alveolar yang longgar
dengan tujuan menimbulkan peradangan sterilfibrotik & parut
Ligasi dengan gelang karet untuk hemorrhoid besar atau prolaps
Bedah beku/cryo surgery: hemorrhoid dibekukan dengan pendinginan suhu rendah
Hemorodektomi: untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan hemoroid derajat
III dan IV atau penderita dengan perdarahan berulang dan anemia atau hemorrhoid derajat IV
yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat
IV. PENGKAJIAN FOKUS
A. Subyektif
1.Batasan karakteristik
1)

Pola makan dan minum

a. Kebiasaan
b. Keadaan saat ini
2) Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan hemorrhoid berkembang cepat
3)

Riwayat penyakit hati

Pada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid lebih besar.


4) Gejala / keluhan yang berhubungan
a. Perasaaan nyeri dan panas pada daerah anus
b. Perdarahan dapat bersama feces atau perdarahan spontan (menetes)
c. Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan ini, faktor-faktor yang
menyebabkannya dan upaya yang dapat menguranginya serta upaya atau obat-obatan yang
sudah digunakan)
d. Gatal dan pengeluaran sekret melalui anus
B.Obyektif
1. Batasan karakteristik
1) Pemeriksaaan daerah anus
a. Tampak prolaps hemorrhoid, atau pada hemorrhoid eksterna dapat dilihat dengan jelas.
Rasakan konsistensinya, amati warna dan apakah ada tanda trombus juga amati apakah ada
lesi.
b. Pemeriksaan rabaan rektum (rectal toucher)
2) Amati tanda-tanda kemungkinan anemia :
3) Warna kulit
4) Warna konjungtiva
5) Waktu pengisian kembali kapiler
6)

Pemeriksaan Hb
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Konstipasi berhubungan dengan menahan bab akibat nyeri selama eliminasi

Berikan dan anjurkan minum kurang lebih 2 liter perhari


Berikan dan anjurkan makanan tinggi serat
Berikan laxative sesuai program dokter
Anjurkan pasien untuk segera BAB bila timbul keinginan untuk BAB
1. Nyeri anal berhubungan dengan trombus vena hemoroidalis
a. Tujuan: nyeri berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria
1)

Wajah pasien tampak tenang

2) Tanda-tanda vital normal


3)

Pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

4)

Pasien dapat istirahat tidur

b. Intervensi:
1)

Berikan posisi yang nyaman

2)

Berikan bantalan dibawah bokong saat duduk

3)

Berikan kompres dingin

4)

Observasi tanda-tanda vital

5) Ajarkan teknik untuk mengurangi rasa nyeri seperti membaca, menonton, menarik nafas
panjang, menggosok punggung, dan lain-lain.
6) Pada nyeri awal berikan kompres dingin pada daerah anus 3 4 jam dilanjutkan dengan
rendam duduk hangat 3 4 x/hari
7) Pertahankan rendam duduk (sit bath) dengan larutan hangat, dengan larutan PK 2 x/hari.
Sit bath 3 sampai 4 kali sehari
8)

Berikan diit tinggi serat dan hidrasi yang cukup

9)

Libatkan keluarga dalam memberikan rasa nyaman bagi pasien

10) Jelaskan pada pasien tentang rasa nyeri yang dialaminya dan tentang tindakan dilakukan
11) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik, pelunak feces
c. Evaluasi
Nyeri berkurang sampai dengan hilang sesuai kriteria yang diharapkan.

1. Resiko tinggi terjadi anemia berhubungan dengan perdarahan vena hemorrhoidalis


a. Tujuan : pasien akan terhindar dari anemia dengan kriteria:
1)

Konjungtiva merah muda

2)

Hb dalam batas normal

3)

Kapilary refill < 3 detik

b. Intervensi
1)

Monitor tingkat perdarahan pasien

2)

Observasi tanda-tanda vital

3)

Berikan diit tinggi kalori tinggi protein dan tinggi serat

4)

Ajarkan pasien teknik relaksasi pernafasan pada saat buang air besar

5)

Monitor tanda-tanda anemia: tampak lelah, tidak bersemangat, kulit pucat

6)

Bila anemia berat kolaborasi pemberian cairan dan transfusi

c. Evaluasi
Anemia tidak terjadi sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
1. Cemas berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan tentang tindakan operasi
a. Tujuan: cemas berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria :
1)

Pasien terlihat tenang

2)

Pasien dapat mengulang kembali informasi yang diberikan

b. Intervensi :
1)

Kaji tingkat kecemasan yang dialami pasien

2)

Beri waktu buat pasien untuk mengungkapkan secara verbal kecemasannya

3)

Jelaskan pada pasien tentang tujuan dari tindakan operasi yang dialami

4)

Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan

5)

Dampingi pasien untuk pasrah dan berdoa kepada Tuhan

c. Evaluasi :

Kecemasan pasien berkurang sampai dengan hilang sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
1. Retensi urine berhubungan dengan reflek spasme post operasi dan keakutan akan
nyeri
Berikan metode agar pasien mau BAK seperti berikan banyak minum, mendengarkan air
mengalir, mengalirkan air pada meatus urinarius
Monitor urine output
1. Resiko ketidakefektifan managemen regimen terapeutik
Monitor terhadap indikator sistemik dari perdarahan berlebih seperti tachycardia,
hypotensi, kelelahan, rasa haus, atau adanya darah pada kassa
Berikan tekanan pada area jika terjadi perdarahan dan laporkan segera pada dokter
Hindarkan pemberian kompres lembab hangat
(Keterangan: beberapa gambar diambil dari internet)
Asuhan Keperawatan Hemoroid

A.

Konsep Dasar Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan yaitu tuba muskular panjang
yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi,
lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu dan pankreas. Saluran pencernaan
yang terletak dibawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal (Sloane,
2004 ; 281)
Saluran pencernaan merupakan jalur (panjang totalnya 23-26 kaki) yang berjalan
dari mulut melalui esofagus, lambung, usus dan anus.
(Smeltzer, 2002 ; 984)

Fungsi utama dari saluran gastrointestinal yang berhubungan dengan


memberikan kebutuhan tubuh yaitu :
-

Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekuler untuk dicerna

- Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil ke dalam aliran


darah.
- Mengeliminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk sisa
lain dari tubuh.
(Smeltzer, 2002 ; 984)

Susunan saluran pencernaan terdiri dari: oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus) terdiri dari
duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum, intestinum mayor (usus besar)
terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens dan
kolon sigmoid, rektum dan anus. (Syaifuddin, 1997 ; 75).
1.

Mulut

Mulut adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori
yang berfungsi dalam proses awal pencenaan. Rongga vestibulum terletak
diantara gigi dan bibir, dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama
dibatasi gigi dan gusi dibagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas,
lidah dibagian bawah, dan orofaring dibagian belakang.
(Sloane, 2004 ; 282-283)
a.

Bibir

Tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini
berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara. (Sloane, 2004 ; 283)
b.

Lidah

Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulun lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat di kunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan
dalam produksi wicara. (Sloane, 2004 ; 283)
c.

Palatum

Palatum terbagi atas 2 bagian, yaitu: palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih
ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum dan palatum mole (palatum lunak),
terletak di belakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. ( Syaifuddin, 1997 ; 75).
d.

Gigi

Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila,


setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung
bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi atas secara normal
menutup gigi bawah. Manusia mempunyai dua susunan gigi yaitu gigi primer dan
gigi sekunder. gigi berfungsi dalam proses mastikasi atau pengunyahan.
Makanan yang masuk ke dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan
bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
(Sloane, 2004 ; 284)
e.

Kelenjar ludah

Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan
encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.
Fungsi saliva yaitu melarutkan makanan secara kimia, untuk pengecapan rasa,
melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan, mengurai zat
tepung menjadi polisakarida dan maltosa, mengeksresi zat buangan seperti
asam urat dan urea, serta berbagai zat lain, sebagai zat anti bakteri dan
antibodi. (Sloane, 2004 ; 283)

Faring
Faring adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian
dasar tulang tengkorak sampai sampai esofagus. Faring terbagi menjadi
nasofaring, orofaring dan laringofaring. (Sloane, 2004 ; 267)

Esofagus
Esofagus adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 9-10 inci (25 cm) dan
berdiameter 1 inci ( 2,54 cm). Esofagus berawal dari area laringofaring,
melewati diafragma dan hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra
torak ke sepuluh dan membuka kearah lambung. Fungsi esofagus menggerakkan
makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristalsis. (Sloane, 2004 ; 285)

Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga
abdomen dibawah diafragma. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung,
fundus, badan organ, dan bagian pilorus. Fungsi lambung yaitu sebagai
penyimpanan makanan, produksi kimus, digesti protein, produksi mukus,
produksi faktor intrinsik dan absorbsi. (Sloane, 2004 ; 285)

Usus halus

Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang
jumlah panjang kira-kira 2/3 dari panjang total saluran.
(Smeltzer, 2002 ; 984)
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus
sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. (Sloane,
2004 ; 288)
Usus halus dibagi menjadi duodenum, yeyenum dan ileum. Pembagian ini agak
tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur dan yang relatif lebih
penting berdasarkan fungsi.
a. Duodenum :
Disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm mulai dari pilorus sampai
yeyenum. Berbentuk seperti sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan
ini terdapat pankreas, bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
membukit disebut papila vateri. Pada papila vateri bermuara saluran empedu
dan saluran pankreas. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang
banyak mengandung kelenjar Brunner, berfungsi memproduksi getah intestinum.
Pemisahan duodenum dan yeyenum ditandai oleh Ligamentum Treitz.
b. Yeyenum
Mempunyai panjang 2-3 meter atau 2/5 bagian atas. Yeyenum terletak di regio
abdominalis media sebelah kiri.
c.

Ileum

Mempunyai panjang 4-5 meter atau 3/5 bagian terminal. Ileum cenderung
terletak di regio abdominalis bawah kanan.
Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritonium dan berbentuk kipas dikenal sebagai
mesentrium. (Price, 2006 ; 438)
Fungsi usus halus yaitu :
a.
Mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di
lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta
dibantu empedu dan hati.
b.

Usus halus secara selektif mengabsorbsi produk digesti.

(Sloane, 2004 ; 290)

Usus besar

Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang
sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum sehingga kanalis ani dengan diameter
sekitar 6,5 cm.
Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki lipatan-lipatan sirkular, dan
diameternya lebih lebar, panjangnya lebih pendek, dan daya regangnya lebih
besar dibanding usus halus. (Sloane, 2004 ; 294)
Fungsi usus besar adalah :
a.
Mengabsorbsi 80 % - 90 % air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan
mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
b.
Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung
enzim atau hormon pencernaan.
c.
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa
dan memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam setiap hari.
d.

Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.

(Sloane, 2004 ; 295)

Bagian-bagian dari usus besar adalah sebagai berikut :


a.

Sekum

Pada sekum terdapat katub ileoseikal dan apendiks yang melekat pada ujung
sekum. Sekum menempati sekitar 2-3 inci pertama dari usus besar. Katub
ileoseikal mengendalikan aliran kimus dan ileum ke sekum dan mencegah
terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. (Price,
2006 ; 456)
b.

Kolon

Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki 3
divisi :
1)

Kolon Asenden

Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati disebelah
kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2)

Kolon Tranversum

Kolon tranversum merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung


sampai ketepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar kebawah pada fleksura
splenik.
3)

Kolon Desenden.

Merentang kebawah pada sisi kiri abdomen.


(Sloane, 2004 ; 294)
4)

Kolon Sigmoid

Kolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk S.
lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan
rektum.
(Price, 2006 ; 456)
c.

Rektum

Membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). 1 inci
terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot spingter
ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm.
(Price, 2006 ; 456)
d.

Anus

Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan


dunia luar. Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh dua sfingter :
1)

Sfingter ani interna, dikendalikan oleh saraf otonom

2)

Sfingter ani eksterna, dikendalikan oleh sistem saraf volunter

Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Reflek defekasi
terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat. Otot
sfingter eksterna dan interna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas
melebihi massa feses. Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot
sfingter eksterna dan levator ani. Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi
relaks dan keinginan defekasi menghilang. Air tetap terus diabsorbsi dari massa
feses, sehingga feses menjadi keras dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi.
Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena
hemoroidalis interna dan eksterna sehingga terjadi hemoroid (vena varikosa
rektum). (Price, 2006 ; 458-459).

B.
1.

Konsep Dasar Hemoroid


Defenisi

Hemorrhoid are dilated, engorged veins in the lining of the rectum.


Hemoroid adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum. (Potter,
1997 ; 1374).

Hemorrhoid are dilated varicose veins of the anus and rectum.

Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena varicose pada anus dan rektum.
(Reeves, 1999 ; 162).

Hemoroid adalah dilatasi pleksus (anyaman pembuluh darah) vena yang


mengitari rektal dan anal. (Tambayong, 2000 ; 142).

Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh


balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. (www.medicastore.com,
2001).

Hemorrhoids are a common problem of the anus and rectum. They occur when
the veins around the anus or lower rectum become swollen and inflamed, often
as a result of straining during a bowel movement.
Hemoroid adalah suatu masalah umum pada anus dan rektum. Yang terjadi bila
vena-vena disekitar anus dan rektum mengalami peradangan yang diakibatkan
karena mengedan selama buang air besar.
(www.hemorrhoids.emedtv.com, 2001)

Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah di bawah selaput lendir anus


menjadi semacam benang khusus sehingga membentuk gumpalan benjolan.
(www.kaltimpost.web.id, 2002).

Hemoroid adalah perdarahan yang keluar lewat anus berupa darah segar dengan
atau tanpa disertai lendir tidak termasuk perdarahan yang berasal dari bagianbagian lambung dan usus halus.
(www.ultinetindonesia.com, 2005)

Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena
hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot &
pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah
terhambat dan membesar. (www.fkuii.org, 2006).

Hemoroid adalah suatu penyakit pelebaran pembuluh darah balik (vena) yang
terdapat di daerah saluran cerna bagian bawah yang berbatasan dengan
dubur/anus. (www.balipost.com, 2003).

2.

Etiologi

Hemoroid dapat terjadi karena dilatasi (pelebaran), inflamasi (peradangan) atau


pembengkakan vena hemoroidalis yang disebabkan:
-

Konstipasi kronik: sulit buang air besar, sehingga harus mengejan.

Kehamilan: karena penekanan janin pada perut.

Diare kronik.

Usia lanjut.

Duduk terlalu lama

Hubungan seks peranal.

Pada beberapa individu terjadi hipertrofi sfingter ani (pembengkakan otot/


klep dubur), obstruksi (sumbatan) fungsional akibat spasme (kejang), dan
penyempitan kanal anorektal (saluran dubur-ujung akhir usus besar)
(www.suaramerdeka.com, 2005)

3.

Patofisiologi

Mengedan selama buang air besar dapat meningkatkan tekanan intra abdominal
dan vena hemoroidal, menimbulkan distensi pada vena hemoroidal. Bila ujung
rektum penuh oleh kotoran obstruksi vena mungkin bisa terjadi. Sebagai salah
satu akibat dari pengulangan dan perpanjangan meningkatkan tekanan dan
obstruksi, sehingga dilatasi permanen pada vena hemoroidal dapat terjadi.
Distensi juga dapat mengakibatkan terjadinya trombosis dan perdarahan.
(Lukmans, 1997 ; 1085)
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah balik dari vena hemoroidalis. (Price, 2006 ; 467)
Hemoroid dapat menimbulkan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. (Smeltzer, 2002 ; 1138)

4.

Klasifikasi

a.

Berdasarkan asal / tempat penyebabnya:

1)

Hemoroid interna

Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidales superior dan medial, terletak diatas
garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. hemoroid ini tetap berada di
dalam anus.
2)

Hemoroid eksterna

Hemoroid ini dikarenakan adanya dilatasi (pelebaran pembuluh darah) vena


hemoroidales inferior, terletak dibawah garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa
usus. hemoroid ini keluar dari anus (wasir luar)
b.

Hemoroid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya :

1)
Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat, jarang terjadi
perdarahan, benjolan dapat masuk kembali dengan spontan.
2)
Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat
defekasi (buang air besar) benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan dapat
kembali dengan spontan.
3)
Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjadi setelah defekasi dan jarang terjadi
perdarahan, prolapsus dapat kembali dengan dibantu.
4)

Tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan.

(www.fkuii.org, 2006)

5.

Tanda dan Gejala

Terjadi benjolan-benjolan disekitar dubur setiap kali buang air besar.

Rasa sakit atau nyeri.

Rasa sakit yang timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali)
dari anus terjepit karena adanya trombus.
-

Perih.

Perdarahan segar disekitar anus.

Perdarahan terjadi dikarenakan adanya ruptur varises.


-

Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama)

Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar semua.

(www.fkuii.org, 2006)
Gejala-gejala yang lain termasuk :
-

Rasa gatal pada rektal.

Konstipasi.

Nyeri.

Perdarahan berwarna merah terang.

Prolaps dapat terjadi pada kasus berat.

(Black, 1997 ; 1826)

6.

Komplikasi

Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah :


a.
b.

Perdarahan.
Trombosis.

Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.


c.

Hemoroidal strangulasi.

Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah


dihalangi oleh sfingter ani.
(Lukmans, 1997 ; 1085)

7.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :


a.
b.

Pemeriksaan colok dubur


Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rektum)

(www.suaramerdeka.com, 2005)
c.

Pemeriksaan rectal dan palpasi digital.

d.

Proctoscopi atau colonoscopy (untuk menunjukkan hemoroid internal)

(Reeves, 1999 ; 162)

8.

Penatalaksanaan

a.

Medis

1)

Farmakologis

Menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan mengurangi


sembelit dan terlalu mengedan saat defekasi, dengan demikian resiko terkena
hemoroid berkurang.
Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan rasa sakit,
gatal, dan kerusakan pada daerah anus. Obat ini tersedia dalam dua bentuk
yaitu dalam bentuk supositoria untuk hemoroid interna, dan dalam bentuk krim /
salep untuk hemoroid eksterna.
Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah
campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%)
2)

Nonfarmakologis

Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi makanan


yang mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30 gram/hari, serat
selulosa yang tidak dapat diserap selama proses pencernaan makanan dapat
merangsang gerak usus agar lebih lancar, selain itu serat selulosa dapat
menyimpan air sehingga dapat melunakkan feses. Mengurangi makanan yang
terlalu pedas atau terlalu asam. Menghindari makanan yang sulit dicerna oleh
usus. Tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda. Perbanyak
minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.
Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi closet
duduk. Jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat tertekan kebawah
sehingga dapat menghimpit pembuluh darah.
Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah
anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga kali sehari.
Selain itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih
baik banyak berjalan.
3)

Tindakan minimal invasif

Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak berhasil,


tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan obat langsung
kepada benjolan / prolaps hemoroidnya.
Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid. Prolaps akan
menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
-

Penyinaran sinar laser.

Disinari sinar infra red.

Dialiri arus listrik (elektrokoagulasi)

Hemoroideolysis

(www.fkuii.org, 2006)

b.

Pembedahan

Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit prolaps,
trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang. Pilihan
pembedahan adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau
secara submukosa. Bila terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat
hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif
menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang.
(www.suaramerdeka.com, 2005)
Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa komplikasi
dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :
1)
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene
personal yang baik.
2)

Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.

3)

Diit tinggi serat.

4)

Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati anus.

5)

Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anastesi.

6)

Tirah baring.

7)
Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar
dan terapi laser.
8)

Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.

9)
Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pitakaret.
10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid
dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai
timbul nekrosis.
11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal.
(Smeltzer, 2002 ; 1138)

C.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hemoroid

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam


praktik keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem
solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/ keluarga. Dimana proses

keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan:


pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Nursalam, 2001 ; 1)
Proses keperawatan adalah metode sistemik dimana secara langsung perawat
bersama klien secara bersama menentukan masalah keperawatan sehingga
membutuhkan asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan rencana
implementasi, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. (Gaffar, 1999 ; 54)
Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang
memungkinkan seorang perawat untuk mengorganisir dan memberikan asuhan
keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu elemen dari pemikiran kritis
yang memperbolehkan perawat untuk membuat keputusan dan mengambil
tindakan yang didasarkan atas pertimbangan. Suatu proses adalah satu
rangkaian dari langkah-langkah atau komponen-komponen petunjuk/ penentu
untuk mencapai tujuan. Tiga karakteristik dari suatu proses adalah Purpose,
Organization dan Creativity ( Bevis,1978). Purpose adalah tujuan atau maksud
yang spesifik dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa
dan merawat respon manusia pada kondisi sehat dan sakit. (American Nurses
Association,1980). Organization adalah tahapan atau langkah-langkah atau
komponen-komponen yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Proses
keperawatan mengandung 5 langkah : Pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Creativity adalah pengembangan
lanjut dari proses itu. Proses keperawatan dinamis dan berlanjut terus menerus.
(Potter, 1997 ; 103 )

Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan.
Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses
pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari
seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan
menggunakan metode ilmiah.
(Doengoes, 2000 ; 6, dikutip dari Shore,1998)
Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus
ditempuh. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam,
2001 ; 17)
Merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan

dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. (Gaffar,


1999 ; 57)
Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara komunikasi
yang efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan terdiri dari
data dasar dan data fokus. Pengkajian keperawatan data dasar yang
komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya
terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapi) atau profesi
kesehatan lainnya. Sedangkan data fokus adalah data tentang perubahanperubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya
serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilakukan kepada klien. (Nursalam,
2001 ; 17)
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan Hemoroid meliputi :
a.
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar
dan nyeri berserta karakteristiknya
1)

Apakah ini terjadi selama defekasi ?

2)

Berapa lama ini berakhir ?

3)

Adakah nyeri abdomen dihubungkan dengan hal itu ?

4)

Apakah terdapat perdarahan dari rektum ?

5)

Seberapa banyak ?

6)

Seberapa sering ?

7)

Apakah warnanya ?

8)

Adakah rabas lain seperti mukus atau pus ?

b.
Pertanyaan lain berhubungan dengan pola eliminasi dan penggunaan
laksatif
1)

Riwayat diet, termasuk masukan serat

2)

Jumlah latihan

3)

Tingkat aktivitas

4)

Pekerjaan (khususnya bila mengharuskan duduk atau berdiri lama)

(Smeltzer, 2002 ; 179)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan hemoroid adalah sebagai berikut:


a.

Kaji tingkat kesadaran (kacau mental, letargi, tidak merespon).

b.

Ukur tanda-tanda vital (TD meningkat/ menurun, takikardi).

c.

Auskultasi bunyi nafas.

d.

Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).

e.

Kaji terhadap nyeri atau mual.

f.

Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.

g.
Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat
benjolan pada anus, nyeri pada anus, perdarahan.
(Engram, 1999 ; 789)

2.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga


dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar
seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat. (Nursalam, 2001 ; 35, dikutip dari NANDA)
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status/ masalah
kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi adanya
masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit,
faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah, kemampuan
klien mencegah atau menghilangkan masalah. (Gaffar,1999 ; 61)
Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi :
a.
Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau
penyakit.
b.

Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologi)

c.

Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.

(Nursalam, 2001 ; 36)

Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi :


a.

Klasifikasi dan analisa data.

b.

Interpretasi data.

c.

Validasi data.

d.

Perumusan diagnosa keperawatan.

(Nursalam, 2001 ; 36)

Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori : aktual, resiko,


kemungkinan, wellnes, syndrom. (Nursalam, 2001 ; 43)
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan hemoroid
adalah :
a.
Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area
rektal atau anal sekunder akibat penyakit anorektal.
b.
Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama eliminasi
c.

Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu.

d.
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
(Smeltzer, 2002 ; 179)

3.

Perencanaan Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah


menentukan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan
strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah
yang di identifikasi pada diangosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah
menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.
Tahapan dalam perencanaan ini meliputi : menentukan prioritas, menentukan
kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan pendokumentasian. (Nursalam,
2001 ; 51)
Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah
keperawatan klien. Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas
diagnosa keperawatan, penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective),
penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan. (Gaffar,
1997 ; 63)
Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah
penyusunan perencanaan yaitu : menentukan prioritas, menentukan kriteria
hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. Untuk menentukan
prioritas ada dua hirarki yang dapat digunakan, yaitu :
a.
Hirarki Maslow (1943), membagi kebutuhan dalam lima tahap yaitu :
kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisasi
diri
1)
Kebutuhan fisiologis (Physiological Need) yang merupakan kebutuhan
pokok utama. Misalnya : udara segar (O2), air (H2O), cairan elektrolit, makanan

dan sex, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan
fisiologis misalnya :
a)

Kekurangan oksigen menyebabkan sesak.

b)

Kekurangan cairan/ air menyebabkan dehidrasi.

2)

Kebutuhan akan rasa aman (Safety Need)

Misalnya : rasa aman terhindar dari penyakit, gangguan pencurian, perlindungan


hukum.
3)

Kebutuhan dicintai dan mencintai (Love Need)

Misalnya : mendambakan kasih sayang ingin dicintai/ diterima oleh kelompok.


4)

Kebutuhan harga diri (Esteem Need)

Misalnya : ingin dihargai/ menghargai ; adanya respek dari orang lain. Toleransi
dalam hidup berdampingan.
5)

Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization Need)

Misalnya : ingin diakui/ dipuja, ingin berhasil, ingin menonjol/ lebih dari orang
lain.
b.
Hirarki Kalish, menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalami dengan
membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan
stimulasi. (Nursalam, 2001 ; 52)
Adapun perencanaan/ intervensi dari diagnosa yang timbul pada pasien
hemoroid adalah:
a.
Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area
rektal atau anal sekunder akibat penyakit anorektal.
Tujuan

: Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil

: Melaporkan nyeri hilang


Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan

Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik


(misal keterampilan relaksasi) untuk menghilangkan nyeri.
Rencana tindakan :
Mandiri
1)

Kaji karakteristik, intensitas dan lokasi nyeri.

Rasional : Membantu menentukan intervensi dan memberikan dasar untuk


perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.

2)

Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Perubahan frekuensi jantung menunjukkan bahwa pasien


mengalami nyeri.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan koping pasien
dengan memfokuskan kembali perhatian.

3)

Kaji hal-hal yang dapat meningkatkan rasa nyeri.

Rasional : Digunakan sebagai dasar dari tindakan selanjutnya.


4)

Hindarkan hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri

Rasional : Menghindarkan stimulasi yang dapat mengakibatkan peningkatan


rasa nyeri, seperti mengurangi frekuensi dan durasi kontak dengan bagian yang
dirasa nyeri
5)

Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi

Rasional : Relaksasi digunakan untuk mengurangi stimulus nyeri, dan


mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
6)

Dorong klien untuk ambulasi dini.

Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang


peristaltik dan kelancaran flatus
Kolaborasi
7)

Berikan analgesik sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan untuk menghilangkan nyeri sedang


sampai berat.

b.
Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama eliminasi
Tujuan

: Eliminasi kembali normal.

Kriteria hasil

: Membuat kembali pola yang normal dari fungsi usus.

Pasien dapat mengeluarkan feses lunak/ konsistensi agak


berbentuk tanpa mengejan
Menciptakan kembali kepuasan pola eliminasi usus
Rencana tindakan :
Mandiri

1)

Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus.

Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltik usus merupakan tanda bahwa


fungsi defekasi hilang yang kemungkinan berhubungan dengan kehilangan
persarafan parasimpatik usus besar dengan tiba-tiba
2)

Anjurkan latihan defekasi secara teratur

Rasional : Program untuk seumur hidup ini perlu untuk secara rutin
mengeluarkan feses dan biasanya termasuk stimulasi manual, minum jus dan/
atau cairan hangat dan menggunakan pelunak feses atau supositoria pada
interval tertentu. Kemampuan mengontrol pengeluaran feses penting untuk
kemandirian fisik pasien dan penerimaan sosial.
3)

Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 2000 ml/ hari

Rasional : Dapat melembekkan feses memfasilitasi eliminasi.


4)
Anjurkan pasien untuk makan-makanan yang sehat dan yang termasuk
makanan yang berserat.
Rasional : Meningkatkan konsistensi feses untuk melewati usus dengan
mudah.
5)

Anjurkan untuk melakukan pergerakan atau ambulasi sesuai kemampuan.

Rasional : Menstimulasi peristaltik yang memfasilitasi terbentuknya flatus.


6)
Periksa kembali adanya defekasi, karena feses yang keras atau karena
penurunan/ sampai tidak adanya feses atau diare.
Rasional : Pengeluaran feses secara manual dengan hati-hati mungkin perlu,
yang dilakukan bersamaan dengan intervensi lain untuk menstimulasi
pengeluaran feses.
Kolaborasi
7)

Tingkatkan diit makanan berserat.

Rasional : Membantu dalam mengatur konsistensi fekal dan menurunkan


konstipasi.
8)

Beri obat pelembek feses, supositoria, laksatif atau enema jika diperlukan.

Rasional : Mencegah konstipasi, menurunkan distensi abdomen dan membantu


dalam keteraturan fungsi defekasi.

c.

Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu

Tujuan
dengan positif.

: Pasien dapat menerima secara nyata kondisi penyakit

Kriteria hasil
: Menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas
sampai tingkat ditangani.
Mengatakan perasaan dan cara yang sehat untuk
menghadapi masalah
Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah dan
penggunaan sumber secara efektif
Rencana tindakan :
Mandiri
1)
Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal dan non verbal pasien.
Dorong ekspresi bebas akan emosi.
Rasional : Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan
sakit, penting dalam prosedur diagnostik dan kemungkinan pembedahan.
2)
Jelaskan prosedur atau asuhan yang diberikan. Ulangi penjelasan dengan
sering atas sesuai kebutuhan.
Rasional : Rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi atau
pengetahuan dan dapat meningkatkan penerimaan dialisis.

3)

Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik.

Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/ orang terdekat


dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
4)
Tunjukkan indikator positif pengobatan, contoh perbaikan nilai
laboratorium, TD stabil, berkurangnya kelelahan.
Rasional : Meningkatkan perasaan berhasil atau maju
5)

Berikan lingkungan yang tenang pada pasien..

Rasional : Memindahkan pasien stress dari luar, meningkatkan relaksasi,


membantu menurunkan ansietas.
6)
Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, misal : tehnik mengatasi
stress, keterampilan organisasi.
Rasional : Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas, meningkatkan kontrol penyakit.

d.
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
Tujuan

: Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil

: Menyatakan pemahaman penyebab atau faktor resiko


Meningkatkan waktu penyembuhan, bebas tanda infeksi
Tidak demam
Berpartisipasi pada aktifitas untuk menurunkan resiko infeksi.

Rencana tindakan :
Mandiri
1)

Kaji tanda-tanda infeksi.

Rasional : Mengetahui tanda-tanda infeksi sedini mungkin, sehingga dapat


dilakukan tindakan keperawatan selanjutnya.
2)

Pertahankan teknik aseptik pada perawatan hemoroid.

Rasional

: Menurunkan resiko infeksi

3)
Kaji tanda-tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau
berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan darah, takikardia, demam, takipnea
Rasional : Tanda adanya syok septik, menyebabkan vasodilatasi, kehilangan
cairan dari sirkulasi dan rendahnya status curah jantung.
4)

Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga kebersihan daerah anus.

Rasional

: Meminimalkan resiko terjadinya infeksi.

Kolaborasi
5)

Berikan antibiotik sesuai indikasi

Rasional

4.

: Untuk mencegah dan menangani infeksi

Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai
tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip
dari Lyer, et.al, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,

penguasaan keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi


harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan
fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan
dan pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nursalam, 2001 ; 63)
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu
persiapan, perencanaan dan dokumentasi.
a.

Fase persiapan, meliputi:

1)

Review tindakan keperawatan

2)

Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

3)

Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

4)

Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan

5)

Persiapan lingkungan yang kondusif

6)

Mengidentifikasi aspek hukum dan etik

b.

Fase intervensi:

1)
Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau
perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2)
Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim
kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).
3)
Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan
dimana tindakan medis dilaksanakan.
c.

Fase dokumentasi

Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1)

Sources Oriented Records (SOR)

2)

Problem Oriented Records (POR)

3)

Computer Assisted Records (CAR)

(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)

5.

Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari
Ignatavicius & Bayne, 1994)
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik
pada status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan
Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini
bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat
dapat mengambil keputusan :
a.
Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan).
b.
Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan).
c.
Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan).
(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a.

Proses (Formatif)

Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan


dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b.

Hasil (Sumatif)

Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:


a.

Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

b.

Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.

c.

Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.

d.

Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

e.

Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )

Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid adalah:
a.

Nyeri berkurang atau hilang.

b.

Eliminasi kembali normal.

c.

Pasien dapat menerima secara nyata kondisi dengan positif.

d.

Infeksi tidak terjadi.

Hal ini sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan pada tahap
perencanaan tindakan.

S-ar putea să vă placă și