Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DENGAN HEMORRHOID
PENGERTIAN
Hemorrhoid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Literatur
lain menyebutkan bahwa hemorrhoid adalah varices vena eksternal dan / atau internal dari
kanal anus yang disebabkan oleh adanya tekanan pada vena-vena anorektal.
Hemorrhoid adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoridalis yang tidak merupakan
keadaan patologik
Apabila menyebabkan keluhan atau penyulit perlu diberikan tindakan
ETIOLOGI
1.
1. Kehamilan
2. Konstipasi (karena diit rendah serat atau rering menahan buang air besar)
3. Mengangkat benda berat
4. Berdiri atau duduk yang lama.
PATHOFISIOLOGI
Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus, karena vena-vena
ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban, namun bila distensi terjadi
terus menerus akan timbul gangguan.
Salah satu faktor predisposisi yang dapat menimbulkan distensi vena adalah peningkatan
tekanan intra abdominal. Kondisi ini menyebabkan peningkatan tekanan vena porta dan
tekanan vena sistemik, yang kemudian akan ditransmisi ke daerah anorektal. Elevasi tekanan
yang berulang-ulang akan mendorong vena terpisah dari otot disekitarnya sehingga vena
mengalami prolaps. Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya elevasi yang berulang
antara lain adalah obstipasi / konstipasi, kehamilan dan hipertensi portal. Hemorrhoid dapat
menjadi prolaps, berkembang menjadi trombus atau terjadi perdarahan.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal.
Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik
Klasifikasi hemorrhoid:
A. Hemorrhoid interna
Tidak dapat dilihat melalui inspeksi perianal, terletak di atas spincter ani.
adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa
Merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan jaringan submukosa pada rektum sebelah
bawah
Terdapat pada 3 posisi primer yaitu kanan depan, kanan belakang dan kiri lateral
Reposisi
Spontan
Manual
Tidak dapat
B. Hemorrhoid externa
Terletak di bawah spincter ani, sehingga dengan jelas dapat dilihat melalui inspeksi pada
anus.
Merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal
garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus
Hemorrhoid ekterna yang mengalami trombosis
Merupakan trombosis vena hemorhoidalis eksterna
Terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut akibat mengangkat barang berat, batuk,
bersin, mengedan atau partus
Ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri sekali, tegang,
berwarna kebiru biruan, berukuran beberapa milimeter sampai 1 2 cm. dapat unilobular
atau bebrapa benjolan. Ruptur dapat erjadi pada dinding vena
Pada awal sangat nyeri kemudian berkurang dalam waktu 2 3 hari. Ruptur spontan dapat
diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat terjadi tanpa terapi setelah 2 4 hari
Faktor predisposisi
Mengedan saat defekasi
Konstipasi menahun
Kehamilan
Obesitas
Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau diare, sering mengejan,
kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rectum.
TANDA DAN GEJALA
Perdarahan; merupakan tanda pertama hemorrhoid interna akibat trauma oleh feces yang
keras. Warna darah merah segar dan tak bercampur dengan feces, segaris atau menetes.
Akibat perdarahan yang berulang dapat menyebabkan anemia.
Penonjolan/prolaps akibat pembesaran hemorroid secara perlahan, pada awalnya terjadi
pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium lanjut
prolaps perlu didorong agar kembali masuk ke anus.
Pada tahap lanjut prolaps menetap dan tidak dapat didorong lagi
ciri ciri prolaps menetap:
keluar mukus dan terdapat feces pada bagian dalam
terdapat iritasi kulit perianal yg menimbulkan gatal atau pruritus anus, disebabkan oleh
karena kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus
Nyeri timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udema dan radang
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Colok dubur
Anuskopi/rectoscopy
a. Kebiasaan
b. Keadaan saat ini
2) Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan hemorrhoid berkembang cepat
3)
Pemeriksaan Hb
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Konstipasi berhubungan dengan menahan bab akibat nyeri selama eliminasi
4)
b. Intervensi:
1)
2)
3)
4)
5) Ajarkan teknik untuk mengurangi rasa nyeri seperti membaca, menonton, menarik nafas
panjang, menggosok punggung, dan lain-lain.
6) Pada nyeri awal berikan kompres dingin pada daerah anus 3 4 jam dilanjutkan dengan
rendam duduk hangat 3 4 x/hari
7) Pertahankan rendam duduk (sit bath) dengan larutan hangat, dengan larutan PK 2 x/hari.
Sit bath 3 sampai 4 kali sehari
8)
9)
10) Jelaskan pada pasien tentang rasa nyeri yang dialaminya dan tentang tindakan dilakukan
11) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik, pelunak feces
c. Evaluasi
Nyeri berkurang sampai dengan hilang sesuai kriteria yang diharapkan.
2)
3)
b. Intervensi
1)
2)
3)
4)
Ajarkan pasien teknik relaksasi pernafasan pada saat buang air besar
5)
6)
c. Evaluasi
Anemia tidak terjadi sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
1. Cemas berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan tentang tindakan operasi
a. Tujuan: cemas berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria :
1)
2)
b. Intervensi :
1)
2)
3)
Jelaskan pada pasien tentang tujuan dari tindakan operasi yang dialami
4)
5)
c. Evaluasi :
Kecemasan pasien berkurang sampai dengan hilang sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
1. Retensi urine berhubungan dengan reflek spasme post operasi dan keakutan akan
nyeri
Berikan metode agar pasien mau BAK seperti berikan banyak minum, mendengarkan air
mengalir, mengalirkan air pada meatus urinarius
Monitor urine output
1. Resiko ketidakefektifan managemen regimen terapeutik
Monitor terhadap indikator sistemik dari perdarahan berlebih seperti tachycardia,
hypotensi, kelelahan, rasa haus, atau adanya darah pada kassa
Berikan tekanan pada area jika terjadi perdarahan dan laporkan segera pada dokter
Hindarkan pemberian kompres lembab hangat
(Keterangan: beberapa gambar diambil dari internet)
Asuhan Keperawatan Hemoroid
A.
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan yaitu tuba muskular panjang
yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi,
lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu dan pankreas. Saluran pencernaan
yang terletak dibawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal (Sloane,
2004 ; 281)
Saluran pencernaan merupakan jalur (panjang totalnya 23-26 kaki) yang berjalan
dari mulut melalui esofagus, lambung, usus dan anus.
(Smeltzer, 2002 ; 984)
Susunan saluran pencernaan terdiri dari: oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus) terdiri dari
duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum, intestinum mayor (usus besar)
terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens dan
kolon sigmoid, rektum dan anus. (Syaifuddin, 1997 ; 75).
1.
Mulut
Mulut adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori
yang berfungsi dalam proses awal pencenaan. Rongga vestibulum terletak
diantara gigi dan bibir, dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama
dibatasi gigi dan gusi dibagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas,
lidah dibagian bawah, dan orofaring dibagian belakang.
(Sloane, 2004 ; 282-283)
a.
Bibir
Tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini
berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara. (Sloane, 2004 ; 283)
b.
Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulun lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat di kunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan
dalam produksi wicara. (Sloane, 2004 ; 283)
c.
Palatum
Palatum terbagi atas 2 bagian, yaitu: palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih
ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum dan palatum mole (palatum lunak),
terletak di belakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. ( Syaifuddin, 1997 ; 75).
d.
Gigi
Kelenjar ludah
Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan
encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.
Fungsi saliva yaitu melarutkan makanan secara kimia, untuk pengecapan rasa,
melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan, mengurai zat
tepung menjadi polisakarida dan maltosa, mengeksresi zat buangan seperti
asam urat dan urea, serta berbagai zat lain, sebagai zat anti bakteri dan
antibodi. (Sloane, 2004 ; 283)
Faring
Faring adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian
dasar tulang tengkorak sampai sampai esofagus. Faring terbagi menjadi
nasofaring, orofaring dan laringofaring. (Sloane, 2004 ; 267)
Esofagus
Esofagus adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 9-10 inci (25 cm) dan
berdiameter 1 inci ( 2,54 cm). Esofagus berawal dari area laringofaring,
melewati diafragma dan hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra
torak ke sepuluh dan membuka kearah lambung. Fungsi esofagus menggerakkan
makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristalsis. (Sloane, 2004 ; 285)
Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga
abdomen dibawah diafragma. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung,
fundus, badan organ, dan bagian pilorus. Fungsi lambung yaitu sebagai
penyimpanan makanan, produksi kimus, digesti protein, produksi mukus,
produksi faktor intrinsik dan absorbsi. (Sloane, 2004 ; 285)
Usus halus
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang
jumlah panjang kira-kira 2/3 dari panjang total saluran.
(Smeltzer, 2002 ; 984)
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus
sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. (Sloane,
2004 ; 288)
Usus halus dibagi menjadi duodenum, yeyenum dan ileum. Pembagian ini agak
tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur dan yang relatif lebih
penting berdasarkan fungsi.
a. Duodenum :
Disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm mulai dari pilorus sampai
yeyenum. Berbentuk seperti sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan
ini terdapat pankreas, bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
membukit disebut papila vateri. Pada papila vateri bermuara saluran empedu
dan saluran pankreas. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang
banyak mengandung kelenjar Brunner, berfungsi memproduksi getah intestinum.
Pemisahan duodenum dan yeyenum ditandai oleh Ligamentum Treitz.
b. Yeyenum
Mempunyai panjang 2-3 meter atau 2/5 bagian atas. Yeyenum terletak di regio
abdominalis media sebelah kiri.
c.
Ileum
Mempunyai panjang 4-5 meter atau 3/5 bagian terminal. Ileum cenderung
terletak di regio abdominalis bawah kanan.
Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritonium dan berbentuk kipas dikenal sebagai
mesentrium. (Price, 2006 ; 438)
Fungsi usus halus yaitu :
a.
Mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di
lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta
dibantu empedu dan hati.
b.
Usus besar
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang
sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum sehingga kanalis ani dengan diameter
sekitar 6,5 cm.
Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki lipatan-lipatan sirkular, dan
diameternya lebih lebar, panjangnya lebih pendek, dan daya regangnya lebih
besar dibanding usus halus. (Sloane, 2004 ; 294)
Fungsi usus besar adalah :
a.
Mengabsorbsi 80 % - 90 % air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan
mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
b.
Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung
enzim atau hormon pencernaan.
c.
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa
dan memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam setiap hari.
d.
Sekum
Pada sekum terdapat katub ileoseikal dan apendiks yang melekat pada ujung
sekum. Sekum menempati sekitar 2-3 inci pertama dari usus besar. Katub
ileoseikal mengendalikan aliran kimus dan ileum ke sekum dan mencegah
terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke dalam usus halus. (Price,
2006 ; 456)
b.
Kolon
Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki 3
divisi :
1)
Kolon Asenden
Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati disebelah
kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2)
Kolon Tranversum
Kolon Desenden.
Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk S.
lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan
rektum.
(Price, 2006 ; 456)
c.
Rektum
Membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). 1 inci
terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot spingter
ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm.
(Price, 2006 ; 456)
d.
Anus
2)
Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Reflek defekasi
terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat. Otot
sfingter eksterna dan interna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas
melebihi massa feses. Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot
sfingter eksterna dan levator ani. Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi
relaks dan keinginan defekasi menghilang. Air tetap terus diabsorbsi dari massa
feses, sehingga feses menjadi keras dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi.
Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena
hemoroidalis interna dan eksterna sehingga terjadi hemoroid (vena varikosa
rektum). (Price, 2006 ; 458-459).
B.
1.
Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena varicose pada anus dan rektum.
(Reeves, 1999 ; 162).
Hemorrhoids are a common problem of the anus and rectum. They occur when
the veins around the anus or lower rectum become swollen and inflamed, often
as a result of straining during a bowel movement.
Hemoroid adalah suatu masalah umum pada anus dan rektum. Yang terjadi bila
vena-vena disekitar anus dan rektum mengalami peradangan yang diakibatkan
karena mengedan selama buang air besar.
(www.hemorrhoids.emedtv.com, 2001)
Hemoroid adalah perdarahan yang keluar lewat anus berupa darah segar dengan
atau tanpa disertai lendir tidak termasuk perdarahan yang berasal dari bagianbagian lambung dan usus halus.
(www.ultinetindonesia.com, 2005)
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena
hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot &
pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah
terhambat dan membesar. (www.fkuii.org, 2006).
Hemoroid adalah suatu penyakit pelebaran pembuluh darah balik (vena) yang
terdapat di daerah saluran cerna bagian bawah yang berbatasan dengan
dubur/anus. (www.balipost.com, 2003).
2.
Etiologi
Diare kronik.
Usia lanjut.
3.
Patofisiologi
Mengedan selama buang air besar dapat meningkatkan tekanan intra abdominal
dan vena hemoroidal, menimbulkan distensi pada vena hemoroidal. Bila ujung
rektum penuh oleh kotoran obstruksi vena mungkin bisa terjadi. Sebagai salah
satu akibat dari pengulangan dan perpanjangan meningkatkan tekanan dan
obstruksi, sehingga dilatasi permanen pada vena hemoroidal dapat terjadi.
Distensi juga dapat mengakibatkan terjadinya trombosis dan perdarahan.
(Lukmans, 1997 ; 1085)
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah balik dari vena hemoroidalis. (Price, 2006 ; 467)
Hemoroid dapat menimbulkan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. (Smeltzer, 2002 ; 1138)
4.
Klasifikasi
a.
1)
Hemoroid interna
Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidales superior dan medial, terletak diatas
garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. hemoroid ini tetap berada di
dalam anus.
2)
Hemoroid eksterna
1)
Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat, jarang terjadi
perdarahan, benjolan dapat masuk kembali dengan spontan.
2)
Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat
defekasi (buang air besar) benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan dapat
kembali dengan spontan.
3)
Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjadi setelah defekasi dan jarang terjadi
perdarahan, prolapsus dapat kembali dengan dibantu.
4)
(www.fkuii.org, 2006)
5.
Rasa sakit yang timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali)
dari anus terjepit karena adanya trombus.
-
Perih.
Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama)
Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar semua.
(www.fkuii.org, 2006)
Gejala-gejala yang lain termasuk :
-
Konstipasi.
Nyeri.
6.
Komplikasi
Perdarahan.
Trombosis.
Hemoroidal strangulasi.
7.
Pemeriksaan Diagnostik
(www.suaramerdeka.com, 2005)
c.
d.
8.
Penatalaksanaan
a.
Medis
1)
Farmakologis
Nonfarmakologis
Hemoroideolysis
(www.fkuii.org, 2006)
b.
Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit prolaps,
trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang. Pilihan
pembedahan adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau
secara submukosa. Bila terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat
hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif
menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang.
(www.suaramerdeka.com, 2005)
Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa komplikasi
dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :
1)
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene
personal yang baik.
2)
3)
4)
5)
6)
Tirah baring.
7)
Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar
dan terapi laser.
8)
9)
Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pitakaret.
10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid
dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai
timbul nekrosis.
11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal.
(Smeltzer, 2002 ; 1138)
C.
Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan.
Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses
pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari
seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan
menggunakan metode ilmiah.
(Doengoes, 2000 ; 6, dikutip dari Shore,1998)
Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus
ditempuh. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam,
2001 ; 17)
Merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan
2)
3)
4)
5)
Seberapa banyak ?
6)
Seberapa sering ?
7)
Apakah warnanya ?
8)
b.
Pertanyaan lain berhubungan dengan pola eliminasi dan penggunaan
laksatif
1)
2)
Jumlah latihan
3)
Tingkat aktivitas
4)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat
benjolan pada anus, nyeri pada anus, perdarahan.
(Engram, 1999 ; 789)
2.
Diagnosa Keperawatan
c.
b.
Interpretasi data.
c.
Validasi data.
d.
d.
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
(Smeltzer, 2002 ; 179)
3.
Perencanaan Keperawatan
dan sex, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan
fisiologis misalnya :
a)
b)
2)
Misalnya : ingin dihargai/ menghargai ; adanya respek dari orang lain. Toleransi
dalam hidup berdampingan.
5)
Misalnya : ingin diakui/ dipuja, ingin berhasil, ingin menonjol/ lebih dari orang
lain.
b.
Hirarki Kalish, menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalami dengan
membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan
stimulasi. (Nursalam, 2001 ; 52)
Adapun perencanaan/ intervensi dari diagnosa yang timbul pada pasien
hemoroid adalah:
a.
Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area
rektal atau anal sekunder akibat penyakit anorektal.
Tujuan
Kriteria hasil
2)
3)
b.
Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama eliminasi
Tujuan
Kriteria hasil
1)
Rasional : Program untuk seumur hidup ini perlu untuk secara rutin
mengeluarkan feses dan biasanya termasuk stimulasi manual, minum jus dan/
atau cairan hangat dan menggunakan pelunak feses atau supositoria pada
interval tertentu. Kemampuan mengontrol pengeluaran feses penting untuk
kemandirian fisik pasien dan penerimaan sosial.
3)
Beri obat pelembek feses, supositoria, laksatif atau enema jika diperlukan.
c.
Tujuan
dengan positif.
Kriteria hasil
: Menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas
sampai tingkat ditangani.
Mengatakan perasaan dan cara yang sehat untuk
menghadapi masalah
Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah dan
penggunaan sumber secara efektif
Rencana tindakan :
Mandiri
1)
Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal dan non verbal pasien.
Dorong ekspresi bebas akan emosi.
Rasional : Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan
sakit, penting dalam prosedur diagnostik dan kemungkinan pembedahan.
2)
Jelaskan prosedur atau asuhan yang diberikan. Ulangi penjelasan dengan
sering atas sesuai kebutuhan.
Rasional : Rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi atau
pengetahuan dan dapat meningkatkan penerimaan dialisis.
3)
d.
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
Tujuan
Kriteria hasil
Rencana tindakan :
Mandiri
1)
Rasional
3)
Kaji tanda-tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau
berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan darah, takikardia, demam, takipnea
Rasional : Tanda adanya syok septik, menyebabkan vasodilatasi, kehilangan
cairan dari sirkulasi dan rendahnya status curah jantung.
4)
Rasional
Kolaborasi
5)
Rasional
4.
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
Fase intervensi:
1)
Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau
perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2)
Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim
kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).
3)
Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan
dimana tindakan medis dilaksanakan.
c.
Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1)
2)
3)
5.
Evaluasi
Proses (Formatif)
Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
b.
c.
d.
e.
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid adalah:
a.
b.
c.
d.
Hal ini sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan pada tahap
perencanaan tindakan.