Sunteți pe pagina 1din 13

Definisi, Macam-macam, dan Hukum Asuransi

Definisi, Macam-macam dan Hukum Asuransi Definisi Asuransi Asuransi yang dalam bahasa
Arabnya tamien artinya adalah perjanjian yang konsekuensinya salah satu pihak menjanjikan
pihak lain untuk menanggung kerugian yang mungkin dihadapi-nya dengan sebagai imbalan dari
sesuatu yang diberikan kepadanya yang disebut: premi asuransi.
Yakni pengalihan finansial untuk mengantisipasi berbagai bahaya pribadi atau perusahaan ke
berbagai segmen terkait seba-gai imbalan dari premi yang diberikan.
Macam-Macam Asuransi
Asuransi Bisnis Asuransi bisnis adalah asuransi dimana pihak pemberi asuransi terpisah dengan
pihak penerima asuransi. Ia mengada-kan perjanjian dengan para penerima asuransi sebagai
pengganti cicilan yang tetap. Yakni dengan cara mengadakan perjanjian dengan sebagian orang
yang berhadapan dengan hal-hal berba-haya dengan janji akan memberikan kepada mereka
sejumlah uang kontan sebagai kompensasi bagi setiap anggota yang tertim-pa bahaya yang sudah
dimasukkan daftar yang diasuransikan. Pihak pemberi dan penerima asuransi dalam hal ini
berada dalam satu pihak. Kalau ada jumlah lebih dari premi yang dibayarkan kepada pihak
asuransi, maka pihak asuransi memilikinya, pihak asuransi menanggung sendiri.
Asuransi Kolektif Disebut juga sebagai asuransi timbal balik atau asuransi kooperatif. Yakni
sejenis asuransi dimana pihak pemberi asuransi dengan penerima jasa asuransi berada dalam satu
pihak sebagai pengelola asuransi.
Caranya adalah dengan mengadakan perjan-jian bersama sejumlah orang yang biasa menghadapi
hal-hal berbahaya dengan komitmen akan memberikan kepada mereka sejumlah uang kontan
sebagai kompensasi bagi setiap anggota yang tertimpa bahaya yang sudah dimasukkan dalam
daftar tang-gungan asuransi. Pihak pemberi dan penerima jasa asuransi dalam hal ini berada
dalam satu pihak. Kalau jumlah premi yang dibayarkan kepada pihak asuransi lebih banyak dari
jumlah yang harus disetorkan, kelebihan itu akan diberikan kepada para pene-rima jasa asuransi
lainnya. Kalau kurang, mereka semua diminta untuk menutupinya. Mereka tidak berupaya
memperoleh keun-tungan melalui usaha asuransi ini, bahkan untuk meringankan kerugian yang
terkadang dialami mereka, kerja sama itu diputar dengan perantaraan para anggotanya.
Asuransi Sosial Kadang asuransi bisa bersifat sosial. Yakni yang biasa dilakukan oleh pihak
pemerintah dengan tujuan memberikan asu-ransi buat masa depan rakyatnya. Yakni dengan cara
memotong sebagian gaji para pegawai dan pekerja. Dan diakhir masa peng-abdian mereka,
mereka diberi pensiun tetap bulanan. Kalau ia mengalami kecelakaan karena pekerjaan, ia juga
diberi biaya pengobatan di samping kompensasi yang layak.
Ditinjau dari bahaya yang diasuransikan, asuransi dibagi menjadi beberapa bagian:
Asuransi bahaya: yakni asuransi terhadap harta benda yang dimiliki. Yakni apabila bahaya
tersebut berkaitan dengan harta yang diasuransikan bukan personnya. Seperti asuransi kebakaran,

asuransi pencurian, asuransi perjalanan laut dan sejenisnya.


Asuransi jiwa. Yakni asuransi yang berkaitan dengan bahaya yang mengancam seseorang yang
diasuransikan, seperti asuransi kematian, asuransi kecelakaan, asuransi sakit dan sejenisnya.
Asuransi jaminan. Yakni asuransi kompentatif yang dibe-rikan kepada pihak yang menerima
asuransi. Hukum Asuransi
Pertama:Hukum asuransi bisnis Siapapun yang mengkaji persoalan ini, hampir tidak pernah
mendengar istilah asuransi bisnis dalam berbagai penjelasan para ulama terdahulu. Karena
mereka belum pernah mengenal asu-ransi dalam wujud seperti sekarang ini dalam dunia Islam
kecuali pada abad ke tiga belas hijriyah.
Yang pertama kali membicarakan persoalan ini adalah Ibnu Abidin dalam al-Hasyiyah di situ
beliau membedakan antara asuransi yang diberlakukan di negeri-negeri Islam dengan asuransi
laut yang ada di negeri-negeri perang. Yang pertama adalah perjanjian ganti rugi yang rusak,
karena mengharuskan jaminan yang tidak harus. Sementara yang kedua adalah perjanjian yang
tidak ada hukumnya.
Banyak kalangan ulama kontemporer sekarang ini yang sudah tertantang membahas persoalan
asuransi ini yang kesim-pulannya adalah haramnya usaha asuransi bisnis, karena mengan-dung
unsur, judi dan riba dengan dua jenisnya sekaligus; riba fadhal dengan riba nasiah. Bahkan juga
ada unsur mengambil harta dengan cara haram dan mewajibkan hal yang tidak wajib menurut
syariat.
Sementara asuransi koperatif (tolong menolong) dan asuransi sosial, keduanya dibolehkan,
karena dasarnya adalah dari sumbangan sukarela. Hal yang bersifat sumbangan sukarela
dimaafkan, lain hal-hal yang bersifat kompensasi. kemudian mencuat berbagai perusahaan
asuransi Islam yang didirikan ber-dasarkan pemikiran tolong-menolong berderma, sebagai ganti
dari ide kompensasi yang dijadikan dasar oleh berbagai perusa-haan asuransi yang ada.
Pada kesempatan ini penulis akan menukilkan keputusan dari Majelis Ulama Fiqih yang
terikut dalam Rabithah al-Alam al-Islami seputar persoalan asuransi:
Alhamdulillah. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah, para sahabat beliau
dan orang yang mengikuti petunjuk beliau. Amma badu:
Sesungguhnya Majelis Ulama Fiqih pada pertemuan per-tamanya yang diadakan pada tanggal 10
Syaban 1398 M di Makkah al-Mukarramah di pusat Rabithah al-Alam al-Islami me-neliti
persoalan asuransi dengan berbagai jenisnya yang bermacam-macam, setelah sebelumnya
menelaah tulisan para ulama dalam persoalan tersebut, dan juga setelah melihat keputusan
Majelis Kibaril Ulama di Kerajaan Saudi Arabia pada pertemuan ke sepu-luh di kota Riyadh
tanggal 4/4/97 M, dengan SK nomor 55, tentang haramnya Asuransi Bisnis dengan berbagai
jenisnya.
Setelah mempelajari secara lengkap berbagai pendapat seputar persoalan itu, Majelis Ulama

Fiqih menetapkan secara ijma (mufakat) selain Syaikh Mushthafa Zirqa keharaman Asu-ransi
Bisnis itu dengan segala jenisnya, baik itu berupa asuransi jiwa, asuransi barang dagangan dan
lain-lain, berdasarkan dalil-dalil berikut:
Pertama: Perjanjian Asuransi Bisnis ini tergolong perjanjian kompensasi finansial spekulatif
yang mengandung unsur pen-jualan kucing dalam karung yang cukup kentara. Karena pihak
yang akan menerima asuransi pada saat perjanjian tidak menge-tahui jumlah uang yang akan dia
berikan dan akan dia terima. Karena bisa jadi setelah sekali dua kali membayar iuran, terjadi
kecelakaan sehingga ia berhak mendapatkan jatah yang dijanjikan oleh pihak perusahaan
asuransi.
Namun terkadang tidak pernah terjadi kecelakaan sehingga ia membayar seluruh jumlah iuran
namun tidak mengambil apa-apa. Demikian juga pihak perusa-haan asuransi tidak bisa
menetapkan jumlah yang akan diberikan dan diambil dari setiap person pada setiap perjanjian
secara terpisah. Padahal ada hadits yang melarang menjual sesuatu dengan sistem menjual
kucing dalam karung.
Kedua: Perjanjian Asuransi Bisnis ini tergolong salah satu bentuk perjudian, karena ada untunguntungan dalam kompen-sasi finansialnya, bisa juga menyebabkan orang berhutang tanpa
kesalahan dan tanpa sebab, bisa menyebabkan orang meraup keuntungan tanpa imbalan atau
dengan imbalan yang tidak seim-bang. Karena pihak penerima asuransi terkadang baru
membayar sekali iuran asuransi, kemudian terjadi kecelakaan, maka pihak perusahaan terpaksa
menanggung hutang biaya asuransi tanpa imbalan.
Kalau ketidakjelasan itu sudah terlihat jelas, maka itu adalah perjudian, termasuk dalam
keumuman yang dilarang oleh Allah dari aktivitas judi. Allah berfirman: Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
de-ngan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.(Al-Maidah: 90).
Ketiga: Perjanjian Asuransi Bisnis itu mengandung unsur riba fadhal dan riba nasiah sekaligus.
Karena kalau perusahaan asuransi membayar kepada pihak penerima jasa asuransi, atau kepada
ahli warisnya atau kepada nasabahnya lebih dari jumlah uang yang telah mereka setorkan, berarti
itu riba fadhal. Pihak asuransi membayarkan uang asuransi itu setelah beberapa waktu, itu berarti
riba nasiah. Kalau pihak perusahaan asuransi hanya membayarkan kepada pihak nasabah
sebesar yang dia setorkan saja, berarti itu hanya riba nasiah. Namun kedua jenis riba itu sudah
diharamkan berdasarkan nash dan ijma para ulama.
Keempat: Perjanjian Asuransi Bisnis juga mengan-dung unsur taruhan yang diharamkan. Karena
masing-masing mengandung unsur perjudian dan unsur menjual kucing dalam karung. Padahal
syariat tidak membolehkan taruhan kecuali apabila menguntungkan Islam, menampakkan
syiarnya dengan hujjah dan senjata. Nabi telah memberikan keringanan pada taruhan ini secara
terbatas pada tiga hal dalam sabda beliau: Tidak dibolehkan perlombaan yang disertai taruhan
kecuali pada tiga jenis perlombaan: Lomba lari, lomba balap kuda (dan sejenisnya) dan lomba
memanah. Asuransi tidak termasuk dalam kategori tersebut, bahkan tidak mirip sama sekali,
sehingga diharamkan.

Kelima: Perjanjian Asuransi Bisnis ini termasuk mengambil harta orang tanpa imbalan.
Mengambil harta tanpa imbalan dalam semua bentuk perniagaan itu diharamkan, karena
termasuk yang dilarang dalam firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An-Nisa: 29).
Keenam: Perjanjian Asuransi Bisnis itu mengandung unsur pemaksaan terhadap hal yang tidak
disyariatkan. Karena pihak perusahaan asuransi tidak pernah menciptakan bahaya dan tidak
pernah menjadi penyebab terjadinya bahaya. Yang ada hanya se-kedar bentuk perjanjian kepada
pihak penerima asuransi untuk bertanggungjawab terhadap bahaya yang kemungkinan akan
terjadi sebagai imbalan dari sejumlah uang yang dibayarkan oleh pihak penerima jasa asuransi.
Padahal di sini pihak perusahaan asuransi tidak melakukan satu pekerjaan apapun untuk pihak
penerima jasa, maka perbuatan itu jelas haram.
Adapun yang dijadikan dalil oleh pihak yang membolehkan Asuransi Bisnis secara mutlak atau
sebagian jenisnya, jawabannya adalah sebagai berikut:
Pengambilan dalil itu sebagai kemaslahatan tidaklah tepat. Karena kemaslahatan dalam syariat
Islam itu ada tiga macam: Pertama, yang diakui oleh syariat, itu bisa dijadikan hujjah.
Kedua, yang tidak dikomentari oleh syariat, tidak dianggap batal dan tidak pula dibenarkan, itu
disebut maslahah mursalah. Ini meru-pakan hal yang masih diperdepatkan oleh kalangan ahli
ijtihad.
Ketiga, yang dinyatakan batal oleh syariat. Sementara perjanjian Asuransi Bisnis ini
mengandung unsur menjual kucing dalam karung, perjudian dan riba. Semua itu sudah
dinyatakan batil oleh ajaran syariat, karena sisi kerusakannya lebih dominan dari-pada sisi
kemaslahatannya.
Mubah mengikuti hukum asal, juga tidak bisa dijadikan dalil di sini. Karena perjanjian dalam
Asuransi Bisnis didirikan di atas asas yang bertentangan dengan dalil-dalil dari Kitabullah dan
Sunnah Rasul. Pengamalan dengan sistem kemubahan berdasar-kan hukum asal syaratnya
disyaratkan harus tidak ada dalil yang merubahnya. Padahal dalil-dalil yang merubah itu ada di
sini, maka perjanjian itupun batal.
Kondisi mendesak itu membolehkan yang diharamkan. Ini juga tidak bisa dijadikan dalil di sini.
Karena berbagai cara men-cari rizki yang dibolehkan oleh Allah lebih banyak dan jumlahnya
berlipat-lipat ganda dari jumlah cara yang diharamkan. Maka tidak ada kondisi mendesak yang
bisa dijadikan acuan di sini menurut syariat sehingga harus kembali kepada sistem asuransi yang
diharamkan oleh Allah tersebut.
Menjadikan kebiasaan sebagai dalil juga tidak bisa dibenarkan di sini. Karena kebiasaan bukan
termasuk dalil untuk menetapkan hukum syariat. Namun hanya dijadikan landasan dalam
penerapan hukum dan dalam memahami lafazh-lafazh nash dan ucapan orang dalam sumpah,

klaim, berita dan segala yang mereka butuhkan untuk memahami maksudnya berupa per-kataan
atau perbuatan. Sehingga kebiasaan tidak akan mempe-ngaruhi yang sudah jelas hukumnya dan
sudah jelas maksudnya. Semua nash tersebut telah mengindikasikan secara jelas dilarang-nya
asuransi, sehingga tidak perlu melihat adat kebiasaan lagi.
Berdalih bahwa perjanjian dalam Asuransi Bisnis ini sama dengan perjanjian kerja sama
penanaman modal (mudharabah) atau yang sejenisnya. Itu tidaklah benar. Karena modal dalam
penana-man modal itu tidak keluar dari kepemilikan pemilik aslinya. sementara yang disetorkan
oleh penerima jasa asuransi dalam per-janjian asuransi itu sudah keluar dari kepemilikannya
menjadi milik perusahaan sesuai dengan aturan asuransi yang berlaku. Modal dalam perjanjian
kerja sama penanaman modal juga diwa-riskan pemiliknya bila meninggal dunia.
Dalam aturan asuransi terhadap pihak pewaris juga bisa mewarisi jumlah tertentu dari biaya
asuransi, meskipun pihak yang mewariskan kepada mereka baru membayar satu kali uang iuran
asuransi saja. Terkadang mereka tidak mendapatkan apa-apa, bila yang dijadikan sebagai
penerima hak asuransi hanyalah pihak nasabah saja, bukan keluarganya. Keuntungan dalam
kerjasama penanaman modal juga dibagi kepada dua belah pihak berdasarkan prosentase misalnya. Lain halnya dengan asuransi. Keuntungan dan kerugian semua ditanggung pihak
perusahaan. Pihak penerima jasa asu-ransi hanya menerima biaya asuransi atau menerima biaya
tidak terbatas.
Dan diqiyaskannya perjanjian dalam asuransi bisnis ini dengan loyalitas dua orang yang
dijadikan saudara bagi pendapat yang membenarkannya, itu tidaklah tepat. Karena itu adalah
ana-logi dengan perbedaan alasan yang jelas. Diantara perbedaan kedua analogi tersebut adalah
bahwa dalam perjanjian Asuransi Bisnis ini targetnya adalah keuntungan materi yang dicampur
de-ngan penipuan, perjudian dan ketidakjelasan yang nampak.
Lain halnya dengan sistem loyalitas persaudaraan di atas, karena tuju-annya adalah
mempersaudarakan dua orang muslim dalam Islam, untuk saling tolong-menolong dan bantu
membantu dalam susah dan senang serta dalam segala kondisi. Maka segala usaha yang bersifat
komersial, hanya mengikuti dasar persaudaraan tersebut saja.
Pengqiyasan Asuransi Bisnis ini dengan janji mengikat bagi orang yang berpendapat demikian,
juga tidak tepat. Karena itu adalah analogi dengan perbedaan alasan yang jelas. Diantara perbedaan kedua analogi tersebut adalah bahwa memberi pinjaman atau hutang, atau menanggung
kerugian misalnya, termasuk ma-salah kebajikan semata. Menunaikan janji semacam itu adalah
wajib dan termasuk akhlak yang mulia.
Lain halnya dengan per-janjian dalam Asuransi Bisnis yang merupakan hubungan jual beli yang
pendorongnya adalah keinginan mencari keuntungan. Maka tidak bisa diberi kelonggaran
sebagaimana yang diberikan pada berbagai bentuk derma meskipun ada unsur kamuflase atau
keti-dak jelasan sekalipun.
Adapun diqiyaskanya Asuransi Bisnis ini dengan tanggung jawab atau jaminan terhadap hal yang
tidak diketahui atau jaminan terhadap sesuatu yang tidak wajib, juga tidak tepat. Karena itu
adalah analogi dengan perbedaan alasan yang jelas. Di antara perbedaan kedua analogi tersebut

adalah bahwa jaminan (garansi) salah satu bentuk derma yang tujuannya adalah kebajikan
semata. Lain halnya dengan asuransi yang merupakan hubungan jual beli. Tujuan utamanya
adalah masalah komersial. Kalaupun ada unsur kebajikan, itu hanya merupakan masalah
sampingan, bukan tu-juan. Yang dilihat dengan kaca mata hukum adalah tujuan, bukan hal
sampingan, selama hal sampingan itu tidak menjadi tujuan pula.
Diqiyaskannya Asuransi Bisnis dengan jaminan terhadap bahaya di jalan, juga tidak tepat.
Karena itu adalah analogi dengan perbedaan alasan yang jelas, sebagaimana telah dijelaskan
sebe-lumnya.
Diqiyaskannya perjanjian Asuransi Bisnis ini dengan aturan pensiun juga tidak tepat. Karena itu
adalah analogi dengan perbedaan alasan yang jelas juga. Di antara perbedaan kedua analogi
tersebut adalah bahwa hak yang diberikan sebagai dana pensiun adalah hak yang menjadi
tanggung jawab pemerintah sebagai pemerhati kebutuhan rakyat, memperhatikan bakti yang
telah ditunjukkan oleh pegawai terhadap umat. Maka pihak pemerintah membuat satu undangundang yang memperhatikan kemaslahatan orang yang paling dekat kepada pegawai itu, mencermati kemungkinan kebutuhan apa yang mereka miliki.
Undang-undang kepensiunan bukanlah termasuk hubungan jual beli ko-mersial antara
pemerintah dengan para pegawainya. Oleh sebab itu tidak ada kesamaan antara undang-undang
ini dengan per-janjian Asuransi Bisnis yang merupakan hubungan bisnis komer-sial, dimana
pihak perusahaan memanfaatkan para nasabahnya untuk mencari keuntungan dengan cara-cara
yang tidak disya-riatkan. Karena dana yang diberikan pada masa pensiun merupa-kan hak yang
diberikan oleh pemerintah yang bertanggungjawab terhadap rakyatnya, upaya yang dilakukan
pemerintah terhadap orang yang sudah berbakti kepada umat, untuk membalas kebai-kannya dan
dalam rangka tolong menolong, sebagai balasan pula terhadap kerjasama badan dan pemikiran
yang dipersembahkan oleh sang pegawai, Karena ia telah mengorbankan banyak wak-tunya
dalam rangka membangkitkan potensi umat.
Diqiyaskannya undang-undang Asuransi Bisnis dengan berbagai perjanjian aqilah (wali
terpidana membunuh). Karena itu adalah analogi dengan perbedaan alasan yang jelas. Diantara
per-bedaan kedua analogi tersebut adalah bahwa asal dari tanggung jawab wali terpidana
membunuh tanpa sengaja atau setengah sengaja untuk membayar denda diyyat karena antara
dirinya de-ngan pembunuh tersebut berupa hubungan darah atau hubungan kerabat yang
menuntut dirinya untuk menolong, untuk saling memberi bantuan dan berbuat kebaikan tanpa
pamrih. sementara perjanjian dalam Asuransi Bisnis adalah bisnis komersial kompen-tatif,
dasarnya adalah jual beli komersial semata, bukan dilakukan atas dasar perasaan ingin berbuat
kebajikan dan ingin melakukan perbuatan baik dengan hubungan tersebut.
Sementara diqiyaskannya perjanjian Asuransi Bisnis ini dengan usaha jasa perawatan/penjagaan
juga tidak benar. Karena itu adalah analogi dengan perbedaan alasan yang jelas juga. Diantara
perbedaan kedua analogi tersebut adalah bahwa masalah keamanan bukanlah merupakan objek
perjanjian usaha dalam ke-dua jenis usaha tersebut. Dalam perjanjian Asuransi Bisnis, objek
perjanjiannya adalah iuran dan biaya asuransi. sementara dalam jasa perawatan objeknya adalah
upah, usaha dan penjaga atau perawat. Adapun keamanan adalah tujuan dan target. Karena kalau
tidak demikian, berarti penjaga tidak akan menerima upah atau gaji apabila ada barang hilang.

Diqiyaskannya Asuransi Bisnis ini dengan penitipan juga tidak tepat. Karena itu adalah analogi
dengan perbedaan alasan yang jelas juga. Diantara perbedaan kedua analogi tersebut adalah
bahwa upah dalam penitipan merupakan kompensasi dari peker-jaan mereka menjaga sesuatu
untuk dirawat. Lain halnya dengan asuransi. Uang yang dibayar oleh penerima jasa asuransi
tidak merupakan imbalan dari kerja yang dilakukan pihak perusahaan asuransi. Yang nantinya
dikembalikan kepada pihak penerima jasa adalah fasilitas berupa jaminan keamanan dan
ketentraman.
Syarat kompensasi dari satu jaminan tidaklah sah, bahkan merusak perjanjian. Kalau biaya
asuransi itu dijadikan sebagai imbalan dari premi-premi yang dibayarkan kepada pihak perusahaan, berarti merupakan jual beli, yang disitu diberlakukan unsur jumlah biaya dan masanya.
Yang membedakannya dengan peni-tipan adalah bahwa penitipan hanya memberlakukan unsur
upah/gaji.
Sementara diqiyaskannya perjanjian Asuransi Bisnis ini dengan kebiasaan para pedagang kain
dengan penjahit, jelas tidak tepat. Karena itu adalah analogi dengan perbedaan alasan yang jelas.
Di antara perbedaan kedua analogi tersebut adalah bahwa yang dijadikan standar qiyas yakni
Asuransi Kerjasama (peda-gang kain dengan penjahit) merupakan kerja sama semata. Sementara yang diqiyaskan dengannya, yakni Asuransi Bisnis adalah hubungan usaha jual beli
komersial, sehingga tidak bisa diqi-yaskan.
Sebagaimana yang menjadi keputusan Majelis dengan ketatapan secara mufakat dari Majelis
Kibar Ulama di Saudi Arabia nomor 51 tanggal 4/4/1397 H. Tentang dibolehkannya Asuransi
Kooperatif sebagai ganti dari Asuransi Bisnis yang diharamkan dan kotor seperti disebut di atas,
berdasarkan dalil-dalil berikut:
Pertama: Bahwa Asuransi Koperatif termasuk perjanjian amal kebajikan yang didasari oleh
untuk gotong royong dalam menghadapi bahaya dan bekerjasama memikul tanggung jawab
ketika terjadi musibah. Yakni dengan cara memberikan andil/ saham dari beberapa orang dengan
jumlah uang tertentu diperun-tukkan secara khusus kepada orang yang tertimba musibah.
Kelompok orang yang melakukan Asuransi Kooperatif ini tidak bertujuan berbisnis mencari
keuntungan dari harta mereka. Namun tujuannya adalah merasakan kebersamaan menangguh
musibah dan saling tolong menolong menghadapi bahaya.
Kedua: Asuransi Koopertif ini tidak mengandung riba dengan dua jenisnya, riba fadhal dan riba
nasiah. Perjanjian orang-orang yang memberikan saham uang itu bukanlah riba. Mereka juga
tidak menggunakan premi yang terkumpul untuk melakukan perdagangan riba.
Ketiga: Tidak ada masalah bila orang-orang yang menanam saham tidak mengetahui jumlah
uang yang akan diterimanya. Karena posisi mereka adalah sebagai orang yang berderma. Maka
tidak ada unsur penipuan dan unsur perjudian. Lain halnya dengan Asuransi Bisnis sebagai
perjanjian jual beli komersial kom-pentatif.
Keempat: Kelompok para pemberi saham itu atau orang-orang yang mewakili mereka
melakukan pengembangan modal dari semua saham yang terkumpul untuk merealisasikan tujuan

dari kerjasama tersebut. Pengelolaan itu bisa dilakukan dengan suka rela, bisa juga dilakukan
dengan sistem pemberian upah atau imbalan tertentu.
Majelis ulama berpandangan bahwa hendaknya Asuransi Koperatif itu dalam bentuk Perusahaan
Asuransi Koperatif Ter-padu, berdasarkan alasan-alasan berikut:
Pertama: Menjaga komitmen terhadap pemikiran ekonomi Islam yang memberikan
tanggungjawab kepada seluruh anggota yang terlibat dalam melakukan berbagai macam proyek
ekonomi, sehingga pemerintah hanya berperang sebagai unsur pelengkap dalam hal-hal yang
tidak mampu dilakukan secara pribadi oleh mereka, seperti tugas sebagai supervisor dan
instruktur untuk menjamin kesuksesan berbagai proyek tersebut dan kebersihan-nya proses
berjalannya.
Kedua: Menjaga komitmen terhadap asuransi koperatif yang konsekuensinya adalah bahwa
seluruh anggota yang terlibat memilik hak penuh terhadap proyek dari segi operasionalnya dan
dari sisi penyediaan perangkat kerja serta tanggung jawab ter-hadap manajemen perusahaan
proyek.
Ketiga: Melatih para anggota secara kekeluargaan untuk bersentuhan lagnsung dengan asuransi
koperatif ini serta mencip-takan inisiatif pribadi serta kemampuan membangkitkan potensi diri.
Tidak diragukan lagi, bahwa melibatkan secara langsung anggota keluarga perusahaan dalam
kerja perusahaan itu mem-buat mereka semakin giat dan tanggap untuk memelihara diri agar
tidak terjerumus dalam berbagai bahaya yang akan mereka tanggung secara kolektif segala
resikonya. Sehingga dapat merea-lisasikan kemaslahatan mereka sendiri untuk mensukseskan
Asuransi Koperatif tersebut. Karena dengan menghindari berba-gai bahaya dan musibah itu,
jumlah premi yang akan mereka tanggung pada masa mendatang akan lebih sedikit, dan keterjerumusan mereka ke dalam berbagai musibah membuat tang-gungan premi merekapun akan
bertambah besar di kemudian hari.
Keempat: Gambaran koperasi terpadu tidaklah menjadikan asuransi tersebut sebagai pemberian
atau hadiah dari pihak nega-ra kepada para anggotanya. Namun merupakan wujud kerjasama
semata untuk menjaga mereka dan membuatkan sandaran bagi mereka karena mereka adalah
orang-orang yang berkepentingan secara praktis. Sikap Negara yang semacam itu lebih
memberikan arti positif untuk mengesankan pada diri para anggota koperasi akan peran serta
pemerintah, namun tidak berarti menghilangkan tanggungjawab mereka pada saat bersamaan.
Majelis ulama berpendapat bahwa hendaknya dalam menca-nangkan berbagai materi rinci dari
usaha Asuransi Koperatif ini diperhatikan beberapa hal berikut pula:
Pertama: Hendaknya organisasi Asuransi Koperatif itu me-miliki markas yang mempunyai
cabang di berbagai kota. hen-daknya organisasi itu juga memiliki sub description yang terbagibagi tergantung dengan tingkat-tingkat bahaya yang hendak yang tanggulangi biayanya, dan juga
tergantung dengan keterampilan para anggota yang terlibat. Misalnya adalah bagian Asuransi
Kesehatan, lalu Asuransi Masa Tua dan Jompo, dst. Hendaknya juga ada bagian Asuransi
Pedagang Keliling, Asuransi Para Pedagang, Asuransi Para Pelajar, Asuransi Profesi Bebas
seperti insinyur, dokter, pengacara dan sejenisnya.

Kedua: Hendaknya organisasi asuransi itu memiliki kelen-turan yang kuat dan tidak memiliki
birokrasi yang rumit.
Ketiga: Hendaknya organisasi tersebut memiliki majelis yang dipilih dari para anggota yang ada
dan dapat mewakili selu-ruh anggota yang memilih mereka untuk menjadi anggota majelis
khusus. Tujuannya adalah untuk membantu kontrol pemerintah terhadap organisasi tersebut, dan
juga agar semakin mantap dalam berjalan secara normal dan terjaga dari permainan dan
kegagalan. Keempat: Apabila musibah-musibah yang menuntut biaya yang melebihi uang yang
terkumpul dalam kas sehingga membu-tuhkan dana tambahan, pemerintah dan segenap anggota
yang terlibat turut menanggung secara kolektif.
Majelis ulama fiqih menegaskan lagi apa yang telah ditetap-kan oleh Majelis Kibarul Ulama
tentang keputusannya tersebut agar yang bertanggungjawab mencanangkan materi rinci dari
usaha bersama ini adalah para pakar spesialis di bidangnya. Kedua : Teks keputusan Lembaga
Pengkajian Fiqih yang mengikuti Organisasi Muktamar Islam di Jeddah:
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah Rabb seka-lian makhluk. Shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi, kepada
seluruh keluarga dan para sahabat beliau.
SK Nomor 2 Berkaitan dengan Soal Asuransi dan Reasuransi Amma badu:
Sesungguhnya Lembaga Pengkajian fiqih Islam yang ber-pangkal dari organisasi Muktamar
Islam pada seminar yang diadakan pada muktamar kedua di Jeddah mulai 10 Rabiuts Tsani
1405 H./22-28 Desember 1980, setelah meneliti beberapa saran ulama yang ikut dalam
muktamar tersebut seputar persoalan asuransi dan reasuransi.
Setelah melakukan diskusi terhadap studi di atas. Dan se-telah membahas secara mendalam
seluruh bentuk dan macam serta prinsip-prinsip yang dijadikan dasar asuransi serta berbagai
target yang hendak dicapai olehnya. Juga setelah meneliti kembali fatwa yang berasal dari
berbagai Lembaga Pengkajian fiqih dan lembaga-lembaga ilmiah yang mengurus persoalan ini.
majelis memutuskan:
1.Bahwa perjanjian Asuransi Bisnis yang memberlakukan premi tetap sebagaimana dilakukan
berbagai perusahaan asuransi bisnis merupakan perjanjian usaha yang mengandung unsur
menjual kucing dalam karung yang merusak perjanjian, oleh sebab itu diharamkan menurut
syariat.
2.Perjanjian asuransi alternatif yang menghormati dasar-dasar hubungan kerja yang Islami adalah
perjanjian asuransi koperatif yang didasari sikap berderma dan asas gotong royong. Demikian
juga hukum asuransi ganda bila didasari oleh asas asu-ransi koperatif ini.
3. Mengajak negara-negara Islam untuk mengusahakan didirikannya berbagai perusahaan
asuransi koperatif demikian juga perusahaan kerjasama untuk menggandakan asuransi ter-sebut
sehingga ekonomi Islam terbebas dari perekrutan dana haram dan dari pelanggaran terhadap

aturan yang tidak diridhai oleh Allah terhadap umat ini. Wallahu Alam.
Artikel ini dinukil oleh Abu Farwah dari kitab Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, cet. Daarul
Haq, ">
Hubungi Agent Takaful: Badruddin ( 0812 2211 835/0857 5975 9343)

Artikel Terkait
finisi

Definisi, Macam-macam, dan Hukum Asuransi

kum Asuransi

Definisi, Macam-macam, dan Hukum Asuransi

cam-macam

Definisi, Macam-macam, dan Hukum Asuransi

Macam-macam jenis asuransi dan manfaatnya


Macam-macam jenis asuransi dan manfaatnya - Sebelum memilih paket
asuransi penting untuk kita ketahui apa saja jenis-jenis asuransi serta apa saja
manfaat yang akan kita dapatkan kelak apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
pada hakikatnya asuransi dibagi dalam tiga kategori besar yaitu asuransi kerugian,
asuransi jiwa dan asuransi kehilangan. namun pembagian tersebut masih umum,
ada pembagian jenis-jenis asuransi turunan dari tiga jenis asuransi tersebut untuk
memudahkan anda dan pihak perusahaan dalam memberikan paket asuransi yang
sesuai dengan kebutuhan anda.

Istilah asuransi menggambarkan setiap tindakan yang diambil untuk perlindungan


terhadap suatu risiko. peserta asuransi mempunyai kewajiban untuk bersedia
membayar uang dalam jumlah tertentu yang disebut Premi, kepada pihak lain yaitu
perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi, pada gilirannya, setuju untuk
mengkompensasi dan memberikan perlindungan terhadap kerugian di masa depan
tertentu. jenis Kerugian dan manfaat yang akan didapatkan oleh peserta asuransi

dibahas tercantum dalam kontrak dan ketentuan ketentuan yang disebut dengan
kebijakan.

Ketika anggota peserta asuransi atau tertanggung menderita kerugian dan


kerusakan yang tercakup dalam kontrak kebijakan, tertanggung berhak mengajukan
klaim asuransi. klaim asuransi ini tergantung pada kebijakan dan jenis-jenis
asuransi yang dimiliki oleh peserta. Penerima dapat menjadi orang tertanggung
atau orang lain yang ditunjuk oleh peserta. untuk lebih jelasnya anda dapat
membaca artikel kami sebelumnya tentang Apa itu Asuransi serta sistem nya.
untuk saat ini kita lebih berfokus pada tipe-tipe asuransi

Macam-macam jenis asuransi dan manfaatnya


Perusahaan asuransi membuat kebijakan pengelompokan asuransi sesuai dengan
fokus dan resiko untuk mereka. Ini memberikan ukuran keseragaman dalam risiko
yang ditutupi oleh jenis kebijakan, yang pada gilirannya memungkinkan perusahaan
asuransi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan menetapkan premi yang
sesuai. Bentuk yang paling umum dari kebijakan jenis-jenis asuransi yaitu :
Asuransi jiwa
Asuransi jiwa memberikan keuntungan finansial kepada orang yang ditunjuk atas
kematian tertanggung. Berbagai bentuk asuransi jiwa yang dikeluarkan. Beberapa
menyediakan pembayaran hanya setelah kematian tertanggung, sebagian
perusahaan asuransi yang lain ada bisa memungkinkan tertanggung untuk
mengklaim dana sebelum kematiannya.

Seseorang dapat membeli asuransi jiwa pada kehidupan sendiri untuk kepentingan
orang ketiga. seseorang Individu bahkan dapat membeli asuransi jiwa pada
kehidupan orang lain. Misalnya, seorang istri dapat membeli asuransi jiwa yang
akan memberikan manfaat kepadanya setelah kematian suaminya. kemudian orang
tua mengasuransikan diri terhadap kematian anak. atau pun sebaliknya orangtua
membeli asuransi untuk anaknya dan umumnya asuransi jiwa menawarkan
keuntungan finasial yang diberikan pada ahli waris peserta asuransi. penjelasan
lebih lanjut akan kita bahas pada artikel selanjutnya
Asuransi kesehatan
Asuransi kesehatan merupakan sebuah produk asuransi yang khusus menangani
masalah kesehatan akibat suatu penyakit dan menanggung proses perawatan
kepada pada anggota asuransi nya. Umumnya termasuk melindungi dan
menanggung pada cedera, cacat, sakit, dan kematian karena kecelakaan. Asuransi
kesehatan dapat dibeli untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
Asuransi kendaraan
Yang paling populer asuransi mobil. yaitu asuransi terhadap cedera kepada orang
lain atau terhadap kerusakan pada kendaraan orang lain yang disebabkan oleh
kendaraan tertanggung. Asuransi mobil juga dapat membayar untuk kehilangan,
atau kerusakan, kendaraan bermotor tertanggung. Kebanyakan negara
mengharuskan semua sopir atau pemilik kendaraan memiliki asuransi ini biasanya
semua kerugian dan kerusakan akibat kecelakaan dibayar oleh perusahaan
asuransi, tetapi tergantung juga pada kebijakan perusahaan asuransi tersebut.
terkadang mereka hanya menanggung sebagian kerugian caontoh nya dalam
kasus-kasus kecelakaan yang mengerikan, atau di mana biaya pengobatan atau
perbaikan melebihi jumlah yang ditetapkan oleh undang-undang.
Asuransi kepemilikan rumah dan properti
Asuransi pemilik rumah 'melindungi pemilik rumah dari kerugian yang berkaitan
dengan tempat tinggal mereka, asuransi properti pribadi melindungi terhadap
kehilangan, atau kerusakan, barang-barang tertentu milik pribadi. ini termasuk
melindungi dan memberikan keringanan apabila terjadi kecelakaan pada rumah
anda seperti kebakaran dan lain sebagainya.
Asuransi pendidikan.
Ini merupakan salah satu jenis asuransi yang paling populer saat ini. asuransi
pendidikan merupakan sebuah solusi cerdas untuk menjamin kehidupan menjadi
lebih baik. contohnya orang tua yang mengasuransikan pendidikan anak. biaya
premi yang harus dibayar oleh peserta asuransi tergantung pada jenis pendidikan
yang ingin didapatkan kelak.

Selain itu ada juga Asuransi Bisnis dapat menjamin terhadap kerusakan,
kehilangan dan kerugian dalam jumlah besar yang sesuai dengan kebijakan. Polis
asuransi kebakaran mencakup kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran, ledakan,
gempa bumi, petir, air, angin, hujan, tabrakan, dan kerusuhan. Asuransi Umum
melindungi tertanggung terhadap berbagai kerugian, termasuk yang terkait dengan
tanggung jawab hukum, pencurian, kecelakaan, kerusakan properti, kecelakaan dan
cedera pada pekerja, serta asuransi kredit kepada orang lain. Asuransi kredit
yang melindungi dan mengatur proses pinjam meminjam dan permasalahan dalam
pengambilan jenis-jenis kredit tertentu

Untuk Bidang kelautan ada juga Polis asuransi kelautan memastikan pengangkut
dan pemilik kargo yang dikirim melalui samudra laut, atau jalur air yang di layari.
Risiko laut termasuk kerusakan kargo, kerusakan kapal, dan melukai penumpang.
Asuransi perjalanan udara memberikan manfaat asuransi jiwa kepada penerima
bernama jika tertanggung meninggal dunia sebagai akibat dari penerbangan
pesawat yang ditentukan

Banyak jenis asuransi lainnya juga dikeluarkan. seperti Asuransi kesehatan


kelompok biasanya ditawarkan oleh sebuah industri kepada semua karyawan
mereka. itulah beberapa jenis-jenis asuransi yang biasanya disediakan namun
Seseorang dapat membeli asuransi tambahan untuk menutup kerugian yang
melebihi jumlah yang dinyatakan atau lebih dari cakupan yang disediakan oleh polis
asuransi tertentu dan tentunya premi yang harus dibayar pun lebih besar.
itulah macam-macam Jenis asuransi serta manfaat nya semoga bermanfaat.

S-ar putea să vă placă și