Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama. Komunitas adalah
kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai minat yang sama (Riyadi, 2007). Salah satu kelompok khusus dalam
keperawatan komunitas adalah kelompok balita. Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY,
(2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun).
Masalah kesehatan balita di Indonesia masih menjadi perhatian serius, karena masih
tingginya angka kematian balita di Indonesia bila dibandingkan dengan target RPJM 20052009 dan RPJM 2010-2014 dimana targetnya adalah menurunkan Angka Kematian Bayi
(AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup, menurunkan Angka Kematian Balita (AKBal)
menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Masalah utama yang menyebabkan tingginya angka
kematian balita di Indonesia adalah gizi buruk. Hampir lebih dari 2 juta anak anak balita
mengalami gizi buruk (Atmaria, 2005). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan
untuk gizi buruk dari 5,4 menjadi 4,9. Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh
gizi buruk yang banyak dijumpai di kalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan
pertumbuhan intra-uterin, malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A,
anemia defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005).
Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian berikutnya pada bayi dan balita,
disamping penyakit lainnya serta dikontribusi oleh masalah gizi. Untuk mengatasi masalah
yang sering menimbulkan kematian pada balita, pemerintah telah membuat program dan
kebijakan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian pada bayi dan balita,
diantaranya adalah kegiatan Posyandu, BKB (Bina Keluarga Balita), dan program PAUD.
Sementara sebagai perawat, yang dapat dilakukan di komunitas adalah memberi penyuluhan
atau pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat atau pun sakit seperti nutrisi, latihan,
penyakit dan pengelolaan penyakit pada balita, serta member informasi kepada ibu tentang
pentingnya pemberian ASI dan tahap perkembangan yang terjadi pada masa balita.
Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok balita
Tujuan
1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai asuhan keperawatan pada
2
kelompok balita
Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada kelompok balita
Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses asuhan keperawatan komunitas pada
agregat balita sehingga dapat menjadi bekal saat melakukan proses asuhan keperawatan
komunitas pada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Komunitas
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama. Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai minat yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul,
atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007).
Perawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan
gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari
masyarakat. (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan
masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth,
2007).
2.2 Konsep Balita
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima
tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini.
Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan
anak usia di atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam
golongan yang dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai
disapih atau selepas menyusu sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan
badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan
sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif.
Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi, 2004).
Pada masa toddler (1 s.d. 3 tahun), pertumbuhan fisik anak lebih lambat dibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai
berjalan jalan. Anak perlu diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak memperhatikan
bahaya (Nursalam, 2005).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan
sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di
masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan
tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
2.2.1 Tumbuh Kembang Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya
senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:
1
menggunakan kakinya.
Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak
akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam,
yaitu fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase genital. Dari kelima fase
ini, tiga fase awal yaitu fase oral, anal dan laten dilalui saat masa balita. (Wong,
2009)
1
Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun. Pada
fase ini bayi merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui dan terjadi
kelekatan dan hubungan yang emosional antara anak dan ibu. Beberapa
mengatakan bahwa pada saat anak yang mengalami gangguan pada fase ini
akan sering mengalami stres dengan gejala gangguan pada lambung seperti
2
asing.
Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu, 1-3 tahun.
Masa
kanak-kanak
awal
(early
childhood)
ditandai
adanya
Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan
cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF,
risiko kematian bayi bisa berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI ekslusif
dan menyusui sampai 2 tahun. Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat
menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh dari pemberian ASI adalah hemat dan
mudah dalam pemberiannya serta manfaat jangka panjang adalah meningkatkan
kualitas generasi penerus karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan
emosional anak.
2
Diare
Diare masih merupakan problema kesehatan utama pada anak terutama di
negara berkembang seperti Indonesia.
(WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5
tahun. Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut
akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Sekitar lima juta anak di
seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada tahun 70 sampai 80-an,
prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun. Dari angka
prevalensi tersebut, 70-80% menyerang anak dibawah lima tahun.
Data nasional Depkes menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000
balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang
meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1
jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare (Depkes RI, 2011).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja penderita (Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang
timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang
berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan oleh
makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 1981).
Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan
ditangani. Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang
menyebabkan penyebaran kuman, terutama yang berhubungan dengan interaksi
perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor
perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan resiko terjadinya
diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama
kehidupan, tidak menjaga hygiene alat makan dan minum anak. (Assiddiqi, 2009).
kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan
tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status
gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial
ekonomi, dan pendidikan ibu.
3 Status Gizi
Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak.
Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak
untuk mencapai kematangan yang optimal. Kecukupan gizi dapat memperbaiki ketahanan
tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat
membantu untuk mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan
status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan
kesehatan anak.
4 Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolok ukur selanjutnya dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Dengan mengetahui angka harapan hidup, maka
dapat diketahui sejauh mana perkembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat penting
dalam menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya. Usia harapan hidup
juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status kesehatan anak yang sangat terkait
dengan berbagai faktor, sperti factor social, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan anak balita adalah sebagai berikut:
Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan merupakan faktor utama yang dapat menentukan status
kesehatan anak secara umum. Faktor ini ditentukan oleh status kesehatan anak itu
sendiri, status gizi, dan kondisi sanitasi.
2
Faktor Kebudayaan
Pengaruh budaya juga sangat menentukan status kesehatan anak, dimana
Faktor Keluarga
Faktor keluarga dapat menentukan keberhasilan perbaikan status kesehatan
anak. Pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat
besar melalui pola hubungan anak dan keluarga serta nilai-nilai yang ditanamkan.
Apakah anak dijadikan sebagai pekerja ataukah diperlakukan sebagaimana
mestinya dan dipenuhi kebutuhannya baik asah, asih, dan asuhnya.
Peningkatan status kesehatan anak juga terkait langsung dengan peran dan
fungsi keluarga terhadap anaknya, seperti membesarkan anak, memberikan dan
menyediakan makanan, melindungi kesehatan, memberikan perlindungan secara
psikologis, menanamkan nilai budaya yang baik, memepersiapkan pendidikan anak,
dan lain-lain (Behrman, 2000).
2.5 Program dan Kebijakan Pemerintah untuk Kesehatan Balita
Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan kesehatan anak,
khususnya untuk menurunkan angka kematian anak, di antaranya sebagai berikut:
1
komunitas, fasilitas balai kesehatan, pos kesehatan desa, dan puskesmas keliling.
Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk mendorong
terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan pemberian gizi yang baik untuk
mendorong terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan pemberian gizi yang baik
diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat
memperbaiki status kesehatan anak. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui upaya
perbaikan gizi keluarga atau dikenal dengan nama UPGK. Kegiatan UPGK tersebut
didorong dan diarahkan pada peningkatan status gizi, khususnya pada masyarakat
yang rawna memiliki resiko tinggi terhadap kematian atau kesakitan. Kelompok
beresiko tinggi terdiri atas anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia yang
dan lain-lain.
Meningktakan manajemen kesehatan
Upaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dan berhasil
dengan baik bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolahan pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini adalah peningkatan manajemen pelayanan kesehatan melalui
Subur (PUS).
Kegiatan POSYANDU bermacam-macam diantaranya
penyuluhan nutrisi di Posyandu sebagai bagian dari UPGK dalam langkah-langkah
kebijaksananaan perbaikan gizi merupakan kegiatan upaya langsung yang
meliputi, pemantauan tumbuh kembang anak balita dengan Kartu Menuju Sehat
KMS) melalui penimbangan oleh kader, Pemberian Makananan Tambahan (PMT),
pemeriksaan kesehatan anak penyuluhan gizi ditekankan pada pentingya
penggunaan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan pendamping
ASI (MP-ASI),
mengasuh anak
Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh anak yang
benar
Untuk meningkatkan keterampilan dalam g=hal mengasuh dan mendidik anak
4
5
balita
Supaya lebih terarah dalam cara pembinaan anak
Agar mampu mencurahkan perhatian dan kasih saying terhadap anak sehingga
Upaya Promotif
a Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua, terutama ibu
tentang pemenuhan dan peningkatan gizi bayi dan balita sesuai usia
tumbuh kembangnya. Bayi usia 1 sampai 6 bulan hanya boleh
diberikan ASI,
b
balita.
Upaya Preventif
a Imunisasi terhadap bayi dan balita.
b Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,
c
d
e
3
dini.
Upaya Kuratif
a Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b Melakukan rujukan medis dan kesehatan. Bayi atau balita dengan
c
sedang sakit.
Pendidik (health educator)
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atau
informasi kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita.
Diperlukan pengkajian tentang kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan
yang akan dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita. Dari
hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien dan
sehingga jika terjadi masalah kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan diatasi
5
kesehatan lainnya.
Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai
kesehatan balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga dapat
menjadi pembaharu untuk merubah perilaku atau pola asuh orangtua terhadap
balita di suatu wilayah, misalnya budaya yang tidak sesuai dengan perilaku
sehat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT BALITA
Pengkajian
Asuhan Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk memecahkan
masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan rasional yang
didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat. Model community as partner
terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri(1) inti komunitas (the community
core), (2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3) persepsi
(perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang
merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.
1
Data inti
a Demografi
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa
b
berkembang.
Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh dan
tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, namun orang tua membawa anak ke posyandu rutin untuk
ditimbang.
tingkat kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan
keamanan yang ada.
a
informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita yang sakit.
Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk
tentang pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan
dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara perawatan ,serta cara
tidak sekolah.
Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat
partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan
Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan
wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan memilih data-data
yang ada sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosa keperawatan. Analisa data
adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah
yang dihadapi oleh balita. Tujuan analisa data:
a Menetapkan kebutuhan balita
b Menetapkan kekuatan.
c Mengidentifikasi pola respon balita
d Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus balita. Masalah yang
sudah ditemukan tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang
selanjutnya dapat diteruskan dengan intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang
tidak dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan prioritas masalah. Prioritas
masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow yaitu:
a Keadaan yang mengancam kehidupan
b Keadaaan yang mengancam kesehatan
c Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Penerapan Kasus
Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi III terdapat 66 balita yang terdiri
diri dari : 0-12 bulan = 21, 13- 36 bulan = 15, 37- 60 bulan = 30. Berdasarkan informasi
dari kader posyandu Balita yang gizi buruk 3 orang, Balita yang diare karena tidak
cocok dengan susu formula 6 orang, Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan
umur (Berat badan balita yang berada digaris kuning dan digaris merah ) 5 orang.
Sebagian besar ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarganya
sebagian bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan.
Antar rumah saling berdekatan sehingga jika terjadi kebaran sangat sulit buat petugas
pemadam kebakaran untuk memadamkan api, pembangunan gorong- gorong di sungai,
sehingga air di bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga
banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah
banjir yang di buang sembarangan, mayoritas warga beragama islam. Di wilayah ini
memiliki 1 masjid, 1 gereja, 1 paud , 1 TK, 1 Atap SDN simomulyo, untuk beraktivitas
warga menggunakan sepeda motor untuk alat transportasi. Biasanya ibu- ibu sering
mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk
berkeliling di sekitar kampung dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap
minggu pagi, ibu yang memilki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan di pasar
pagi dadakan yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol surabaya malang dekat
kampung warga.
PENGKAJIAN
Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi III
i DATA INTI
Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi terdapat 66 balita
Umur
: 0-12 bulan = 21
: 13- 36 bulan = 15
: 37- 60 bulan = 30
Pekerjaan
: sebagian besar ibu yang memiliki balita bekerja sebagai ibu
rumah tangga sedangkan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik
DATA SUBSISTEM
1 Lingkungan Fisik
a Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah permanen,
pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di bendung dan tidak
mengalir lancar, selokan di depan rumah warga banyak yang tersumbat,
jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah banjir yang di
b
c
buang sembarangan
Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah yang luas
Kebiasaan: balita yang berumur 36 60 bulan sering mengkonsumsi
makanan ringan (snack) yang biasa di beli di warung- warung terdekat.
2
3
lanjut.
Komunikasi
Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komuniaksi
verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dialkuakn dengan
simomulyo.
Rekreasi
Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka
warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung
dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi, ibu yang
memilki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan di pasar pagi dadakan
yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol surabaya malang dekat kampung
warga.
ANALISA DATA
No
.
Data
Etiologi
Masalah
1.
Sanitasi
lingkungan yang
kurang baik
- pembangunan
gorong- gorong di
sungi, sehingga air di
bendung dan tidak
mengalir lancar,
selokan di depan
rumah warga banyak
yang ttersumbat, jalan
di depan rumah kotor,
banyak kardus basah
sisa sampah banjir
yang di buang
sembarangan.
Risiko terjadinya
peningkatan
penyakit akibat
lingkungan yang
kurang bersih
(Diare) di
kelurahan
Simomulyo.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Risiko terjadinya peningkatan penyakit akibat lingkungan yang kurang bersih
(Diare) di Kelurahan Simomulyo berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
terhadap sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Diagnosa
keperawatan
komunitas
Pentingnya
penyelesaian
masalah
1
2
3
Risiko
terjadinya
peningkatan
penyakit
akibat
lingkungan
yang kurang
bersih (Diare)
Rendah
Sedang
Tinggi
2
Perubahan (+)
untuk
penyelesaian
di komunitas
1
2
3
4
Tidak ada
Rendah
Sedang
Tinggi
2
Penyelesaian
untuk
peningkatan
kualitas hidup
1
2
3
4
Total score
Tidak ada
Rendah
Sedang
Tinggi
2
di Kelurahan
Simomulyo
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
terhadap
sanitasi
lingkungan
yang kurang
baik.
Intervensi
Intervensi
Rasional
pembelajaran,
termasuk
pengetahuan
penyebab
terhadap
klien
Meningkatkan pemahaman dan partisip
keluarga
sehat
Supaya lingkungan bersih dan sanit
dan
akibatnya
klien
terhadap
kebutuh
PERENCANAAN
Diagnosa
keperawatan
Tujuan
Rencana tindakan
1 Tujuan umum :
1 Penyuluhan tentang food
Risiko
Kebutuhan
cairan
hygiene
terjadinya
dan
elektrolit
peningkatan
terpenuhi
pada
penyakit
balita
di
akibat
posyandu pelangi
lingkungan
III
yang kurang 2 Tujuan khusus :
2 Demonstrasikan pemberian
bersih
- Ibu-ibu
oralit
(Diare) di
mengetahui
cara
Kelurahan
menanggulan
Simomulyo
gi gangguan
berhubungan
keseimbanga
dengan
n cairan dan
kurangnya
elektrolit
3 Pemberian info mengenai
pengetahuan
pada balita
alergi susu sapi pada balita
terhadap
dan hygiene yang harus
sanitasi
dipenuhi
lingkungan
yang kurang
baik,
4 Anjurkan kepada ibu-ibu
yang
dimanifestasi
kan dengan
Data dari
kader
terdapat 6
balita yang
diare akibat
pemberian
susu formula
5 Evaluasi
keluarga/rujukan
ibu
mengenai
penanggulangan diare
Sasaran
Metode
Waktu
Warga
Kelurahan
Simomuly
o
Komunikas
i dan
informasi
(Lobi)
8 Agustus
2014
Ibu-ibu
yang
memiliki
balita
Ceramah,
tanya
jawab,
diskusi
11
Agustus
2014
Ibu-ibu
yang
memiliki
balita
Ibu-ibu
yang
memiliki
balita
Praktik
langsung
Komunikas
i dan
observasi
11
Agustus
2014
Tempat
Kantor
Posyandu
Pelangi III
Balai
Posyandu
Pelangi III
PJ
Sumber
dana
Lintang
B
Mahasis
wa
Indah
Agustin
a
Balai
Posyandu
Pelangi III
Fitria
Andini
Rumah
masingmasing
11
Agustus
Retno
dan
pembanguna
n goronggorong di
sungai
sehingga air
dibendung
dan tidak
lancar.
Lakukan
pendekatan
tokoh
masyarakat
kelurahan Simomulyo
yang
mengala
mi diare
Ibu-ibu
yang
memiliki
Balita
Keluarga/i
bu
kelompok
balita
yang
terkena
diare
3
Posyandu
Pelangi III
Ceramah,
tanya
jawab,
diskusi
Ceramah,
tanya
jawab,
diskusi
11
Agustus
2014
Mita Nur
L.
Balai
Kelurahan
Simomulyo
Indah
Agustin
a
13
Agustus
2014
Kantor
Kelurahan
Simomulyo
Penyuluhan
tentang
pemilihan makanan dari
segi kesehatan dan segi
ekonomi
Warga
masyarak
at RT 03,
RW 09,
Kelurahan
Simomuly
o
2014
Siaran
lewat
masjid,
atau
pamflet
15
Agustus
2014
Masjid,
papan
pengumum
an, rumah
masingmasing
warga
Retno
Semua
warga
masyarak
at RT 03,
RW 09,
Kelurahan
Simomuly
o
Semua
warga
masyarak
at RT 03,
RW 09,
Kelurahan
Simomuly
o
Lingkungan
RT 03, RW
09,
Kelurahan
Sidomulyo
Praktik
langsung
Gebyar
18
Agustus
2014
Lingkungan
RT 03, RW
09,
Kelurahan
Sidomulyo
Toni
Observasi
Trisca
20
Agustus
2014
BAB IV
PENUTUP
1
Kesimpulan
balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).Balita
termasuk salah satu agregat / kelompok risiko tinggi. Hal ini dikarenakan pada balita
juga berpotensi muncul masalah yang kompleks, terlebih yang berhubungan dengan
konsep tumbuh kembang. Oleh karena itu, konsep keperawatan yang diberikan pada
agregat ini diaplikasikan dalam bentuk pelayanan-pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang memberikan layanan dalam upaya menjaga kesehatan balita adalah
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), imunisasi, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang).
Saran
a
Bagi Perawat
Perawat sebagai care giver
kesehatan kepada balita dan keluarga dalam bentuk promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitative.
b
Bagi Keluarga
Keluarga terutama ibu merupakan pemegang peran penting dalam menentukan
kesehatan,
diharapkan mampu memahami konsep tumbuh kembang pada balita dan mampu
mendampingi pertumbuhan dan perkembangan balita dengan baik sehingga bisa
mengoptimalkan tumbuh kembang balita.
DAFTAR PUSTAKA
Elisabeth T. Anderson dan RN. Judith Mc. Farlane. 2012. Community as a Partner, 6th Ed
+Introduction to Community Based Nursing, 5 th Ed: Theory and Practic in Nursing.
Lippincot Williams and Wilkins, 2012
Efendi, Ferry & Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat,
A.
Aziz
Alimul.2008.Ilmu
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Kesehatan
Anak
untuk
Pendidikan
diakses
pada
tanggal
14