Sunteți pe pagina 1din 24

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang Masalah


Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah
shock, aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat
dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis,
pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat
serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik).
Syok merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka morbiditas
dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive Care Unit
(ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita tersebar
diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap hari.
Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak anak setiap tahun di seluruh
dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhilon and Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen
ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009;
Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke selsel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel
yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada organ-organ vital
merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Syok
bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi
hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan kekurangan
oksigen dan substrat, produksi energi secara aerobik tidak bisa dipertahakan,
akibatnya sel harus memasuki jalur metabolisme anaerob. Jalur metabolisme
anaerob akan dihasilkan 2 molekul Adenosine Triphosphate (ATP) per molekul
glukosa dan asam laktat.
Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat
dipertahankan, akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pompa potasium

sodium. Sel membengkak dan permeabilitas membran sel meningkat. Aktivitas


mitokondria menjadi turun dan membran lisosom menjadi rusak, sel akan rusak
dan selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler akan meluas di seluruh
tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang memengaruhi fungsi organ.
Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ dan kematian pada pasien
syok. (Barkman dan Pooler, 2009; Guyton dan Hall, 2010; Schwarz et al.,
2014).
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat
sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan
alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini
diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi
kematian atau cacat organ tubuh menetap. Oleh karena itu penulis akan
membahas mengenai Asuhan keperawatan kegawatdaruratan syok.
.2.

Tujuan
.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan
mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien
dengan syok.
.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
c. Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
d. Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
e. Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien

dengan kegawatdaruratan syok.


1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam makalah ini adalah konsep dasar syok dan

Asuhan

keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok.


.4. Manfaat Penulisan
Dengan makalah ini diharapkan agar para pembaca bisa memahami konsep
dasar syok dan mengaplikasikanya dalam Asuhan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok

.5. Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode:
.5.1. Research library yaitu pengambilan sumber dari buku-buku yang
berkaitan dengan pembahasan atau studi pustaka.
.5.2. Web search yaitu pengambilan sumber dari internet mengenai
materi

tentang

asuhan

keperawatan

kegawatdaruratan

syok

BAB II
PEMBAHASAN
.1.

Definisi
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang
mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk
menyelamatkan jiwa klien (BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan
disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah,
pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang
tak tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran
menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun
dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah utama adalah
penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan gangguan penyampaian

oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan bahwa mekanisme


hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi rusak karena
tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic. Jika sel
melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat yang
merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard
sehingga menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi
gagal fungsi ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat
seiring dengan jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF Multiple
Organ Failure). Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ
mencapai > 90%.

.2. Penilaian Awal Syok


Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi Keadaan
ini disebabkan oleh menurunnya oksigenasi jaringan. Kekurangan oksigen akan
berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar lactat tubuh
merupakan indikator dari tingkat berat-ringannya syok. Terjadinya hambatan di
dalam peredaran darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme
Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan
mengenali adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis
terjadinya syok, Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok
dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak
adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Diagnosis awal di dasarkan
pada adanya gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita
trauma, semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam
hemoragik syok, namun kardiogenik syok atau syok karena tension
pneumotoraks harus dipertimbangkan pada perlukaan diatas diafragma. Syok
neurogenic dapat diakibatkan perlukaan luas pada SSP atau medulla spinalis.
Pada umumnya trauma kapitis tidak menyebabkan syok. Penderita dengan
trauma medulla spinalis pada keadaan awal dapat dalam keadaan syok baik

karena vasodilatasi (neurogenic) maupun karena hemoragik. Syok septik jarang


ditemukan, namun harus dipertimbangkan pada penderita yang datang pada
keadaan lebih lanjut. Dengan demikian langkah awal yang harus dilakukan
adalah melakukan penilaian terhadap penderita sehingga dengan cepat syok
dapat diketahui. Terapi syok dimulai sambil mencari sebab syok. Respon
terhadap terapi awal, digabung dengan penemuan klinis biasanya memberikan
cukup informasi untuk dapat menentukan penyebab syok. Perdarahan adalah
sebab tersering dari syok pada penderita trauma. Setiap keadaan syok pada
penderita trauma memerlukan konsultasi bedah. Syok lanjut yang ditandai oleh
perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang dengan mudah di kenal.
Katergantungan pada tekanan darah sebagai satu-satunya indicator syok
akan menyebabkan terlambatnya diagnosis syok. INGAT : mekanisme
kompensasi dapat menjaga tekanan darah sampai penderita kehilangan 30%
volume darah. Perhatian harus di arahkan pada nadi, laju pernafasan, sirkulasi
kulit, dan tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic). Gejala
paling dini adalah tachikardia dan vaso-kontriksi perifer. Dengan demikian
setiap penderita trauma yang dalam keadaan tachikardia dan kulit dingin
dianggap dalam keadaan syok.
Pemeriksaan hematocrit atau kadar Hb tidak dapat dipakai untuk
mengukur kehilangan darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokirt yang
rendah menunjukkan kehilangan darah dalam jumlah cukup besar (anemia yang
sebelum trauma sudah ada), sedangkan hematocrit normal dapat saja terjadi
walaupun sudah ada kehilangan darah cukup banyak. (Theodore 1993).
.3. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik, 2000):
.3.1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa
sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk
menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui
vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot
skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor
humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan
volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase

kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung


untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun,
tetapi

karena

ginjal

mempunyai

cara

regulasi

sendiri

untuk

mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah


menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
.3.2.Fase Progresif
Terjadi

jika

tekanan

darah

arteri

tidak

lagi

mampu

mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan


adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga
terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan, metabolisme
terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi
kematian sel. Dinding pembuluh darah melemah dan tak mampu
berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous
return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah
ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat
menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati
intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat
vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia
jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan
bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut
memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung).
Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa
usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri
dan penurunan fungsi detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC
bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas
mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan
perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya
terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler
dan timbunan asam karbonat di jaringan.
.3.3. Fase Irevesibel

Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak


dapat

diperbaiki.

Kekurangan

oksigen

mempercepat

timbulnya

ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi


memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial,
daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.

.4. Jenis - Jenis Syok


Dalam
kepustakaan
dikenal
Gambar
2.1 Pathway
Syokbeberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
A. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan
cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat
perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah
terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
1. Penyebab
a. Dehidrasi karena berbagai sebab

(muntah,

diare

yang

sering/frekuensi, peritonitis)
b. Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
c. Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan
post partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterina
terganggu)).

2. Diagnosa
a. Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan pucat,
Capillary refill time memanjang > 2 detik
b. Tachikardia
c. Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah,
Penurunan produksi urine dan Tampak pucat, lemah, apatis,
kesadaran menurun
3. Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus
cairan kristaloid, pada perdarahan diberikan sejumlah kristaloid melebihi
yang hilang.
Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis)
Klasifikasi
Dehidrasi ingan

Kehilangan cairan
tubuh sekitar 5 %
BB

Dehidrasi sedang

Kehilangan cairan
tubuh sekitar 8 %
BB

Dehidrasi berat
Kehilangan cairan
tubuh sekitar 10
% BB

Klinis
Nadi normal atau
meningkat
Selaput lendir
kering

Pengelolaan
Penggantian volume cairan
yang hilang dengan cairan
kristaloid (NaCL 0,9% atau
Ringer Laktat atau Ringer
Asetat

Nadi cepat
Tekanan darah
Selaput
lendirkering
Oliguria
Status mental
tampak lesu dan
lemas

Penggantian volume cairan


yang hilang dengan cairan
kristaloid (NaCL 0,9% atau
Ringer Laktat atau Ringer
Asetat

Nadi sangat
cepat, kecil, sulit
diraba
-Tekanan darah
turun
Anuria
Selaput lendir
pecah-pecah
Kesadaran
menurun

Penggantian volume cairan


yang hilang dengan cairan
kristaloid (NaCL 0,9% atau
Ringer Laktat atau Ringer
Asetat

Tabel 2.1 Syok Hipovolemik


B. Syok Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang
beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang.

Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka makin
besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang banyak mengakibatkan syok.
Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok berlangsung, makin besar
risiko mati. Satu jam pertama masa syok sering disebut The Golden Hour.
Dalam periode ini time Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat
diberikan, yakni menghentikan sumber perdarahan dan mengganti kehilangan
voleume darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di jaringan akibat syok
menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis
(Critical Mass Of Cell), maka akan terjadi gagal organ dan kematian.
1. Perdarahan Menyebabkan :
a. Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah
dan jumlah oksigen jaringan menurun
b. Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga

kapasitas

transport oksigen per unit volume darah menurun Tubuh


memiliki Estimated Blood Volume (jumlah darah yang beredar)
65-75 ml/kg, untuk mempermudah dibuat rata-rata EBV ; 70
ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg (20% EBV), terjadilah
perubahan hemodinamik :
1) Nadi meningkat
2) Kekuatan kontraksi miokard meningkat
3) Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
4) Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan
nadi turun
2. Prinsip Penanganan:
Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan
oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka hemodinamik terjaga.
Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus kristaloid
sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dan
dapat diberikan cairan golongan plasma substitute (cairan koloid).
3. Trauma Status (Advanced Trauma Life support)
Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak jumlah
perdarahan (EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.

Klasifikasi

Klinis

Pengelolaan

10

Kelas I :
kehilangan
volume
darah < 15%
Kelas II :
kehilangan
volume
darah 15-30%

Takikardia
(100-120
x/menit)
Penurunan
pulse pressure
Penurunan
produksi urine
(20-30 cc/jam)

Kelas III :
kehilangan

volume

darah 30-40%

Kelas IV :
Kehilangan volume
darah
>40%

Takikardia
minimal,
<100 x/menit

Tidak
perlu
volume

penggantian

Penggantian volume darah


yang hilang dengan cairan
kristaloid sejumlah 2-4 kali
volume darah yang hilang.

Penggantian volume darah


Tachypnea
yang hilang dengan cairan
(30-40
kristaloid dan darah.
x/menit)
Penurunan
produksi urine
(5-15 cc/jam)
Penggantian volume darah
Tachypnea
(>35 x/menit) yang hilang dengan cairan
kristaloid dan darah.
Takikardia
(>140x/menit)
Perfusi pucat,
dingin, basah
Perubahan
mental

Tabel 2.2 Syok Hemoragik

C. Syok Anafilaktik
1. Definisi
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang
disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi
Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa
melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan
tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis
2. Penyebab

11

Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang


sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen)
mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik
3. Diagnosa
Tanda tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan
darah yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal
hal lain) atau riwayat setelah pemberian obat-obatan.
4. Tindakan
a. C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus kristaloid
(RL). Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan atau intra
muscular dengan dosis sesuai dengan gejala klinis yang tampak
(0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila ternyata jantung tidak
berdenyut).
b. Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
c. Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu.
D. Syok Septik
1. Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan
oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi
dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk
aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan
nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan secara menyeluruh.
2. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang
mengarah

pada

syok.

Peningkatan

permeabilitas

kapiler,

pada

perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
3. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat
bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan
penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien
sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60%
disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi

12

saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah


sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter
intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah
staphylococcus aureus dan pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan
shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan
sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum
adalah:
a. Demam
b. Berkeringat
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
4. Diagnosis
a. Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.
b. Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.
5. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 100 mmHg (Mean Arterial
Pressure 60 mmHg)
a. Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang sumber
infeksi (pembedahan)
b. Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid
vasopressor

(Dopamine

lebih
atau

baik

dengan

diberikan

dikomnbinasi

dengan

Noradrenaline).
E. Syock Kardiogenik
1. Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama
sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat,
seperti

pada

infark

miokard

atau

obstruksi

mekanik

jantung;

manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang


lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland,
2010)
2. Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan
keadaan antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan Tension

13

pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok, ada yang


membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan yang
disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard. Missal : decomp
cordis, trauma langsung pada jantung,

kontusio

jantung dan tension

dikelompokkan

pneumothoraks

jantung.

Tamponad

dalam

syok

obstructive (syok karena obstruksi mekanik)


3. Diagnose
a. Hipotensi disertai gangguan irama jantung.
b. Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).
c. Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung
(bunyi jantung menjauh atau redup), pada tension pneumothoraks
(hipersonor dan pergeseran letak trakea).
4. Tindakan
a. Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
b. Pada aritmia mungkin diperlukan obat obat inotropic.
c. Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring
EKG.
d. Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di
ICS II- mid clavicular line untuk mengurangi udara dalam rongga
pleura (dekompresi).
.5. Manifestasi Klinis
1. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik
<100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah
2.
3.
4.
5.
6.

diketahui.
Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.
Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma.
Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.
Asidosis metabolik.
Pemantauan hemodinamik :
a. Tekanan darah arteri
b. Tekanan vena sentral
c. Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk
pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP).
d. Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu
kulit. (Mansjoer, 2000)

.6. Penatalaksanaan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki

perfusi

jaringan;

memperbaiki

oksigenasi

tubuh;

dan

14

mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab


syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan
kausal.
1. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
a.
b.
c.
d.

mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 100 % dengan cara :


Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan

e.

nafas (Gudel/oropharingeal airway).


Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian
Cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan
mendapat trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya
terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan
pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan
intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang,
darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air
harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa
air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
pemberian cairan yang berlebihan.
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung.

15

f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan


ketat, mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan
organ majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan
pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz"
kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik
untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa
1)
2)
3)
4)
5)

menambah konsumsi oksigen miocard.


Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas

jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.


4. Letakkan pasien dalan posisi syok yaitu mengangkat kedua tungkai
lebih tinggi dari jantung
5. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber
perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas
sumber perdarahan (Mansjoer, 2000)
.7. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia
2.

jaringan yang berkepanjangan.


Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan

alveolus kapiler karena hipoksia.


3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang
koagulasi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK
1. Pengkajian
1. Pengkjian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila
perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 100 mmHg.
b. Breathing

16

frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi


dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti
ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang
cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal
biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah
luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam
rongga toraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak
yang dapat dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol
perdaran pelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh
mengganggu pemasangan infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat
membantu mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
d. Disability Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan
tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi
motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak

2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga
riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang
mengetahui kejadiannya
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan
mual, kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat trauma (banyak perdarahan)
2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan
obat)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Keluarga

17

Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti
klien sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia),
Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok
kardiogenik dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase
lanjut syok (sering kering pada syok septik).
2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg
(lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap
hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
3) Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
4) Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase
kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik,
respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
5) Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan.
Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma.
6) Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)
7) Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di
jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik,
kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
8) Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok
hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik
9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2
menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2
karena adanya aliran pintas di paru)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit,
kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
2) Analisa gas darah
3) EKG
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang

muncul pada klien syok antara lain

(Santosa, 2005):
a. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,
pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.

18

b. Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen,


penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan
transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
c. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan/Masala
h
Kolaborasi
Penurunan curah
jantung b/d gangguan
irama jantung, stroke
volume, pre load
dan afterload,
kontraktilitas jantung.
DO/DS:
- Aritmia,
takikardia,
bradikardia
- Palpitasi,
oedem
- Kelelahan
- Peningkatan/pen
urunan JVP
- Distensi vena
jugularis
- Kulit dingin dan
lembab
- Penurunan
denyut nadi
perifer
- Oliguria, kaplari
refill lambat
- Nafas pendek/
sesak nafas
- Perubahan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria intervensi
Hasil
NOC :
- Cardiac Pump
effectiveness
- Circulation
Status
- Vital Sign
Status
- Tissue
perfusion:
perifer
Setelah dilakukan
asuhan
Selama......penurunan
kardiak
output klien teratasi
dengan kriteria hasil:
- Tanda Vital
dalam rentang
normal
(Tekanan darah,
Nadi,respirasi)
- Dapat
mentoleransi
aktivitas, tidak
ada kelelahan
- Tidak ada
edema paru,

NIC :
- Evaluasi adanya nyeri
dada
- Catat adanya disritmia
jantung
- Catat adanya tanda dan
gejala penurunan
cardiac putput
- Monitor status
pernafasan
- Monitor balance cairan
- Monitor respon pasien
terhadap efek
pengobatan
antiaritmia
- Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari
Kelelahan
- Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Monitor TD, nadi, RR,

19

warna kulit
Batuk, bunyi
jantung S3/S4
Kecemasan

Diagnosa
Keperawatan/
Masalah
Kolaborasi
Perfusi jaringan
tidak
efektif b/d gangguan
afinitas Hb oksigen,
penurunan
konsentrasi Hb,
Hipervolemia,
Hipoventilasi,
gangguan transport
O2,
gangguan aliran
arteri dan vena
DS:
- Nyeri dada
- Sesak nafas
DO
- AGD
abnormal
- Aritmia
- Bronko
spasme
- Kapilare
refill > 3 dtk
- Retraksi dada

perifer, dan
tidak ada asites
Tidak ada
penurunan
kesadaran
AGD dalam
batas normal
Tidak ada
distensi vena
leher
Warna kulit
normal

sebelum, selama, dan


setelah aktivitas
Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Monitor sianosis
Monitor adanya
tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
NOC :
- Cardiac pump
Effectiveness
Circulation status
- Tissue Prefusion :
cardiac,
periferal
- Vital Sign Statusl
Setelah dilakukan asuhan
selamaketidakefektifan
perfusijaringan
kardiopulmonal teratasi
dengan kriteria hasil:
-

Tekanan systole
dan diastole
dalam rentang
yang diharapkan
CVP dalam batas
normal
Nadi perifer kuat
dan simetris
Tidak ada oedem
perifer dan

NIC :
- Monitor nyeri dada
(durasi, intensitas dan
faktor-faktor
presipitasi)
- Observasi perubahan
ECG
- Auskultasi suara
jantung dan paru
- Monitor irama dan
jumlah denyut jantung
- Monitor angka PT, PTT
dan AT
- Monitor elektrolit
(potassium dan
magnesium)
- Monitor status cairan
- Evaluasi oedem perifer
dan denyut nadi
- Monitor peningkatan
kelelahan dan
kecemasan
- Jelaskan pembatasan
intake kafein, sodium,
kolesterol

20

- Penggunaan
otot-otot
tambahan

Diagnosa Keperawatan/
Masalah
Kolaborasi
Defisit Volume Cairan
Berhubungan
dengan:Kehilangan
volume cairan secara
aktif, Kegagalan
mekanisme pengaturan
DS :
- Haus
DO:
- Penurunan turgor
kulit/lidah
- Membran
mukosa/kulit
kering
- Peningkatan
denyut nadi,
penurunan
tekanan darah,
penurunan
- volume/tekanan
nadi
- Pengisian vena
menurun

asites
Denyut jantung,
AGD, ejeksi
fraksi dalam batas
normal
Bunyi jantung
abnormal tidak
ada
Nyeri dada tidak
ada
Kelelahan yang
ekstrim tidak
ada

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC:
- Fluid balance
- Hydration
- Nutritional Status :
Food and Fluid
Intake

dan lemak
Kelola pemberian obatobat: analgesik, anti
koagulan,
nitrogliserin,
vasodilator dan
diuretik.
Tingkatkan istirahat
(batasi pengunjung)

Intervensi

NIC :
- Pertahankan
catatan intake
dan output
yang akurat
- Monitor status
hidrasi
- nadi adekuat,
Setelah dilakukan tindakan
tekanan darah
keperawatan selama.
ortostatik ),
defisit volume
jika
cairan teratasi dengan
diperlukan
kriteria hasil:
Monitor hasil
lab yang sesuai
- Mempertahankan
dengan retensi
urine output
cairan
sesuai dengan usia
- (BUN , Hmt ,
dan BB, BJ
osmolalitas
urine normal,
urin, albumin,
- Tekanan darah, nadi,
total protein )
suhu tubuh
Monitor vital
dalam batas normal
- Tidak ada tanda
sign setiap
15menit 1
tanda dehidrasi,
- Elastisitas turgor
jam
- Kolaborasi
kulit baik,

21

Perubahan status
mental
Konsentrasi urine
meningkat
Temperatur tubuh
meningkat
Kehilangan berat
badan secara
tibatiba
Penurunan urine
output
HMT meningkat
Kelemahan

membran mukosa
lembab, tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
Orientasi terhadap
waktu dan
tempat baik
Jumlah dan irama
pernapasan
dalam batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas
normal
pH urin dalam batas
normal
Intake oral dan
intravena adekuat

pemberian
cairan IV
Monitor status
nutrisi
Berikan cairan
oral
Berikan
penggantian
nasogatrik
sesuai output
(50
100cc/jam)
Persiapan
untuk tranfusi
Pasang kateter
jika perlu
Monitor intake
dan urin output
setiap 8 jam

5. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan
tindakan sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam
tindakan ini diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana
asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan
keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien
dan keluarga dapat menjadi mandiri.
6. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
b. Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
c. Tercapainya volume cairan secara adequat

22

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari
kemampuan mengenal gejala-gejala syok mengetahui, dan mengantisipasi
penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada menit-menit
pertama pasien mengalami syok. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat
ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien
tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta
memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen
ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009;
Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke selsel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel
yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat
sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan
alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini
diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi
kematian atau cacat organ tubuh menetap.
4.2 SARAN
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi
seorang

perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika menemukan

23

klien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera. Dan
mahasiswa mampu mengaplikasikan teri kegawat daruratan syok sehingga
mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah syok.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.
Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and
Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of
Critical
https://www.academia.edu/9746397/Syok. syifana.aqullia.2010.laporanpendahuluan
syok.
http://www.riyawan.com/p/bab-ii-tinjauan-teori syok-a.html

24

S-ar putea să vă placă și