Sunteți pe pagina 1din 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi satu penyebab utama kesakitan dan kematian
pada manusia. Hampir semua kelompok usia dan seluruh daerah geografis dunia
diserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama
didapatkan pada bayi dan anak balita (Suraatmaja, 2010). Menurut WHO (World
Health Organization) dalam Buletin Jendela Data Informasi Kemenkes RI tahun
2011, melaporkan bahwa penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post
neonatal) 14%, penumonia (post neonatal) 14%, malaria 8%, penyakit tidak
menular (post neonatal) 4%, injuri (post neonatal) 3%, HIV (Human
Immunodefficiency Virus) / AIDS (Acquired Immunodefficiency System) 2%,
campak 1%, dan lainnya 13%. Kematian pada bayi < 1 bulan (newborns death)
41%. Kematian pada bayi umur < 1 bulan akibat diare yaitu 2%. Terlihat bahwa
diare sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia
(Kemenkes RI, 2011).
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, diketahui bahwa
Insiden diare pada balita adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare
tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi
Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Jumlah penderita KLB diare tahun 2013 di
Indonesia menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus
menjadi 646 kasus pada tahun 2013. Angka kematian (CFR) akibat diare tertinggi
di Sumatera Utara yaitu sebesar 11,76%. Proporsi kasus diare yang ditangani di
Sumatera Utara adalah 41,34%, sedangkan sisanya 58,66% tidak mendapatkan
penanganan. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah

Universitas Sumatera Utara

kelompok yang paling tinggi menderita diare. Karakteristik diare balita tertinggi
terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebesar 7,6% (Kemenkes RI, 2013).
Di Kabupaten Karo, penyakit diare merupakan penyakit peringkat keempat
tertinggi yang terdapat dalam daftar 10 penyakit terbesar. Angka kejadian diare di
Kabupaten Karo terdapat sebanyak 10.767 kasus, jumlah kasus yang ditangani
sebesar 9.085 (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, 2014). Di Kecamatan
Tigapanah, berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Tigapanah terdapat 682 kasus
kejadian diare pada tahun 2013 dan terjadi peningkatan pada tahun 2014 sebanyak
1.395 kasus sedangkan di Desa Sukadame, penyakit diare merupakan penyakit
peringkat ketiga tertinggi yang terdapat dalam daftar 10 penyakit terbesar setelah
penyakit ISPA dan Gastritis, dari perkiraan kasus diare sebanyak 83 kasus,
ditemukan 129 kasus kejadian diare. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi diare
di Desa Sukadame telah melebihi target yang telah ditentukan, jumlah kasus diare
tertinggi terjadi pada anak balita yaitu sebesar 57 kasus (Laporan Puskesmas
Tigapanah, 2015).
Salah satu penyebab diare adalah tercemarnya makanan dan minuman oleh
bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat dianggap mengganggu karena kesukaannya
hinggap ditempat-tempat yang lembab dan kotor. Selain hinggap lalat juga
menghisap bahan-bahan kotor dan memuntahkan kembali dari mulutnya ketika
hinggap ditempat yang berbeda. Jika makanan yang dihinggapi lalat tercemar oleh
mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/ larva cacing atau bahkan virus yang
dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat dan bila dimakan oleh manusia, maka
dapat menyebabkan diare (Andriani, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manalu (2012) menunjukkan
bahwa angka kepadatan lalat di rumah balita memiliki hubungan yang bermakna

Universitas Sumatera Utara

dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p=0.0001 dan dengan pelaksanaan
program pengendalian lalat dengan insektisida dan perangkap lalat di Pakistan,
secara signifikan terjadi penurunan kejadian penyakit diare sebanyak 23% (Curtis,
2000).
Penyakit diare dapat

juga dipengaruhi oleh personal higiene seseorang.

Personal higiene sendiri dapat diartikan sebagai cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya (Potter dan Perry, 2005).
Salah satu Personal higiene yang mempengaruhi kejadian diare adalah kebiasaan
cuci tangan pakai sabun. Perilaku mencuci tangan pakai sabun merupakan salah
satu bagian dari higiene perorangan seorang ibu. Higiene perorangan yang baik
dapat mencegah terjadinya insiden diare. Beberapa cara dapat dilakukan
diantaranya adalah cuci tangan setelah buang air besar, cuci tangan sebelum
menyiapkan makanan, cuci tangan setelah menangani feses anak, dan yang paling
penting setiap akan makan atau memberikan makan pada anak, ibu/pengasuh balita
harus cuci tangan dengan sabun atau desinfektan (Hanif, 2011). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Delima (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara higiene cuci tangan pakai sabun pada ibu dengan kejadian
diare pada balita dengan nilai p=0,034.
Desa Sukadame merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo yang memiliki jumlah penduduk sebesar 1.438 orang
dengan jumlah KK sebanyak 418 KK. Berdasarkan survei pendahuluan yang saya
lakukan penyakit diare di Desa Sukadame merupakan peringkat ketiga tertinggi
dalam daftar 10 penyakit terbesar setelah penyakit ISPA dan Gastritis, dimana
penderita tertinggi dialami oleh balita.

Universitas Sumatera Utara

Anak- anak balita di Desa Sukadame sering bermain diluar rumah yaitu diatas
tanah tanpa menggunakan sandal dan sering bermain-main tanah atau lumpur.
Banyak balita yang tidak selalu dalam pengawasan orangtua sehingga bisa saja
balita tidak mencuci tangan setelah bermain, setelah buang air besar, dan sebelum
makan. Disamping itu ibu-ibu di Desa Sukadame mayoritas bekerja sebagai petani
kopi dan sayur-sayuran yang sering kontak dengan tanah atau kotoran-kotoran.
Selain bertani masyarakat Desa Sukadame juga beternak, mereka membangun
kandang ternak dekat dengan rumah. Jumlah ternak yang paling banyak dipelihara
adalah ternak babi. Hal ini merupakan salah satu kebudayaan serta telah menjadi
salah satu mata pencaharian bagi masyarakat Desa Sukadame.
Kandang ternak selalu identik dengan lalat karena lalat suka hinggap di tempat
yang kotor dan berbau seperti kotoran hewan. Berdasarkan penelitian Untari dalam
Anitasari (2008), mengenai pengaruh penempatan kandang ternak di dalam dan di
luar rumah terhadap kepadatan lalat, diketahui bahwa penempatan kandang ternak
yang tidak tepat dapat meningkatkan kepadatan lalat. Sejumlah penelitian yang
menghubungkan kepadatan lalat dengan kejadian diare, menyebutkan bahwa
semakin tinggi kepadatan lalat, maka makin tinggi pula penyebaran penyakit,
termasuk diare.
1.2

Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan kandang ternak, angka kepadatan
lalat serta personal higiene dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukadame
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengetahui hubungan keberadaan kandang ternak, angka kepadatan


lalat serta personal higiene dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukadame
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui hubungan antara jarak kandang ternak dengan kepadatan


lalat di dapur rumah responden.

2.

Untuk mengetahui hubungan antara kebersihan kandang ternak dengan


kepadatan lalat di dapur rumah responden.

3.

Untuk mengetahui hubungan antara pengolahan limbah ternak dengan


kepadatan lalat di dapur rumah responden.

4.

Untuk mengetahui hubungan antara angka kepadatan lalat dengan kejadian


diare pada balita di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo
tahun 2016.

5.

Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan ibu cuci tangan pakai sabun
dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo tahun 2016.

6.

Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan anak cuci tangan pakai sabun
dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo tahun 2016.

1.4 Hipotesis
1.

Ada hubungan jarak kandang ternak dengan kepadatan lalat di dapur rumah
responden.

2.

Ada hubungan kebersihan kandang ternak dengan kepadatan lalat di dapur


rumah responden.

Universitas Sumatera Utara

3.

Ada hubungan pengolahan limbah ternak dengan kepadatan lalat di dapur


rumah responden.

4.

Ada hubungan angka kepadatan lalat dengan kejadian diare pada balita di Desa
Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo tahun 2016.

5.

Ada hubungan kebiasaan ibu cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare
pada balita di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo tahun
2016.

6.

Ada hubungan kebiasaan anak cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare
pada balita di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo tahun
2016.

1.5 Manfaat Penelitian


1.

Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tambahan bagi masyarakat agar dapat berperan aktif dalam
mengantisipasi atau menanggulangi penyakit diare terutama pada balita, serta
masyarakat dapat menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan.

2.

Bagi Instansi Terkait


Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan penanganan terhadap
penyakit diare pada balita.

3.

Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melaksanakan penelitian serta menambah
pengetahuan mengenai penyakit diare terutama pada balita, mengenai
hubungan keberadaan kandang ternak, angka kepadatan lalat serta personal
higiene dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukadame Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo tahun 2016.

4.

Bagi Peneliti Lain

Universitas Sumatera Utara

Sebagai informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti pada
bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat memperbaharui
dan menyempurnakan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

S-ar putea să vă placă și