Sunteți pe pagina 1din 92

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN GROWTH DELAY DAN GOVERNMENT DELAY


DI POLI ANAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur
tulang dan keseimbangan metabolic (Soetjiningsih, 1988).
Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur da fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan.
Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan.sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organorgan dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-msing dapat
memenuhi fungsinya termasuk juga emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil iteraksi
dengan lingkungan (Soetjiningsih, 1988).
B. Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Kontinue
2. Ada masa percepatan dan perlambatan
3. Perkembangan mempunyai pola yang sama untuk semua individu, tetapi untuk kecepatan
berbeda-beda untuk tiap individu, sangat dipengaruhi lingkungan.
4. Perkembangan erat dengan maturasi susunan saraf pusat.
5. Refleks primitif hilang sebelum gerakan volunteer tercapai.

C. Patofisiologi

Individu/anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Faktor genetic
Faktor lingkungan
a. Pranatal (giz, mekanis, toksin, endokrin,
radiasi, infeksi, stress, imunitas, anoksia,
embrio.
b. Post natal
- Lingkungan biologis (per-tumbuhan
somatic, jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, penyakit kronis,
metabolisme dan hormon)

factor fisik (cuaca, sanitasi,


keadaan rumah dan sanitasi.
Factor psikososial (stimulasi,
motivasi belajar, ganjaran,
kelompok sebaya, stress. Cinta dan
kasih saying, interaksi).
Faktor keluarga dan istiadat
(pendidikan, pekerjaan, jumlah
saudara, jenis kelamin, adat
istiadat, agama dan kehidupan
politik)

Pertumbuhan dan perkembangan


Gagal/terlambat
Kecemasan orang tua *)

Kerusakan
Sirkulasi
- Kelainan
jantung
congenital
- Gagal jantung
kongestif

Gangguan
Neurologis

Gangguan
Gastrointestinal
/gangguan
hormonal

Kerusakan
endokrin

Kerusakan otak

Gangguan hormonal

Gangguan
fungsi jantung

Gangguan
Muskuler

- Refluks
Wisting, standing
gastroesephagal
- Kistik, fibrosis
- Malnutrisi
Fungsi pergerakan
- Defisiensi

terbatas *)
Intolensi aktivitas
sehari-hari *)

- Anomali
ekstre-mitas
congenital
- Distropi
muskuler
- Penyakit akut

- Odema
paru/sesak
- Perfusi
jaringan
menurun
- Takikardia
- Intoleransi
aktivitas

cair-an *)
- Pemenuhan
nutrisi kurang
Keterlambatan perkem-bangan ari
ba-hasa,
kebutuhan
social dankognisi
tubuh
Hemisfer kiri :

Intoleransi
aktivi-tas *)
-

Hemisfer kanan :

Keterlam-batan perkembang-an mo-torik kasandan halus

II. PENGKAJIAN
A. Focus Assesment
. Identitas
Nama haruslengkap dan jelas, umur perlu dipertanyakan untuk interpretasi tingkat
perkembangan anak yang sudah dicapai sesuai dengan umur, jenis kelamin, dikatakan anak lakilaki lebih sering sakit disbanding anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa
demikian.
Nama orang uta harus diketahui, supaya tidak keliru dengan orang lain. A;amat untuk
mempermudah komunikasi, kondisi lingkungan dan komunititas untuk mengetahui epidemiologi
(orang, tempat dan waktu). Umur, pendidikan dan pekerjaan untuk pendekatan anamnesis
ddalam memperoleh data yang akurat, menggambarkan tingkat status social dan pola suh, asah
dan asih. Agama dan sukku menilai perilaku tentang kesehatan dan penyakit berhubungan
dengan kebiasaan dan tradisi yang dapat menunjang atau menghambat perilaku sehat.

. Keluahan utama
Keluahan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena pertumbuhan dan perkembangan
anaknya yang terlambat dari kelompok seusianya.

. Riwayat penyakit sekarang


Biasanya diawali dari pengalaman danperasaan cemas ibu klien yang melihat pertumbuhan dan
perkembangan anaknya yang terlambat tidak sesuai dengan kelompok seusianya.

. Riwayat Penyakit dahulu

Penyakit seperti rubella, tetanus, difteri, meningitis, morbili, polio, pertusis, vericella dan
encephalitis dapat berkaitan atau mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik secara
enteral maupun parenteral.

. Riwayat antenatal natal dan postnatal


Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang dilakukan untuk
mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamuajamuan dan obat yang pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.
Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara persalinan (spontan,
ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi
atau kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa
kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan.
Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan gagguan sistem,
masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola eliminasi dan respon lainnya.
Selama neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan infeksi.

. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir. Tingkat
perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, halus, social, dan bahasa.

. Riwayat Kesehatan Keluarga


Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah tangga yan harmonis dan
pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan adat istiaadat, berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan pengetahuan
serta ketrampilan anak. Disamping itu juga berhubungan dengan persediaan dan pengadaan
bahan pangan, sandang dan papan.

. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur anak tertentu. Jika
diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan frekuensi) pemberiaannya serta makanan
tambahan yang diberikan. Adakah makanan yan disukai, alergi atau masalah makanan yang
lainnya).
b. Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji BAB atau BAK
(Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta bau). Bagaimana tingkat toileting trining sesuai
dengan tingkat perkembangan anak.
c. Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia sekelompoknya
mengalami kemunduran atau percepatan.
d. Pola istirahat, kebutha istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-hal yang mengganggu
tidur dan yang mempercepat tidur.
e. Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah mandiri atau masih
ketergantuangan sekunder pada orang lain atau orang uta.

. Pemeriksaan fisik

a.
b.
c.
d.
e.
f.

g.
h.
i.
j.
k.
l.

Keadaan umum, kondisi klien saat dikaji, kesan kesadaran, tanda-tanda vital (perubahan suhu,
frekuensi pernafasan, sistem sirkulasi dan perfusi jaringan.
Kepala, lingkar kepala hendaknya diperiksa sampai anak usia 2 tahun denga pengkuruan
diameter oksipito-frontalis terbesar
Rambut, warna, distribusi dan keadan kulit kepala.
Ubun-ubun, normal ubun-ubun besar rata atau sedikit cekung sampai anak usia 18 bulan,
Mata, refleks mata baik, sclera adaka ekterus, conjuntiva adakah anemis , penuruna penglihatan
(visus).
Telinga semetris, fungsi pendengaran
Mulut/leher, keadaan farings, tonsil (adakah pembesaran, hyperemia), adakah pembesaran
kelenjar limfe, lidah dan gigi kotor atau tidak adakah kelainan, bengkak dan gangguan fungsi.
Kelenjar tyroid adaka pembesaran (gondok) yang apat mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Kulit, keadaan warna, turgor, odema, keringat dan infeksi.
Thorax, bentuk simteris, gerakan
Paru, normal vesikulr, adakah kelainan pernafasan(ronchi, wheezing)
Jantung, pembesaran, irama, suara jantung dan bising.
Genetalia, testis, jenis kelamin, apakah labio mayor menutupi labio minor pada perempuan.
Ekstremitas, refleks fisiologis, refleks patologis, refleks memegang, sensibilitas, tonus dan
motorik.

0. Penatalaksanaan
Radiologi
eriksaan EEG
eriksaan Statutory Scan Kepala
ax AP/PA
Laboratorium
serum elektrolit)
UL, DL, BUN, LED, serum protein
/Ig M Rubela, CMV
Konsultasi
ng, THT, Jantung, Paru
ng Mata
abilitasi medis
Program terapi
seimbang
ivitamin
esuai dengan infeks penyerta
B. Diagnosa Keperawatan
1. Anxietas berhubungan dengan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya yan terlambat.
2. Gangguan aktivitas fisik dan ketergantungan sekunder berhubungan dengan disfungsi otak.
3. Gangguan tingkat perkembangan (personal social, bahsan dan kognitif) berhubungan dengan
atropi hemisfer kiri (disfunsional otak).

4. Keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan social, bahasa, bermain dan pendidikan sekunder
berhubungan dengan kurangnya infomrasi tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
C. Nursing Care Planning
1. Anxietas berhubungan dengan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya yan terlambat
yang ditandai dengan :
Data subyektif : Keluarga merasa cemas dengan keadaan pertumbuhan dan perkembangan
anaknya yang tidak sesuai dengan kelompok seusianya, klien sering menanyakan apakah
keadaan tersebut dapat disembuhkan atau dilatih seperti anak yang sehat, klien kurang
pengalaman dalam perawatan dan pengetahuan tentang pertumbuhan-perkembangan anak.
Data Obyektif : Keluarga tampak gelisah, berkeringan dingin, keluarga klien sering bertanya
tentang keadaan dan prognosisi anaknya.
Tujuan : Anxietas berkurang.
Kriteria :
- Keluarga mau menerima keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang dialami
sekarang
- Keluarga mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan serta factor-faktor yang
memepengaruhi..
- Keluarga nampak tenang dan mau bekerja sama dalam perawatan dan penatalaksanaan
Intervensi
a. Bina hubugan trust antara perawatn-keluarga-dokter dalam pengumpulan data/pengkajian dan
penatalaksanaan.
R/ Rasa percaya yang terbina antara perawatan-keluarga klien/klien-dokter merupakan modal
dasar komunikasi efektif dalam pengumpulan data, menemukan masalah dan alternatif
pemecahan masalah.
b. Disukusikan dan informasikan dengan jelas sesuai tingkat pengetahuan dan pengalaman
keluarga :
1. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terlambat perlu pemeriksaan yang
kompleks dan pengangan lintas devisi.
R/ Diskudi merupakan metode efektif untuk menyampaikan informasi untuk diterima dan
dipertimbangkan oleh keluarga , sehingga informasi tersebut mendapat tanggapan dan
kooperatif serta partisipatif yang berkesinambungan.
2. Jelaskan tentang tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang dicapai saat dikaji.
R/ Penjelasan yan diterima cenderung memberikan jalan pikiran terbuka, sehingga mau
menerima keadaan anaknya dan sedikit menekan stres.
c. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya dan mengungkapkan perasaan cemasnya.
R/ Asertivitas dalam menghadapi sesuatu dengan segala perasaan dan kepuasan akan
mendorong atau memberi semangat untuk memfasilitasi tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anaknya mencapai tingkat optimal sesuai dengan kelompok sebayanya.
d. Beri reinforcement terhadap kemauan dan kemampuan keluarga untuk semangat dan tanggapan
yang positif serta benar tetnang persepsi keadaan anaknya.
R/ Reinforcement sebagai kekuatan untuk meningkatkan tingkat psikologis yang baik dan positif
sehingga termotivasi untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
2. Gangguan aktivitas fisik dan ketergantungan sekunder berhubungan dengan disfungsi otak, yang
ditandai dengan :

a.

b.

c.

d.
e.
f.
g.

h.

Data subyektif : semua/sebagian dari kebutuhan dan perawatan dirinya sehari-hari dibantu oleh
keluarga, tingkat kemampuan akan dalam aktivitas sehari-hari masih minimal dari pada anak
normal yang seusianya.
Data Obyektif : Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak dalam koordinasi motorik kasar
dan halus mengalami keterlambatan atau kemunduran dari kelompok seusianya, tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak dilihat dari perangkap scoring perkembangan denvers dan
NCHS di bawah abnormal.
Tujuan : Aktivitas fisik dan kemandirian klien dalam batas optimal
Kriteria :
Klien mampu melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak pada usia yang sama.
Tingkat ketergantuangan sekunder minimal
Stimulasi pada anak dalan aktivitas efektif dan adequat
Intervensi :
Monitor tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada area fungsi motorik kasar dan halus
dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan NCHS (BB, TB, Lingkar kepala, lingkar dada
dan lingkar lengan atas).
R/ Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan individu tergantung pada sensivitas suatu
organ dalam fase cepat seperti fungsi biologis, gizi dan faktor lingkungan serta pola suh, asah
dan asih yang dapat tergambar dalam perangkat scoring perkembangan denvers dan NCHS
dapat meneilai tingkat kenormalan fisik individu yang sesuai dengan usianya.
Diskusikan dan ajarkan keluagra dan pengasuh tentang tugas-tugas perkembangan anak yang
sesuai dengan kelompok usia dan sstimulasinya.
R/ Anak harus lebih diberlakukan sebagai pribadi anak yang aktif yang perlu dirangsang atau
stimulasi untuk menghadapi dan mampu mengatasi masalah melalui interaksi dan komunikasi
antara orang tua-klien da pengasuh.
Ajarkan dan beri kesempatan pada anak untuk memenuhi tugas perkembangan sesauai dengan
kelompok seusianya.
R/ Tindakan pemeberian stimulasi untuk ungkapkan rasa kasih sayang yang dilakukan secara
bertahap dan berkelanjutan yang dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak dengan
wajar atau tanpa paksaan serta beri pujian bila hal yang dilakukan itu mencapai keberhasilan.
Berikan reinforcement terahadap keberhasilan anak dalam aktivitas tertentu.
R/ Reinforcement dapat meningkatkan semangan dan rasa perceya diri anak dalam
perkembangan dan aktivitsnya.
Tugaskan dan cari pengasuh yang konsisten.
R/ Peran aktif pengasuh diperlukan adaptasi anak dalam pola asuh, asih dan asah terutama
pada balita.
Dorong anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri (makan, minum dan toileting sendiri).
R/ Tingkat kemampuan motorik kasar dan halus pada usia 1-3 tahun siberi stimulasi untuk
membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal.
Berikan area yang aman, dimana anak dapat bermain bebas menggerakkan alat bantu jalan,
pegangi tangan saat melangkah)
R/ Tempat aman dimana anak bermain hendaknya diperhatikan, sehingga terhindar dari cedera,
efek keracunana bahan mainan dan lain-lain.
Kolaborasi rehabilitasi medis (latihan fisik).
R/ Fasilitas latihan fisik untuk mendapatkan kemampuan yang optimal.

3. Gangguan tingkat perkembangan (personal sosial, bahasa dan kognisi) berhubungan dengan
atropi hemisfer kiri (disfunsi otak) yang ditandai dengan :
Data subyektif : Klien tidak bisa mengucapkan kata-kata pada usia yang sebaya, kemapuan
mendengar menurun, pengulangan kata terganggu.
Data obyektif : Pembicaraan spontan (-), tidak mengenal benda, tidak mampu mengikuti
pengulangan kata-kata, serta meniru pengucapan kata tidak bisa.
Tujuan : Memperlihatkan tingkat perkembangan (personal sosial, bahasa dan kognisi) seoptimal
mungkin sesuai dengan kelompok seusianya.
Kriteria :
- Perilaku sangat ingin tahu dan lebih memungkinak melakukan sesuai secara mandiri.
- Belajar dengan kata-kata melalui perabaan bahasa
- Penducapan verbal meningkat1-2 kata
- Dapat berbicara pada diri sendiri dan atau orang lain
- Keluarga mau melakukan stimulan terhadap tugas-tugas perkembangan anak.
Intervensi :
a. a. Monitor tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada area fungsi motorik kasar dan
halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan NCHS (BB, TB, Lingkar kepala, lingkar
dada dan lingkar lengan atas).
R/ Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan individu tergantung pada sensivitas suatu
organ dalam fase cepat seperti fungsi biologis, gizi dan faktor lingkungan serta pola suh, asah
dan asih yang dapat tergambar dalam perangkat scoring perkembangan denvers dan NCHS
dapat meneilai tingkat kenormalan fisik individu yang sesuai dengan usianya.
b. Diskusikan dan ajarkan keluagra dan pengasuh tentang tugas-tugas perkembangan anak yang
sesuai dengan kelompok usia dan sstimulasinya.
R/ Anak harus lebih diberlakukan sebagai pribadi anak yang aktif yang perlu dirangsang atau
stimulasi untuk menghadapi dan mampu mengatasi masalah melalui interaksi dan komunikasi
antara orang tua-klien dan pengasuh.
c. Ajarkan dan beri kesempatan pada anak untuk memenuhi tugas perkembangan sesauai dengan
kelompok seusianya.
R/ Tindakan pemeberian stimulasi untuk ungkapkan rasa kasih sayang yang dilakukan secara
bertahap dan berkelanjutan yang dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak dengan
wajar atau tanpa paksaan serta beri pujian bila hal yang dilakukan itu mencapai keberhasilan.
d. Tugaskan dan cari pengasuh yang konsisten.
R/ Peran aktif pengasuh diperlukan adaptasi anak dalam pola asuh, asih dan asah terutama
pada balita.
e. Ajarkan dan r\tingkatkan perkembangan kata-kata dengan pengulangan kata-kata yang
dipergunakan anak.
R/ Stimulasi pendengaran dengan memanggil nama anak, mengulangi kata-kata yang diucapkan
dengan jelas dengan menyebutkan anggota badan dapat melatih memory sel otak anak.
f. Berikan waktu bermain dengan anak sebaya.
R/ Anak bermain dengan cara toddler dengan karakterstik (paralel play dan solitary play),
bermain secara spontan dan bebas. Perlu diingat anak mempunyai autonomi dan kemauan
sehingga penting diperhatikan keamanan dan keselamatannya.
g. Kolaborasi dengan rehabilitasi medis dan audiologi.

R/ Latihan speech dapat merangsang otot-otobicara dan memory sel otak, sekaligus memberi
pelajaran pada orang tua tentang cara menstimulasi anaknya. Audiologi dapat mengevaluasi
kelaianan pada bidang THT.
4. Keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan social, bahasa, bermain dan pendidikan sekunder
berhubungan dengan kurangnya infomrasi tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, yang
ditandai dengan :
Data subyektif : Keluarga menanyakan tentang cara perawatan di rumah, apa yang bisa
dikerjakan. Keluarga mengatakan belum mempunyai pengalaman dalam mengasuh anak, klien
adalah anak pertamanya, tingkat pendidikan menengah, status sosial dan ekonomi kurang
mendukung.
Data obyektif : Keluarga belum mengetahui tentang tugas-tugas perkembangan dan stimulasi
sesuai dengan tingkat usia.
Tujuan : Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sosial, bahsa, bermain dan pendidikan sekunder
pada anak.
Kriteria :
- Keluarga mengeahui atau emngenal tugas perkembangan anak dan stimulasinya.
- Keluarga mempunyai buku panduan atau acuan dalan perawatan anak dalam perkembangan dan
stimulasinya.
Intervensi :
a. Ajarakan dan diskusikan pada keluarga tentang tugas-tugas perkembangan dan stimulasinya
pada kelompok usia yang sama
R/ Tugas-tugas perkembangan dan stimulasi yang diberikan dapat dilaksanakan oleh keluarga
dalam perawatan sehari-hari di rumah setelah mengetahui maksud dan tujuan tindakan tersebut
b. Berikan buku panduan atau petunjuk tentang tugas perkembangan anak dan stimulasinya.
R/ Buku petunjuk sangat membantu dalam proses pembelajaran dan pendidikan sekunder anak
di rumah.
c. Kolaborasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
(dokter, perawata dan lainnya yang berkompetensi).
R/ Shering pendapat dalam pengalaman dapat memberikan wacana baru dan luas serta
membina hubungan kerja sama dalam mecapai tujuan yang diharapkan.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. MR DENGAN GROWTH DELAY (MIKROCEPHALI)
DAN DEVELOPMENT DELAY (BAHASA , SOSIAL, MOTORIK KASAR DAN HALUS)
DI POLI ANAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

n
Nama
: An. MR
Jenis kelamin
: laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bekasi, 25-01-2000
Umur
: 17 bulan
Sumber informasi
Diagnosa medis
DD

No regester
: 10050922
: Ibu dan pengasuh klien
: Growth delay (mi-krocephali)
Alamatdan development delay (personal sosial, ba-hasa
motorik kasar dan halus)
: Cerebral Palsy

Nama ayah
: Tn. SA/29 tahun
Nama ibu
: Ny. N/29 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan ayah
: SMA/swasta
Pendidikan ibu
: SMA/Suku
: Jawa
: Jl. Gresik no 15 Surabaya

rawatan
a.

Keluhan utama
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya pada usia 17 bulan belum bisa berdiri sendiri.
b. Keluhan khusus
Pertumbuhan dan perkembangan lambat. Gangguan bicara aaaaememmm hilang
lagi sejak satu bulan yang lalu.

tal, natal dan postnatal


a. Prenatal
Kehamilan anak ini ibu klien sedang dalam pengobatan karena menderita penyakit
limfadenitis Tb dan dalam keadaan hami gamelli (hamil kembar). Pengobatan dan perawatan
antenatal care di rumah sakit Siti khotijah.
b. Natal
Persalianan dengan gemellli secara sectio secaria, anak pertama lahir dengan keadaan kepala
lebih kecil dari normalnya, lingkar kepala tak terkaji, aanak kedua meninggal sesaat setelah
dilahirkan dalam keadaan asfyksia berat.
c. Post natal
Anak pertama lahir dalam keadaan asfyksia neonatorum, AS selang 5 menit menangis lemah
(4-5), warna kulit (badan hangat, ekstremitas biru), BB lahir 2300 kg, PB lahir 47 cm.
Kelainan kongenital mikrocepali, sianosis (+), ASI dan PASI diberikan setelah 1 Minggu
kelahiran.

isasi

akit Sekarang

Imunisasi yang telah diberikan lengkap (BCG (+) scar (+), DPT 3 kali, Polio 4 kali, campak 1
kali dan hepatitis 3 kali. MMR (-).

Anak umur 17 bulan belum bisa berdiri sendiri dan bila berdirikan masih lemah dan hanya
bertahan dalam beberapa menit. Kemampuan berbahasa dab ssosial berkurang bahkan akan
ada yang hilang.

mbuhan dan perkembangan


Berat badan = 11 kg, tinggi badan 81 cm, lingkar kepala 42 cm, lingkar dada 52 cm dan
lingkar lengan atas kiri 18 cm.
Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai :
Tersenyum sejak umur 3 minggu
Mengambil mainan sejak umur 6-7 bulan
Duduk pada usia 6 bulan
Menggerakkan kepala sejak 2-3 bulan
Tengkurap 6 bulan
Merangkak belum bisa
Perkembangan bicara dan bahsa (-)

akit Dahulu
Kejang demam sejak 1 minggu yang lalu dan dirawat di rumah sakit RSI surabaya selam 4
hari.

hatan Keluarga
Perkawinan pertama dengan anak yang pertama. Komposisi keluarga dalam satu rumah
terdiri ayah, ibu , anak dan pembantu. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan anak dari pola
asuh, asih dan asah dalam keluarga baik. Persepsi keluarga tentang keadaan anaknya bahwa
anaknya mengalami kelainan yang tidak wajar,perttumbuhan dna perkembangan anak
terlambat, sehingga perlu diperiksakan ke pelayanan khusus anak untuk mendapatkan
pemeriksaan, perawatan dan penangan lebih lanjut.

sehari-hari
a.

Pola nutrisi, kebiasaan anak masih disuapi, makanan berupa nasi tim, lauk pauk (tahu, tempe,
daging sapi dan ayam serta ikan laut) serta sayur-sayuran yang diberika 3 kali sehari. PASI
yang diberikan SGM 2 kurang lebih 6 botol dalam sehari. Klien hanya bisa memgang sendok
untuk makan sendiri masih dibantu tetapi untuk makanan ringan dapat memegang sendiri dan
memasukkannya dalam mulut. Status gizi baik.

b. Pola kebersihan diri, personal hygiene kien baik. Tingkat kemampuan klien dalam perawatan
diri tergantung pada pengasuh dan keluagra.
c. Pola eliminasi, latihan toileting klienmasih belum terkontrol, bab dan bak didalam celana dan
kadang-kadang klien dipakaikan bempers)
d. Pola istirahat dan tidur, kebutuhan istirahat dalam sehari-hari cukup, 12-14 jam sehari.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Hipopituitarisme


Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Hipopituitarisme

MAKALAH
SISTEM ENDOKRIN
HIPOPITUITARISME
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis mengkoordinasikan
berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormone hipofisis memiliki efek
langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya
sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin
lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau
mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada
hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar
hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seleruh
sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus
( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang.
Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah,
hipovolemia dan hipotensi pada saat melahirkan.
(Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas mata
kuliah sistem endokrin.
2. Tujuan khusus
Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat:
a.
Mengetahui pengertian penyakit hipopituitarisme
b.
Mengetahui klasifikasi dari hipopituitarisme
c.
Mengetahui penyebab terjadinya hipopituitarisme
d.
Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipopituitarisme

e.
Mengetahui dan memahami focus pengkajian pada penyakit hipopituitarisme
f.
Mengetahui dan memahami focus perencanaan pada penyakit hipopituitarisme
g.
Memahami contoh kasus penyakit hipopituitarisme dan mengetahui asuhan
keperawatan yang harus diberikan pada penderita hipopituitarisme
C.

Manfaat Penulisan

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat menetahui cara
hidup sehat, menambah pengetahuan dan pendalaman, penelitian tentang pasien dengan
gangguan gagal jantung.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis.
Hipopituitarisme merupakan defisiensi hormon tiroid, adrenal, gonadal dan hormon
pertumbuhan akibat penyakit hipofisis. Pada setiap pasien dengan defisiensi hormonal ini,
kemungkinan adanya defisiensi lain harus dicari. Kadang-kadang timbul akut berupa
apopleksi hipofisis dimana terdapat infark hemoragik pad atumor hipofisis, biasanya disertai
nyeri disertai kepala berat mendadak dan seringkali bersama dengan defek lapanng pandang.
Hipopituitarisme memilki prevalensi 30/100.000. (Gledle Jonathan, 2005:143)
Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis,
terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi
klinis yang berkaitan dengandefisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.
( http://banjaristi.blogspot.com )
B. Etiologi
Sindrom ini disebabkan oleh kelainan destrutif pada kelenjar hipofisis. Penyebab yang sering
ialah :
1.
Sheehans postpartum pituitary necrosis
2. Adenoma khoromofob
3.
Craniopharyngioma
4.
Kelainan-kelainan lain yang mungkin juga menimbulkan hipopitutarisme ialah radang,
terutama tuberculosis, sarcoidosis. Kadang-kadang penyebab dari pada destruksi hipofisis
tidak jelas dan hanya tampak sebagai fibrosis saja.
(dr. Sutisna Himawan, 1994)
Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus.
Penyebab menyangkut :
1.
Infeksi atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik.
2.
Penyakit autoimun (Hipofisis limfoid autoimun).
3. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu
pembentukan salah satu atau semau hormon lain.

4.
Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi
penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT
dalam kadar yang berlebihan.
5.
Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat
merusak sebagian atausemua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan, yang
terjadi setelah perdarahan maternal.
C. Klasifikasi
1.
Hypophyseal Cachexia ( Penyakit Simmonds ):
a.
Dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa.
b.
Lebih sering pada wanita dengan perbandingan 2 : 1
c.
Penderita dapat hidup bertahun-tahun dengan penyakitnya, kadang-kadang sampai 3040 tahun.
Gejala-gejala klinik biasanya disebabkan oleh insufiensi adrenal, thyroid atau gonad, yang
terjadi sekunder akibat hipopituitarisme. Kombinasi kelenjar yang mengalami insufiensi itu
bisa berbagai macam ; yang paling sering ialah kombinasi hipothyroidisme dan
hipoadrenalisme.
2.
Hypophyseal Dwarfism ( Jenis Lorain-Levi ):
a.
Pada anak yang sedang tumbuh
b. Terjadi dwarfisme yang simetrik.
Penyebab yang paling sering ialah ; craniopharyngioma. Kadang-kadang juga disebabkan
juga oleh : nekrosis iskhemik, kista, atau radang.
3.
Sindrom Froehlich ( Dystrophia Adiposogenitalis ):
a.
Obesitas jenis eunuchoid.
b.
Pertumbuhan yang tidak sempurna daripada gonad dan genital.
c.
Cirri-ciri sex sekunder tidak ada, disfungsi seksual, dan kulit yang halus.
d. Terjadi pada usia muda.
e.
Dapat menyerang baik laki-laki maupu wanita dengan perbandingan yang sama.
(dr. Sutisna Himawan, 1994)
D. Manifestasi Klinis
Pada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatis akibat defisiensi pelepasan GH.
Dwarfisme hipofisis (kerdil) merupakan konsekuensi dari defisiensi tersebut. Ketika anakanak tersebut mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual sekunder dan genitalia eksterna
gagal berkembang. Selain itu sering pula ditemukan berbagai derajat insifisiensi adrenal dan
hipitiroidisme, mereka mungkin akan mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan
perkembangan intelektual yang lamban, kulit biasanya pucat karena tidak adanya MSH.
Pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti kronologis seperti defisiensi
GH, hipogonadisme, hipotiroidisme, dan insufisiensi adrena. Karena orang dewasa telah
menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan
hipotuitarisme adalah normal.
Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin ditemukan yaitu :
1. Terjadinya hipogonadisme.
2.
Penurunan libido, impotensi, progresif pertumbuhan rambut dan bulu ditubuh, jenggot,

berkurangnya perkembangan otot pada pria.


3.
Pada wanita, berhentinya siklus menstruasi atau aminorea yang merupakan tanda awal
dari kegagalan hipofisis. Kemudian di ikiti atrofi payudara dan genetalia eksterna.
(Price Syvia A, 2005:1216-1217)
Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intara kranial yang
meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup
besar.
1.
Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali
(tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan
artralgia (nyeri sendi).
2.
Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada
wanita, impotensi pada pria.
3.
Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus,
osteoporosis.
4.
Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada
anak-anak.
5.
Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria,
amenore pada wanita.
6.
Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari
hipertiroidism.
7.
Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala
gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran
laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.
8.
Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi
kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
2.
Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika.
a.
Foto polos kepala.
b.
Poliomografi berbagai arah (multi direksional).
c.
Pneumoensefalografi.
d.
CTScan.
e.
Angiografi serebral.
3.
Pemeriksaan Lapang Pandang.
a.
Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan.
b. Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik.
4.
Pemeriksaan Diagnostik.
a.
Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.
b.
Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.
c.
Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan
melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.

d. Tes provokatif.
( http://banjaristi.blogspot.com )
F. Penatalaksanaan
Pengobatan hipopituitarisme mencakup penggantian hormon-hormon yang kurang. GH
manusia, hormon yang hanya efektif pada manusia, dihasilkan dari tehnik rekombinasi asam
deoksiribonukleat(DNA), dapat digunakan untuk mengobati pasien dengan defesiensi GH
dan hanya dapat dikerjakan oleh dokter spesialis.
GH manusia jika diberikan pada anak-anak yang menderita dwarfisme hipofisis, dapat
menyebabkan peningkatan tinggi badan yang berlebihan. GH manusia rekombinan juga dapat
digunakan sebagai hormon pengganti pada pasien dewasa dengan panhipopituitarisme.
Hormon hipofisis hanya dapat diberikan dengan cara disuntikan.
Sehingga, terapi harian pengganti hormon kelenjar target akibat defesiensi hipofisis untuk
jangka waktu yang lama, hanya diberikan sebagai alternatif.
( Price Syvia A, 20051217)
G. Asuhan Keperawatan Fokus
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
a.
Riwayat penyakit masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi
pada kepala.
b.
Sejak kapan keluhan diarasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin
nyata pada masa praremaja.
c.
Apakah keluhan terjadi sejak lahir.Tubuh kecil dan kerdil sejak lahirterdapat pada klien
kretinisme.
d.
Kaji TTV dasar untukperbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
e.
Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan
perumbuhan anak dengan standar.
f.
Keluhan utama klien:
Pertumbuhan lambat.
Ukuran otot dan tulang kecil.
Tanda tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut
axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain lain.
Interfilitas.
Impotensi.
Libido menurun.
Nyeri senggama pada wanita.
g.
Pemeriksaan fisik
Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah
dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut
wajah (jenggot dan kumis).
Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada
penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila

penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum
danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.
h.
Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
i.
Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :
Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.
Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron,
kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid
releasing hormone.
( http://banjaristi.blogspot.com )
2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan hipopituitarisme adalah:
a.
Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi
tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
b.
Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.
c.
Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.
d.
Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
e.
Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.
f.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.
g.
Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar
hormonal.
h.
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan Melemahnya
kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat gangguan hormonal.
3.

INTERVENSI
Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis
adalah :
a.
Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
b.
Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.
c.
Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.
d.
Klien bebas dari rasa cemas.
e.
Klien terhindar dari komplikasi.

1.
Dx : Gangguan Citra Tubuh Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan
Fungsi Tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang
positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil :
a.
Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur
tubuh, pola makan, kehadiran diri.
b.
Penampilan dalam perawatan diri / tanggung jawab peran.

Intervensi :
a.
Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.
R: Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik
tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.
b.
Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan,
prognosa kesehatan.
R: Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara bertahap akan
mulai menerima kenyataan.
c.
Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.
R: Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah
pemahaman tidak terjadi.
d.
Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang
sama.
R: Sebagai problem solving
e.
Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain.
R/ Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi
perawatan/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.
Diposkan oleh Linglung di 18.02
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Makalah Sistem Endokrin
Lokasi: Ambukembang, Kedungwuni, Indonesia

http://lululinglinglung.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-pada-kliendengan_2712.html

askep pada pasien hiperpituitari


Mei 17, 2012 by munawarmdh
Askep Klien GawaT darurat (Gadar) dengan gangguan Kelenjar Hipofise = Hiperpituitari
Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Hifofisis
A. DEFINISI
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur
bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan
ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak
yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan
penglihatan.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa
dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa. Hipofisa
memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior (belakang).
Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan faktor
atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung
menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui
impuls saraf.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:

Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)

Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)

Pertumbuhan seluruh tubuh.


Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan
hormon yang menghambat sensasi nyeri.
Hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:

Mengatur keseimbangan air

Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui

Merangsang kontraksi rahim.


Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target.
Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus
menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak
aktif.
Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal,
hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan
pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan
menurun sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun
sampai kadar terendah sesaat sebelum tidur.
Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. Pada wanita, kadar LH
(luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi
reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi.

Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah
gejala yang bervariasi.
A. Fungsi Lobus Anterior
Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan hormon
yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang aktivitas
kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.
Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin
lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (ACTH,
adenocorticotropic hormone), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol
dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik).
Tanpa kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan
kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.
Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu betamelanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan
endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.
TSH (thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi
merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme),
terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).
Dua hormon lainnya yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah LH (luteinizing hormone)
dan FSH (follicle-stimulating hormone). Keduanya merupakan gonadotropin, berfungsi
merangsang indung telur dan buah zakar.

Pada wanita, kedua hormon ini merangsang pembentukan estrogen dan progesteron serta
merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur.

Pada pria, LH merangsang buah zakar untuk menghasilkan testosteron dan FSH
merangsang pembentukan sperma.
Salah satu hormon terpenting yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah hormon
pertumbuhan, yang merangsang pertumbuhan otot dan tulang serta membantu mengatur
metabolisme. Hormon pertumbuhan dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak,
merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan
lemak. Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan
pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak
dan kadar lemak dalam darah. Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus
menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa.
Bersamaan dengan kortisol, hormon pertumbuhan membantu mempertahankan kadar gula
darah untuk otak dan memindahkan lemak, sehingga sel-sel tubuha lainnya dapat
menggunakannya sebagai cadangan sumber energi.
Pada berbagai kasus, hormon pertumbuhan tampaknya bekerja dengan cara mengaktifkan
sejumlah faktor pertumbuhan, yang paling penting adalah faktor pertumbuhan yang
menyerupai insulin (IGF-1, insulin-klike growth factor).
B. Fungsi Lobus Posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan
oksitosin.

Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus; sel-sel
saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana
hormon ini dilepaskan.

Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi
langsung mempengaruhi organ target.

Hormon antidiuretik (disebut juga vasopresin) meningkatkan penahanan air oleh ginjal.
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.
Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta,
mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon
antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus
dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit
yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah
yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obatobat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon
antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan
dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
Oksitosin menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah
persalinan untuk mencegah perdarahan.
Oksitosin juga merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar
susu. Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam
payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa
No Hormon Location Function
1. Hormon pertumbuhan (growth hormone) GH/somatotropin Otot & tulang
meningkatkan pertumbuhan dengan mempengaruhi beberapa fungsi metabolisme seluruh
tubuh, khususnya pembentukan protein
2. Prolaktin hormon adenokortikotropik (ACTH) Kelenjar adrenal mengatur sekresi
beberapa hormon korteks adrenal, yang selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa,
protein, dan lemak.
3. Hormon stimulasi tiroid (TSH) Tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh
kelenjer tiroid, dan tiroksin selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi reaksi
kimia seluruh tubuh
4. Prolaktin Kelenjar susu meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan
pembentukan susu
5 hormon luteinisasi (LH) Indung telur (buah zakar) mengatur pertumbuhan gonad serta
aktivitas reproduksinya.
6. hormon stimulasi folikel (FSH) Indung telur (buah zakar) mengatur pertumbuhan
gonad serta aktivitas reproduksinya.
7 Oksitosin Rahim & kelenjar susu Berperan dalm proses persalinan bayi dan laktasi
8. Hormon antidiuretik (vasopresin) Ginjal Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam
urin dan dengan cara ini membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENDERITA HYPERPITUITARI

Konsep Dasar
Hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormon hipofisis atau lebih.
Jenis jenis penyakit hyper pituitary
1.
SIADH (Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone)
a. Definisi
Kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik, Gangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia. Ahli Patologi klinik juga akan
mencari data labor lain yang berhubungan dengan osmolaritas serum, peningkatan gravitas
urin, edema atau dehidrasi, hiponatremia dan peningkatan hormon plasma vasopresin.
Biasanya fungsi adrenal, tyroid dan ginjal dalam batas normal. Hal lain kadang gejala SIADH
berhubungan dengan trauma kepala atau tumor, dimana patologi akan mengambil biopsi
untuk memastikannya
b. Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan hipotalamus (bagian
dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam memproduksi
hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa
merangsang produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya
seperti dibawah ini:

Meningitis peradangan pada meningens, selaput pelindung otak dan saraf spinalis.

Encephalitis peradangan dijaringan otak.

Tumor otak

Psikosis

Penyakit paru

Trauma kepala

Guillain-Barr syndrome (GBS) keadaan reversible yang menyerang jaringan syaraf,


menyebabkan lemah otot, nyeri dan paralisa temporer di wajah dan otot kaki dan paralisa di
bagian dada bisa menganggu proses bernafas.

Penggunaan obat tertentu

Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofise saat pembedahan


c. Manifestasi klinis :
Pada kasus SIADH berat, gejalanya meliputi::

Nausea

Muntah

Irritability

Perubahan prilaku seperti meracau, bingung dan halusinasi,

Seizures

Stupor

Koma
d. Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat adalah
penurunan valume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat volume darah turun
15 25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering sampai 50 kali dari normal.
Penyebab peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium kanan, mempunyai reseptor regang

yang di bangkitkan, reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat sekresi
ADH. Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi proses
yang berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat besar. Lebih lanjut, di
samping reseptor regangan atrium, penurunan regangan baroreseptor pada daerah karotid,
aortik dan pulmonari dalam peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung yang
kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup katupnya membuat darah
menumpuk pada atrium atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung.
2.
Galaktore
1. Definisi
Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa
menyusui.
1. Etiologi
Penyebabnya adalah prolaktinoma (tumor yang menghasilkan prolaktin) pada kelenjar
hipofisa. Pada saat terdiagnosis biasanya prolaktinoma ini ukurannya kecil, tetapi pada pria
tumor ini cenderung membesar.Pembentukan prolaktin yang berlebihan dan terjadinya
galaktore juga bisa dirangsang oleh obat-obatan seperti fenotiazin, obat tertentu untuk
tekanan darah tinggi (terutama metildopa) dan narkotik. Penyebab lainnya yang mungkin
adalah hipotiroidisme.gagl ginjal dan efek samping obat bisa menjadi faktor penyebab
1. Manifestasi klinis

Gangguan siklus menstruasi atau siklusnya berhenti.


Wajah tampak merah

vagina kering sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.

Penderita pria mengalami sakit kepala atau kehilangan lapang pandang perifernya

Sekitar 2/3 penderita pria kehilangan gairah seksualnya dan menjadi impoten.
1. Patofisiologi
Kelebihan prolaktin hampir selalu di sebabkan oleh adenoma hipofise, biasanya berupa
mikrokardenoma (diameter tumor kurang dari 1 cm). Atau disfungsi hipotalamus. Dopamin
merupakan inhibitor hipotalamik primer untuk pelepasan prolaktin terputusnya trasnmisi
dopamin kehipofise dapat menyebabkan prolaktin berlebihan.
3.
Gigantisme
a.
Definisi :
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji kacang tanah dan
menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat bola mata. Penyakit
ini ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang, kaki, dan tangan secara
berangsur. Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita memasuki
usia menengah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang
berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis
b.
Etiologi

Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis

Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH


dari Hipothalamus.

Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang mensekresi

GH atau GHRH
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan
tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada
pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone
pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa
pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor
pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan.
c.
Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi
sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan
sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh
tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa
remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi
badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena
produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang
beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif
akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10
persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila
Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor
pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
d.
Manifestasi klinis :

Pertumbuhan linier yang cepat


Tanda tanda wajah kasar

pembesaran kaki dan tangan

Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier

Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku

Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas

Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih.


4. Akromegali
a.
Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun.
b.
Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa
jinak (adenoma).
c.
Manifestasi klinis
Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi
kasar, tangan dan kakinya membengkak.

Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar.

Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit.

Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat

berlebihan dan bau badan yang menyengat.

Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang


menonjol (prognatisme).
Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.
Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada
berbentuk seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi
artritis degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat
terganggu sehingga terjadi gagal jantung.

Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena


jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak
juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang
sebelah luar.

sakit kepala hebat.


d.
Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi,
namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih terus tumbuh.
Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang tulang kecil tangan dan kaki serta pada
tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi , tepi
supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra, sebab pada masa dewasa
muda pertumbuhan tulang tulang ini tidak berhenti. Akibatnya, tulang rahang tampak
menonjol ke depan, kadang kala sampai setengah inci ke depan, dahi menyempit ke depan
sebab pertumbuhan tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung membesar sampai dua kali
ukuran normal, kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari
jarinya menjadi sangat tebal .
Pengkajian
A. Pengkajian perawatan secara umum
1.
Pemantauan akan potensial komlikasi kelainan endokrin dan pengelolaannya
2.
Pemantauan akan tanda tanda dan gejala klinik yang menunjukkan adanya
ketidakseimbangan hormonal
3.
Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai masalah kesehatan,
pengelolaan dan bantuan yang diperlukan.
4.
Menentukan barasumber yang diperlukan pasien dan keluarganyauntuk dapat mengatasi
penyakitnya dan untuk pengelolaannya di rumah sakit dan setelah ulang dari rumah sakit.
5.
pengkajian psikologis dan sosial
B. Pengkajian keperawatan secara khusus
1. Riwayat penyakit.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3. Keluhan utama, melipuse :

Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan,
dll.

Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia.

Nyeri kepala.

Gangguan penglihatan.


Libido seksual menurun, dll.
4.
Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :

Amati bentuk wajah.

Kepala, tangan/ lengan dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.

Adanya kesulitan mengunyah.

Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.

Peningkatan respirasi kulit.

Suara membesar karena hipertropi laring

Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.

Disfagia akibat lidah membesar.

Kelemahan

Perubahan nutisi

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Perubahan kardiovaskular

Perubahan karakteristik tubuh

Intoleransi terhadap stress

Ketidakstabilan emosional

Perubahan produksi
C. Data Subjektif
1.
Kelemahan dan pola tidur
2.
Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3.
Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4.
Riwayat kardiovaskular
5.
Polaintake dan out[ut cairan
6.
Rasa tidak nyaman
7.
Penggunaan obat obatan
8.
Riwayat reproduksi
9.
Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya.
D. Data Objektif
1. Tinggi dan berat badan
2.
Proporsi tubuh
3.
Jumlah dan distribusi masa obat
4.
Distribusi lemak
5.
Pigmentasi kulit
6.
Distribusi rambut
E. Pemeriksaan diagnostik
1.
Pemeriksaan fungsi target organ
2.
Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
3. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan
melakukan efeknya terhadap kadar hormone sarum.
4.
Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
F. Diagnosa keperawatan pokok yang dijumpai pada klien dengan hiperpituitarisme adalah:
1.
Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.

2.
Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas
G. Terapi
Dikenal 2 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan
Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan pembedahan pada
batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid
hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui
sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai tumor
hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP
yang diinginkan tercapai pada 70 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan
oleh besarnya tumor.
Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 20% kasus, namun pada umumnya dapat diatasi.
Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan serebro spinal (CSF leak), fistula
oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada luka operasi.
Keberhasilan terapi ditandai dengan menurunnya kadar GH di bawah 5 g/l. Dengan kriteria
ini keberhasilan terapi dicapai pada 50 60% kasus, yang terdiri dari 80% kasus
mikroadenoma, dan 20 % makroadenoma.
1. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah
terapi pembedahan dilaksanakan.
Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula
mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan
lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50%
dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun,
dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan dibawah 5 g/l setelah
pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan s/d 10 tahun
maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut.
F. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :

Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik


Intervensi Keperawatan :
1. Nonpembedahan
Klien dengan kelebihan GH :

Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya.

Bantu klien mengidentifikasi kekeuatannya serta segi-segi positif yang dapat


dikembangkan oleh klien.

Klien dengan kelebihan prolaktin :

Yakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan.

Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.


B. Perawatan Preoperasi


Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan.

Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien
bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon.

Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung,


menggosok gigi, batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka.

Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi


seperti pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah


tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Perawatan Pascaoperasi

Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan
perubahan kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas.

Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus
(diabetes insipidus sesaat).

Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari
hidung.

Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat.

Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas.

Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur.

Kaji tanda-tanda infeksi.

Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.


Pembedahan
a. Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma. Sela
tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu mikroskop
bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan untuk
memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika.
Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus
disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan
serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus
ditutup. Hidung mungkin mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk
mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes glukosa

positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan kepala
terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan. Seringkali
kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan perbaikan
dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein. Nyeri
kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan adanya
meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko infeksi,
maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal
berikut :
1.
Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak
lagi merasa mual setelah tinadakan anastesia.
2.
Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi
penciuman).
3.
Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan
membaik segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4.
Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal
dan oral.
5.
Melakukan perawatan mulut
a.
Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b.
Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c.
Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar), kraniotoomi
dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor intraserebral
lain, penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan dengan
hipofise atau dapat menyebabkan disfungsi hipofise sementara maupun permanen.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA GANGGUAN
HIPOPITUITARISME
DEFINISI
Hipopituitarisme adalah hilangnya sebagian atau seluruh fungsi lobus anterior kelenjar
hipofisa.
PENYEBAB
Penyebab yang secara primer mempengaruhi kelenjar hipofisa (hipopituitarisme primer):
Tumor hipofisa
Berkurangnya aliran darah ke hipofisa (akibat perdarahan hebat, bekuan darah,
anemia)
Infeksi dan peradangan
Sarkoidosis atau amiloidosis
Penyinaran
Pengangkatan kelenjar hipofisa melalui pembedahan
Penyakit autoimun.
Penyebab yang secara sekunder mempengaruhi hipotalamus (hipopituitarisme sekunder):

Tumor hipotalamus
Peradangan
Cedera kepala
Kerusakan pada hipofisa, pembuluh darah maupun sarafnya akibat pembedahan.
GEJALA
Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang oleh hormonhormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa
yang kurang.
Gejala-gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak disadari selama beberapa waktu,
tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis.
Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa anterior.
Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan:
- terhentinya siklus menstruasi (amenore)
- kemandulan
- vagina yang kering
- hilangnya beberapa ciri seksual wanita.
Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:
- impotensi
- pengkisutan buah zakar
- berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan
- hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah).
Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada sindroma Kallmann, yang juga menderita:
- celah bibir atau celah langit-langit mulut
- buta warna
- tidak mampu membaui sesuatu.
Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau
tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan,
kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme).
Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa:
- kebingungan
- tidak tahan terhadap cuaca dingin
- penambahan berat badan
- sembelit
- kulit kering.
Kekurangan kortikotropin saja jarang terjadi; bisa menyebabkan kurang aktifnya kelenjar
adrenal, yang akan menimbulkan gejala berupa:
- lelah
- tekanan darah rendah
- kadar gula darah rendah
- rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama, pembedahan atau infeksi).
Kekurangan prolaktin yang terisolasi merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi bisa
menjelaskan mengapa beberapa wanita tidak dapat menghasilkan air susu setelah melahirkan.
Sindroma Sheehan merupakan suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana terjadi kerusakan
sebagian kelenjar hipofisa. Gejalanya berupa lelah, rontoknya rambut kemaluan dan rambut

ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air susu.


DIAGNOSA
Untuk mengetahui kelainan struktural pada hipofisa dilakukan pemeriksaan CT scan atau
MRI.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar hormon-hormon berikut:
- LH (berkurang)
- FSH (berkurang)
- testosteron (berkurang)
- estrogen (berkurang)
- kortisol (berkurang)
- T4 (berkurang)
- TSH (berkurang)
- hormon pertumbuhan (berkurang)
- IGF-1 (insulin-like growth factor 1) (berkurang).
Angiografi dilakukan untuk menilai pembuluh darah yang menuju ke hipofisa.
PENGOBATAN
Pengobatan lebih ditujukan kepada menggantikan kekurangan hormon target, bukan hormon
hipofisa.
Jika terjadi kekurangan TSH maka diberikan hormon tiroid, jika terjadi kekurangan
kortikotropin diberikan hormon adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan FSH
diberikan estrogen, progesteron atau testosteron. Hormon pertumbuhan biasanya diberikan
kepada anak-anak.
Jika penyebabnya adalah tumor hipofisa yang kecil, maka dilakukan pengangkatan tumor.
Tumor penghasil prolaktin diatasi dengan pemberian bromokriptin.
Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton juga bisa digunakan untuk
menghancurkan tumor hipofisa.
Tumor yang besar dan telah menyebar keluar sella tursika tidak mungkin hanya diatasi
dengan pembedahan. Setelah pembedahan harus diberikan penyinaran berkekuatan tinggi
untuk membunuh sisa sel-sel tumor.
Terapi penyinaran cenderung menyebabkan hilangnya fungsi hipofisa secara perlahan, baik
sebagian maupun keseluruhan. Karena itu fungsi kelenjar target biasanya dinilai setiap 3-6
bulan untuk tahun pertama kemudian setiap tahun pada tahun berikutnya.
0 Comments:
1.
Senin, 29 Maret 2010
Askep Klien GawaT darurat (Gadar) dengan gangguan Kelenjar Hipofise = Hiperpituitari
Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Hifofisis
A. DEFINISI
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur
bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan
ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak

yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan
penglihatan.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa
dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa. Hipofisa
memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior (belakang).
Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan faktor
atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung
menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui
impuls saraf.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:

Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)

Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)

Pertumbuhan seluruh tubuh.


Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan
hormon yang menghambat sensasi nyeri.
Hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:

Mengatur keseimbangan air

Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui

Merangsang kontraksi rahim.


Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target.
Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus
menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak
aktif.
Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal,
hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan
pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan
menurun sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun
sampai kadar terendah sesaat sebelum tidur.
Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. Pada wanita, kadar LH
(luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi
reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi.
Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah
gejala yang bervariasi.
A. Fungsi Lobus Anterior
Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan hormon
yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang aktivitas
kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.
Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin
lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (ACTH,
adenocorticotropic hormone), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol

dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik).


Tanpa kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan
kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.
Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu betamelanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan
endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.
TSH (thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi
merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme),
terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).
Dua hormon lainnya yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah LH (luteinizing hormone)
dan FSH (follicle-stimulating hormone). Keduanya merupakan gonadotropin, berfungsi
merangsang indung telur dan buah zakar.

Pada wanita, kedua hormon ini merangsang pembentukan estrogen dan progesteron serta
merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur.

Pada pria, LH merangsang buah zakar untuk menghasilkan testosteron dan FSH
merangsang pembentukan sperma.
Salah satu hormon terpenting yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah hormon
pertumbuhan, yang merangsang pertumbuhan otot dan tulang serta membantu mengatur
metabolisme. Hormon pertumbuhan dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak,
merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan
lemak. Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan
pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak
dan kadar lemak dalam darah. Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus
menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa.
Bersamaan dengan kortisol, hormon pertumbuhan membantu mempertahankan kadar gula
darah untuk otak dan memindahkan lemak, sehingga sel-sel tubuha lainnya dapat
menggunakannya sebagai cadangan sumber energi.
Pada berbagai kasus, hormon pertumbuhan tampaknya bekerja dengan cara mengaktifkan
sejumlah faktor pertumbuhan, yang paling penting adalah faktor pertumbuhan yang
menyerupai insulin (IGF-1, insulin-klike growth factor).
B. Fungsi Lobus Posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan
oksitosin.
Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus; sel-sel
saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana
hormon ini dilepaskan.

Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi
langsung mempengaruhi organ target.

Hormon antidiuretik (disebut juga vasopresin) meningkatkan penahanan air oleh ginjal.
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.
Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta,
mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon
antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus

dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit
yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah
yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obatobat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon
antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan
dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
Oksitosin menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah
persalinan untuk mencegah perdarahan.
Oksitosin juga merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar
susu. Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam
payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa
No Hormon Location Function
1. Hormon pertumbuhan (growth hormone) GH/somatotropin Otot & tulang
meningkatkan pertumbuhan dengan mempengaruhi beberapa fungsi metabolisme seluruh
tubuh, khususnya pembentukan protein
2. Prolaktin hormon adenokortikotropik (ACTH) Kelenjar adrenal mengatur sekresi
beberapa hormon korteks adrenal, yang selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa,
protein, dan lemak.
3. Hormon stimulasi tiroid (TSH) Tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh
kelenjer tiroid, dan tiroksin selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi reaksi
kimia seluruh tubuh
4. Prolaktin Kelenjar susu meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan
pembentukan susu
5 hormon luteinisasi (LH) Indung telur (buah zakar) mengatur pertumbuhan gonad serta
aktivitas reproduksinya.
6. hormon stimulasi folikel (FSH) Indung telur (buah zakar) mengatur pertumbuhan
gonad serta aktivitas reproduksinya.
7 Oksitosin Rahim & kelenjar susu Berperan dalm proses persalinan bayi dan laktasi
8. Hormon antidiuretik (vasopresin) Ginjal Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam
urin dan dengan cara ini membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENDERITA HYPERPITUITARI
Konsep Dasar
Hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormon hipofisis atau lebih.
Jenis jenis penyakit hyper pituitary:
1.
SIADH (Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone)
a. Definisi
Kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik, Gangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia. Ahli Patologi klinik juga akan
mencari data labor lain yang berhubungan dengan osmolaritas serum, peningkatan gravitas
urin, edema atau dehidrasi, hiponatremia dan peningkatan hormon plasma vasopresin.

Biasanya fungsi adrenal, tyroid dan ginjal dalam batas normal. Hal lain kadang gejala SIADH
berhubungan dengan trauma kepala atau tumor, dimana patologi akan mengambil biopsi
untuk memastikannya
b. Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan hipotalamus (bagian
dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam memproduksi
hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa
merangsang produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya
seperti dibawah ini:

Meningitis peradangan pada meningens, selaput pelindung otak dan saraf spinalis.

Encephalitis peradangan dijaringan otak.

Tumor otak

Psikosis

Penyakit paru

Trauma kepala

Guillain-Barr syndrome (GBS) keadaan reversible yang menyerang jaringan syaraf,


menyebabkan lemah otot, nyeri dan paralisa temporer di wajah dan otot kaki dan paralisa di
bagian dada bisa menganggu proses bernafas.

Penggunaan obat tertentu

Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofise saat pembedahan


c. Manifestasi klinis :
Pada kasus SIADH berat, gejalanya meliputi::

Nausea

Muntah

Irritability

Perubahan prilaku seperti meracau, bingung dan halusinasi,

Seizures

Stupor

Koma
d. Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat adalah
penurunan valume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat volume darah turun
15 25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering sampai 50 kali dari normal.
Penyebab peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium kanan, mempunyai reseptor regang
yang di bangkitkan, reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat sekresi
ADH. Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi proses
yang berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat besar. Lebih lanjut, di
samping reseptor regangan atrium, penurunan regangan baroreseptor pada daerah karotid,
aortik dan pulmonari dalam peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung yang
kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup katupnya membuat darah
menumpuk pada atrium atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung.
2.
Galaktore
1. Definisi

Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa
menyusui.
1. Etiologi
Penyebabnya adalah prolaktinoma (tumor yang menghasilkan prolaktin) pada kelenjar
hipofisa. Pada saat terdiagnosis biasanya prolaktinoma ini ukurannya kecil, tetapi pada pria
tumor ini cenderung membesar.Pembentukan prolaktin yang berlebihan dan terjadinya
galaktore juga bisa dirangsang oleh obat-obatan seperti fenotiazin, obat tertentu untuk
tekanan darah tinggi (terutama metildopa) dan narkotik. Penyebab lainnya yang mungkin
adalah hipotiroidisme.gagl ginjal dan efek samping obat bisa menjadi faktor penyebab
1. Manifestasi klinis

Gangguan siklus menstruasi atau siklusnya berhenti.


Wajah tampak merah

vagina kering sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.

Penderita pria mengalami sakit kepala atau kehilangan lapang pandang perifernya

Sekitar 2/3 penderita pria kehilangan gairah seksualnya dan menjadi impoten.
1. Patofisiologi
Kelebihan prolaktin hampir selalu di sebabkan oleh adenoma hipofise, biasanya berupa
mikrokardenoma (diameter tumor kurang dari 1 cm). Atau disfungsi hipotalamus. Dopamin
merupakan inhibitor hipotalamik primer untuk pelepasan prolaktin terputusnya trasnmisi
dopamin kehipofise dapat menyebabkan prolaktin berlebihan.
3.
Gigantisme
a.
Definisi :
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji kacang tanah dan
menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat bola mata. Penyakit
ini ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang, kaki, dan tangan secara
berangsur. Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita memasuki
usia menengah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang
berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis
b.
Etiologi

Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis

Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH


dari Hipothalamus.

Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang mensekresi
GH atau GHRH
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan
tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada
pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone
pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa
pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor
pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan.
c.
Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi
sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan

sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh
tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa
remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi
badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena
produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang
beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif
akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10
persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila
Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor
pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
d.
Manifestasi klinis :

Pertumbuhan linier yang cepat


Tanda tanda wajah kasar

pembesaran kaki dan tangan

Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala

pat mendahului pertumbuhan linier

Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku

Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas

Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih.


4. Akromegali
a.
Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun.
b.
Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa
jinak (adenoma).
c.
Manifestasi klinis
Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi
kasar, tangan dan kakinya membengkak.

Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar.

Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit.

Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat
berlebihan dan bau badan yang menyengat.

Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang


menonjol (prognatisme).
Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.
Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada
berbentuk seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi
artritis degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat
terganggu sehingga terjadi gagal jantung.

Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena


jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak
juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang pandang
sebelah luar.


sakit kepala hebat.
d.
Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi,
namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih terus tumbuh.
Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang tulang kecil tangan dan kaki serta pada
tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi , tepi
supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra, sebab pada masa dewasa
muda pertumbuhan tulang tulang ini tidak berhenti. Akibatnya, tulang rahang tampak
menonjol ke depan, kadang kala sampai setengah inci ke depan, dahi menyempit ke depan
sebab pertumbuhan tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung membesar sampai dua kali
ukuran normal, kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari
jarinya menjadi sangat tebal .
Pengkajian
A. Pengkajian perawatan secara umum
1.
Pemantauan akan potensial komlikasi kelainan endokrin dan pengelolaannya
2.
Pemantauan akan tanda tanda dan gejala klinik yang menunjukkan adanya
ketidakseimbangan hormonal
3.
Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai masalah kesehatan,
pengelolaan dan bantuan yang diperlukan.
4.
Menentukan barasumber yang diperlukan pasien dan keluarganyauntuk dapat mengatasi
penyakitnya dan untuk pengelolaannya di rumah sakit dan setelah ulang dari rumah sakit.
5.
pengkajian psikologis dan sosial
B. Pengkajian keperawatan secara khusus
1. Riwayat penyakit.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3. Keluhan utama, melipuse :

Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan,
dll.

Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia.

Nyeri kepala.

Gangguan penglihatan.

Libido seksual menurun, dll.


4.
Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :

Amati bentuk wajah.

Kepala, tangan/ lengan dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.

Adanya kesulitan mengunyah.

Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.

Peningkatan respirasi kulit.

Suara membesar karena hipertropi laring

Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.

Disfagia akibat lidah membesar.

Kelemahan

Perubahan nutisi

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Perubahan kardiovaskular

Perubahan karakteristik tubuh

Intoleransi terhadap stress

Ketidakstabilan emosional

Perubahan produksi

C. Data Subjektif
1.
Kelemahan dan pola tidur
2.
Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3.
Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4.
Riwayat kardiovaskular
5.
Polaintake dan out[ut cairan
6.
Rasa tidak nyaman
7.
Penggunaan obat obatan
8.
Riwayat reproduksi
9.
Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya.
D. Data Objektif
1. Tinggi dan berat badan
2.
Proporsi tubuh
3.
Jumlah dan distribusi masa obat
4.
Distribusi lemak
5.
Pigmentasi kulit
6.
Distribusi rambut
E. Pemeriksaan diagnostik
1.
Pemeriksaan fungsi target organ
2.
Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
3. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan
melakukan efeknya terhadap kadar hormone sarum.
4.
Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
F. Diagnosa keperawatan pokok yang dijumpai pada klien dengan hiperpituitarisme adalah:
1.
Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
2.
Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas
G. Terapi
Dikenal 2 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan
Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan pembedahan pada
batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid
hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui
sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai tumor
hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP
yang diinginkan tercapai pada 70 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan
oleh besarnya tumor.
Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 20% kasus, namun pada umumnya dapat diatasi.
Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan serebro spinal (CSF leak), fistula
oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada luka operasi.
Keberhasilan terapi ditandai dengan menurunnya kadar GH di bawah 5 g/l. Dengan kriteria
ini keberhasilan terapi dicapai pada 50 60% kasus, yang terdiri dari 80% kasus
mikroadenoma, dan 20 % makroadenoma.
1. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah
terapi pembedahan dilaksanakan.
Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula
mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan

lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50%
dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun,
dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan dibawah 5 g/l setelah
pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan s/d 10 tahun
maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut.
F. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :

Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik


Intervensi Keperawatan :
1. Nonpembedahan
Klien dengan kelebihan GH :

Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya.

Bantu klien mengidentifikasi kekeuatannya serta segi-segi positif yang dapat


dikembangkan oleh klien.

Klien dengan kelebihan prolaktin :

Yakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan.

Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.


B. Perawatan Preoperasi

Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan.

Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien
bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon.

Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung,


menggosok gigi, batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka.

Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi


seperti pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah


tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi
serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Perawatan Pascaoperasi

Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan
perubahan kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas.

Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus
(diabetes insipidus sesaat).

Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari
hidung.

Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat.

Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas.

Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur.

Kaji tanda-tanda infeksi.

Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.


Pembedahan
a. Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma. Sela
tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu mikroskop
bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan untuk

memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika.
Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus
disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan
serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus
ditutup. Hidung mungkin mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk
mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes glukosa
positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan kepala
terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan. Seringkali
kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan perbaikan
dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein. Nyeri
kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan adanya
meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko infeksi,
maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal
berikut :
1.
Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak
lagi merasa mual setelah tinadakan anastesia.
2.
Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi
penciuman).
3.
Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan
membaik segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4.
Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal
dan oral.
5.
Melakukan perawatan mulut
a.
Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b.
Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c.
Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar), kraniotoomi
dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor intraserebral
lain, penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan dengan
hipofise atau dapat menyebabkan disfungsi hipofise sementara maupun permanen.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA GANGGUAN
HIPOPITUITARISME
DEFINISI
Hipopituitarisme adalah hilangnya sebagian atau seluruh fungsi lobus anterior kelenjar
hipofisa.
PENYEBAB
Penyebab yang secara primer mempengaruhi kelenjar hipofisa (hipopituitarisme primer):
Tumor hipofisa

Berkurangnya aliran darah ke hipofisa (akibat perdarahan hebat, bekuan darah,


anemia)
Infeksi dan peradangan
Sarkoidosis atau amiloidosis
Penyinaran
Pengangkatan kelenjar hipofisa melalui pembedahan
Penyakit autoimun.
Penyebab yang secara sekunder mempengaruhi hipotalamus (hipopituitarisme sekunder):
Tumor hipotalamus
Peradangan
Cedera kepala
Kerusakan pada hipofisa, pembuluh darah maupun sarafnya akibat pembedahan.
GEJALA
Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang oleh hormonhormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa
yang kurang.
Gejala-gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak disadari selama beberapa waktu,
tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis.
Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa anterior.
Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan:
- terhentinya siklus menstruasi (amenore)
- kemandulan
- vagina yang kering
- hilangnya beberapa ciri seksual wanita.
Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:
- impotensi
- pengkisutan buah zakar
- berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan
- hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah).
Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada sindroma Kallmann, yang juga menderita:
- celah bibir atau celah langit-langit mulut
- buta warna
- tidak mampu membaui sesuatu.
Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau
tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan,
kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme).
Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa:
- kebingungan
- tidak tahan terhadap cuaca dingin
- penambahan berat badan
- sembelit
- kulit kering.
Kekurangan kortikotropin saja jarang terjadi; bisa menyebabkan kurang aktifnya kelenjar
adrenal, yang akan menimbulkan gejala berupa:
- lelah
- tekanan darah rendah
- kadar gula darah rendah
- rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama, pembedahan atau infeksi).
Kekurangan prolaktin yang terisolasi merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi bisa
menjelaskan mengapa beberapa wanita tidak dapat menghasilkan air susu setelah melahirkan.

Sindroma Sheehan merupakan suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana terjadi kerusakan
sebagian kelenjar hipofisa. Gejalanya berupa lelah, rontoknya rambut kemaluan dan rambut
ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air susu.
DIAGNOSA
Untuk mengetahui kelainan struktural pada hipofisa dilakukan pemeriksaan CT scan atau
MRI.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar hormon-hormon berikut:
- LH (berkurang)
- FSH (berkurang)
- testosteron (berkurang)
- estrogen (berkurang)
- kortisol (berkurang)
- T4 (berkurang)
- TSH (berkurang)
- hormon pertumbuhan (berkurang)
- IGF-1 (insulin-like growth factor 1) (berkurang).
Angiografi dilakukan untuk menilai pembuluh darah yang menuju ke hipofisa.
PENGOBATAN
Pengobatan lebih ditujukan kepada menggantikan kekurangan hormon target, bukan hormon
hipofisa.
Jika terjadi kekurangan TSH maka diberikan hormon tiroid, jika terjadi kekurangan
kortikotropin diberikan hormon adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan FSH
diberikan estrogen, progesteron atau testosteron. Hormon pertumbuhan biasanya diberikan
kepada anak-anak.
Jika penyebabnya adalah tumor hipofisa yang kecil, maka dilakukan pengangkatan tumor.
Tumor penghasil prolaktin diatasi dengan pemberian bromokriptin.
Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton juga bisa digunakan untuk
menghancurkan tumor hipofisa.
Tumor yang besar dan telah menyebar keluar sella tursika tidak mungkin hanya diatasi
dengan pembedahan. Setelah pembedahan harus diberikan penyinaran berkekuatan tinggi
untuk membunuh sisa sel-sel tumor.
Terapi penyinaran cenderung menyebabkan hilangnya fungsi hipofisa secara perlahan, baik
sebagian maupun keseluruhan. Karena itu fungsi kelenjar target biasanya dinilai setiap 3-6
bulan untuk tahun pertama kemudian setiap tahun pada tahun berikutnya.
Read more: http://sely-biru.blogspot.com/2010/03/askep-klien-gawat-darurat-gadardengan_29.html#ixzz1v78umKSD
http://chalieldotcom.wordpress.com/2012/05/17/askep-pada-pasien-hiperpituitari/

Minggu, 30 Januari 2011


Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangangguan Hipopituitari
HIPOPITUITARI
A. Definisi
Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
sendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar)
Hipopitutarisme is pituitary insuffisienency from destruction of the anterior lobe of the
pituitary gland. (Diane C. Baughman)

Hipopituitarisme mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang
sangat rendah. (Elizabeth C Erorwin)
Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C.
Long)
Hipopituitarisme adalah disebabkan oleh macam macam kelainan antara lain nekrosis,
hipofisis post partum (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak,
hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain lain (Kapita Selekta
Edisi:2)
B. Anatomi Fisiologi
Secara Anatomi, Hypofisis cerebri atau glandula pituitari adalah struktur lonjong kecil yang
melekat pada permukaan bawah otak melalui infundibulum. Lokasinya sangat terlindungi
baik yaitu terletak pada sella turcica ossis sphenoidalis. Disebut master endocrine gland
karena hormon yang dihasilkan kelenjar ini banyak mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya.
Dibagi menjadi 2 (dua) lobus, yaitu:
1.
Lobus anterior ( adenohypofisis),
dibagi lagi menjadi:
a. Pars anterior ( pars distalis )
b. Pars intermedia
Dipisahkan oleh suatu celah,
sisa kantong embrional.
Juluran dari pars anterior yaitu pars
tuberalis meluas keatas sepanjang
permukaan anterioar dan lateral
tangkai hypofisis.
2.
Lobus posterior (neurohypofisis)
Dibagi menjadi 2 (dua) lobus, yaitu:
Dengan Vaskularisasi Arteri carotis interna bercabang Arteri Hypophysialis superior dan
inferior. Vena bermuara ke dalam sinus intercavernosus.
Secara Histologi, kelenjar hipofise terbagi menjadi dua bagian yaitu: adenohipofise, dan
neurohipofise.
a.
Adenohipofise
1.
Pars distalis
Bagian ini merupakan bagian utama dari kelenjar hypofisis krn meliputi 75% dari seluruh
kelenjar. Dengan sedian yang diberi pewarnaan HE dapat dibedakan menjadi 2 macam sel :
a.
Sel Chromophobe (Sel utama)
Sitoplasma tidak menyerap bahan warna sehingga tampak intinya saja, ukuran selnya kecil.
Sel ini biasanya berkelompok dibagian tengah dari lempengan sel chromofil sehingga ada
dugaan bahwa sel ini merupakan sel yang sedang tidak aktif dan nantinya dapat berubah
menjadi sel acidofil atau sel basofil pada saat diperlukan.
b.
Sel Kromofil
Bagian ini terdiri dari :
1.
Sel Acidophil
Ukurannya lebih besar dengan batas yang jelas dan dengan pewarnaan HE rutin
sitoplasmanya berwarna merah muda. Berdasakan reaksinya terhadap bahan cat, dapat
dibedakan menjadi 2 sel:
a.
Sel orangeophil (alpha acidophil = sel somatrotope)
Sel ini dapat dicat dengan orange-G, menghasilkan hormon GH
b.
Sel carminophil (epsilon acidhophil = sel mammotrope)
Sel ini bereaksi baik terhapat cat azocarmin. Jumlah sel ini meningkat selama dan setelah

kehamilan. Hormon yang dihasilkan hormon prolaktin


2.
Sel Basophil
Sel ini memiliki inti lebih besar dari sel acidiphil dan dengan pewarnaan HE sitoplasmanya
tampak berwarna merah ungu atau biru. Bila memakai pengecatan khusus aldehyde fuchsin,
dapat dibedakan 2 macam sel :
a.
Sel beta basophil (sel thyrotrophic)
Sel ini tercat baik dengan aldehyde fuchsin dan menghsilkan hormon thyrotropic hormone
b.
Sel delta basophil
Sel ini tercat baik dengan aldehyde fuchsin dan menghsilkan hormon thyrotropic hormone.
Dengan perwarnaan aldehyde fuchsin tidak tercat dengan baik. Berdasarkan hormon yang
dibentuk, diduga sel ini ada 3 macam:
1.
Sel Gonadotropin tipe I menghasilkan FSH
2.
Sel Gonadotropin tipe II menghasilkan LH
3.
Sel Corticotrophic menghasilkan hormon ACTH, pada manusia sel ini membentuk
melanocyte stimulating hormone ( MSH)
2.
Pars intermedia
Bagian hypophysis ini pada manusia mengalami rudimenter, dan tersusun dari suatu lapisan
sel tipis yang berupa lempengan lempengan yang tidak teratur dan gelembung yang berisi
koloid. Pada manusia diduga membentuk melanocyte stimulating hormon ( MSH ) yang akan
merangsang kerja sel melanocyte untuk membentuk pigmen lebih banyak. Tetapi hal ini
masih dalam penelitian lebih lanjut.
b.
Neurohipofise
Terdiri dari dua macam struktur:
1.
Pars Nervousa: infundibular processus
2.
Infundibulum: neural stalk (merupakan tangkai yang menghubungkan neurohipofise
dengan hipotalamus)
Bagian ini tersusun dari:
a.
Serabut syaraf tak bermyelin yang berasal dari neuro secretory cell hypotalamus yang
dihubungkan melalui hypotalamo hypophyseal tract.
b.
Sel Pituicyte: sel ini menyerupai neuroglia yaitu selnya kecil dan mempunyai
pelanjutan- pelanjutan sitoplasma yang pendek.
Ciri khas yang terdapat dalam neuro hipophyse ini adalah adanya suatu struktur yang
disebut herrings bodies yang merupakan neurosekret dari neuro-secretory cell dari
hypotalamus yang kemudian dialirkan melalui axon dan ditimbun dalam neuro hypophyse
sebagai granul. Hormon hormon yang dihasilkan oleh bagian ini adalah : ADH (vasopressin
), oxytocin.
Dipandang dari sudut fisiologi, kelenjar hipofisis dibagi menjadi:
1.
Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)
Hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan utama dalam pengaturan fungsi
metabolisme di seluruh tubuh. Hormon-hormonnya yaitu:
a.
Hormon Pertumbuhan
Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara mempengaruhi pembentukan protein,
pembelahan sel, dan deferensiasi sel.
b. Adrenokortikotropin (Kortikotropin)
Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya akan mempengaruhi
metabolism glukosa, protein dan lemak.
c.
Hormon perangsang Tiroid (Tirotropin)
Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid, dan selanjutnya
mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia diseluruh tubuh.
d.
Prolaktin

Meningkatkan pertunbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.


e.
Hormon Perangsang Folikel dan Hormon Lutein
Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya.
2.
Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Ada 2 jenis hormon:
a.
Hormon Antideuretik (disebit juga vasopresin)
Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan membantu mengatur
konsentrasi air dalam cairan tubuh.
b.
Oksitosis.
Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu selama pengisapan
dan mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa kehamilan.
3.
Pars Intermedia
Daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative avaskular, yang pada
manusia hamper tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang rendah ukurannya jauh
lebih besar dan lebih berfungsi.
Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar hipofisis
anterior. Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya, dan makanya
disebut system portal.dalam hal ini system yang menghubungkan hipotalamus dengan
kelenjar hipofisis disebut juga system portal hipotalamus hipofisis. System portal
merupakan saluran vascular yang penting karena memungkinkan pergerakan hormone
pelepasan dari hypothalamus ke kelenjar hipofisis, sehingga memungkinkan hypothalamus
mengatur fungsi hipofisis. Rangsangan yang berasal dari tak mengaktifkan neuron dalam
nucleus hypothalamus yang menyintesis dan menyekresi protein degan berat molekul yang
rendah. Protein atau neuro hormone ini dikenal sebagai hormone pelepas dan penghambat.
Hormon hormon ini dilepaskan ke dalam pembuluh darah system portal dan akhirnya
mencapai sel sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian kejadian tersebut hormonhormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkt bersama darah dan merangsang
kelenjar-kelenjar lain ,menyebabkan pelepasan hormon hormon kelenjar sasaran. Akhirnya
hormon hormon kelenjar sasaran bekerja pada hipothalamus dan sel sel hipofisis yang
memodifikasi sekresi hormon.
C. Etiologi
Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus.
Penyebabnya menyangkut :
1.
Infeksi atau peradangan oleh : jamur, bakteri piogenik.
2.
Penyakit autoimun (Hipofisis limfoid autoimun)
3. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu
pembentukan salah satu atau semua hormon lain.
4.
Umpan balik dari organ sasaran yang mengalami malfungsi. Misalnya, akan terjadi
penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT
dalam kadar yang berlebihan.
5.
Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat
merusak sebagian atau semua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan, yang
terjadi setelah perdarahan maternal.
D. Patofisiologi
Penyebab hipofungsi hipofisis dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila gangguannya
terdapat pada kelenjar hipofisis itu sendiri dan sekunder bila gangguan terdapat pada
hipotalamus, penyebab tersebut diantaranya:
1.
Defek perkembangan kongenital, seperti pada dwarfisme pituitari.
2. Tumor yang merusak hipofise atau merusak hipotalamus.
3.
Iskemia, seperti pada nekrosis post parfum.

Hipopituitary pada orang dewasa dikenal sebagai penyakit simmods yang ditandai dengan
kelemahan umum: intolesansi terhadap dingin, nafsu makan buruk, penurunan BB dan
hipotensi. Wanita yang mengalami penyakit ini tidak akan mengalami menstruasi dan pada
pria akan menderita impotensi dan kehilangan libido. Pada masa kanak-kanak akan
menyebabkan dwafirasme (kerdil).
E. Tanda dan Gejala
1.
Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda tanda tekanan intara kranial
yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang
cukup besar.
2.
Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali
(tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan
artralgia (nyeri sendi).
3.
Hiperprolaktinemia: amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada
wanita, impotensi pada pria.
4.
Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetes mellitus,
osteoporosis.
5.
Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada
anak anak.
6.
Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria,
amenore pada wanita.
7.
Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari
hipertiroidism.
8.
Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala
gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran
laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.
9.
Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia, dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.
F. Penunjang
1.
Pemeriksaan Laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR
menurun.
2.
Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika
a.
Foto polos kepala
b.
Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
c.
Pneumoensefalografi
d.
CT Scan
e.
Angiografi serebral
3.
Pemeriksaan Lapang Pandang
a.
Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan
b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik
4.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
b.
Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
c.
Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan
melakukan pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.
G. Komplikasi
1.
Gangguan hipotalamus.
2.
Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal
primer.

3.
Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4.
Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5.
Syndrom parkinson
H. Penatalasanaan Medik
1.
Kausal.
Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila gejala gejala tekanan oleh
tumor progresif dilakukan operasi.
2. Terapi Substitusi
a.
Hidrokortison antara 20 30 mg sehari
diberikan peros, umumnya disesuaikan dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10 15 mg
waktu pagi, 10 mg waktu malam. Prednison dan deksametason tidak diberikan karena kurang
menyebabkan retensi garam dan air, bila terdapat stres (infeksi, operasi dan lain - lain), dosis
oral dinaikkan atau diberikan parenteral. Bila terjadi krisis adrenal atasi syok segera dengan
pemberian cairan per-infus NaCl-glukosa, steroid dan vasopreses.
b.
Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison.
c.
Testosteron pada penderita laki laki berikan suntikan testosteron enantot atau
testosteron siprionat 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan
fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.
d.
Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid.
Berikan juga androgen dosis setengah dosis pada laki laki hentikan bila ada gejala virilisasi
growth hormone bila terdapat dwarfisme (cebol).
3. Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali
dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine). Beberapa cara pengobatan sering dilakukan.
4.
Defisiensi hormon host diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi GH
pada anak anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian
androgen atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati dengan
penyuntikan FSH atau HCG.
5.
Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur.
I.
Penatalaksanaan Keperawatan
1.
Pemberian hormon pertumbuhan sintesis (oksigen).
2.
Ciptakan agar kondisi klien dapat dengan bebas mengungkapkan perasaan dan
fikirannya tentang perubahan tubuh yang dialaminya.
3.
Bangkitkan motivasi agar klien mau melaksanakan program pengobatan yang sudah
ditentukan.
4. Anjurkan klien memeriksakan diri secara teratur ke tempat pelayanan terdekat.
5. Anjurkan pada keluarga untuk dapat membantu klien memenuhi kebutuhan sehariharinya bila diperlukan serta dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dalam keluarga
seperti menghindari perselisihan atau persaingan yang tidak sehat.
6.
Bantu klien untuk mengembangkan sisi positif yang dimiliki serta bantu untuk
beradaptasi.
7. Ajarkan klien cara melakukan perawatan kulit secara teratur setiap hari.
8.
Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya, pengobatannya, dan kunci
keberhasilan pengobatan
J. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipopituitari
1.
Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
a)
Riwayat penyakit masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi
pada kepala.
b)
Sejak kapan keluhan dirasakan

Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata
pada masa praremaja.
c) Apakah keluhan terjadi sejak lahir.
Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme.
d) Kaji TTV dasar untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
e)
Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien.Bandingkan
perumbuhan anak dengan standar.
f)
Keluhan utama klien:
1.
Pertumbuhan lambat.
2.
Ukuran otot dan tulang kecil.
3. Tanda tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut
axila, payudara tidak tumbuh,
penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain lain.
4.
Interfilitas.
5.
Impotensi.
6.
Libido menurun.
7.
Nyeri senggama pada wanita.
g)
Pemeriksaan fisik
Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada,
pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah
(jenggot dan kumis).
h)
Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.
i)
Tergantung pada penyebab hipopituitary, perlu juga dikaji data lain sebagai data
penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.
j)
Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
k)
Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti : Foto kranium untuk melihat
pelebaran dan atau erosi sella tursika.
l)
Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron,
kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid
releasing hormone.
2.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang dapat dijumpai pada klien hipopituitary adalah :
a)
Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi
tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
b)
Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.
c)
Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.
d) Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
e) Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.
f)
Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.
g)
Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar
hormonal.
3.
Intervensi
Secara umum tujuan yang diharapkan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis
adalah:
1.
Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.

2.
3.
4.
5.

Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.


Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.
Klien bebas dari rasa cemas.
Klien terhindar dari komplikasi

Diagnosa Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan
fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang
positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil 1.
Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian,
pakaian, postur tubuh, pola makan, kehadiran diri.
2.
Penampilan dalam perawatan diri / tanggung jawab peran.
Intervensi 1.
Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.
Rasional: Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan
kondisi fisik
tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.
2.
Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan,
prognosa kesehatan.
Rasional: Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara
bertahap akan mulai menerima kenyataan.
3. Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.
Rasional:Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah
pemahaman
tidak terjadi.
4.
Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang
sama.
Rasional: Sebagai problem solving
5.
Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain.
Rasional: Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan
/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.
Diagnosa Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat koping individu meningkat.
Kriteria Hasil 1.
Mengungkapkan perasaan yang berhubungan
dengan keadaan emosional.
2.
Mengidentifikasi pola koping personal
dan konsekuensi perilaku yang diakibatkan.
3.
Mengidentifikasi kekuatan personal dan
menerima dukungan melalui hubungan keperawatan.
4.
Membuat keputusan dan dilanjutkan dengan
tindakan yang sesuai / mengubah situasi provokatif dalam lingkungan personal.
Intervensi 1.
Kaji status koping individu yang ada.
Rasional: Meningkatkan proses interaksi sosial karena klien mengalami peningkatan
komunikatif.
2.
Berikan dukungan jika individu berbicara.
Rasional: Klien meningkatkan rasa percaya diri kepada orang lain.
3.
Bantu individu untuk memcahkan masalah (problem solving).
Rasional: Dengan berkurangnya ketegangan, ketakutan klien akan menurun dan tidak
mengucil /
mengisolasikan diri dari lingkungan.
4.
Instruksikan individu untuk melakukan teknis relasi, dalam proses teknik pembelajaran

penatalaksanaan stress.
Rasional: Ketepatan penanganan dan proses penyembuhan.
5.
Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologi untuk proses penyuluhan.
Rasional: Klien mengerti tentang penyakitnya.
Diagnosa Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan harga diri meningkat.
Kriteria Hasil 1.
Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiran mengenai diri.
2.
Mengidentifikasikan dua atributif positif mengenai diri.
Intervensi 1.
Bina hubungan saling percaya perawat dan klien.
Rasional: Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan tubuh.
2. Tingkatkan interaksi sosial.
Rasional: Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan.
3.
Diskusikan harapan /keinginan / perasaan.
Rasional: Dengan cara pertukaran pengalaman perasaan akan lebih mampu dalam mencegah
faktor penyebab terjadinyaharga diri rendah.
4.
Rujuk ke pelayanan pendukung.
Rasional: Memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan pengalaman yang sama.
Diagnosa Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan
transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan penglihatan berangsur angsur membaik.
Kriteria Hasil 1.
Menunjukkan tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan
gangguan persepsi sensori
2.
Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko jika mungkin.
3.
Menggunakan rasionalisasi dalam tindakan penanganan.
Intervensi 1.
Kurangi penglihatan yang berlebih.
Rasional: Mengurangi tingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata.
2.
Orientasikan terhadap keseluruhan 3 bidang (orang, tempat, waktu).
Rasional: Untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan.
3.
Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa gangguan.
Rasional: Meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera khususnya
penglihatan.
4.
Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera.
Rasional: Mempertahankan normalitas melalui waktu lebih muda bila tidak mampu
menggunakan penglihatan.
Diagnosa Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.
Tujuan Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan berkurang.
Kriteria Hasil 1.
Peningkatan kenyaman psikologis dan fisik.
2.
Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
Intervensi 1.
Bina hubungan saling percaya.
Rasional: Komunikasi terapeutik dapat memudahkan tindakan.
2.
Catat respon verbal non verbal pasien.
Rasional: Mengetahui perasaan yang sedang dialami klien.
3.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan.
Rasional: Kondisi rileks dapat menurunkan tingkat ancietas.
4.
Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur.
Rasional: Mengatasi kelemahan, menghemat energi dan dapat meningkatkan kemampuan
koping.
Diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.

Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalam aktifitas perawatan
diri.
Kriteria Hasil 1.
Mengidentifikasi kemampuan aktifitas perawatan diri.
2.
Melakukan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan.
3.
Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam aktifitas, perawatan diri / pemenuhan
kebutuhan dasar.
Intervensi 1.
Kaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri.
Rasional: Menghambat faktor penyebab dapat meningkatkan perawatan diri.
2. Tingkatkan partisipasi optimal.
Rasional: Partisipasi optimal dapat memaksimalkan perawatan diri.
3.
Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas perawatan.
Rasional: Dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien.
4.
Beri dorongan untuk mengexpresikan perasaan tentang kurang perawatan diri.
Rasional: Dapat memberikan kesempatan pada klien untuk melakukan perawatan diri.
Diagnosa Resiko tinggi gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan
menurunnya kadar hormonal.
Tujuan Setelah dilakukan keperawatan integritas kulit dalam kondisi normal.
Kriteria Hasil 1.
Mengidentifikasi faktor penyebab.
2.
Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dilanjutkan untuk meningkatkan
penyembuhan luka.
3.
Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan.
4.
Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.
Intervensi 1.
Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.
Rasional: Mengurangi ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan membran mukosa yang
kering dan untuk rehidrasi.
2.
Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilisasi.
Rasional: Meningkatkan pemeliharaan fungsi otot / sendi.
3.
Ubah posisi atau mobilisasi.
Rasional: Meningkatkan posisi fungsional pada ekstrimitas.
4. Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen positif.
Rasional: Kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme terhadap makanan dapat
mengakibatkan
malnutrisi.
5.
Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin.
Rasional: Posisi datar menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah retensi cairan pada daerah
tertentu sehingga tidak terjadi edema lokal.
B. Perawatan Preoperasi

Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan.

Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien
bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon.

Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung,


menggosok gigi, batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka.

Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi


seperti pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah


tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari aktifitas
yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll. Juga jelaskan agar klien
mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan makanan tinggi

serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.


Perawatan Pascaoperasi

Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan
perubahan kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas.

Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus
(diabetes insipidus sesaat).

Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari
hidung.

Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat.

Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas.

Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur.

Kaji tanda-tanda infeksi.

Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.


Pembedahan
a. Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma. Sela
tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan bantuan suatu mikroskop
bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini pun digunakan untuk
memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sela tursika.
Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai, sehingga pasien harus
disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan
serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus
ditutup. Hidung mungkin mempet dan suatu sling perban ditempatkan dibawahnya untuk
mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes glukosa
positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan
kepala terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan.
Seringkali kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan
perbaikan dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial harus
dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau cordein.
Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan petunjuk akan
adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena kemungkinan terjadinya risiko
infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi hal
berikut :
1.
Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak
lagi merasa mual setelah tinadakan anastesia.
2.
Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi
penciuman).
3.
Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan

membaik segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.


4.
Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal
dan oral.
5.
Melakukan perawatan mulut
a.
Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b.
Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c.
Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar), kraniotoomi
dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor intraserebral
lain, penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan dengan
hipofise atau dapat menyebabkan disfungsi hipofise sementara maupun permanen.

DAFTAR PUSTAKA
Bagnara,Turnor.1998.Endokrinologi Umum. Yogyakarta: AirlanggaUniversity.
Corwin,Elizabet.J.1997.Buku Saku Patologi 2. Jakarta : EGC.
C. Long, Barbara.1996. Perawatan Medikal Bedah Edisi 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan keperawatan.
Doengoes,Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: ECG.
Ganong.W.F.1995.Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 14. Jakarta :EGC.
Guyton.1987.Buku Ajar Fisiologi Manusia Penyakit Manusia. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.
Hayes,Evelyn.R dan Joyce.L.Kee.1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Kumar,Robbins.1995.Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta : EGC.
Ovedoff, David.2002.KapitaSelekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.
Price,Sylvia.A dan Wilson.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Jakarta: EGC.

Selasa, 22 November 2011


Askep GH (Gangguan Hormon Pertumbuhan)
BAB
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Hormone pertumbuhan (GH) juga dinamakan somatotrofic hormone (SH) atau


somatotropin, merupakan molekul protein kecil yang mengandung 1991 asam amino dalam
satu rantai dan mempunyai berat molekul 22005. Ia menyebabkan pertumbuhan semua
jaringan tubuh yang mampu tumbuh. Ia meningkatkan penambahan ukuran sel dan
meningkatkan mitosis bersama peningkatan jumlah sel. Gigantisme dan akromegali adalah
kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone pertumbuhan (HP) atau Growth
Hormon

(GH)

yang

berlebihan.

Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam banyak


jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa
darah.
B. FUNGSI HORMON PERTUMBUHAN (GH)
Adapun fungsi dari hormone pertumbuhan itu sendiri ialah :
1. Peningkatan tinggi badan
2. Meningkatkan retensi kalsium, kekuatan dan peningkatan mineralisasi tulang
3. Meningkatkan massa otot selama pembentukan sel otot baru
4. Membantu result;lipolisis penurunan jaringan adiposa (pd tubuh yg gemuk)
5. Meningkatkan sintesa protein dan menstimulasi pertumbuhan pd organ dalam,
kecuali otak
6. Menurunkan pengambilan glukosa oleh berlawanan dg efek insulinliver
7. Meningkatkan glukoneogenesis liver
8. menstimulasi sistem imun
C. ETIOLOGI
Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:
1. GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana penyebabnya adalah adenoma
2.

hipofisis.
GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari

Hipotalamus.
3. GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll) yang mensekresi HP
atau GHRH.
D. PATOFISIOLOGI
Melihat besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni,
mikro adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma kalau

diameternya

lebih

dari

10

mm.

Adenoma hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai
disayap lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai digaris
migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para farings.
Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH (Growth Hormone Realising Hormon)
sangat jarang (kurang dari 1%). Namun secara klinis keadaan ini sulit dibedakan dengan
akromegali yang disebabkan oleh karena adeno hipofisis. Perbedaannya hanya dibuat atas
dasar pemeriksaan histopatologis yang mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan
adanya adenoma. Penyebab lain adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP
(Isolated Ectopic Production Of GH).
E. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis akibat pembesaran tumor :
1. Pembesaran keatas (Superior)
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan
2. Pembesaran ke lateral
- Kelumpuhan saraf III, IV, V, dan VI
- Penyumbatan pembuluh darah (sinus kavenosus)
- Kejang (temporal lobe seizures)
3. Pertumbuhan ke inferior (dasar sella)
- CSF Rinorea
4. Pertumbuhan ke anterior
- Perubahan kepribadian (frontal lobe type personality changes)
5. Infark (pituitary appoplexia)
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah:
1) Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2) Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3) Menormalkan fungsi hipofisis
4) Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran
tumor.
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan melakukan pembedahan pada
batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid
Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui
sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai
tumor hipofisis.
2. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi
tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif
setelah terapi pembedahan dilakukan.

Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:


a. Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)
b. Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000
RAD)
3. Terapi medikamentosa
Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP
tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun
agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a. Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara
berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
- Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
- Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
- Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas
ringan, nausea, konstipasi, dll.
b. Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram
-

diberikan setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai :


Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan
dan kram perut.

G. PEMERIKSAAN LAB.
Tumor hipofisis saat ini dapat diketahui melalui pemeriksaan :
- CT Scan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), yang
mempunyai kepekaan tinggi untuk mendiagnosis adanya tumor hipofisis (baik mikro maupun
makro adenoma)
- Laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH akan menunjang
diagnosis gigantisme dan akromegali
I. DIAGNOSA KEP.
1. Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit basah, tebal, dan
3.

berminyak yang disebabkan oleh hiperlipidemia


Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang
berlebihan

J.
1.
a.
b.

RENCANA KEP. / INTERVENSI


Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
Kaji karakteristik nyeri (catat intensitasnya skala 0-10, lamanya)
Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, seperti: ekspresi wajah; gelisah, menangis,
menarik diri

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Ciptakan lingkungan yang nyaman


Berikan posisi yang nyaman pada klien
Anjurkan pasien untuk beristirahat diruangan yang tenang
Berikan kompres panas lembab pada kepala
Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul
Ajarkan tehnik relaksasi bila nyeri
Kolaborasi dalam pemberian analgesic

2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit basah, tebal, dan
a.
b.
c.
d.
e.

berminyak yang disebabkan oleh hiperlipidemia


Kaji turgor kulit (keelastisannya)
Observasi keadaan kulit (kelembapan)
Anjurkan pasien agar menjaga pakaian agar tetap kering dan bebas kotoran
Bersihkan dan keringkan kulit khususnya daerah-daerah kelembapan tinggi
Kolaborasi
dalam
memberikan
cairan
untuk
hidrasi
yang

adekuat

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang


a.
b.
c.
d.

berlebihan
Dorong mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit
Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas
Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan
Berikan bantuan positif

DAFTAR PUSTAKA

Corwin J, Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kelenjar

hipofisis

kadang

disebut

kelenjar

penguasa

karena

hipofisis

mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa


hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana
mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme
umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam
darah

memberikan

sinyal

kepada

hipofisis

untuk

memperlambat

atau

mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan


posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit
pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat
kedua keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat
kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit

simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seleruh sekresi hipofisis dan


penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan
) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini
lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah,
hipovolemia dan hipotensi pada saat melahirkan.
(Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )
B.

Tujuan Penulisan

1.

Tujuan umum
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi
tugas mata kuliah sistem endokrin.

2.

Tujuan khusus
Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat:

a.

Mengetahui pengertian penyakit hipopituitarisme

b.

Mengetahui klasifikasi dari hipopituitarisme

c.

Mengetahui penyebab terjadinya hipopituitarisme

d.

Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipopituitarisme

e.

Mengetahui dan memahami focus pengkajian pada penyakit hipopituitarisme

f.

Mengetahui dan memahami focus perencanaan pada penyakit hipopituitarisme

g.

Memahami contoh kasus penyakit hipopituitarisme dan mengetahui asuhan


keperawatan yang harus diberikan pada penderita hipopituitarisme

C. Manfaat Penulisan

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat


menetahui cara hidup sehat, menambah pengetahuan dan pendalaman,
penelitian tentang pasien dengan gangguan gagal jantung.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi
hipofisis. Hipopituitarisme merupakan defisiensi hormon tiroid, adrenal, gonadal
dan hormon pertumbuhan akibat penyakit hipofisis. Pada setiap pasien dengan
defisiensi hormonal ini, kemungkinan adanya defisiensi lain harus dicari. Kadangkadang timbul akut berupa apopleksi hipofisis dimana terdapat infark hemoragik
pad atumor hipofisis, biasanya disertai nyeri disertai kepala berat mendadak
dan seringkali bersama dengan defek lapanng pandang. Hipopituitarisme
memilki prevalensi 30/100.000. (Gledle Jonathan, 2005:143)
Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi
kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan
munculnya masalah dan manifestasi klinis yang berkaitan dengandefisiensi
hormon-hormon yang dihasilkannya.
( http://banjaristi.blogspot.com )

B.

Etiologi
Sindrom ini disebabkan oleh kelainan destrutif pada kelenjar hipofisis.
Penyebab yang sering ialah :

1.

Sheehans postpartum pituitary necrosis

2.

Adenoma khoromofob

3.

Craniopharyngioma

4.

Kelainan-kelainan lain yang mungkin juga menimbulkan hipopitutarisme ialah


radang, terutama tuberculosis, sarcoidosis. Kadang-kadang penyebab dari pada
destruksi hipofisis tidak jelas dan hanya tampak sebagai fibrosis saja.

(dr. Sutisna Himawan, 1994)


Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau
hipotalamus. Penyebab menyangkut :
1.

Infeksi atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik.

2.

Penyakit autoimun (Hipofisis limfoid autoimun).

3.

Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu
pembentukan salah satu atau semau hormon lain.

4.

Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan
terjadi penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit
mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.

5.

Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi


dapat merusak sebagian atausemua sel penghasil hormon. Salah satunya
sindrom sheecan, yang terjadi setelah perdarahan maternal.

C. Klasifikasi
1.

Hypophyseal Cachexia ( Penyakit Simmonds ):

a.

Dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa.

b.

Lebih sering pada wanita dengan perbandingan 2 : 1

c.

Penderita dapat hidup bertahun-tahun dengan penyakitnya, kadang-kadang


sampai 30-40 tahun.
Gejala-gejala klinik biasanya disebabkan oleh insufiensi adrenal, thyroid
atau gonad, yang terjadi sekunder akibat hipopituitarisme. Kombinasi kelenjar
yang mengalami insufiensi itu bisa berbagai macam ; yang paling sering ialah
kombinasi hipothyroidisme dan hipoadrenalisme.

2.

Hypophyseal Dwarfism ( Jenis Lorain-Levi ):

a.

Pada anak yang sedang tumbuh

b.

Terjadi dwarfisme yang simetrik.

Penyebab yang paling sering ialah ; craniopharyngioma. Kadang-kadang


juga disebabkan juga oleh : nekrosis iskhemik, kista, atau radang.
3.

Sindrom Froehlich ( Dystrophia Adiposogenitalis ):

a.

Obesitas jenis eunuchoid.

b.

Pertumbuhan yang tidak sempurna daripada gonad dan genital.

c.

Cirri-ciri sex sekunder tidak ada, disfungsi seksual, dan kulit yang halus.

d.

Terjadi pada usia muda.

e.

Dapat menyerang baik laki-laki maupu wanita dengan perbandingan yang


sama.
(dr. Sutisna Himawan, 1994)

D. Manifestasi Klinis
Pada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatis akibat defisiensi
pelepasan

GH.

Dwarfisme

hipofisis

(kerdil)

merupakan

konsekuensi

dari

defisiensi tersebut. Ketika anak-anak tersebut mencapai pubertas, maka tandatanda seksual sekunder dan genitalia eksterna gagal berkembang. Selain itu
sering pula ditemukan berbagai derajat insifisiensi adrenal dan hipitiroidisme,
mereka mungkin akan mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan
perkembangan intelektual yang lamban, kulit biasanya pucat karena tidak
adanya MSH.
Pada

orang

dewasa,

kehilangan

fungsi

hipofisis

sering

mengikuti

kronologis seperti defisiensi GH, hipogonadisme, hipotiroidisme, dan insufisiensi


adrena. Karena orang dewasa telah menyelesaikan pertumbuhan somatisnya,
maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan hipotuitarisme adalah normal.
Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin ditemukan yaitu :
1.

Terjadinya hipogonadisme.

2.

Penurunan libido, impotensi, progresif pertumbuhan rambut dan bulu ditubuh,


jenggot, berkurangnya perkembangan otot pada pria.

3.

Pada wanita, berhentinya siklus menstruasi atau aminorea yang merupakan


tanda awal dari kegagalan hipofisis. Kemudian di ikiti atrofi payudara dan
genetalia eksterna.
(Price Syvia A, 2005:1216-1217)

Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan


intara kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila
tumor menyita ruangan yang cukup besar.
1.

Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk


akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat
banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).

2.

Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas


pada wanita, impotensi pada pria.

3.

Sindrom

Chusing

obesitas

sentral,

hirsutisme,

striae,

hipertensi,

diabetesmilitus, osteoporosis.
4.

Defisiensi

hormon

pertumbuhan

(Growt

Hormon

GH)

gangguan

pertumbuhan pada anak-anak.


5.

Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada


pria, amenore pada wanita.

6.

Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari
hipertiroidism.

7.

Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat,


gejala gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan
biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.

8.

Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan


urin.

E.

Pemeriksaan Diagnostik

1.

Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi


kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.

2.

Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika.

a.

Foto polos kepala.

b.

Poliomografi berbagai arah (multi direksional).

c.

Pneumoensefalografi.

d.

CTScan.

e.

Angiografi serebral.

3.

Pemeriksaan Lapang Pandang.

a.

Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan.

b.

Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik.

4.

Pemeriksaan Diagnostik.

a.

Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.

b.

Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.

c.

Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan


dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.

d.

Tes provokatif.
( http://banjaristi.blogspot.com )

F.

Penatalaksanaan
Pengobatan hipopituitarisme mencakup penggantian hormon-hormon yang
kurang. GH manusia, hormon yang hanya efektif pada manusia, dihasilkan dari
tehnik rekombinasi asam deoksiribonukleat(DNA), dapat digunakan untuk
mengobati pasien dengan defesiensi GH dan hanya dapat dikerjakan oleh dokter
spesialis.
GH manusia jika diberikan pada anak-anak yang menderita dwarfisme
hipofisis, dapat menyebabkan peningkatan tinggi badan yang berlebihan. GH
manusia rekombinan juga dapat digunakan sebagai hormon pengganti pada

pasien dewasa dengan panhipopituitarisme. Hormon hipofisis hanya dapat


diberikan dengan cara disuntikan.
Sehingga, terapi harian pengganti hormon kelenjar target akibat defesiensi
hipofisis untuk jangka waktu yang lama, hanya diberikan sebagai alternatif.
( Price Syvia A, 20051217)

G. Asuhan Keperawatan Fokus


1.

PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:

a.

Riwayat penyakit masa lalu


Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta
riwayat radiasi pada kepala.

b.

Sejak kapan keluhan diarasakan


Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi
gonadotropin nyata pada masa praremaja.

c.

Apakah keluhan terjadi sejak lahir.Tubuh kecil dan kerdil sejak lahirterdapat
pada klien kretinisme.

d.

Kaji TTV dasar untukperbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan


datang.

e.

Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan
perumbuhan anak dengan standar.

f.

Keluhan utama klien:

Pertumbuhan lambat.

Ukuran otot dan tulang kecil.

Tanda tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan
rambut axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid,
dan lain lain.

Interfilitas.

Impotensi.

Libido menurun.

Nyeri senggama pada wanita.

g.

Pemeriksaan fisik

Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran
buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula
pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).

Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada
penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti
bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
fungsi serebrum danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.

h.

Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.

i.

Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :

Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.

Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin,


testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi
insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.
( http://banjaristi.blogspot.com )

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan
hipopituitarisme adalah:

a.

Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh


dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon
pertumbuhan.

b.

Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.

c.

Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.

d.

Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan


transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.

e.

Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.

f.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.

g.

Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan


menurunnya kadar hormonal.

h.

Keterlambatan

pertumbuhan

dan

perkembangan

berhubungan

dengan

Melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat gangguan


hormonal.

3.

INTERVENSI
Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan
hipofungsi hipofisis adalah :

a.

Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.

b.

Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.

c.

Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.

d.

Klien bebas dari rasa cemas.

e.

Klien terhindar dari komplikasi.

1.

Dx : Gangguan Citra Tubuh Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan


Fungsi Tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra
tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil :

a.

Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian, pakaian,


postur tubuh, pola makan, kehadiran diri.

b.

Penampilan dalam perawatan diri / tanggung jawab peran.

Intervensi :
a.

Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.


R: Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan
kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.

b.

Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan,


perkembangan, prognosa kesehatan.
R: Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara
bertahap akan mulai menerima kenyataan.

c.

Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku


klien.
R: Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga
salah pemahaman tidak terjadi.

d.

Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami


pengalaman yang sama.
R: Sebagai problem solving

e.

Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien
lain.
R/ Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi
perawatan/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.

ASKEP GIGANTISME DAN AKROMEGALI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone
pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
1, edisi 3). Akromegali adalah kelainan yang jarang didiagnosis, ditandai dengan hipersekresi
dari hormon pertumbuhan, dengan insiden diperkirakan 3 - 4 kasus per satu juta penduduk.
Lebih dari 95 % kasus, penyebab dari hipersekresi GH adalah adenoma dari hipofise. Namun
juga dapat disebabkan oleh lesi diluar hipofise yang prevalensinya kurang dari 1% antara lain
tumor extra hipofise seperti pancreatic isleth cell tumor, ekses sekresi GHRH central seperti

hamartoma hipotalamus, Choriostoma, ganglioneuroma, disebabkan oleh ekses sekresi


GHRH perifer seperti bronchial carcinoid, dan lain sebagainya (Cook,2004; Melmed, 2005).
Gigantisme sangat jarang dijumpai. Di Eropa, setiap tahunnya hanya dilaporkan 3-4 kasus
dari 1 juta penduduk. Kejadian antarawanita dan laki-laki sama. Laporan adanya kasusu ini di
Indonesia juga sangat jarang. Prognosis pada pasien gigantisme tergantung pada lamanya
proses kelainan berlangsung dan besarnya tumor. (Guyton, 2006)
Angka kejadian gigantisme dan akromegali sekitar 3 permil untuk semua umur, tetapi lebih
banyak pada kelompok umur 30-50 tahun; Tidak jelas ada predisposisi seks ataupun suku.
Pernah dilaporkan beberapa kasus dalam satu keluarga, tetapi umumnya timbul secara
sporadik. Di Indonesia baru ada beberapa kasus, dan pada saat ini di Surabaya didapatkan
rata-rata 2 kasus per tahun dan tercatat 10 kasus pada tahun 1987-1989 (Askandar, 1991).
Angka kematian akromegali adalah dua kali lipat bila dibandingan dengan populasi normal.
Acromegaly adalah penyakit langka, dengan perkiraan prevalensi sekitar 69 kasus per juta
penduduk (European Journal of Endocrinology ,2004). Penyakit ini jarang sekali. Insiden
pasien baru adalah 3-4/1 juta penduduk/tahun. Usia rata-rata pada saat ditegakkannya
diagnosis akromegali adalah 40-45 tahun. Dapat timbul gejala-gejala akibat gigantisme dan
akromegali antara lain pusing 87%, gangguan visus 62%, papil edema 3%, Rhinorrhoe 15%,
Apoplexihipofise 3% dan apabila manifestasi klinis ini tidak mendapat penanganan yang
tepat akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman bagi penderita gigantisme dan akromegali.
Apabila manifestasi klinis dari kelainan ini tidak segera ditangani dengan perawatan yang
tepat, maka akan menyebabkan timbulnya kematian di usia muda. Hal ini sangat penting
terutama bagi perawat sebagai tenaga kesehatan yang berada 24 jam bersama pasien
gigantisme dan akromegali.
Karena sangat berbahayanya kelainan ini dan pentingnya untuk mengetahui pentingnya
pengetahuan mengenai gigantisme dan akromegali oleh perawat, maka kami menyusun
sebuah makalah yang merangkum mengenai kelainan sistem endokrin tersebut. Diharapkan
dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber informasi mengenai gigantisme dan
akromegali, serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis (gigantisme dan akromegali).
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis
(gigantisme dan akromegali).

2. Untuk mengetahui etiologi gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis


(gigantisme dan akromegali).
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan sistem endokrin, kelenjar
hipofisis (gigantisme dan akromegali).
4. Untuk mengetahui mekanisme gangguan sistem endokrin, kelenjar
hipofisis (gigantisme dan akromegali).
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan sistem endokrin, kelenjar
hipofisis (gigantisme dan akromegali).
6. Untuk mengetahui WOC gangguan sistem endokrin, kelenjar hipofisis
(gigantisme dan akromegali).
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan sistem endokrin,
kelenjar hipofisis (gigantisme dan akromegali).

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi

Hormon Pertumbuhan (GH) juga disebut sebagai hormone somatotropik atau somatotropin.
Terdiri atas 191 molekul asam amino. Hormone ini menyebabkan pertumbuhan seluruh
jaringan tubh yang memang mampu untuk bertumbuh. Hormon Pertumbuhan (GH)
menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya
jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel seperti sel-sel pertumbuhan tulang
dan sel-sel otot awal.
Efek metabolic Hormon Pertumbuhan (GH)
1. Peningkatan kecepatan sintesis protein di seluruh sel tubuh (penyimpanan
protein meningkat)

Proses yang terjadi antara lain:


1. Bertambahnya peningkatan asam amino yang melewati membrane sel
sehingga sintesis protein meningkat.
2. Hormon Pertumbuhan (GH) meningkatkan translasi RNA pada ribosom
sehingga sintesis protein meningkat

3. Hormon Pertumbuhan (GH) meningkatkan transkripsi DNA dan bila


terdapat cukup vitamin, energy maka pertumbuhan akan cepat
berlangsung juga
4. Hormon Pertumbuhan (GH) menurunkan pemecahan protein sel, sehingga
akan tertimbun banyak sekali protein

Keempat proses ini sangat berpengaruh dan tampak terutama pada pertumbuhan struktur
rangka. Jumlah protein yang banyak pada sel tulang menyebabkan Pertumbuhan pada tulang,
meningkatkan reproduksi pada sel-sel tulang tersebut dan menyebabkan timbunan khusus
tulang yang baru. Hormon Pertumbuhan (GH) merangsang osteoblas pada tulang sehingga
dapat terus membesar sepanjang usia terutama pada tulang membranosa. Dan menyebabkan
ketebalan tulang semakin meningkat.
Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adipose, meningkatkan asam lemak bebas
dalam darah, meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energy (penggunaan cadangan
lemak )
Hormon Pertumbuhan (GH) menyebabkan asam lemak membentuk Asetil Ko-A yang
menghambat timbulnya proses pemecahan glukosa (glukolitik) sehingga glukosa ketika
masuk dalam sel akan tertimbun dan menyebabkan kadar glukosa yang tinggi yakni
diabetes hipofisis. Diabetes ini adalah diabetes yang tidak peka terhadap insulin, sehingga
dibutuhkan insulin yang amat banyak untuk menurunkan sedikit kadar gula darah saja.
Insulin dihasilkan dari sel beta di plau-pulau langerhans pancreas. Karena sekresi yang
berlebihan menyebabkan sel beta burn out dan mengalami kematian sel. Hal ini
memperparah gejala diabet timbul diabetes mellitus.
Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa di seluruh tubuh (menghemat karbondioksida)

1.

Gigantisme

Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar
yang diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan.
Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi dewasa.
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar
diatas normal yang disebabkan oleh sekresi Growth Hormone (GH) berlebihan dan terjadi
sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis. (Corwin, 2007)

2. Akromegali

Akromegali adalah suatu penyakit poliferasi jaringan penyambung, dijumpai pada individu
dewasa dengan kelebihan GH. Akromegali adalah pertumbuhan atau penebalan tulang-tulang
dan jaringan lunak akibat dari hipersekresi GH yang terjadi setelah pertumbuhan somatic
selesai. Penderita akromegali memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki. Karena
pertumbuhan tulang panjang berhenti pada individu dewasa, kelebihan GH tidak dapat
menyebabkan pertumbuhan skelet. Akromegali berkaitan dengan pertumbuhan kartilago
tangan, kaki, hidung, rahang, dagu, dan tulang wajah. Poliferasi jaringan penyambung di
organ internal, termasuk jantung, juga terjadi. (Corwin,2007)

2.2

Etiologi

Penyebab dari gigantisme dan akromegali dibagi menjadi:


1. GA (Gigantisme-Akromegali) Primer = GA Hipofisik (sebab: adenoma
hipofisi)
2. GA (Gigantisme-Akromegali) Sekunder = GA Hipotalamik (karena
hipersekresi GRH dari hipotalamus)
3. GA (Gigantisme-Akromegali) Tersier = meskipun sangat jarang <1 %,GA
tipe ini dapat disebabkan oleh karena tumor-tumor etopik(tumor paru,
pankreas, dan lain-lain yang mengsekresi hormon yang mirip dengan
GHRH.
4. GA (Gigantisme-Akromegali) Variasi

Tumor hipofisi dapat dibagi dalam 3 golongan:


1. Tumor Kromofob (80 %) merupakan adenoma hipofisi yang paling sering.
Adenoma ini dapat sangat besar sehingga menekan chiasma opticus,
hipotalamus dan saraf yang memelihara otot ekstra okular.
2. Tumor Asidofil (15 %) tumbuh lambat dan biasanya berkapsul.
3. Tumor Basofil (5 %). Biasanya kecil ukurannya dan tidak sampai
menyebabkan gejala lokal.

2.3

Manifestasi Klinis

Berikut adalah bagan manifestasi klinis dari gigantisme dan akromegali.


Akromegali

Gigantisme

Bertubuh tinggi

Fitur wajah yang kasar

Pertumbuhan tangan dan kaki yang


berlebihan

Pertumbuhan tangan dan kaki yang


berlebihan

Jari-jari tangan dan kaki menebal

Jari-jari tangan dan kaki menebal

Lidah menebal

Lidah menebal

Mandibula tumbuh berlebihan

Gigi menjadi terpisah-pisah

Penurunan libido

Penurunan ketajaman penglihatan

Perubahan pada bentuk wajah

Jaringan lunak menebal (limpa,


jantung, hepar, lidah)

Suara terdengar dalam dan bergaung Terjadi pada dewasa (cartilago epifise Terjadi pada bayi-usia pubertas
sudah tertutup)
(cartilago epifise belum menutup)
Perbesaran terjadi hanya beberapa
organ saja

2.4

Perbesaran terjadi diselurruh tubuh

Mekanisme

Mekanisme gigantisme dan akromegali menurut Guyton, 2002 :


Gigantisme

Kadang-kadang sel-sel penghasil hormon pertumbuhan hipofisis anterior menjadi aktif


berlebihan, dan kadang-kadang terdapat tumor sel hormon pertmbuhan sel asidofilik pada
kelenjar ini. Sebagai akibatnya, dihasilkan hormon pertumbuhan dalam jumlah besar. Semua
jaringan tubuh tumbuh cepat, termasuk tulang dan bila epifisis tulang panjang belum bersatu
dengan batang tulang, tinggi badan bertambah sehingga orang tersebut menjadi seperti
raksasa dengan tinggi sebesar 8-9 kaki. Jadi, gigantisme akan terjadi jika tumor timbul
sebelum pubertas.
Sayangnya sebagian besar gigantisme akhirnya menderita hipopituitarisme bila mereka tetap
tidak di obati karena tumor kelenjar hipofisis tumbuh sampai sel kelenjar itu sendiri rusak.
Defisiensi umum hormon hipofisis ini bila tak d obati biasanya menyebabkan kematian pada
permulaan masa dewasa. Tetapi sekali gigantisme didiagnosis, biasanya perkembangan
selanjutnya dapat dihambat dengan pembuangan tumor dari kelenjar hipofisis dengan bedah
mikro atau radiasi kelenjar.

Akromegali
Bila tumor sel hormon pertumbuhan terjadi setelah pubertas yaitu setelah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang, orang tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi, tetapi
jaringan lunakkya dapat terus tumbuh, dan tulang dapat tumbuh menebal. Keadaan ini di
kenal dengan akromegali. Pembesaran khususnya nyata pada tulang tulang kecil tangan dan
kaki serta pada tulang tulang memnbranosa, rahang bawah dan bagian bagian vertebra,
karena pertumbuhannya tidak berhenti pada pubertas. Akibatnya rahang menonjol ke depan,
kadang kadang sebesar 0,5 inci, dahi miring ke depan karena pertumbuhan samping
supraorbital yang berlebihan, hidung bertambah besar sampai mencapai 2 kali ukuran normal,
kaki memerlukan sepatu ukuran lebih besar dari pada keadaan normal. Dan jari jari menjadi
sangat tebal sehingga ukuran tangan hampir 2 kali normal. Selain efek efek ini perubahan
pada vertebra, biasanya menyebabkan punggung bungkuk. Akhirnya, banyak organ jaringan
lunak seperti lidah, hati, dan khususnya ginjal menjadi sangat besar.

2.5
1.

Penatalaksanaan
Gigantisme

Tujuan pengobatan adalah:


1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis

4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat


pembesaran tumor.

Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:


1. Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan
melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan
bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara
terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara
celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2. Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau
tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan
pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan
dilakukan.

Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:


1) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)
2) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69
15000 RAD)
1. Terapi medikamentosa

Pada orang normal dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya
pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh dopamine:
1) Brokriptin
2) Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara
berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
a)

Ukuran tangan dan jari mengecil, dan

b) Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa


Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas
ringan, nausea, konstipasi, dll.
3) Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan
setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai.

a)

Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus

b) Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus


c)

Penyusunan tumor

Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/di daerah suntikan dan
kram perut.

2. Akromegali
Terapi kelebihan GH biasanya adalah eksisi tumor penyekresi GH pembedahan. Terapi yang
paling tepat untuk kelebihan hormon pertumbuhan tak lain adalah pengangkatan tumor pada
hipofisis sedini mungkin untuk mencegah efek negative darinya. Ada dua macam
pembedahan tergantung daribesarnya tumor:
1. Bedah makro: pembedahan batok kepala (TC atautrans kranial)
2. Bedah mikro: pembedahan melalui sudut celahinfraorbital dan jembatan
hidung antara kedua mata (TESH: Trans Et hmoid
sphenoid hy popy sectomy).

Sasaran pengobatan akromegali adalah mengendalikan pertumbuhan/menormalkan sekresi


GH dan mengangkat massa tumor. Sasaran biokimiawi: IGF-1 normal dan kadar GH < 1
ng/ml setelah beban glukosa. 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis,
bedah dan radiasi.
a.

Pengobatan Medis

Pengobatan medis/farmakologis sangat pesat akhir-akhir ini. Tujuan pengobatan medis adalah
menghilangkan keluhan/gejala efek lokal dari tumor dan/atau kelebihan GH/IGF-1. Untuk itu
sasaran pengobatan adalah kadar GH < 2 ng/ml pada pemeriksaan setelah pebebanan dengan
glukosa (< 1 mcg / l dengan cara IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal.
Pengobatan medis utama adalah dengan analog somatostatin dan analog dopamin. Oleh
karena somatostatin, penghambat sekresi GH, mempunyai waktu paruh pendek maka yang
digunakan adalah analog kerja panjang yang dapat diberikan 1 kali sebulan.
Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja pada reseptor somatostatin sub tipe II
dan V dan menghambat sekresi GH. Pengobatan dengan octreotide dapat menurunkan kadar
GH sampai < 5 ng/ml pada 50% pasien dan menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien
akromegali. Lanreotide, suatu analog somatostatin sustained-release yang dapat diberikan
satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk pengobatan akromegali.Bromokriptin
merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak digunakan dalam menekan kadar GH
/IGF-mbalikan kadar hormone ke normal,memulihkan fertilitas,dan memperkecil tumor.

Somatostatin (Sandostatin) juga berhasil memperbaiki akromegali karena bisa menekan


pengeluaran hormone pertumbuhan.Obat ini diberikan subkutan 3-4 kali sehari.
b. Pembedahan
Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan pilihan dan dapat
menyembuhkan. Laws dkk. (2000) Laws dkk. (2000) melaporkan hasil terapi pembedahan
transsphenoid pada 86 pasien akromegali : IGF-1 mencapai normal pada 67%, kadar GH
dapat disupresi sampai < 1 ng/ml oleh beban glukosa pada 52%. Walaupun pembedahan tidak
dapat menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun terapi perbedahan disepakati sebagai
terapi lini pertama. Pada pasien-pasien dengan gejala sisa setelah pembedahan dapat
diberikan pengobatan penunjang (medis dan radiasi). Hipofisektomi transsfenoid akan segera
menghilangkan keluhan-keluhan akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan/
menormalkan kadar GH/IGF-1. Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan
keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi mencapai 8085% pada mikroadenoma dan 50
65% pada makroadenomia. Pembedahan hipofisis transsphenoid berhasil pada 80 90%
pasien dengan tumor < 2 cm dan kadar GH < 50 ng/ml.
c.

Radiasi

Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi diperlukan waktu bertahuntahun. Terapi radiasi konvensional saja menghasilkan remisi sekitar 40% setelah 2 tahun dan
75% setelah 5 tahun terapi, namun disertai efek negatif berupa panhipopituitarisme.Di
samping itu studi Ariel dkk (1997) pada 140 pasien akromegali mendapatkan terapi radiasi
tidak dapat menormalkan kadar IGF-1 walaupun kadar GH sudah dapat dikontrol. Oleh
karena kekurangannya tersebut, terapi radiasi hanya diberikan sebagai terapi penunjang untuk
tumor besar dan invasif dan apabila terdapat kontraindikasi operasi.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1

Gigantisme

Anak y pertumbuhannya normal sampai usia 8 tahun, sejak saaat itu dia tumbuh besar sampai
usia 16 tahun. Tingginuya mencapai 2,28 m dan beratnya mencapai 163 kg. Pemeriksaan
optalmologi mengungkapkan ketajaman visualnya normal namun tingkat gula darah yang
diperiksa sedikit lebih tinggi yaitu 117 mg/dl.

1.

Pengkajian
1.
1. Identitas pasien:

Nama pasien

:Y

Umur

: 16 th

Diagnosa medis

: Gigantisme

Agama

: Islam

Alamat

: Nanggungan, Baron, Nganjuk

Tgl pengkajian

: 22 september 2011

1. Keluhan utama : tubuh semakin tinggi melebihi batas normal


2. Riwayat kesehatan masa lalu : adenoma hipofisis yang tidak terlalu parah
3. Riwayat tumor pada keluarga : 4. Riwayat pengobatan : 5. Riwayat pembedahan : 6. Riwayat alergi : -

2.

Pemeriksaan Fisik
1.
1. Tanda-tanda Vital, meliputi :

1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg


2) Denyut nadi : 100x / menit
3) Suhu tubuh : 370 C (normal)
4) RR : 20 x / menit

1. Pemeriksaan Persistem

1) B1 : Breathing
Sistem Pernapasan : costae terus memanjang karena proioferasi apda sambungan tulang dan
tulang rawan.bila berlangsung lama akan timbul barrel chest (pigeon chest yang dalam.
2) B2 : Blood
Sistem Kardiovaskular : 3) B3 : Brain
Sistem Persyarafan : 4) Sistem Perkemihan : 5) Sistem Pencernaan : 6) Sistem Integumen dan Muskuloskeletal : terjadi penebalan,tulang semakin tumbuh tinggi.
1. Data Penunjang

Pemeriksaan Lab : (IGF 1)


1) Pemeriksaan glukosaa darah
Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
2) Pemeriksaan GH darah atau SM-C (IGF 1)
Gigantisme (+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
3) Pemeriksaan somatostatin
Gigantisme (+) : somatostatoin meningkat
4) Pemeriksaan radiologi
a)

CT-scan

b) MRI
Roentgenogram tengkorak dapat menunjukkan pembesaran sella tursika dan sinus
paranasalis; sken tomografi komputasi atau foto resonansi nmagnetik (MRI) menampakkan

tumor. Ikatan falangs dan bertambahnya penebalan bantal tumit adalah biasa. Maturasi tulang
adalah normal.

3. Analisis Data
No.

Data

Etiologi

Masalah

S : tidak nafu makan

Gigantisme

Resiko tinggi nutrisi


kurang dari kebutuhan

O : lidah membesar, gigi


terpisah pisah

Lidah membesar

Penurunan nafsu makan

Resiko tinggi nutrisi kurang dari


kebutuhan

2.

S : Pasien merasa malu


dengan orang lain.

Gigantisme

Gangguan citra tubuh.

O : Pasien cenderung diam,


Tumbuh tinggi dan besar
tidak banyak bicara dan
kurang bersosialisasi dengan melebihi normal
sekitar.

Merasa malu

Gangguan citra tubuh

3.

S : pasien merasa diacuhkan Gigantisme


Perubahan proses
keluarga
keluarga

O : keluarga acuh tak acuh


Pertumbuhan dan perkembangan

menjadi abnormal

Keluarga Merasa malu

Perubahan proses keluarga

4. Diagnosa Keperawatan
1.
1. Gangguan body image b.d perubahan struktur tubuh
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan metabolisme, lidah membesar, mandibula tumbuh
berlebih, gigi menjadi terpisah-pisah.
3. Perubahan proses keluarga b.d keluarga dengan gegantisme

5.

Intervensi
1.
1. Gangguan bodi image b.d perubahan struktur tubuh.

Tujuan: Tidak terjadi penurunan bodi image pada klien


Kriteria Hasil:
1. Klien dapat menerima perubahan diri
2. Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan

Intervensi dan rasional:


1. Pertahankan lingkungan yang kondusif

R/ untuk membicarakan perubahan citra tubuh

1. Diskusikan perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang dialami


oleh klien

R/ mengetahui perasaan yang dirasakan klien


1. Kaji klien dengan mengidentifikasi dan mengembangkan mekanisme
koping

R/ untuk mengatasi perubahan fisik


1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan
dengan perubahan fisik

R/ agar klien lebih terbuka


1. Bantu klien dalam mengembangkan mekanisme koping untuk mengatasi
perubahan fisik

R/ harga diri klien tidak rendah


1.

Bantu klien dalam mengembangkan rencana

R/ untuk menyelaraskan semua perubahan ke dalam gaya hidup


1. Berikan penekanan perilaku yang memperlihatkan penerimam terhadap
perubahan

R/ dapat menerima perubahan diri yang terjadi


1. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan metabolisme, lidah membesar, mandibula tumbuh berlebih,
gigi menjadi terpisah-pisah.

Tujuan: Nutrisi klien adekuat


Kriteria Hasil:
1. Klien tidak mengalami penurunan berat badan yang berarti
2. Nafsu makan klien meningkat

Intervensi dan rasional:


1. Beri makan sedikit tapi sering (termasuk cairan)

R/ nutrisi klien dapat terpenuhi


1. Masukkan makanan kesukaan dalam diet

R/ meningkatkan nafsu makan klien

1. Anjurkan untuk makan sendiri, bila mungkin (kelemahan otot dapat


membuat keterbatasan)

R/ melatih klien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri


1. Memilih makanan dari daftar menu

R/ meningkatkan nafsu makan dan memenuhi kebutuhan nutrisi klien


1. Atur makanan secara menarik diatas nampan

R/ agar klien tertarik, sehingga nafsu makan meningkat


1. Atur jadwal pemberian makanan

R/ mengatur diet kliien


1. Berikan makanan yang bergizi tinggi dan berkualitas

R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien


1. Perubahan proses keluarga b.d keluarga dengan gegantisme.

Tujuan:
1. Mempersiapkan keluarga untuk dapat merawat anggota dengan
gegantisme
2. Keluarga dapat beradaptasi dengan penyakitnya

Kriteria Hasil:
Keluarga dapat mengatasi masalah yang timbul dari adanya tanda dan gejala yang muncul
dan memberikan atau menyediakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi klien.
Intervensi dan rasional:
1. Berikan dukungan emosional pada keluarga dan klien

R/ keluarga dapat menerima klien


1. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya

R/ keluarga dapat beradaptasi dengan penyakit klien


1. Anjurkan klien untuk berbagi rasa tidak berdaya, malu, ketakutan yang
berkaitan dengan manifestasi penyakit

R/ untuk mengatasi masalah yang timbul

1. Bertindak sebagai pembela dan penghubung klien dan keluarga dengan


anggota tim perawatan kesehatan lainnya

R/ mempersiapkan keluarga untuk merawat klien


1. Anjurkan klien untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

R/ memotifasi klien
1. Dorong keterlibatan klien dalam aktivitas rekreasi dan aktivitas pengalih
yang sesuai dengan usia

R/ meningkatkan rasa percaya diri klien

3.2 Akromegali
Bapak A mengalami sakit kepala frontal sejak usia 28 tahun, kemudian mengalami gangguan
penglihatan pada usia 31 tahun. Lama- kelamaan iQ menjadi rendah dan tidak memiliki
libido pada usia 41 tahun. Dan diketahui pada usia 46 tahun diketahui tinggi bapak A
mencapai 23 m dengan berat badan 129 kg.
1.

Pengkajian
1.
1. Data Subjektif:

1) Perubahan sensori terutama penglihatan


2) Sakit kepala bagian frontal dan temporal, nyeri pada sendi (atralgia), dan nyeri punggung
3) Riwayat perubahan pada wajah, tangan, dan kaki ; banyak keringat dan kulit tampak
berlemak
4) Merasa cepat lelah, letargik, dan malas bergerak
5) Perubahan pada tingkah laku, misalnya cepat marah, cemas, dan khawatir tentang citra
diri
6) Perubahan menstruasi pada wanita dan perubahan libido; impotensi dan infertilitas pada
pria
7) Riwayat obat: kontrasepsi oral dan obat psikotropik
1. Anamnesis:

1) Penampilan wajah berubah


2) Tangan/kaki membesar
3) Nyeri kepala
4) Berkeringat
1. Pemeriksaan Fisik:

1) Dahi menonjol
2) Hidung lebar dan membesar
3) Lidah membesar
4) Rahang menonjol
5) Suara dalam
6) Tangan besar
7) Cek rambut badan yang kasar dan ginekomastia.
1. Pemeriksaan Penunjang

1) Pengukuran kadar GH melalui radio immunoassay; kadarnya hanya meningkat pada


penyakit aktif dan tidak ditekan oleh glukosa pada tes toleransi glukosa standar. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan diperkuat oleh tingginya kadar hormon
pertumbuhan atau IGF-I (insulin-like growth factor I) dalam darah. Jika hasil pemeriksaan
darah berada di daerah perbatasan, maka kepada penderita diberikan sejumlah gula untuk
melihat apakah kadar hormon pertumbuhannya turun. Pada bukan penderita akromegali,
kadar hormon pertumbuhan akan turun setelah pemberian sejumlah gula. Pada penderita
akromegali, kadar gula darah dan hormon pertumbuhan tetap tinggi.
2) Perimetri untuk mencari defek lapang pandang visual bitemporal (50%).
3) Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid, alur
supraorbita, dan rahang bawah. Lantai fosa hipofisis biasanya tampak mengalami erosi atau
menjadiganda pada tomogram tampak lateral Rontgen tulang tengkorak bisa menunjukkan
penebalan tulang, pembesaran sinus hidung dan pembesaran atau pengikisan sella tursika
(struktur bertulang yang mengelilingi hipofisa).
4) CT scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar.

5) Rontgen tangan untuk mencari bentuk lempeng pada falang dista dan peningkatan jarak
rongga antara sendi hipertrofi kartilago. Bantalan tumit biasanya menebal.
6) Kadar glukosa serum meningkat.
7) Rontgen dada dan EKG bisa menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri akibat hipertensi.
s

2. Analisa Data
No.

Data

Etiologi

Masalah

S : pasien mengeluh nyeri

akromegali

Nyeri

O:

Deformitas tulang belakang

Nyeri

2.

S : Pasien merasa malu


dengan orang lain.

akromegali

Gangguan citra tubuh.

O : Pasien cenderung diam,


Tumbuh menebal melebihi
tidak banyak bicara dan
kurang bersosialisasi dengan normal
sekitar.

Merasa malu

Gangguan citra tubuh

3.

S:-

Akromegali

Kurang

O : kurang informasi

pengetahuan

Kurangnya informasi mengenai


kelainan tersebut

Kurangnya pengetahuan

3.

Diagnosa

Nyeri (sakit kepala) yang berhubungan dengan tekanan intrakranial tumor


Gangguan citra diri b.d perubahan pada struktur tubuh, kebutaan, disfungsi seksual, masalah
mobilitas, dan masalah kemandirian
1. Defisit pengetahuan tentang gangguan hormonal, pengobatan, dan
komplikasi pengobatan b.d kurang informasi yang tepat.

1. 4.

Intervensi
1. Nyeri (sakit kepala) yang berhubungan dengan tekanan intrakranial
tumor

Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang 3 X 24 jam


Kriteria Hasil:
1. Nyeri berkurang skala (01)
2. Ekspresi menyeringai (-)
3. Nadi : 60100 x/menit

Intervensi dan rasional:


1. Pantau rasa nyeri setiap 4 jam. Pakai skala untuk menilai rasa nyeri. Minta
pasien memberi tahu secara spesifik rasa nyeri dan menunjuk lokasi rasa
nyeri.

R/ Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien

1. Tentukan waktu rasa nyeri itu timbul dan beri obat analgesik yang telah
dipesan oleh dokter sebelum rasa nyeri memuncak. Kaji efek analgesik.

R/ menghindari puncak periode nyeri/ coping emosi


1. Bantu pasien memakai tindakan non farmakologis untuk mengatasi rasa
nyeri, misalnya mengubah posisi dengan kepala ditinggikan, masase,
mendengar lagu yang bisa menyenangkan, distraksi, kompres hangat atau
dingin.

R/ mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa nyeri yang sedang dirasakan.


1. Lakukan tindakan yangb bisa membantu pasien istirahat dan tidur.

R/ untuk meminimalis mobilisasi pasien biar nyeri berkurang.


1. Gangguan citra diri b.d perubahan pada struktur tubuh, kebutaan,
disfungsi seksual, masalah mobilitas, dan masalah kemandirian

Tujuan: Tidak ada gangguan citra tubuh


Kriteria Hasil: Pasien dapat mengungkapkan perasaan tentang perubahan fisik pada orang
lain.
Intervensi dan rasional:
1. Kaji faktor- faktor yang bisa mengancam harga diri dan ungkapan pasien
yang negatif mengenai dirinya.

R/ mengembalikan dan meningkatkan rasa percaya diri


1. Memberikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang
berhubungan dengan perubahan fisik.

R/ mengurangi beban perasaan


1. Bantu pasien mempertahankan seoptimal mungkin kemandirian dalam
melakukan aktifitas hidup sehari- hari dan kontrol pribadi.

R/ menimbulkan dan meningkatkan potensi yang ada dalam diri


1. Bantu pasien mencari makna pengalaman penyakit-nya dan mengatasi
situasi.

R/ untuk mengatasi masalah secara positif


1. Defisit pengetahuan tentang gangguan hormonal, pengobatan, dan
komplikasi pengobatan b.d kurang informasi yang tepat.

Tujuan: Menambah pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita.

Kriteria Hasil:
1. Pasien memperlihatkan mulai menerima perubahan dalam karakteristik
fisik dan kemampuan fisik.
2. Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit,dan perawatsan
dirumah dan perawatan tindak lanjut.

Intervensi dan rasional:


1. Beri konsep dasar proses penyakit.

R/ Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai peyakitnya


1. Hindari minum obat yang dijual bebas tanpa konsultasi dokter terlebih
dahulu

R/ Mencegah penyalahgunaan obat


1. Beri penjelasan tentang tujuan efek samping dan pengobatan

R/ meningkatkan pengetahuan pasien mengenai pengobatan yang sedang dijalani

BAB 4
PENUTUP

4.1

Kesimpulan

Akromegali dan gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang merangsang
sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi klinis. Akromegali terjadi
apabila peningkatan GH terjadi setelah dewasa sedangkan pada anak-anak/remaja akan
muncul sebagai gigantisme.Penyebab terbanyak (95%) dari akromegali/gigantisme adalah
adenoma hipofisis yang mensekresi GH ; jarang sekali disebabkan oleh GH/GHRH ektopik.
Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH/IGF-1 dan efek massa tumor. Konsekuensi
akromegal dan gigantisme meningkatkan angka morbiditas dan motalitas, terutama oleh
komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan. Pengobatan akromegali dan gigantisme
lebih kompleks. Iradiasi hipofisis, pembedahan kelenjar hipofisis untuk mengangkat tumor
hipofisis, atau kombinasi keduanya, dapat mengakibatkan penurunan atau perbaikan
penyakit. Pengobatan medis dengan menggunakan ocreotide, suatu analog somatostatin, juga
tersedia. Ocreotide dapat menurunkan supresi kadar GH dan IGF-1, mengecilkan ukuran
tumor, dan memperbaiki gambaran klinis.Terapi yang paling tepat untuk kelebihan hormone

pertumbuhan tak lain adalah pengangkatan tumor pada hipofisis sedini mungkin untuk
mencegah efek negative darinya.
Untuk itu kita sebagai seorang perawat, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan
gejala berbagai penyakit khususnya akromegali dan gigantisme agar kita dapat melaksanakan
asuhan keperawatan yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Artur C.2002.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta: EGC.


Tjokroprawiro, Askandar, dkk .1991. Simposium Nasional Perkembangan Mutakhir
Endokrinologi Metabolisme. Surabaya: PT. Organon Indonesia.
Greenspan, Francis S., dkk .2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.
J. Corwin, Elizabet .2007. Buku Saku Patofisiologi Corwin ed 3. Jakarta: EGC.
European Journal of Endocrinology .2004. Epidemiology, clinical characteristics, outcome,
morbidity and mortality in acromegaly based on the Spanish Acromegaly Registry (Registro
Espan ol de Acromegalia, REA). Avalaible from: http://www.ejeonline.org/content/151/4/439.full.pdf. accessed on September 22th 2011.
Baradero, Mary, dkk .2009. Klien Gangguan Endokrin Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.

S-ar putea să vă placă și