Sunteți pe pagina 1din 19

Plasenta (bahasa Jawa: ari-ari) adalah jaringan yang terbentuk di dalam rahim selama kehamilan.

Plasenta berfungsi membawa makanan dan oksigen dari ibu ke janin dan membuang produk
limbah dan karbon dioksida dari janin ke ibu melalui tali pusat.
Plasenta biasanya terbentuk di sepanjang bagian atas rahim. Pada plasenta previa, plasenta
melekat di dekat atau menutupi serviks (pembukaan rahim yang mengarah ke vagina). Hal ini
dapat mengganggu proses kelahiran bayi karena plasenta menutupi jalan lahir. Ada tiga jenis
plasenta previa:

Plasenta previa lengkap (total): pembukaan serviks internal benar-benar tertutup


plasenta.

Plasenta previa parsial: pembukaan serviks internal sebagian tertutup plasenta.

Plasenta previa marginal: plasenta di tepi pembukaan serviks internal.

Plasenta previa terjadi pada sekitar satu dari setiap 200 kelahiran hidup.

Gejala
Gejala plasenta previa yang paling umum adalah perdarahan vagina yang berwarna merah muda,
terutama pada trimester ketiga kehamilan. Perdarahan sedikit dan sesekali mungkin terjadi
selama trimester pertama dan kedua. Pendarahan biasanya tidak disertai rasa sakit, walaupun
kram rahim mungkin terjadi pada beberapa wanita. Sebagian wanita tidak mengalami perdarahan
sama sekali.
Perdarahan dapat terjadi bila plasenta terlepas dari dinding rahim. Pada trimester ketiga dinding
rahim menjadi lebih tipis dan meregang untuk mengakomodasi janin. Plasenta yang melekat
sangat rendah pada dinding rahim yang kian menipis dapat dan meregang dapat terlepas dari

dinding rahim, yang menyebabkan perdarahan. Persalinan mungkin harus dipercepat melalui
operasi caesar bila jumlah perdarahan banyak dan umur janin sudah mencukupi.

Penyebab
Penyebab plasenta previa tidak diketahui, tetapi risikonya meningkat pada wanita yang:

Memiliki sel telur yang melekat sangat rendah di dalam rahim

Memiliki masalah lapisan rahim (endometrium) seperti fibroid atau kondisi lain

Memiliki parut di dinding uterus dari kehamilan sebelumnya (plasenta previa


sebelumnya, kuret, operasi rahim, bedah caesar atau aborsi).

Kehamilan ganda (kembar). Kemungkinan plasenta previa dua kali lipat pada kehamilan
ini.

Pernah beberapa kali hamil sebelumnya. Kemungkinan mengembangkan previa placenta


meningkat menjadi 5% pada wanita yang pernah hamil 6 kali atau lebih.

Merokok atau menggunakan kokain.

Berusia di atas usia 30 tahun. Risiko pengembangan plasenta previa adalah 3 kali lebih
besar pada wanita di atas 30 tahun dibandingkan pada wanita di bawah 20 tahun.

Memiliki plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.

Diagnosis
Sebagian besar kasus plasenta previa teridentifikasi dengan USG rutin selama kehamilan. USG
dapat menunjukkan lokasi plasenta dan berapa banyak yang menutupi leher rahim. Meskipun
USG mungkin menunjukkan plasenta terletak rendah di awal kehamilan, sebagian besar plasenta
bergerak ke atas dan menjauhi leher rahim ketika rahim mengembang. Hal ini disebut migrasi
plasenta, yang biasa terjadi pada diagnosis plasenta previa sampai dengan minggu ke-20
kehamilan.

Risiko bahaya
Risiko terbesar plasenta previa adalah perdarahan. Semakin banyak plasenta yang menutupi
serviks, semakin besar risiko perdarahan. Syok dan kematian ibu dapat terjadi jika perdarahan
berlebihan. Risiko lainnya adalah sebagai berikut:

Memperlambat pertumbuhan janin akibat suplai darah tidak mencukupi

Kelahiran prematur

Kelahiran cacat

Infeksi dan pembentukan bekuan darah

Anemia janin

Penanganan
Tidak ada pengobatan untuk mengubah posisi plasenta. Bila posisi plasenta tetap menghalangi
jalan lahir sampai saat kelahiran, dokter akan menyarankan Anda untuk menjalani operasi caesar.

ASUAHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIAM

A. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI,
2000).
Menurut Prawiroharjo (1992), plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan
lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta
yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian
ostium internum.
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di
bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan
perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
B. Etiologi
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah
mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation

6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok
Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan menjadi 4 derajat
yaitu :
1. Total bila menutup seluruh serviks
2. Partial bila menutup sebagian serviks
3. Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup
oleh plasenta).
4. Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir).

C. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya plasenta previa adalah :
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
o Kehamilan kembar (gamelli).
o Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
o Malnutrisi ibu hamil.
o Melebarnya plasenta karena gamelli.
o Bekas seksio sesarea.

o Sering dijumpai pada grandemultipara.


3. Terlambat implantasi :
o Endometrium fundus kurang subur.
o Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula
yang siap untuk nidasi.

D. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian
atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat
diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran
anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

D. Tanda dan Gejala


Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2. Darah biasanya berwarna merah segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya
(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

D. Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :

o Perdarahan hingga syok akibat perdarahan


o Anemia karena perdarahan
o Plasentitis
o Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
o Persalinan premature
o Asfiksia berat

E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan
plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu :
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature
9. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan <>

Askep Plasenta Previa


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.Perdarahan
pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut
perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22
minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.Perdarahan anterpartum biasanya
berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula
pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat
kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan
sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan
antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan
yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak
seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan
bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya
tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum
jelas penyebabnya .
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak
akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka datang
untuk mendapatkan pertolongan .Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang
lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan
anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang
memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Perdarahan anterpartum diharapkan
penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang
sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

B.

Tujuan
Mahasiswa Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan plasenta previa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteriinternum (buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal
Plasenta Previa adalah plasenta berimplantasi, baik parsial atau total pada sekmen bawah
uteri dan terletak di bawah (previa) bagian presentasi bawah janin (Lewellyn, 2001)
Plasenta previa plasenta yang letaknya apnormal, pada sekme uterus sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh pada jalan lahir (Mansjoer, 2001).
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasidisekitar sekmen bawah lahir, sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Manuwaba, 1998)
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplitasi rendah sehingga menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum (Sastrawinata, 2004).
Jadi kesimpulanya menurut kelompok kami Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal dan berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum)
2.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Etiologi
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasirahim (bekas sesar atau
operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah
plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Menurut Prof. Dr. Rustam Moctar MPH.,
1998. Jakarta, beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan kekerapan terjadi
plasenta previa, yaitu:
Paritas Makin banyak paritas ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa
Usia ibu pada saat hamil 8 Pada primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering dari pada umur
di bawah25 tahun
Hipoplasia endometrium Bila kawin dan hamil pada umur muda
Endometrium . Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi,kuretase, dan mual plasenta
Korpus luteum bereaksi lambat Dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepasi
Tumor-tumor Seperti mioma uter, polip endometrium
Kadang- kadang pada malposisi

3. Tanda dan gejala


a. Perdarahan tanpa nyeri pada saat tidur dan melakukan aktifitas.
b. Perdarahan berulang, mekanisme pendarahan karena pembentukan segmen-segmen bawah rahim
menjelang kelahiran aterm sehingga plasenta lepas dariinplantasi dan menimbulkan
pendarahan.bentuk perdarahan dapat sedikit atau banyak dan menimbulkan penyulit pada janin
sama ibu penyulit pada ibu bisamenimbulkan anemia sampai syok sedangkan untuk janin dapat
menimbulkan asfiksia sampai kematian jani dalam rahim.

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

4.

1.
2.
3.
4.
5.

Warna perdarahan merah segar


Waktu terjadinya saat hamil
His biasanya tidak ada
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
Denyut jantung janin ada
Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
Presentasi mungkin abnormal, implantasi plasenta disekmen bawah rahiim menyebabkan bagian
terendah tidak mungkin masuk pintu atas panggul dan menimbulkan kelainan letak janin dalam
rahim.
Patofisiologi
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester
ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen
bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak
dapat dihindarkan karena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
klasifikasi Plasenta Previa :
Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta
Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta
Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh
jaringan plasenta.
Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
(ostium internus servisis)
Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus
belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

5.

WOC
Plasenta Previa
Usia kehamilan 20 minggu
Penurunan konsntrasi Hb
Anemia
Perdarahan dinding vagina atau serviks
Resiko cedera janin
Ansietas
Eritrosit menurun
Penurunan cardiac output
Sinus uterus robek
Lepasnya plasenta dari dinding uterus
Pembukaan Serviks
Sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis
Multi Paritas
Hamil usia diatas 35 tahun
Endometrium cacat
Tumor- tumor
Korpus luteum bereaksi lambat

6.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium
c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukansumber perdarahan dari
karnalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma)
8. Penatalaksanaan medik
a. Penatalaksanaan Medis
Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan biasanya
tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan tidak dilakukan pemeriksaan vagina,
karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa,
dinilai jumlah darah yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah yang
banyak memerlukan transfusi.Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur
kehamilan janin, presentasi,dan posisinya.
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk mengkonfirmasi diagnosis
Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus
perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa
memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan
dapat dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini
cenderung berulang,ibu harus tetap dirawat di RS. Episode perdarahan berat mungkin
mengharuskan pengeluaran janin darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat
dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan bergantung padaapakah derajat
plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta previa minor dapat
memilih menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi persalinan, asalkan kondisinya
sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu yang
ditentukan oleh pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang
disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat
b. Penatalaksanaan keperawatan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan
menghadap ke kiri,
tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk,
mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan,
beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit
untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ
dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi
darah bila tidak teratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.
Penanganan di RS dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjatan, usia
gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka :
bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 3 7 m i n g g u , lalulakukan mobilisasi
bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari

Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (Pemeriksaan Dalam Di atas


Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan
usia gestaji 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila
ternyata plasenta previa lakukan persalinan perabdominam, bila bukan usahakan partus
pervaginam.
9.

Komplikasi
Episode pendarahan berat dapat terjadi setiap saat, dan selama pendarahan ini janin dapat
mati karena hipoksia. Setelah lahir, mungkin terjadi pendarahan pada post partum karna terfoglas
menginvasi segmen bawah uteri yang kurang didukung oleh jaringan vena. Pada kebanyakan
kasus, pendarahan berhenti setelah pemberian oksitosin, namun kadang-kadang perdarahan tidak
dapat dihentikan sehingga diperlukan histerektomi

B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medicalrecord dll.
Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III
- Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
- Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR,
terbukanyaosteum/manspulasi intravaginal/rectal.
- Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan
placenta.
Inspeksi
- Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
- Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
Palpasi abdomen
- Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
- Sering dijumpai kesalahan letak
- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang/floating
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri meliputi :
a) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
b) berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
c) pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
d) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan .
e) komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
f) komplikasi pada bayi
g) rencana menyusui bayi
Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt

dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun
disesuaikan.
Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, a t a u keduanya. Riwayat
kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui
dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma
pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
c. Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
2) Mata : pucat, anemis
3) Hidung
4) Gigi dan mulut
5) Leher
6) Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
7) Jantung dan paru
Volume darah meningkat
Peningkatan frekuensi nadi
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
Diafragma meningga.
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8) Abdomen
Menentukan letak janin
Menentukan tinggi fundus uteri
9) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)
Hipertropi epithelium
10) System musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur
Gaya berjalan yang canggung
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal

b) Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
(Roeshadi, 2004).
2. Diagnosa
a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang besar
b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan mengenai efek
perdarahan dan menejemennya
c. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan
system imun.

3.

Intervensi
No
1

Diagnosa
Keperawatan
Penurunan

Tujuan/Kriteria Hasil
Setelah

dilakukkanya1.

Intervensi
Kaji

Rasional

dan Pengkajian yang akurat mengenai stat

kardiak

tindakan keperawatan 2 catat

TTV, dasar untuk perencanaan, intervensi, ev

output

X 24 jam diharapkan TD

serta Memperbaiki volume vaskuler mem

berhubungan

penurunan

dengan

output tidak terjadi atau perdarahan.

kardiak jumlah

perdarahan

teratasi dengan kriteria


2.
dalam jumlah hasil :
yang besar

Volume

intervensi farmakologi. Kehilangan vo

Bantu

untuk mencegah komplikasi seperti i


gangguan vital ibu hamil.

pemberian

darah

pelayanan
intravaskuler dan kardiak kesehatan
output dapat diperbaiki atau mulai
sampai

nadi,

tekanan sarankan
nilai terapi cairan

darah,

hemodinamik, serta nilai IV


laboratorium
terapi
menunjukkan

atau

tanda transfusi

normal

darah sesuai
kebutuhan.

Ansietas

Setelah

berhubungan

tindakan

dengan

selama 3 x 24 diharapkan pasangan

menanggulangi situasi yang tidak dihar

kurangnya

ansietas dapat berkurang dan

Hal yang diberikan perawat akan memp

pengetahuan

dengan kriteria hasil :

untuk memberitahu dokter jika ada pen

efek

1.

dilakukan1.

Terapi Kehadiran perawat dan pemahaman se

keperawatan bersama

Pasangan

menyatakan

dapat perasaan.

terapi yang potensial untuk memp

Pendidikan pasien yang diberikan m

perdarahan

mengungkapkan

mencegah dan menurunkan rasa

dan

harapannya dengan kata-

mengurangi ketakutan akan ha-hal yang

manejemenn

kata tentang manajemen

ya.

yang
direncanakan,

sudah
2.
sehingga

dapat

mengurangi Menentukan

kecemasan pasangan.

tingkat
pemahaman
pasangan
tentang
situasi

dan

manajemen
yang sudah
direncanaka
n.
3.

Berikan
pasangan
informasi
tentang
manajemen
yang sudah
direncanaka
n.

3.

Resiko tinggi

Kriteria evaluasi :

cedera (janin) Menunjukkan

1. Kaji jumlah Hemoragi berlebihan dan menetap da

profil darah yang atau mengakibatkan infeksi pascapa

b/d hipoksia

darah

dengan

hitung hilang.

jaringan/

SDP,

Hb,

dan Pantau

organ,profil

pemeriksaan

darah

DBN normal.

KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipo


hipoksia jaringan dan malnutrisi.

koagulasi tanda/gejala
syok

Kehilangan darah berlebihan dengan p


risiko klien untuk terkena infeksi.

abnormal,ker

Penurunan perfusi ginjal mengakibatka

usakan
system imun.

Heparin dapat digunakan pada KID d


2. Catat suhu,
hitung SDP,
dan

bau

kematian satu janin pada kehamilan m


siklus pembekuan dengan melindungi

menurunkan hemoragi sampai terjadi p

serta warna Mungkin diindikasikan untuk men


rabas

infeksi.

vagina,
dapatkan
kultur

bila

dibutuhkan.
3.
Catat
masukan/hal
uaran

urin.

Catat berat
jenis urin.
4.
Berikan
heparin, bila
diindikasika
n

5.

Berikan
antibiotic
secara
parenteral

4.
5.

Implementasi : sesuai intervensi


Evaluasi : sesuai kriteria hasil

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau
kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta
previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada
kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC
(Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena
komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun
jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin
terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta
previa (Hanafiah, 2004).
B. Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan
dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi petugas-petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang
keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka
perineum untuk mencegah infeksi

DAFTAR PUSTAKA
ansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .Jakarta
arilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan
ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

S-ar putea să vă placă și